Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Tn. S

DENGAN MASALAH CHRONIC KIDNEY DISEASE

DI RUANG TULIP

OLEH:

ULFATUL HASANAH

193210040

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Kritis dengan masalah chronic kidney disease di ruang
TULIP TUELOENGREDJO PARE

Disetujui

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Mengetahui

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Chronic Kidney Disease atau CKD merupakan suatu keadaan menurunnya
fungsi ginjal yang bersifat kronis akibat kerusakan progresif sehingga terjadi
uremis atau penumpukan akibat kelebihan urea dan sampah nitrogen di dalam
darah (Priyanti & Farhana, 2019). Menurut Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative (KDQI), CKD didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau laju infiltrasi
glomerulus (LFG) < 60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih (Nurbadriyah,
2021). Menurut Susianti (2019), CKD didefinisikan sebagai kelainan struktural
atau fungsional ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan.
CKD merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi
melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta
asam basa (Toto, 2020). CKD adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik
bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa,
transplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu
yang lama (Desfrimadona, 2019).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, CKD merupakan suatu
kondisi dimana tubuh tidak dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit,
metabolik dan cairan yang diakibatkan adanya gangguan pada fungsi ginjal yang
bersifat progresif.
2. Etiologi
Terdapat tiga kategori utama penyebab penyakit ginjal kronis adalah sebagai
berikut (Smeltzer, 2020):
a. Prarenal (Hipoperfusi Ginjal)
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah atau vaskuler akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah
status penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (hipertensi, infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok
kardiogenik) serta gangguan metabolic (diabetes mellitus, goat,
hiperparatiroidisme).
b. Intrarenal (Kerusakan Aktual Jaringan Ginjal)
Penyebab intrarenal adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau
tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan infeksi
serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan
berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot
ketika terjadi cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemia, atau keduanya.
Reaksi transfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal; hemoglobin
dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran membran
glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi faktor pencetus
terbentuknya hemoglobin. Infeksi yang terjadi pada daerah ginjal juga dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronis seperti infeksi saluran kemih,
glomerulonefritis dan pielonefritis. Faktor penyebab lain adalah pemakaian
obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia.
Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal melindungi aliran
darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
c. Pascarenal (Obstruksi Aliran Urin)
Pascarenal yang menyebabkan penyakit ginjal kronis biasanya akibat dari
obstruksi dibagian distal ginjal. Menyebabkan tekanan di tubulus ginjal
meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan laju filtrasi glomerulus (LFG),
contohnya antara lain; obstruksi traktus urinarius, batu pada saluran urin,
tumor, hyperplasia prostat jinak, dan bekuan darah.
Menurut Nurarif & Kusuma (2020), Etiologi PGK dapat diklasifikasikan
menjadi :

Klasifikasi Penyakit Penyakit

Infeksi tubulointerstisial Pielonefritis kronik atau refluks

Penyakit peradangan Glomerulonefritis

Penyakit vaskuler Nefroskelrosis benigna Nefrosklerosis


hipertensif maligna Stenosis arteria renalis

Gangguan jaringan ikat Lupus erternatosus sistemik Poliarteritis


nodosa

Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik Asisdosis tubulus


herediter ginjal

Penyakit metabolic Diabetes mellitus Goat Hiperparatiroidisme

Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik Nefropati timah

Nefropati obstruksi Traktus urinarius bagian atas :batu,


neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus
urinarius bagian bawah : hipertrofi prostat
struktur uretra, anomaly congenital, leher
vesika urinaria dan uretra.

3. Patofisiologi
Patofisiologi KD melibatkan 2 mekanisme kerusakan :
1) mekanisme pencetus spesifik yang mendasari kerusakan selanjutnya
seperti kompleks imun dan mediator inflamasi pada, atau pajanan zat
toksin glomerulonefritis pada penyakit tubulus ginjal
2) mekanisme kerusakan interstitium progresif yang ditandai dengan
adanya dan hiperfiltrasi hipertrofi nefron yang tersisa (Martin, 2022).
Menurut Martin (2022), nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume fitrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi ¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang diabsorpsi dan berakibat diuresis osmotik disertai Selanjutnya
jumlah nefron yang poliuri. rusak bertambah, oliguria timbul disertai retensi
produk sisa. Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan di dalam urin) tertimbun di dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Kerusakan struktur ginjal tersebut akan menyebabkan kerusakan fungsi
ekskretorik maupun non-ekskretorik ginjal. Kerusakan fungsi ekskretorik ginjal
antara lain penurunan ekskresi sisa nitrogen, penurunan reabsorbsi Na pada tubuli,
penurunan ekskresi kalium, penurunan ekskresi fosfat, penurunan ekskresi
hidrogen. Kerusakan fungsi non-ekskretorik ginjal antara lain kegagalan mengubah
bentuk inaktif Ca, menyebabkan penurunan produksi eritropoetin (EPO),
menurunkan fungsi insulin, meningkatkan produksi lipid, gangguan sistem imun,
dan sistem reproduksi (Martin, 2022).
Gangguan tulang pada CKD terutama stadium akhir disebabkan karena
banyak sebab, salah satunya adalah penurunan kalsitriol, yang akan menyebabkan
kegagalan mengubah bentuk inaktif Ca sehingga terjadi penurunan absorbsi Ca.
Penurunan absorbsi Ca ini akan menyebabkan hipokalsemia osteodistrofi dan .
Pada CKD akan terjadi hiperparatiroidisme sekunder yang terjadi karena
hipokalsemia, hiperfosfatemia, resistensi skeletal terhadap PTH. Karena penurunan
laju filtrasi glomerulus, maka ginjal tidak mampu untuk mengekskresikan zat–zat
tertentu seperti fosfat sehingga timbul akan menstimulasi FGF- hiperfosfatemia.
Hiperfosfatemia 23, growth faktor ini akan menyebabkan inhibisi 1-αhydroxylase.
Enzim ini digunakan dalam sintesis kalsitriol. Karena inhibisi oleh FGF-23 maka
sintesis pun akan menurun. Akan terjadi resistensi terhadap kalsitriol vitamin D.
Akhirnya akan timbul hiperparatiroidisme sekunder. Hiperparatiroidisme sekunder
akan menyebabkan depresi pada sumsum tulang sehingga akan menurunkan
pembentukan eritropoetin yang pada akhirnya akan menyebabkan anemia (Martin,
2022).
Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat
mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu sindrom uremia ini
akan menyebabkan trombositopati dan memperpendek usia sel darah merah.
Trombositopati akan meningkatkan resiko perdarahan spontan terutama pada GIT
(gastrointestinal), dan dapat berkembang menjadi anemia bila penanganannya tidak
adekuat. Uremia bila sampai di kulit akan menyebabkan pasien merasa gatal–gatal.
Pada CKD akan terjadi penurunan fungsi insulin, peningkatan produksi lipid,
gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi. Karena fungsi insulin menurun,
maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi akan memicu timbulnya
lipid aterosklerosis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung (Martin,
2022).
4. Pathway

Sumber: (Prabowo & Pranata, 2020)


5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada pasien yang menderita Chronic Kidney Disease (CKD)
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang
mendasari. Gejala CKD muncul secara bertahap, dalam jangka waktu beberapa
bulan atau beberapa tahun. Pada umumnya, tidak ada gejala di tahap awal penyakit
ini sehinga memasuki tahap anjut. Berikut merupakan tanda dan gejala pada CKD
(Jainurakhma et al., 2021):

N System Manifestasi Penyebab


o

1 Integumen:  Kulit  Penimbunan


 Klit  Kekuningan urochrome
 Kuku  Pucat/pallor  Anemia
 Rambut  Oruritas  Penurunan aktivitas
 Kering dan kelenjar keringat
bersisik  Endapan fosfat
 Tipis dan rapuh  Terbuangnya protein
Kering, rapuh dan Ca menurun
 Aktivitas semua
kelenjar menurun

2. Gastrointestinal:  Halitosis/fetor  Urea diubah menjadi


Oral Lambung uremicum anemia oleh bakteri
 Perdarahan gusi, mulut
stomatitis  Perubahan aktivitas
 Mual, muntah, platelet
anoreksia,  Serum uremit toxin
gastritis, akibat bakteri usus
ulceration  Mukosa usus lembab

3. Cardiovaskuler  Hipertensi,  Overload cairan


oedem mekanisme rennin
 Conjungtiva angiotensin
 Kelebihan cairan,
heart failure anemia
 Arteriosklerosis  Hipertensi kronis,
heart disease penapuran jaringan
 Perikarditis lunak
 Toxin uremic dalam
pericardium

4. Pulmonary  Uremic lung  Toxin uremic dalam


atau pneumonia pleura dan jaringan
paru
 Retensi asam organic
hasil metabolism
 Toxin uremic

5. Asam basa  Asidosis  Ketidakseimbangan


metabolic elektrolit
 Retensi asam organic
hasil metabolism

6. Neurologic  Letih, lesu, sakit  Toxin uremic


kepala,  Ketidakseimbangan
gangguan tidur, elektrolit
gangguan
otot/kejang,
pegal

7. Hematologic  Anemia  Penekanan produksi


 Perdarahan RBC
 Penurunan waktu hidup
RBC
 Perdarahan
 Dialysis
 Defisiensi Fe

8. Metabolic  Intoleransi KH  Menurunnya


 Hipertlipidemia sensitifitas insulin di
 Hiperparatiroid dalam jaringan perifer

 Infertility  Penundaan produksi

 Sexual insulin oleh pakreas

disfunction  Meningkatnya waktu

 Menurunnya hidup insulin

libido+ereksi  Meningkatnya produksi

 Menurunnya serum bringliserial

menstruasi s/d  Produksi glyserial


amenorhoc meningkat dalam hati
karena insulin
meningkat
 Menigkatnya produksi
serum trigliserid
 Fosfat dalam serum
meningkat, Ca dalam +
serum menurun
merangsang paratiroid
 Mekanisme belum jelas
 Produksi testosteron
dan speratogenesis
meurun
 Rangsangan paratiroid
meningkat
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harmilah (2020), beberapa pemeriksaan penunjang untuk CKD
antara lain:
a. Gambaran Klinis
1) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi traktus
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia, SLE
2) Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma
3) Gejala komplikasi, antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium,kalium, klorida).
b. Gambaran Laboratorium
1) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum, dan penurunan LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk
memperkirakan fungsi ginjal.
2) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar Hb, peningkatan
kadar asam urat, hiperkalemia atau hipokalemia, hiponatremia,
hiperkloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,dan asidosis metabolik.
3) Kelainan urinalisis, meliputi proteinuria, leukosuria, cast, isostenuria.
c. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi penyakit ginjal kronis antara lain:
1) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
2) Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi
3) Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi
4) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renograf, dikerjakan bila ada indikasi.
d. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal
Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal,
karena diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan
histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,
prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal
tidak dilakukan pada ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal
polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan
pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.
7. Penatalaksanaan
Tujuan mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien CKD adalah untuk
mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara
maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien. Beberapa hal
a. Perawatan kulit, perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik melalui
personal hygiene (mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang
mengandung lemak dan lotion tanpa alkohol untuk mengurangi rasa gatal.
b. Jaga kebersihan oral, lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi
dengan bulu sikat yang lembut/spon.
c. Beri dukungan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyediakan
menu makan favorite sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake
tinggi kalori, rendah natrium dan kalium.
d. Pendidikan kesehatan di tunjuk perawat mandiri untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyakit gagal ginjal kronik sehingga klien
secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara
benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
e. Pantau adanya hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya
kejang/kram pada lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu, pemantauan
hiperkalemia dengan hasil ECG/EKG. Hiperkalemia bisa diatasi dengan
dialisis.
f. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia kondisi ini bisa diatasi dengan
pemberian antasida (kandungan alumunium/kalsium karbohidrat).
g. Kontrol tekanan darah diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi
dicegah dengan mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan
antihipertensi.
h. Observasi adanya gejala neurologi dengan laporkan segera jika dijumpai
kedutan, sakit kepala, kesadaran delirium, dan kejang otot. Berikan
diazepam jika dijumpai kejang
i. Atasi komplikasi dari penyakit yang sangat mudah menimbulkan
komplikasi, maka harus dipantau secara ketat. Gagal jantung kongestif dan
edema pulmonal dapat diatasi dengan membatasi cairan, diet rendah
natrium, diuretik, preparat inotropik (digitalis/dobutamin) dan lakukan
dengan dialisis jika perlu. Kondisi asidosis metabolik bisa diatasi dengan
pemebiaran natrium bikarbonat atau dialysis.
j. Tata laksana dialisis/transplantasi ginjal untuk membantu mengoptimalkan
fungsi ginjal maka dilakukan dialisis. Jika memungkinkan koordinasikan
untuk dilakukan transplantasi ginjal.
8. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit ginjal kronis sebagai berikut:
a. Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi, yang diakibatkan oleh
retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem rennin- angiostensin-
aldosteron, gagal jantung kongestif, perikarditis yang diakibatkan iritasi pada
lapisan pericardium oleh toksik uremik, edema pulmonal, edema periorbital,
edema pada ekstremitas dan pembesaran vena jugularis yang diakibatkan
oleh cairan berlebih.
b. Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekels, sputum kental dan liat, napas
dangkal serta pernapasan kussmaul.
c. Gejala dermatologi/integumen yang sering mencakup gatal-gatal hebat
(pruritis) yang diakibatkan oleh penumpukan kristal ureum dibawah kulit,
saat ini jarang terjadi karena penanganan dini.
d. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi, mencakup anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, penurunan aliran saliva, penurunan kemampuan
pengecapan dan penciuman, perdarahan pada saluran GI, konstipasi dan
diare.
e. Gejala neurologi mencakup kelemahan dan keletihan, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsenterasi, kedutan otot. kejang.
f. Gejala musculoskeletal mencakup kram otot, kekuatan otot hilang. fraktur
tulang dan foot drop.
g. Gejala reproduksi mencakup amenor dan atrofi & Telanjang, 2020).
9. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2020) yaitu :
a. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-
angiostensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengakajian
Berikut merupakan pengkajian pada klien dengan CKD (Purba, 2019):
Anamnesis dianggap sangat penting untuk pengambilan keputusan klinis,
anamnesis dibagi menjadi dua jenis yaitu alloanamnesis dan autoanamnesis.
Alloanamnesis wawancara yang dilakukan tenaga medis dengan keluarga pasien.
Autoanamnesis adalah wawancara yang dilakukan tenaga medis kepada pasien itu
sendiri. Jenis data yang dapat diperoleh dari pengkajian yaitu data data subjektif
dan data objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien
dengan tehnik wawancara keluarga, konsultan, dan tenaga medis lainnya. Data
objektif diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan hasil laboratorium.
a. Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun Iaki-Iaki
sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat. CKD merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut,
sehingga tidak berdiri sendiri.
b. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai
pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-
ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaforesis, fatigue, napas berbau urea,
dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan CKD biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan sistem
ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu,
karena berdampak pada proses metabolisme, maka akan terjadi anoreksi,
nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
CKD dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab.
Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk
penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK.
penggunaan obat berlebih khususnya obat yang bersifat nefrotoksik, BPH dan
lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu ada
beberapa penyakit yang langsung menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes
mellitus, hipertensi dan batu saluran kemih.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga CKD bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun,
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap
kejadian penyakit CKD, karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola
kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit,
misalnya minum jamu saat sakit.
f. Riwayat Psikososia
Pada pasien CKD biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu pasien
mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Pasien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain
itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan, sehingga pasien mengalami kecemasan.
g. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital Kondisi pasien CKD biasanya lemah
(fatigue), tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada
pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat (tachypneu),
hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
h. Sistem Pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patologis gangguan.
Pola napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi (Kussmaull).
i. Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu. biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi jantung, chest
pain, dyspnea, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi
dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis
darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
j. Sistem Neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbik dan sirkulasi
cerebral terganggu. Oleh karena itu. penurunan kognitif dan terjadinya
disorientasi akan dialami pasien CKD.
k. Sistem Kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian CKD salah satunya
adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di atas ambang kewajaran akan
mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium
dan air sehingga akan meningkatkan beban jantung.
l. Sistem Endokrin Berhubungan dengan pola seksualitas, pasien dengan CKD
akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi.
Selain itu, jika kondisi CKD berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus,
maka akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
m. Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,
reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak
adanya urine output).
n. Sistem Pencernaan
Gangguan Sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress
effect). Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
o. Sistem Muskuloskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka berdampak pada
proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual atau potensial, diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab
perawat. Setelah dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul
pada klien dengan penyakit ginjal kronik, yaitu_
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membran alveoluskapiler.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hb.
c. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan.
d. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium.
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
g. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindrom uremia.
3. Rencana keperawatan

No Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)

1. Gangguan L.01003 Pemantauan Respirasi


pertukaran gas Pertukaran Gas Observasi
berhubungan Ekspektasi:  Monitor frekuensi, irama
dengan meningkat Kriteria kedalaman dan upaya napas
ketidakseimbangan hasil  Monitor pola napas (seperti
ventilasi-perfusi,  Tingkat bradipnea, takipnea,
perubahan kesadaran hiperventilasi, , Kussmaul
membran alveolus- meningkat Cheyne- Stokes, Biot,
kapiler.  Dispnea menurun ataksik)
 Bunyi napas  Monitor kemampuan batuk
tambahan efektif
menurun  Monitor adanya produksi
 Pusing menurun sputum
 Penglihatan kabur  Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
 Diaforesis  Palpasi kesimetrisan
menurun ekspansi paru
 Gelisah menurun  Auskultasi bunyi napas
 Napas cuping  Monitor saturasi oksigen
hidung menurun  Monitor nilai AGD
 PCO2 membaik  Monitor hasil x-ray toraks
 PO2 membaik Terapeutik
 Takikardia  Atur interval pemantauan
membaik respirasi sesuai kondisi
 pH arteri pasien
membaik  Dokumentasikan hasil
 Sianosis membaik pemantauan
 Pola napas Terapi
membaik  Terapi oksigen
 Warna kulit
Edukasi
membaik
 Sianosis membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Pola napas pemantauan

membaik  Informasikan hasil


 Warna kulit pemantauan, jika perlu

membaik
Terapi Oksigen

Observasi
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup
 Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelaktasis
 Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur

2. Perfusi perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi


tidak efektif Ekspektasi: Observasi
berhubungan meningkat Kriteria  Periksa sirkulasi periver
dengan penurunan hasil: (mis. Nadi perifer, edema,
konsentrasi  Denyut nadi pengisian kapiler, warna, suhu,
hemoglobin. perifer meningkat ankle brachial index)
 Penyembuhan  Identifikasi faktor resiko
luka meningkat gangguan sirkulasi ( mis.
 Sensasi Diabetes, perokok, orang tua
meningkat hipertensi dan kadar kolestrol
 Warna kulit pucat tinggi)
menurun  Monitor panans, kemerahan,
 Edema perifer nyeri atau bengkak pada
menurun ekstermitas
 Nyeri ekstremitas Teraupetik
menurun  Hindari pemasangan infus
 Parastesia atau pengambilan darah di

menurun  daerah keterbatasan perfusi

Kelemahan otot  Hindari pengukuran tekanan


menurun darah pada ekstermitas dengan

 Kram otot keterbatasan perfusi

menurun  Bruit  Hindari penekanan dan

femoralis menurun pemasangan

 Nekrosis menurun tourniquet pada area yang


 Pengisian kapiler cidera  Lakukan pencegahan
membaik infeksi  Lakukan perawatan
 Akral membaik kaki dan kuku
 Turgor kulit Edukasi
membaik  Anjurkan berhenti merokok
 Tekanan darah  Anjurkan berolah raga rutin
sistolik membaik  Anjurkan mengecek air
 Tekanan darah mandi untuk menghindari kulit
diastolik membaik terbakar
 Tekanan arteri  Anjurkan minum obat
rata-rata membaik pengontrol tekanan darah,
 Indeks ankle- antikoagulan,dan penurun
brachial membaik kolestrol, jika perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrl tekanan darah secara
teratur
 Anjurkan menggunakan obat
penyekat beta
 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikam omega 3)
 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Raasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
Manajemen Sensasi Perifer
Observasi
 Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
 Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prosthesis, sepatu,
dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi
tajam dan tumpul
 Periksa perbedaan sensasi
panas dan dingin
 Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
 Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Teraupetik
 Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
 Anjurkan penggunaan
thermometer untuk menguji
suhu air
 Anjurkan penggunaan sarung
tangan termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
3. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan Ekspektasi: Observasi
dengan kurangnya membaik Kriteria  Identifikasi status nutrisi
asupan makanan hasil:  Identifikasi alergi dan
 Porsi makanan intoleransi makanan
yang dihabiskan  Identifikasi makanan yang
meningkat  disukai
Kekuatan otot  Identifikasi kebutuhan kalori
pengunyah dan jenis nutrient
meningkat Monitor asupan makanan
 Kekuatan otot  Monitor berat badan
menelan meningkat  Monitor hasil pemeriksaan
 Serum albumin laboratorium
meningkat Teraupetik
 Verbalisasi  Lakukan oral hygiene
keinginan untuk sebelum makan, jika perlu
meningkatkan  Fasilitasi menentukan
nutrisi meningkat pedooman diet (mis Piramida
 Pengetahuan makanan)
tentang pilihan  Sajikan makanan secara
makanan yang sehat menarik dan suhu yang sesuai
meningkat  Berikan makanan tinggi serat
 Pengetahuan untuk mencegah konstipasi
tentang pilihan  Berikan makanan tinggi
minuman yang kalori dan tinggi protein
sehat meningkat  Berikan makanan rendah
 Pengetahuan protein
tentang standar Edukasi
asupan nutrisi yang  Anjurkan posisi dusuk, jika
tepat meningkat
mampu  Anjurkan diet yang
 Penyiapan dan diprogramkan Kolaborasi
penyimpanan
 Kolaborasi pemberian
makanan yang
medikasi sebelum makan (mis.
aman meningkat Pereda nyeri, antiemetic), jika
 Penyiapan dan perlu
penyimpanan Kolaborasi
minuman yang  Kolaborasi dengan ahli gizi
aman meningkat menentukan jumlah kalori dan
 Sikap terhadap jenis nutrient yang dibutuhkan,
makanan/minuman jika perlu
sesuai dengan
tujuan kesehatan
meningkat 
Perasaan cepat
kenyang menurun
 Nyeri abdomen
menurun
 Sariawan
menurun
 Rambut rontok

4. Hipervolemia Keseimbangan Manajemen Hipervolemia


berhubungan Cairan Ekspektasi: Observasi
dengan gangguan meningkat Kriteria  Periksa tanda dan gejala
mekanisme hasil: hipervolemia (mis. Ortopnea,
regulasi, kelebihan  Asupan cairan dispnea, edema, JVP/CVP
asupan cairan, meningkat meningkat, refleks
kelebihan asupan  Haluaran urin hepatojugular positif, suara
natrium meningkat npas tambahan)
 Kelembaban  Identifikasi penyebab
membran mukosa hipervolemia
meningkat  Monitor status hemodinamik
 Asupan makanan (mis. frekuensi jantung,
meningkat tekanan darah, MAP, CVP,
 Edema menurun PAP, PCWP, CO, CI), jika
 Dehidrasi tersedia
 Monitor intake dan output
menurun cairan
 Asites menurun  Monitor tanda
 Konfusi menurun hemokonsentrasi (mis. kadar
 Tekanan darah natrium, BUN, hematokrit,
membaik berat jenis urine)

 Denyut nadi  Monitor tanda peningkatan


radial membaik tekanan onkotik plasma (mis.

 Tekanan arteri kadar protein dan albumin

rata- rata membaik meningkat)

 Membran mukosa  Monitor keceptan infus

membaik secara ketat

 Mata cekung  Monitor efek samping

membaik diuretik (mis. Hipotensi

 Turgor kulit ortostatik, hipovolemia,

membaik hipokalemia, hiponatremia)

 Berat badan Terapeutik

membaik  Timbang berat badan setiap


hari pada waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan
garam
 Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40° Edukasi

Edukasi
 Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam sehari
 Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
 Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik
 Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
 Kolaborasi pemberian
continous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu

5. Intoleransi Toleransi Manajemen Energi


aktivitas Aktivitas Observasi
berhubungan Ekspektasi:  Identifikasi gangguan fungsi
dengan meningkat tubuh yang mengakibatkan
ketidakseimbangan Kriteria hasil: kelelahan
antara suplai dan  Frekuensi nadi  Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen meningkat emosional
 Saturasi oksigen  Monitor pola dan jam tidur
meningkat  Monitor lokasi dan
 Kemudahan ketidaknyamanan selama
dalam melakukan melakukan aktivitas
aktivitas sehari- Terapeutik
hari meningkat  Sediakan lingkungan nyaman
 Kecepatan dan rendah stimulus (mis.
berjalan meningkat cahaya, suara, kunjungan)
 Jarak berjalan  Lakukan latihan rentang
meningkat gerak pasin dan/atau aktif
 Kekuatan tubuh  Berikan aktivitas distraksi
bagian atas yang menenangkan
meningkat  Fasilitasi duduk di sisi
 Kekuatan tubuh tempat tidur, jika tidak dapat
bagian bawah berpindah atau berjalan
meningkat Edukasi
 Toleransi dalam  Anjurkan tirah baring
menaiki tangga  Anjurkan melakukkan
meningkat aktivitas secara bertahap
 Keluhan lelah  Anjurkan menghubungi
 Dipsnea saat perawat jika tanda dan gejala
aktivitas menurun kelelahan tidak berkurang
 Dipsnea setelah  Ajarkan strategi koping
aktivitas menurun untuk mengurangi kelelahan
 Perasaan lemah Kolaborasi
menurun  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Aritmia saat tentang cara meningkatkan
beraktivitas asupan makanan
menurun
 Aritmia setelah
beraktivitas
menurun
 Sianosis menurun
 Warna kulit
membaik
 Tekanan darah
membaik
 Frekuensi napas
membaik
 EKG Iskemia
membaik

6. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


berhubungan Ekspektasi: Observasi
dengan agen menurun  Identifikasi lokasi,
pencedera Kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis.  Kemampuan kualitas, intensitas nyeri
menuntaskan  Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat  Identifikasi respons nyeri
 Keluhan nyeri non verbal
menurun  Identifikasi faktor yang
 Meringis menurun memperberat dan
 Sikap protektif memperingan nyeri
menurun  Identifikasi pengetahuan dan
 Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri

 Kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh budaya


menurun terhadap respon nyeri

 Menarik diri  Identifikasi pengaruh nyeri


menurun pada kualitas hidup

 Berfokus pada  Monitor keberhasilan terapi


diri sendiri komplementer yang sudah
menurun diberikan

 Diaforesis  Monitor efek samping


menurun penggunaan analgetik

 Perasaan depresi Terapeutik

(tertekan) menurun  Berikan teknik

 Perasaan takut nonfarmakologis untuk

mengalami cidera mengurangi rasa nyeri (mis.

tulang menurun TENS, hipnosis, akupresur,

 Anoreksia terapi musik, biofeedback,

menurun Perineum terapi pijat, aromaterapi, teknik

terasa tertekan imajinasi terbimbing, kompres

menurun hangat/dingin, terapi bermain)

 Uterus teraba  Kontrol lingkungan yang

membulat menurun memperberat rasa nyeri (mis.

 Ketegangan otot suhu ruangan, pencahayaan,

menurun kebisingan)

 Pupil dilatasi  Fasilitasi istirahat dan tidur

menurun  Pertimbangkan jenis dan

 Muntah menurun sumber nyeri dalam pemilihan


strategi meredakan nyeri
 Mual menurun
 Frekuensi nadi
membaik Edukasi
 Pola napas  Jelaskan penyebab, periode,
membaik dan pemicu nyeri
 Tekanan darah  Jelaskan strategi meredakan
membaik nyeri
 Proses berpikir  Anjurkan memonitor nyeri
membaik secara mandiri
 Fokus membaik  Anjurkan menggunakan
 Fungsi berkemih analgetik secara tepat 
membaik Ajarkan teknik
 Perilaku membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

7. Gangguan Integritas Kulit Perawatan Integritas Kulit


integritas kulit dan Jaringan Observasi
berhubungan Ekspektasi:  Identifikasi penyebab
dengan kelebihan meningkat Kriteria gangguan integritas kulit (mis.
volume cairan, hasil: perubahan sirkulasi, perubahan
sindrom uremia  Elastisitas status nutrisi, penurunan
meningkat kelembaban, suhu lingkungan
 Hidrasi meningkat ekstrem, penurunan mobilitas)
 Perfusi jaringan Terapeutik
meningkat  Ubah posisis tiap 2 jam jika
 Kerusakan tirah baring
jaringan menurun  Lakukan pemijatan pada area
 Kerusakan lapisan penonjolan tulang, jika perlu
kulit menurun  Bersihkan perineal dengan
 Nyeri menurun air hangat, terutama selama

 Perdarahan periode diare

menurun  Gunakan produk berbahan


petrolium atau minyak pada
 Kemerahan kulit kering
menurun  Gunakan produk berbahan
 Hematoma ringan/alami dan hipoalergik
menurun pada kulit sensitif
 Pigmentasi  Hindari produk berbahan
abnormal menurun dasar alkohol pada kulit kering
 Jaringan parut Edukasi
menurun  Anjurkan menggunakan
 Nekrosis menurun pelembab (mis. lotion, serum)
 Abrasi kornea  Anjurkan minum air yang
menurun cukup

 Suhu kulit  Anjurkan meningkatkan


membaik asupan nutrisi

 Sensasi membaik  Anjurkan meningkatkan

 Tekstur membaik asupan buah dan sayur

 Pertumbuhan  Anjurkan menghindari

rambut membaik terpapar suhu ekstrem


 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Dalam evaluasi perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai Jika hasil tidak
terpenuhi, revisi mungkin diperlukan dalam pengkajian (pengumpulan data),
diagnosis keperawatan, perencanaan, atau implementasi. Evaluasi juga merupakan
penilaian ulang dan menginterpretasikan data baru yang berkelanjutan untuk
menentukan apakah tujuan tercapai sepenuhnya, sebagian, atau tidak sama sekali.
Evaluasi memastikan bahwa klien menerima perawatan yang tepat dan
kebutuhannya terpenuhi (Siregar, 2021)
Daftar Pustaka
Desfrimadona. (2019). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas.
Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Jainurakhma, J., Koerniawan, D., Supriadi, E., Frisca, S., Perdani, Putri, Z., …
Yudianto, A. (2021). Dasar-Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dengan
Pendekatan Klinis. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Nurbadriyah, W. D. (2021). Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis dengan
Pendekatan 3S. Jakarta: Literasi Nusantara.
Siregar, D. (2021). Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Medan: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai