Anda di halaman 1dari 14

K O N S E P S E K S U A L I TA S

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu tugas Psikologi Keperawatan

Disusun Oleh:
Mohammad Rizal Haidir
NiM: 1420122134

P R O G R A M S T U D I S A R J A N A K E P E R AWATA N
I N S T I T U S K E S E H ATA N I M M A N U E L B A N D U N G
TA 2 0 2 3 / 2 0 2 4
K ATA P E N G A N TA R

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah swt, yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah konsep seksualitas.
Te r i m a k a s i h s a y a u c a p k a n k e p a d a d o s e n d a r i m a t a k u l i a h i n i k a r e n a
telah memberikan tugas ini dengan diberikannya tugas ini dapat
menambah ilmu dan wawasan saya.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
dari makalah ini, oleh karena itu, saya dapat memperbaiki karya ilmiah
ini.
Saya berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi pembaca.

Bandung,14 mei 2023

Mohammad Rizal Haidir


D A F TA R I S I

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….1


DAFTAR ISI ..……………………………………………………………………………...2
BAB I ………………………………………………………………………………………..3
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………4
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….4
1 . 2 Tu j u a n p e n u l i s a n … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 4
a. tujuan umum…………………………………………………………………..4
b. tujuankhusus………………………………………………………………….4
BABII…………………………………………………………………………….5
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL………………………………6
A. P E N G E RT I A N P S I K O S E K S U A L … … … … … … … … … … … … … … … 6
B. P E N G E RT I A N D A N F U N G S I S E K S … … … … … … … … … … … … … . 6
C. I S U - I S U S E K S U A L I TA S … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 6
D. D I M E N S I S E K S U A L I TA S … … … … … … … … … … … … … … … … … … 6
E. D A M PA K P E R I L A K U S E K S T E R H A D A P P S I K O L O G I S … … … … . 6
BABIII……………………………………………………………………………7
PENUTUP………………………………………………………………………...8
KESIMPULAN……………………………………………………………………9
D A F TA R P U S TA K A … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 1 0
BAB I

PENDAHULUAN

1 . 1 L ATA R B E L A K A N G
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan
manusia.Seksualitas di definisikan sebagai kualitas manusia , perasaan
paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula
berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk
seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatuyang
lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakankegiatan
fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yangsering di
bicarakan dari bagian personalitas total manusia, danberkembang terus
dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen -elemen yang terkait
dengan keseimbangan seks dan seksualitas.Elemen -elemen tersebut
termasuk elemen biologis; yang terkaitdengan identitas dan peran gender
berdasarkan ciri seks sekundernyadipandang dari aspek biologis. Elemen
sosiokultural, yang terkaitdengan pandangan masyarakat akibat pengaruh
kultur terhadap perandan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu.
Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembangan
psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan
beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan p eran
g e n d e r d a r i a s p e k p s i k o s o s i a l . Te r m a s u k t a h a p a n p e r k e m b a n g a n
psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan gendernya.
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.Seksualitas
dalam hal ini berkaitan erat dengan anatomi dan fungsional alat
reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan
fisik dan biologis manusi a.
1 . 2 Tu j u a n P e n u l i s

a . Tu j u a n U m u m

Untuk mengetahui apa itu seks, fungsi seks, apa itu seksualitas
dan bagaimana manfaat seks j ika dilihat dari psikologi.

b . Tu j u a n K h u s u s

1. Mengetahui teori perkembangan seksualitas


2. Mengetahui pengertian dan fungsi seks
3. Mengetahui isu isu seksualitas
4. Mengetahui dimensi seksualitas
5. Mengetahui dampak perilaku seks terhadap psikologi
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL


salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu
teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepriba dian yang
berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak -kanak di mana
m e n c a r i k e s e n a n g a n - e n e rg i d a r i i d m e n j a d i f o k u s p a d a a r e a s e n s i t i f
seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai
kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia
l i m a t a h u n . Aw a l p e r k e m b a n g a n b e r p e n g a r u h b e s a r d a l a m p e m b e n t u k a n
kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, has ilnya adalah
kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada
tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih
pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu
akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku
pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat
mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.

1.Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut,
sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut
sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari
rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan
m e n g i s a p . K a r e n a b a y i s e p e n u h n y a t e rg a n t u n g p a d a p e n g a s u h ( y a n g
bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga
mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi
oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus
m e n j a d i k u r a n g b e rg a n t u n g p a d a p a r a p e n g a s u h . J i k a f i k s a s i t e r j a d i p a d a
tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan
k e t e rg a n t u n g a n a t a u a g r e s i . f i k s a s i o r a l d a p a t m e n g a k i b a t k a n m a s a l a h
dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2.Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah
p a d a p e n g e n d a l i a n k a n d u n g k e m i h d a n b u a n g a i r b e s a r. K o n f l i k u t a m a
pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada
cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang
memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada
saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak -anak merasa
mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama
tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang
kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan
bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan
menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan.
Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil
n e g a t i f . J i k a o r a n g t u a m e n g a m b i l p e n d e k a t a n y a n g t e r l a l u l o n g g a r, F r e u d
menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di
mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan.
Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud
percaya bahwa kepribadian kuat -analberkem bang di mana individu
tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin.
Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga
percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan
untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan
ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ay ah.Namun,
anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan
ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set
sama perasaan yang dialami oleh gadis -gadis muda. Freud,
bagaimanapun, percaya bahwa gadis -gadis bukan iri pengalaman p3n1s.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang
sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk
anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa p3n1s iri t idak pernah
sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku
pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini,
menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya,
Horney mengusulkan bahwa laki -laki mengalami perasaan rendah diri
karena mereka tidak bisa melahirkan anak -anak.
4.Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada,
tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan
i n t e r a k s i s o s i a l . Ta h a p i n i s a n g a t p e n t i n g d a l a m p e n g e m b a n g a n
keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil.
Ti d a k a d a o r g a n i s a s i b a r u s e k s u a l i t a s b e r k e m b a n g , d a n d i a t i d a k
membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak
selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi
sebagai suatu periode terpisah.
5.Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan
minat seksual yang kuat pada la wan jenis. Dimana dalam tahap -tahap
awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan
orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai
dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli.
Tu j u a n d a r i t a h a p i n i a d a l a h u n t u k m e n e t a p k a n k e s e i m b a n g a n a n t a r a
berbagai bidang kehidupan.

B . P E N G E RT I A N D A N F U N G S I S E K S
Seks adalah pembagian 2 jenis kelamin, yakni laki -laki dan
perempuan, yang ditentukan secara biologis. Seks juga berkaitan dengan
karakter dasar fisik dan fungsi manusia, mulai dari kromosom, kadar
h o r m o n , d a n b e n t u k o rg a n r e p r o d u k s i . M i s a l n y a , l a k i - l a k i d a n p e r e m p u a n
memiliki organ reproduksi berbeda, baik yang dilihat dari dalam maupun
l u a r. D e m i k i a n p u l a d e n g a n j e n i s d a n k a d a r h o r m o n p a d a t u b u h l a k i - l a k i
d a n p e r e m p u a n . H a l i n i d i s e b u t d e n g a n k a r a k t e r i s t i k s e k s p r i m e r. S e l a i n
k a r a k t e r i s t i k s e k s p r i m e r, a d a j u g a k a r a k t e r i s t i k s e k s s e k u n d e r. I n i
adalah karakteristik seks yang terjadi karena adanya perbedaan pada
k a r a k t e r i s t i k s e k s p r i m e r. M i s a l n y a , l a k i - l a k i d a n p e r e m p u a n s a m a - s a m a
memiliki payudara, tetapi karakteristik sekunder perempuan adalah
jaringan payudara yang mengandung lebih banyak lemak dan kelenjar air
susu karena pengaruh hormon. Kenda ti umumnya seks memiliki
perbedaan yang tegas, ada juga sebuah kondisi kelainan bawaan yang
menyebabkan seseorang terlahir dengan gabungan ciri kelamin laki -laki
dan perempuan (kelamin ganda), baik secara fisik maupun genetik.
Kondisi ini disebut dengan in terseks. Contohnya adalah sindrom
K l i n e f e l t e r.

C . I S U - I S U S E K S U A L I TA S

Seksualitas sebenarnya termasuk urusan privat. Tapi, dalam


kenyataannya, ia tidak hanya menjadi persoalan privat, tapi seringkali
justru menjadi urusan publik. Ketika menjadi isu publik inilah banyak
persoalan muncul. Ketika seksualitas menjadi isu publik, ia menjadi
obyek yang mudah diintervensi dari luar, mulai dari struktur sosial,
norma-norma budaya, agama hingga negara. Seksualitas kemudian
kehilangan otentisitasnya sebagai ekspresi paling pribadi dari s eseorang.
Persoalan seksualitas menjadi semakin kompleks karena masyarakat
menganggapnya tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Justru karena
tabu inilah berbagai persoalan seksualitas bukan semakin jelas, tapi
justru kian tersembunyi dengan berbagai kepen tingan patriarkhi di
dalamnya.

Menurut Ratna Batara Munti (Suara Apik, edisi 12 tahun 2000),


seksualitas ditabukan sebagai bahan pembicaraan publik bukan semata -
mata karena ia membicarakan hal -hal yang sangat pribadi, tetapi
terutama karena pembicaraan men genai seksualitas dapat menyadarkan
orang tentang konstruksi sosial seksualitas yang diskriminatif,
seksploitatif dan oppressif.

Celakanya, seksualitas hanya dipahami sebagai isu biologis dan


hubungan seks semata; hubungan seks yang dimaksudkan pun direduk si
lagi menjadi hanya pada hubungan badan antara laki -laki dan perempuan
(heteroseksual). Padahal, seksualitas jauh lebih luas dari sekadar
persoalan biologis, apalagi hanya urusan hubungan badan. Seksualitas
mencakup selurus kompleksitas emosi, perasaan, kepribadian, sikap dan
bahkan watak sosial, berkaitan dengan perilaku dan orientasi atau
preferensi seksual (Munti, 2000). Akibat tabu itulah, pemahaman
seksualitas mengalami reduksi bahkan distorsi. Bisa dipahami jika
wacana seksualitas selama ini tidak p aralel dengan perkembangan
seksualitas sendiri yang terus berkembang.

D. DIMENSI SEKSUALITAS

Seksualitas memiliki dimensi -dimensi. Dimensi-dimensi Seksualitas


seperti sosiokultural, dimensi agama dan etik, di mensi psikologis dan
dimensi biologis (Perry & Potter, 2005). Masing -masing dimensi tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut :

• Dimensi Sosiokultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang


menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragam an
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam
norma seksual dan menghadapi spectrum tentang keyakinan dan nilai
yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan
selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, t ipe aktivitas
seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa
seseorang menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah .

Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam


membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau
menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Setiap
kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu
perilaku anggotanya.

Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu


dan menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja,
bagaimana seseorang menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering
mereka melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika
mereka melakukan hubungan seks.

• Dimensi Agama Dan Etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan


etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan
dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan
seksual. Spektrum sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari
pandangan tradisional tentang hubungan seks yang hanya dalam
perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa
yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode
etik individu dapat mengakibatkan konflik internal .

• Dimensi Psikologis

Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari.


Apa yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan
dengan mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai
pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.

Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang


halus dan nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk
seksual berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan
kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua
memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda
berdasarkan jender.

• Dimensi Biologis

Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki -laki


dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic
dalam tel ur yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang
menjadikan perbedaan seksual. Ketika hormone seks mulai
mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk karakteristik laki -
laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi individu kembali saat
pubertas, dimana anak perempuan mengalami menstruasi dan
p e r k e m b a n g a n k a r a k t e r i s t i k s e k s s e k u n d e r, d a n a n a k l a k i - l a k i m e n g a l a m i
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan
perkembangan karakteristik seks sekunder.

E. DAMPAK PERILAKU SEKS TERHADAP PSIKOLOGIS

Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksua l


Bagi pelaku seks bebas, ketakutan hamil di luar nikah atau tertular
penyakit seksual adalah sumber stres utama yang tidak dapat
dihindarkan. Merasa menyesal dan bersalah Beberapa pelaku seks bebas
sering merasa menyesal dan bersalah karena dalam hati nuraninya,
perilaku tersebut dianggap salah dan terlarang untuk dilakukan .
Memengaruhi perkembangan karakter Ketika seseorang, apalagi anak
muda, memperlakukan orang lain sebagai objek seksual untuk kepuasaan
semata, orang tersebut akan kehilangan rasa hormat pada dirinya sendiri .
Mereka kemudian akan terbiasa untuk tidak membedakan mana yang
benar dan salah, demi mendapatkan kesenangan pribadinya .
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Seks adalah pembagian 2 jenis kelamin , yakni laki-laki dan


perempuan, yang di tentukan secara biologis, seks juga berkaitan d engan
karakter dasar fisik dan fungsi manusia, mulai dari kromosom, kadar
hormon, dan bentuk organ reproduksi. Misalnya, laki-laki dan perempuan
memiliki organ reprodu ksi berbeda, baik yang dilihat dari dalam maupun
luar.

Seksualitas adalah aspek inti manusia sepanjang kehidupan nya


meliputi seks, peran, orientas i seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan
dan reproduksi
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, Aziz. 2009.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia AplikasiKonsep dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans InfoMedia.
belajarpsikologi.com/tahap - perkembangan - psikososialmenurut-sigmund-freud/
swararahima.com/2018/10/24/ketika -seksualitas-jadi-isu-publik/
h t t p s : / / w w w. p s y c h o l o g y m a n i a . c o m / 2 0 1 2 / 0 9 / d i m e n s i - s e k s u a l i t a s . h t m l

Anda mungkin juga menyukai