Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERITIS


DI RUANG ARIMBI
RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :

ACH ARIFIN
236410002

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Gastroenteritis sesuai dengan Praktik


Keperawatan Anak Profesi Ners di ruang ARIMBI RSUD Jombang, disusun oleh :
Nama : ACH ARIFIN
NIM : 236410002
Prodi : Profesi Ners
Sebagai syarat kebutuhan pemenuhan Tugas Praktik Keperawatan Anak Profesi Ners
ITSKes ICME Jombang.
Disetujui Pada :
Hari/ Tanggal :

Mahasiswa

( )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Menyetujui,
Kepala Ruangan

( )

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Gastroenteritis sesuai dengan Praktik
Keperawatan Anak Profesi Ners di ruang ARIMBI RSUD Jombang, disusun oleh :
Nama : ACH ARIFIN
NIM : 236410002
Prodi : Profesi Ners
Sebagai syarat kebutuhan pemenuhan Tugas Praktik Keperawatan Anak Profesi Ners
ITSKes ICME Jombang.
Disetujui Pada :
Hari/ Tanggal :

Mahasiswa

( )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Menyetujui,
Kepala Ruangan

( )

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin,
2017).
Gastroenteritis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada
dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus. Di masyarakat luas,
gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber (Nurarif & Kusuma, 2015)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2017).

B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2016), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Infeksi

a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi


makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enteroνirus, echoνiruses, adenoνirus,
dan rotaνirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotaνirus.
c. Jamur : candida

d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)


2. Faktor Non Infeksi

a. Alergi makanan, misal susu, protein


b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.


e. Penyakit usus : colitis ulceratiνe, crohn disease, enterocolitis

f. Emosional atau stress


g. Obstruksi usus

C. Patofisiologi

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi


(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke dalam saluran
pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung, dapat
membunuh bakteri yang masuk ke dalam lambung, namun apabila jumlah
bakteri terlalu banyak, maka dapat lolos dan masuk ke duodenum kemudian
berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
diserang adalah usus. Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang
dapat mencairkan lapisan lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membran epitel, dan akan mengeluarkan toksin yang dapat
merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta villi dan menghambat
absorbsi cairan. Akibatnya volume cairan di dalam lumen usus meningkat
yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang, dan akan
terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan cairan di usus besar. Apabila jumlah
cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare
(Ngastiyah, 2016).

Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi karena


peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan
tekanan osmotik terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak dapat
diserap. Sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare (Ngastiyah, 2017).

Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan.


Makanan beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan
mengakibakan hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi usus, dan
timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare karena
bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2017). Adanya iritasi mukosa usus
dan peningkatan volume cairan di lumen usus menyebabkan nyeri pada
abdomen. Selain itu, nyeri abdomen atau kram juga timbul karena
metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2
dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual muntah dan nafsu
makan menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-
basa dan elektrolit (Ngastiyah, 2017).

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan


dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan
volume cairan ekstrasel dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K
dan ion karbonat. Maka volume darah juga akan berkurang. Tubuh akan
mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya
dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung
meningkat, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah , dan penurunan
kesadaran. Akibat lain dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan adalah
terjadinya asidosis metabolik dimana pasien akan pucat dan pernapasan
menjadi cepat dan dalam, (Ngastiyah, 2017).

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi psikologis


seperti stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah
pengendalian sistem persarafan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang bekerja mengatur metabolisme tubuh. Sehingga
bila terjadi stres maka metabolisme meningkat dalam bentuk
peningkatan motilitas usus (Ngastiyah, 2017).

D. Pathway
lnfeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksis tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & elektrolit Malabsorbsi KH, lemak,


Hiperperistaltik
protein

lsi usus
Meningkatkan tekanan
osmotik

Pergeseran air &


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan dan elektrolit Frekuensi BAB meningkat
berlebihan
Nafsu makan menurun

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik Defisit nutrisi


cairan dan elektrolit

Sesak
Dehidrasi
E. Komplikasi
Menurut Wijayaningsih (2013) beberapa komplikasi diare, diantaranya :
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
Dehidrasi ringan,apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB
Dehidrasi sedang,apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
5. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
6. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan

F. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus
otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun, Pucat, lemah

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2016) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis diare
adalah :
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit
(Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadarglukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
(2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang
saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum
tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralitdengan
osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah
diberikan kepada penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.

Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat


dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%
1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak
mencret

2) Umur 1 ‖ 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak


mencret

3) Umur diatas 5 Tahun : 1 ‖ 1½ gelas setiap kali


anak mencret
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari
gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan
diare berhenti.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun
dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan
zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan
membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak
tetap sehat. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam
waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
dengan dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
3. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas)
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak
diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan
anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak
terkena diare kembali. Oleh karena perlu diperhatikan :
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap
menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare
dan selama masa penyembuhan (bayi 0 ‖ 24 bulan atau lebih).
b. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
c. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 ‖
24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
4. Antibiotik
Selektif Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare
berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit
lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional
adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang
disebabkan oleh antibiotik.
5. Nasihat Kepada Orang Tua/Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
a. Buang air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Mengalami rasa haus yang nyata
d. Makan atau minum sedikit
e. Demam
f. Tinjanya berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit.
Pada umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari,
konsistensi encer, mual muntah, perut sakit. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh
rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama Frekuensi BAB
meningkat dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari biasanya dapat
cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah,
anoreksia, nausea, vomiting.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi) diluar alat pencernaan, OMA
infeksi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada pasien yang menderita alergi makanan (diare yang disebabkan adalah
alergi terhadap makanan).
d. ADL
Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah
Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat
cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus Aktivitas : lemas dan mengantuk
Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis
keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD menurun, nadi kecil
dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
3. Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
peristaltik usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri ‖ anuri) Sistem
integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill melambat, warna
kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
Sistem musculoskeletal : kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi
tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
4. Perkembangan / Tumbuh Kembang Anak usia 7tahun
Whaley dan Wong (2009) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan komplek melalui proses maturasi
dan pembelajaran.
Teori Perkembangan :
1) Fase Oral (0-1 tahun)
2) Fase Anal (2-3 tahun)
3) Fase Phalic (3-5 tahun)
4) Fase Laten (6-11 tahun)
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik
dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexualalamiah karena anak-
anak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role
model) sesuaijenis kelaminnya dari orang dewasa.
5) Fase Genital (12 tahun keatas)

Piaget (perkembangan kognitif) :


1) Tahap sensori-motor (0-2 tahun)
2) Tahap pra operasional (2-4 tahun)
3) Tahap operasional konkrit (7-12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang
diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukkan anak mampu
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti:
tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
4) Tahap operasional formal (mulai usia 12 tahun keatas)

5. Erikson (perkembangan psikososial)


1) Trust vs Miss trust (0-1 tahun)
2) Autonomy vs shame and doubt (2-3 tahun)
3) Initiatif vs guilty (3-6 tahun)
4) Industry vs inferiority (6-11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah,
tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga
konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul
rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
5) Identity vs role confusion (mulai 12 tahun)

J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi /
perfusi (D.0003)
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi (D.0020)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif(D.0023)
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi (D.0129)
e. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi (D.0019)
f. Ansietas berhubungan dengan terpapar bahaya lingkungan (D.0080)

K. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Setelah diberikan Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas intervensi selama 1x24 Observasi :
(D.0003) jam maka diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama,
pertukaran gas pasien dan kedalaman upaya nafas
meningkat dengan 2. Monitor pola nafas
kriteria hasil : 3. Monitor saturasi oksigen
(L.01003) 4. Monitor nilai analisa gas
1. Pola nafas membaik darah
(5) Terapeutik :
2. Pola warna kulit 1. Dokumentasikan hasil
membaik (5) pemantauan
3. Sianosis membaik (5) Edukasi :
4. Takikardia membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
(5) pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
2. Diare (D.0020) Setelah diberikan Manajemen diare (I.03101)
intervensi selama 1x24 Observasi :
jam maka diharapkan 1. Identifikasi penyebab diare
eliminasi fekal membaik 2. Identifikasi riwayat
dengan kriteria hasil : pemberian makanan
(L.04000) 3. Monitor warna, volume,
1. Keluhan bab cair frekuensi, dan konsitensi
menurun (1) tinja
2. Destinasi abdomen 4. Monitor tanda dan gejala
menurun (1) hypovolemia
3. Konsistensi feses 5. Monitor jumlah pengeluaran
membaik (5) diare
4. Frekuensi defekasi Terapeutik :
membaik (5) 1. Memberikan asupan
5. Peristaltik usus makanan oral, mis. larutan
membaik (5) garam, gula, oralit
2. Pasang jalur intravena
3. Memberikan cairan
intravena
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas.
pedas dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian asi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, mis.
loperamide, difenoksilat
2. Kolaborasi obat pengeras
feses, mis. atapulgit, smektil,
kaolinpektin.
3. Hipovolemia Setelah diberikan Manajemen syok hipovolemik
(D.0023) intervensi selama (I.02050)
1x24jam maka Observasi :
diharapkan status cairan 1. Monitor status
klien dapat membaik kardiopulmonal (frekuensi
dengan kriteria : dan kekuatan nadi, fekuensi
(L.03028) napas, TD dan MAP)
1. Kekuatan nadi 2. Monitor status oksigenasi
meningkat (5) (oximetry nadi, AGD)
2. Turgor kulit 3. Monitor status cairan
meningkat (5) (masukan dan haluaran,
3. Output urine turgor kulit dan CRT)
meningkat (5) 4. Periksa tingkat kesadaran
4. Membran mukosa dan respon pupil
membaik (5) Terapeutik :
5. Oliguria membaik (5) 1. Pertahankan jalan napas
6. Intake cairan membaik paten
(5) 2. Memberikan oksigen untuk
7. Suhu tubuh membaik mempertahankan saturasi
(5) oksigen
3. Berikan posisi syok
(modified trendelerberg)
4. Pasang jalur IV berukuran
besar (mis. nomor 14/ nomor
16)
5. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
6. Pasang selang nasogastric
untuk dekompresi lambung
7. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 1-2L, pada
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20ml/kg/bb,
pada anak-anak
3. Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu
4. Gangguan Setelah diberikan Perawatan integritas kulit
integritas kulit intervensi selama 1x24 (I.11353)
(D.0129) jam diharapkan integritas Observasi :
kulit dan jaringan 1. Identifikasi penyebab
meningkat dengan gangguan integritas kulit
kriteria hasil :
(L.14125) Terapeutik :
1. Elastisitas meningkat 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
(1) tirah baring
2. Kerusakan jaringan 2. Bersihkan perineal dengan
menurun (5) air hangat, terutama selama
3. Tanda infeksi periode diare
menurun (5) 3. Gunakan produk berbahan
4. Suhu kulit membaik petroleum/minyak pada kulit
(1) kering
4. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan sayur dan buah
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu exstrim
5. Deficit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) intervensi selama 1x24 Observasi :
jam diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil : intoleransi makan
(L.03030) 3. Identifikasi makanan yang
1. Nafsu makan disukai
membaik (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori
2. Berat badan membaik dan jenis nutrient
(5) 5. Identifikasi perlunya
3. Bising usus dalam penggunaan selang
rentan normal (5) nasogastric
4. Nyeri abdomen 6. Monitor asupan makanan
menurun (1) 7. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika perlu
2. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
5. Berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
mis. Pereda nyeri, antimetik,
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
6. Ansietas Setelah diberikan Reduksi ansietas (I.09314)
(D.0080) intervensi selama 1x24 Observasi :
jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat tingkat
ansiteas menurun dengan ansietas berubah
kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan
(L.09093) mengambil keputusan
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda ansietas
kebingungan menurun Terapeutik :
(1) 1. Ciptakan suasana terapuetik
2. Verbalisasi khawatir untuk menumbuhkan
menurun (1) percaya
3. Perilaku gelisah 2. Pahami situasi yang
menurun (1) membuat ansietas
4. Berlaku tegang 3. Gunakan pendekatan yang
menurun (1) tenang dan meyakinkan
5. Pola tidur membaik 4. Motivasi mengidentifikasi
(5) suasana yang memicu
kecemasan
Edukasi :
1. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
2. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
kecemasan
3. Latih teknik relaksasi
4. Anjurkan keluarga untuk
tetap menemani pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Ngatiyah, 2017. Perawatan Anak Sakit. Edisi II. Jakarta: EGC


PPNI, Tim Pokja SDKI “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan: DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016, 1-2
PPNI, Tim Pokja SLKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan: DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan: DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2

Anda mungkin juga menyukai