Anda di halaman 1dari 58

BAB I

CARA BERPIKIR SEJARAH ( SINKRONIK DAN


DIAKRONIK

Pengertian Berpikir Sinkronis :


Adalah memperluas ruang dalam berpikir, namun secara waktu kita terbatas.
Dalam pola pikir sinkronik ini, peristiwa sejarah yang dipelajari adalah sejaman dan melihat
sudut sejarah dalam ruangan yang sama. Pendekatan sinkronis ini mempelajari aspek pada
kurun waktu yang terbatas dan memiliki sifat horizontal dan tidak memiliki konsep
perbandingan seperti diakronik.
Pengertian Berpikir Diakronis :
Adalah memanjangkan waktu dalam berpikir, namun secara ruang kita terbatas. Sejarah
dalam cara pikir ini dipentingkan prosesnya sehingga berupaya untuk melihat sejarah dari
sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis ini menganalisis evolusi dari waktu sehingga lebih
menekankan perubahan dari masa-masa lampau. Diakronik memiliki sifat vertikal dan
memiliki konsep perbandingan.
Perbedaan konsep berpikir sinkronis dan diakronis
1. Cara berpikir sinkronis
2. Kerangka berpikir sinkronis mengamati kehidupan sosial secara meluas
berdimensi ruang
3. Konsep ini memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang
terstruktur dan saling berkaitan antara satu unit dgn unit yg lain
4. Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dgn menjelaskan bagian demi
bagian
5. Menjelaskan struktur dan fungsi dari masing masing unit dalam kondisi statis
6. Digunakan oleh ilmu sosial, seperti geografis, sosiologi, politik, ekonomi,
antropologi dan aerkeologi.
7. Cara berpikir diakronis atau kronologis
8. Dalam konsep berpikir ini mempelajari sosial secara memanjang berdimensi
waktu.
9. Memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan memiliki
hubungan kausalitas atau sebab akibat .
10. Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu
kehidupan masyarakat secara berkesinambungan.
11. Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis.
12. Digunakan dalam ilmu sejarah.
Contoh cara cara berpikir sekitar Proklamasi secara singkronis dan diakronis :
Secara sinkronik :
1. Peran pemuda dalam peristiwa penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok
2. Peran pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan
3. Suasana Jakarta pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
4. Pembacaan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa yang
paling bersejarah dan paling penting bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu terjadi di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi.
5. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat dan pasca proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1965.

Secara Diakornis :
1. Tahun 1944-1945, iawali dari peristiwa pemberian janji kemerdekaan oleh Jepang,
pembentukan BPUPKI dan PPKI, pengeboman Hiroshima dan nagasaki, menyerahnya
jepang kepada sekutu, penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok, perumusan
naskah proklamasi, dan proklamasi.
2. 16 Agustus 1945 dini hari : Peristiwa Rengas Dengklok
3. 16 Agustus 145 malam hari : Perumusan Naskah Proklamasi
4. 17 Agustus 1945 : Detik-detik proklamasi, awalnya Proklamasi akan dibacakan di
Lapangan Ikada, namun dipindahkan ke kediaman Soekarno karena dikhawatirkan
terjadi pertumpahan darah. Akibatnya, sekitar 100 anggota Barisan Pelopor kembali
berjalan dari Lapangan Ikada ke kediaman Soekarno. Mereka datang terlambat dan
menuntut pembacaan ulang Proklamasi. Namun ditolak dan hanya diberikan amanat
singkat oleh Hatta
5. Setelah tanggal 17 Agustus 1945:
 18 Agustus 1945 : Sidang PPKI I tentang pemilihan dan penetapan Presiden dan
Wakil Presiden RI, Undan Undang Dasar
 19 Agustus 1945 : Sidang PPKI untuk menetapkan menteri / kabinet dan wilayah
RI
KONSEP RUANG DAN WAKTU
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai peristiwa atau kejadian
penting dalam kehidupan umat manusia. Manusia dalam peristiwa sejarah menjadi
unsur penting seperti layaknya pemeran utama dalam drama. Peran manusia sangat
menentukan dalam suatu peristiwa.
1. Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu, merupakan tempat terjadinya
berbagai peristiwa-peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu. Penelaahan suatu
peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu
terjadinya peristiwa tersebut. Jika waktu menitikberatkan pada aspek kapan peristiwa itu
terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat dimana peristiwa itu
terjadi.
2. Konsep Waktu
Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi masa
lampau bukan merupakan suatu masa yang final, berhenti dan tertutup. Masa lampau itu
bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga dalam sejarah masa lampau manusia
bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita
untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di
masa mendatang.
Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan
untuk perencanaan masa yang akan datang. Sejarah terbentuk dari tiga unsur yang
ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut
adalah :
3. Manusia
Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia adalah pelaku
/ aktor utama yang sangat menentukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga mempelajari
sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai aktor sejarah,
manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal munculnya ide kreatif.
Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya kebudayaan.
2. Ruang
Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau tempat terjadinya
peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas yang tinggal di suatu
tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang diperoleh dari leluhurnya. Sehingga
kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya, politik,
ekonomi pada ruang atau tempat tertentu.
3. Waktu
Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat dilepaskan dari
waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan.
Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu
yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada
dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya.
Kesimpulan :
1. Sejarah berkaitan dengan masa lampau, artinya pembelajaran sejarah adalah
pembelajaran peristiwa masa lampau
2. Sejarah bersifat kronologis, artinya dalam penyusunan pembelajaran sejarah harus
berdasarkan urutan waktu
3. Peristiwa sejarah memiliki 3 unsur utama, yaitu manusia, ruang dan waktu
4. Sejarah berkaitan dengan perspektif waktu, sekalipun sejarah erat kaitannya
dengan masa lampau, namun masa lampau ini ditarik untuk melihat masa kini dan
yang akan datang
Sejarah selalu berhubungan dengan sebab akibat, artinya dalam merangkai fakta atau peristiwa
satu sama lainnya harus ada prinsip sebab akibat. Mengapa sebuah peristiwa terjadi dan
bagaimana dampak atau akibatnya setelah peristiwa terjadi
BAB II
KAHIDUPAN MANUSIA PRA-AKSARA DI INDONESIA

Pengertian Praaksara atau Prasejarah.


Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia
belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman
tidak ada tulisan. telah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah.
Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan
setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu. Misalnya bangsa Mesir
Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan Dravida
meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia
meninggalkan zaman praaksara 400 M.
Sumber utama zaman pra sejarah adalah benda berupa fosil dan artefak.
Fosil adalah sisa makhluk hidup baik berupa binatang, tumbuhan maupun manusia yang
telah membatu. Artefak adalah alat-alat yang dipergunakan manusia purba. Manusia purba
adalah manusia yang hidup pada zaman pra sejarah.
Pembagian Masa Pra Aksara Berdasarkan Geologi
Berdasarkan hal ini, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman.
Zaman- zaman tersebut sekaligus merupakan pembabakan prasejarah yang terdiri dari:
1. Zaman Arkeozoikum. Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta
tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi
masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta
tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis
di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali diperkirakan
muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis
amfibi.
3. Zaman Mesozoikum Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira
140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar
(dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu.
Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi
beberapa :
a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah
memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.
b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba.
Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di
kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada
masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens,
merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar
20.000 tahun yang lalu.

Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.


Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba
banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampu
telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo
(Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Dia daerah daerah tersebut di
atas banyak di temukan fosil manusia purba. Di Indonesia terdapat beberapa jenis
manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus, Pithacanthropus erectus,
dan Homo (manusia purba modern).
1. Meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus artinya manusia
purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang kekar,
diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua diantara manusia purba yang lain.
Fosil manusia purba meganthropus paleojavanicus ditemukan dan diteliti oleh Dr.
G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941. Pertama kali fosil makhluk
ini ditemukan di Sangiran, daerah lembah Bengawan Solo, dekat Surakarta. Dari
yang dapat dilihat ukuran fosil itu, meganthropus paleojavanicus berbadan besar
dengan rahang besar, kening menonjol, dan tulang tebal. Dari keadaan itu, maka
makhluk Sangiran tersebut dinamakan Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar,
anthropos = manusia, paleo = purba, javanicus = manusia jawa). Meganthropus hidup
sekitar 2 juta tahun sebelum masehi dan hidup dengan makan tumbuh-tumbuhan.
Makhluk tersebut termasuk jenis Homo Hobilis.
2. Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Manusia purba ini memiliki ciri-ciri
 berbadan tegak,
 memiliki tinggi banadan antara 165-180 cm.
Pithacanthropus erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di
Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil,Sangiran, Sambungmacan,
dan Ngandong. Pertama kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai
Bengawan Solo, Surakarta, tahun 1891.
3. Homo. berarti manusia. Manusia purba
Memiliki ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan Meganthropus
paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di
Indonesia antara lain.
a. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-
1934, olah Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan
Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 180 cm,
tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
b. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak.
Ditemukan tahun 1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa
Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 130-210
cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan
telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
c. Homo Sapiens, artinya manusia cerdas.
Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo sapiens hidup di
Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang
sudah hampir sama dengan manusia modern saat ini.
Periode masa Pra Aksara Berdasarkan Hasil Budaya
1. Zaman Batu
a. Zaman Batu Tua (Paleolithicum)
1) Peralatannya terbuat dari batu yang masih kasar
2) Alat yang digunakan terbuat dari tulang dan alat serpih
3) Manusianya Pithecanthropus Erectus masih hidup secara nomaden
4) Hidup dengan berburu dan meramu.
5) Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Pacitan = menurut Von Koenigswald pada tahunh. 1935 menemukan alat-alat batu
berupa kapak genggam. Alat Pacitan disebut dengan chopper (alat penetak) Ngandong =
alat yang terbuat dari tulang atau tanduk binatang.
b. Zaman Batu Madya (Mesolithicum)
1) Peralatan dibuat dari batu yang mulai dihaluskan
2) Alatnya berupa kapak Sumatera
3) Bertempat tinggal di gua semi nomaden
4) Sudah mengenal seni = lukisan hewan dan cap tangan berwarna merah)
5) Sudah mengenal kepercayaan
6) Sudah mengenal bercocok tanam dan berladang
7) Hasil budaya berupa Kjokkenmodinger (tumpukan kerang) dan Abrissous roche
(cap tangan)
c. Zaman Batu Muda (Neolithicum)
1) Peralatan dibuat dari batu yang sudah di haluskan
2) Alat yang digunakan kapak lonjong dan persegi
3) Manusianya jenis Homo dan hidup sudah menetap dan berkelompok
4) Mengenal bercocok tanam, bersawah, dan berladang.
5) Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
6) Hasil budaya berupa kapak lonjong dan persegi.
d. Zaman Batu Besar (Megalithicum)
1) Batu yang digunakan berukuran besar
2) Peninggalannya berdasarkan kepercayaan yaitu:
a) Menhir : kaki meja
b) Dolmen : meja dari batu
c) Waruga : peti kubur kubus (bongkar pasang)
d) Sarkofagus : peti kubur lesung
e) Punden Berundak : untuk melakukan upacara
f) Arca

2. Zaman Logam
a. Zaman Perunggu
Teknik pembuatan barang-barang dari perunggu ada 2
yaitu: Teknik a cire perdue = teknik cetak hilang
Teknik bivalve = teknik cetak ulang
Adapun barang peninggalannya yaitu:
1) Nekara
2) Moko
3) Kapak corong
4) Arca
b. Zaman Besi
Peninggalannya berupa :
1) Mata panah
2) Mata tombak
Periodesasi Masa Pra-Aksara Berdasar Corak Kehidupan
1. Masa Berburu
a Kegiatan pokok berburu dan mengumpulkan makanan
b. Alat yang digunakan batu, kayu,dan tulang. Seperti kapak perimbas untuk
menguliti kulit binatang
c. Masih terganntung alam sekitar biasanya tinggal di tepi sungai dan masih
nomaden d. Manusianya Pithecanthropus
e. Pada masa Paleolithicum
2. Mengumpulkan Makanan (Food Gathering)
a. Alat yang digunakan memasuki tradisi serpih biah alat-alatnya yaitu alat dari tulang dan
kapak genggam
b. Manusianya Pithecanthropus hidup dengan nomaden secara berkelompok
c. Biasa hidup di gua
d. Termasuk dalam masa Mesolithicum
3. Masa Bercocok Tanam
a. Sudah membentuk perkampungan kecil
b. Manusianya berjenis Homo soloensis dan wajakensis sudah mengenal berladang tetapi
tidak menetap
c. Alat-alatnya berasal dari batu yang sudah di haluskan dan sudah mengenal gerabah, seperti
kapak lonjong untuk mencangkul dan beliung persegi untuk mencangkul dan menebang
kayu
d. Mengenal sistem kepercayaan
e. Termasuk masa Neolithicum
4. Masa Perundagian / Masa Pertukangan
a.Menyempurnakan pertanian dan peternakan dari masa bercocok tanam
b. Membuat perkampungan yang lebih besar dan sudah menetap (sedenter)
c. Manusianya berjenis Homo Sapiensis yang
d. Alat-alatnya dari logam seperti Moko
e. Solidaritasnya tinggi yang merupakan warisan nenek moyang.
Sistem Kepercayaan Manusia Purba
Pada Masa Praaksara seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia
purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk
menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan
ritual. Sistem kepercayaan yang dianut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah
antara lain animisme, dinamisme, totemisme,dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh
tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib.
Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar,
gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki
kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba
membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang
dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan
Megalitikum (kebudayaan batu besar).
Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang
India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur
bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia
terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf
Pallawa.
Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia,
sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama
Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin
maju.
BAB III
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU-BUDDHA DI
INDONESIA

Teori Masuknya Hindu – Buddha di Indonesia


Beberapa teori menurut para ahli yang menyatakan proses masuknya budaya Hindu
Budha di Indonesia antara lain :
1. Teori Brahmana
Teori ini telah dikemukakan dan didukung Van Leur. Tokoh tersebut menyatakan kelompok
brahmanalah yang telah menyebarkan agama dan budaya Hindu Budha yang terdapat di
Indonesia. Bahkan brahmana juga diundang dan dipercaya penguasa negara Indonesia dalam
mengangkat raja serta memimpin proses keagamaannya pula
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch tokoh pendukung dalam teori ini. Di dalam teori ini
budaya maupun agama Hindu Budha disebarkan dan dikembangkan oleh kaum ksatria. Pada
jaman dahulu dalam negara India terdapat peperangan antara masyarakat satu dengan
masyaraat lain. Pihak yang mengalami kekalahan tersebut kemudian pergi meninggalkan
negaranya karena malu. Bahkan orang orang tersebut juga berada dan menetap di Indonesia.
Orang orang tersebutlah yang kemudian membangun kelompok baru serta
mengembangkannya di Indonesia. Hal tersebutlah yang membuat agama serta budaya
Hindu Budha dapat masuk dan menyebar di Indonesia.
3. Teori Waisya
Tokoh ahli yang mengemukakan teori ini adalah N.J. Krom. Teori ini mulai disebarkan oleh
kaum kaum waisya. Para kaum inilah yang telah menyebarkan Hindu Budha di Indonesia. Tak
hanya penyebaran saja namun mereka juga mempunyai hubungan baik antara pengusaha
dengan rakyat. Karena hubungan inilah yang membuat agama serta budaya Hindu Budha dapat
tersebar.
4. Teori Sudra
Teori ini menceritakan bahwa kaum sudra telah dibuang dalam peperangan yang terjadi di
negara India. Hal tersebut telah dinyatakan oleh Von Van Faber. Kemudian kelompok sudralah
yang memiliki prosentase yang besar dalam penyebaran Hindu Budha di Indonesia. Hal
tersebut bermula saat kelompok sudra meninggalkan India karena mengikuti jejak kelompok
Waisya.
5. Teori Arus Balik
Tidak hanya para ahli saja yang ikut andil dalam penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia.
Selain hal tersebut diduga masyarakat Indonesia juga mempelajari dan memahami agama serta
budaya Hindu Budha tersebut. Dalam mempelajari agama tersebut diluar negeri mereka
membentuk sebuah perkumpulan yang dapat disebut Sanggha. Mereka mempelajari setiap detil
Hindu Budha yang berkembang setelah mereka telah paham kemudian kembali menuju
negara Indonesia lagi. Penyebaran Hindu Budha tersebut kemudian masuk di Indonesia. Hal
tersebut merupakan Teori Arus Balik.

Agama Hindu
Agama Hundu terdapat di negara India sejak tahun 1500 SM. Mereka juga mengajarkan
ajarannya berdasarkan Kitab Weda. Kitab Weda terdapat empat Samhit (bagian) yang
meliputi:
1. Reg Weda (lagu pujian kepada dewa),
2. Yajur Weda (mantera dalam upacara keselamatan),
3. Sama Weda (suara nyanyian yang bersifat suci), dan
4. Atharwa Weda (doa yang berfungsi dalam menyembukan penyakit). Selain Kitab Weda
agama Hindu mempunyai kitab lain yang juga penting seperti Kitab Upanishad (ajaran
dalam mengikuti banyak dewa/Polytheisme) dan Kitab Brahmana (berhubungan
dengan sesaji dalam upacara)..
Dalam agama Hindu juga terdapat Dewa Indra atau Dewa Air sebagai penurun hujan
dan Dewa Agni atau Dewa Api. Orang orang juga menganggap beberapa tempat suci seperti
sungai Gangga yang dapat menghilangkan dosa yang telah dibuat oleh umat umat Hindu
sehingga mereka nanti akan dapat menuju Nirwana. Selain itu juga ada tempat Benares yang
merupakan bersemayamnya dewa Siwa. Kaum Hindu juga membedakan masyarakat menjadi
empat kasta yaitu
1. Kasta Brahmana berisi pendeta pendeta,
2. Kasta Ksatria berisi para bangsawan dan raja maupun keluarganya,
3. Kasta Waisya berisi pedagang menengah dan pengikutnya, serta
4. Kasta Sudra berisi buruh kecil, budak dan petani. Adapula Kaum Candala yang
merupakan pelanggar aturan aturan kasta tersebut dan dikeluarkan dari golongan
kasta tadi.
AgamaBuddha
Pada tahun 531 SM mulai berkembanglah agama Budha yang telah dibawa oleh
Sidharta Gautama. Sidharta Gautama memiliki ayah sebagai raja yaitu Sudhodana serta
memiliki ibu bernama Dewi Maya. Kitab yang digunakan oleh agama Budha ialah Kitab
Tripitaka yang menggunakan bahasa Poli yang berarti Tiga Keranjang. Kitab tersebut
mengandung beberapa makna seperti :
 Sutrantapittaka yang merupakan ajaran serta larangan yang terdapat dalam Budha,
 Winayapittaka yang merupakan peraturan serta hukuman bagi pemeluk agama Budha,
 Abdhidarmapittaka yang merupakan tentang hal yang berkaitan dengan agama Budha.
Dalam mencapai Nirwana
orang Budha harus melakukan kebenaran (Astavidha) yang meliputi niat, pandangan,
perkataan, penghidupan, perbuatan, usaha, bersemedi dan perhatian yang dilakukan
dengan benar. Adapula tempat tempat yang dianggap suci yang meliputi Kapilawastu (tempat
Budha dilahirkan), Bodh Gaya (tempat semedi untuk mendapatkan Bodhi), Benares (tempat
pertama kali Budha menyebarkan ajarannya), dan Kusinagara (tempat saat Budha
meninggal)
Pengaruh Perkembangan Hindu Budha di Indonesia
Hindu Budha masuk ke Indonesia dengan membawa pengaruh dalam kehidupan
warga Indonesia, antara lain :
1. Kebudayaan yang mengenalkan tulisan kepada rakyat Indonesia serta menghasilkan
budaya lain seperti seni sastra, bangunan candi, dan kisah kisah Epos Mahabarata dan
Ramayana..
2. Ekonomi yang pengaruhnya tidak terlalu besar karena sebelumnya rakyat
Indonesia telah mengenal perekonomian perdagangan serta pelayaran.
3. Agama yang merubah kepercayaan dinamisme serta animisme menjadi Hindu
Budha sehingga tata krama dapat terkendali.
4. Arsitektur yang berisi cara pembuatan bangunan maupun candi.
5. Pemerintahan yang berisi kepercayaan bahwa orang terkuatlah yang dapat dijadikan
kepala suku seperti dalam kerajaan Tarumanegara, Kutai maupun Sriwijaya.
6. Sastra yaitu seperti kisah mahabarata dan ramayana yang telah dibuat sebelumya
sehingga anak muda Indonesia dapat membuat karya sastra lain seperti kisah sutasoma,
arjunawiwaha dan masih banyak lagi.
7. Bahasa yang memperkenalkan bahasa Sansekerta maupun Pallawa yang telah
dibuktikan dalam penemuan penemuan prasasti jaman dahulu.
8. Berkembangnya Hindu Budha juga menghasilkan kerajaan yang telah bergaya
Hindu Budha seperti kerajaan Kutai yang terdapat di Jawa, kerajaan
Salakanagara,kerajaan Sunda Galuh, kerajaan Tarumanegara, kerajaan Mataram Hindu,
kerajaan Kalingga, kerajaan Kediri, kerajaan Singasari, kerajaan Majapahit,
kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Melayu Dharmasraya. Selain itu proses masuk serta
perkembangan Hindu Budha juga meninggalkan beberapa peninggalan kerajaan yang
telah berdiri seperti:
1. Seni Bangunan
2. Seni rupa
3. S e n i patung
4. seni sastra
Seni bangunan tersebut juga menghasilkan candi candi yang bergaya Hindu Budha dari
beberapa kerajaan. Kerajaan tersebut meninggalkan candi yang berbeda beda seperti:
1) Peninggalan Kerajaan Mataram Lama
Candi yang bergaya Hindu seperti candi Gunung Wukir (sebelah timur wilyah
Muntilan), candi Dieng (di daerah Wonosobo), candi Selogriyo (dikaki Gunung Sumbing),
candi Pringapus (sebelah timur Gunung Sundoro), candi Gedong Songo (dilereng Gunung
Ungaran), candi Perot dan candi Argopuro (dilereng Gunung Sumbing), candi Ijo
(didekat candi Prambanan), candi Gebang dan candi Sambisari (dekat kota Yogyakarta),
serta candi Lorojonggrang atau candi Prambanan (perbatasan Yogyakarta dengan Klaten).
Selain itu ada pula candi yang bergaya Budha seperti candi Borobudur dan candi
Mendut (Magelang), candi Kalasan (Sleman), candi sari (dekat candi kalasan), candi
Sajiwan dan candi Banyunibo (dekat candi Prambanan), candi Plaosan dan candi Sewu
(dekat candi Prambanan), candi Bubrah dan candi Lumbung (dekat candi Prambanan),
candi ngawen (Muntilan) serta candi Pawon (Magelang)..
2) Peninggalan Kerajaan Medang, antara lain :
candi Lor (Nganjuk), candi Songgoroti (Batu Malang), candi Gunung Gangsir (Bangil),
candi Belahan, candi Sumber Nanas (Blitar) dan Pertapaan Pucangan (di Gunung
Penanggungan).
3) Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, antara lain :
candi Muara Takus (Riau), candi Gunung Tua
(Sumut).
4) Peninggalan Kerajaan Singasari antara lain :
Candi Kidal (Malang), candi Jawi (dekat Pringen), candi Singasari (Malang), dan
candi Jago Malang).
5) Peninggalan Kerajaan Majapahit :
Candi candi peninggalan yaitu candi Rimbi (Mojokerto), candi Simping, candi Panggih,
candi Surawana (Kediri), candi Kalicilik (Blitar), candi Tigawangi (Pare), candi
Pari (Porong), candi Jabung (Kraksaan Probolinggo), candi Tikus (Mojokerto),
candi Panataran (Blitar), candi Brahu (Mojokerto), candi Samentar (Blitar), serta candi
Sukuh (Karanganyar).
6) Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan berupa candi, antara lain :
candi Gunung Kawi (Tampaksiring), Candi Badut
(Malang)
2. Seni Rupa (relief)
Hasil dari seni rupa yang dihasilkan dari perkembangan Hindu Budha di
Indonesia adalah seni relief. Relief merupakan karya seni yang berupa pengisian bidang
yang terdapat pada dinding candi . Seperti halnya pada candi Borobudur terdapat relief
karmawibbhangga dan pada candi Prambanan terdapat relief Ramayana, relief Kresnayana,
relief Jajaghu, relief Surowono dan relief Panataran.
3. Seni Patung
Pada peninggalan perkembangan Hindu Budha yang masuk di Indonesia juga
menghasilkan seni patung yang biasanya merupakan patung Dewa Dewi.
4. Seni Sastra
Seni sastra juga telah ditinggalkan oleh beberapa kerajaan. Kerajaan tersebut seperti
Kerajaan Kediri menghasilkan karya sastra Baratayudha, Hariwangsa, Gatotkacasraya,
Wratasancaya, Smaradhana, dan Krenayana. Adapula Kerajaan Majapahit dengan hasil
karya sastraya yaitu Kertagama, Sutasoma, Sundayana, serta karya sastra berupa kitab
Sorandoko.
Demikianlah penjelasan mengenai proses masuk dan berkembangna Hindu Budha di
Indonesia. Dengan adanya agama serta budaya baru yang dibawa oleh Hindu Budha dapat
membuat keberagaman peninggalan serta karya lainnya yang terdapat di Indonesia.
BAB IV
PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM
DI INDONESIA

Masuknya Islam di Indonesia pada abad ke V tidak bisa dilepaskan dari sejarah perdagangan
dan pelayaran antar benua yang berlangsung pada masa itu. Kendati demikian, para ahli masih
bersilang pendapat tentang bagaimana proses masuknya budaya dan agama Islam tersebut hingga
bisa mengalahkan kebudayaan dan agama yang telah ada sebelumnya, yakni Hindu dan Budha.
Berbagai teori pun berkembang dengan disertai bukti dan fakta pendukung. Berikut ini kami telah
merangkum apa saja teori masuknya islam di Indonesia tersebut lengkap dengan kelemahan dan
bukti-bukti pembenarnya.
Teori Masuknya Islam Di Indonesia
Sedikitnya ada 5 teori masuknya Islam di Indonesia yang berkembang di kalangan sejarawan
saat ini. Kelima teori tersebut mengungkapkan tentang asal mula Islam berkembang di Nusantara.
Ada teori yang menyebut bila penyebaran Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, India; Makkah,
Arab Saudi; Persia; dan ada pula yang beranggapan Islam Indonesia berasal dari China.
1. Teori Gujarat
Teori Gujarat adalah teori yang menyatakan bahwa Islam masuk di Indonesia berasal dari
Gujarat, India. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh dua orang sejarawan berkebangsaan
Belanda, Snouck Hurgronje dan J.Pijnapel. Menurut mereka, Islam masuk ke Indonesia sejak awal
abad ke 13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat nusantara
dengan para pedagang Gujarat yang datang.
Teori masuknya Islam di Indonesia yang dicetuskan Hurgronje dan Pijnapel ini didukung oleh
beberapa bukti, di antaranya batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Islam Gujarat, catatan Marcopolo, serta adanya warna tasawuf pada aliran Islam
yang berkembang di Indonesia.
Selain memiliki bukti, teori ini juga mempunyai kelemahan. Kelemahan teori Gujarat ditunjukan
pada 2 sangkalan. Pertama, masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab Syafii, sementara
masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi. Kedua, saat islamisasi Samudra
Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
2. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat sebagai pencetus sekaligus pendukung
teori Persia menyatakan bahwa Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi adalah
Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia.
Teori ini didukung adanya beberapa bukti pembenaran di antaranya kesamaan budaya Islam Persia
dan Islam Nusantara (seperti adanya peringatan Asyura dan peringatan Tabut), kesamaan ajaran
Sufi, penggunaan istilah persia untuk mengeja huruf Arab, kesamaan seni kaligrafi pada beberapa
batu nisan, serta bukti maraknya aliran Islam Syiah khaIran pada awal masuknya Islam di
Indonesia. Dengan banyaknya bukti pendukung yang dimiliki, teori ini sempat diterima
sebagai teori masuknya Islam di Indonesia yang paling benar oleh sebagian ahli sejarah. Akan
tetapi, setelah ditelisik, ternyata teori ini juga memiliki kelemahan. Bila dikatakan bahwa Islam
masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam genggaman Khalifah
Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan Madinah. Jadi tidak memungkinkan
bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran Islam secara besar-besaran ke Nusantara.
3. Teori Arab atau Teori Makkah
Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia
berlangsung saat abad ke 7 Masehi. Islam dibawa para musafir Arab yang memiliki semangat
untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Teori masuknya Islam di Indonesia ini didukung beberapa 3 bukti utama. Pertama, pada
abad ke 7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera memang telah terdapat perkampungan Islam khas
dinasti Ummayyah, Arab. Lalu, madzhab yang populer kala itu khususnya di Samudera Passai
adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir. Dan yang ketiga, adanya
penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada
budaya Islam di Mesir. Hingga kini, teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat.
Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa
Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
4. Teori China
Teori China yang dicetuskan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby baru baru ini
menyebutkan bahwa, Islam masuk ke Indonesia karena dibawa perantau Muslim China yang
datang ke Nusantara.
Teori ini didasari pada beberapa bukti yaitu fakta adanya perpindahan orang-orang muslim China
dari Canton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879M; adanya masjid tua
beraksitektur China di Jawa; raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden
Patah); gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah China; serta catatan China yang
menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang
China.
5. Teori Maritim
Teori Maritim pertama kali dicetuskan sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch. Teori ini menyatakan
bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari kemampuan umat Islam dalam
menjelajah samudera. Tidak dijelaskan darimana asal Islam yang berkembang di Indonesia, yang
jelas menurut teori ini, masuknya Islam di Indonesia terjadi di sekitar abad

Kerajaan Samudra Pasai

Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera


Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih
di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan
sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri
keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja- raja Pasai, dan ini dikaitkan
dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera
nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as- Saleh,
sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-
Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368),
musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun
1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Kerajaan Aceh
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah
berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera
dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah Sultan
Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau
pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903),
Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama
karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer,komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan
yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga
kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Kerajaan Demak
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar
di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan
kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan
Indonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran
karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan
Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu
peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut
tradisi didirikan oleh Walisongo.Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi
laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah
menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di
sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke
Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata

Kerajaan Banten

Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi
Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas
pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa
kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan
perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang
dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten
menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten
mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan
persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkanhegemoni Kesultanan Banten atas
wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah
sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan
pada masa -masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan
dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

Kerajaan Mataram

Kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Penembahan Senopati


(1586-1601). Beribukota di Kota Gede. Penggantinya Raden Mas Jolang. Ia gugur di
daerah Krapyak, sehingga disebut penembahan seda krapyak. Raja terbesarnya ialah
Raden Mas Rangsang yang bergelar sultan agung hanyokrokusumo (1613-1645). Sultan
agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa dan mengusir kompeni (VOC) dari
Batavia. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, ia
berencana menyerang Batavia. Serangan dilancarkan pada agustus 1628 dan September 1629,
tetapi gagal.
Kegagalan ini karena:
A. Kurangnya perbekalan makanan,
B. Kalah persenjataan,
C. Jarak Mataram – Jakarta sangat jauh,
D. Tentara Mataram terjangkit wabah penyakit.
Sepeninggal Sultan Agung, Mataram mengalami kemunduran dan terpecah.
Berdasarkan perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, Mataram dipecah menjadi dua, yakni:
A. Mataram Barat, yakni kesultanan Yogyakarta, diberikan kepada
Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I
B. Mataram Timur, yakni Kesunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III

Selanjutnya berdasarkan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, Surakarta dibagi


menjadi dua, yakni:
1. Surakarta Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar
Mangkunegara I, kerajaanya dinamakan Mangkunegaran.
2. Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaanya dinamakan
Kasunanan Surakarta
Kerajaan Makassar

Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil, seperti
Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa danTallo. Keduanya lebih
dikenal sebagai kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan
Hasanudin (1654-1670).
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan Hasanuddin. VOC di bawah
pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka, Raja
Bone. Hasanuddin kalah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18
November 1667. Isinya sangat merugikan rakyat Makassar, yakni:
a. Wilayah Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b. Kapal Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
c. Makassar tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d. Semua benteng harus dihancurkan, kecuali benteng Ujung Pandang yang kemudian
Namanya diganti menjadi benteng Rotterdam.
e. Makassar harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.

Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang asing


seperti Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Karena itu,
disusunlah hukum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance
Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.

Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terdapat di Maluku. Keduanya sering bersaing


dan persaingan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat. Bangsa Barat yang
pertama kali datang ke Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian bersekutu dengan
kerajaan Ternate. Kemudian bangsa Spanyol datang pada tahun 1521 dan bersekutu
dengan kerajaan Tidore. Saat itu tidak sampai terjadi perang. Untuk menyelesaikan
persaingan Portugis dan Spanyol, pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa.
Isinya Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaanya di Filipina
dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku.
Portugis mendirikan benteng Sao Paulo untuk melindungi Ternate dari

serangan Tidore. Portugis memonopoli perdagangan dan terlalu ikut campur urusan dalam
negri Ternate. Salah seorang sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-
1570). Walau diadakan perundingan dengan hasil damai pada 27 Februari 1570, esok
harinya ketika Sultan Hairun datang ke benteng Sao Pulo, ia justru dibunuh.
BAB V
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
BANGSA BARAT DI INDONESIA

I. Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia dan Terbentuknya Kolonialisme


Kolonialisme adalah penguasaan oleh suatu negara atau bangsa atas daerah atau
bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialisme adalah sistem
politik yang bertujuan mencari keuntungan besar di daerah/ negara lain.
Sebab-sebab bangsa Eropa melakukan penjelajahan Samudera :
a. Kekalahan orang-orang Nasrani dalam perang Salib ketika melawan bangsa Turki
b. Keinginan untuk mendapatkan sumber rempah-rempah sehingga dapat
memperoleh dengan harga murah
c. Semboyan 3 G ( Gold, Glory, Gospel ), yaitu keinginan untuk mencari
kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama nasrani
d. Ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah mata angin
e. Ditemukannya bahan peledak yang dapat digunakan sebagai senjata
A. Kolonialisme dan Imperialisme Portugis di Nusantara
Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia dipelopori oleh Bartolomeus Diaz,
penjelajah Portugis pertama kali yang terdampar di Tanjung Harapan ( Afrika selatan )
pada tahun 1486. Penjelajahannya dilanjutkan oleh Vasco De Gama yang berhasil
mendarat di Calicut, India pada tahu 1498. Kemudian dilanjutkan kembali oleh Alfonso
de Al Buquerque yang berhasil mendarat di Malaka pada tahun 1511. Pada tahun 1512
para pelaut Portugis berhasil mendarat di Maluku sumbernya rempah-rempah. Kedatangan
bangsa Portugis di Maluku tidak melalui jalur perdagangan di Nusantara, karena orang-
orang Portugis mengalami kekalahan ketika menghadapi pasukan Demak yang dipimpin
oleh Faletehan.
Penjelajahan Portugis diikuti oleh bangsa lainnya, seperti Spanyol, Inggris, dan
Belanda. Tujuan utama mereka melakukan penjelajahan samudera adalah mencari sumber
rempah-rempah , karena rempah-rempah yang sangat dibutuhkan bangsa Eropa,
namun harga rempah-rempah di Eropa sangat mahal setelah berakhirnya perang Salib dan
ditutupnya kota perdagangan utama di Bizantium ( Konstantinopel ) oleh bangsa Turki
pada tahun 1453.
Pada tahun 1521 penjelajah Spanyol berhasil mendarat di kep. Masava , Fillipina di
bawah pmpinan Magelheins dan Sebasatian Del Cano setelah mengarungi samudera
Atlantik dan samudera Pasifik. Namun Magelheins tewas di kepulauan tersebut.
Keberhasilan Orang-orang Spanyol di Fillipina mereka telah membuktikan bahwa bumi itu
benar-benar bulat. Perjalanan pulang tidak kembali kea rah timur, melainkan kea rah barah,
sehingga Sebastian Del Cano dkk, orang yang pertama berhasil mengelilingi bumi.
Antara Portugis dan Spanyol bersaing untuk mendapatkan wilayah Maluku dan
Fillipina , guna menghindari perang maka kedua negara tersebut mengadaka perundingan
yang dikenal dengan Perundingan Saragosa dan Tordesillas. Kesepakatan yang dicapai
dalam perundingan tersebut adalah Wilayah Fillipina menjadi wilayah kekuasaan Spanyo,
sedangkan wilayah Maluku menjadi wilayah kekuasaan Portugis. Untuk memperkuat
kedudukannya maka Portugis membangun benteng pertahanan yang di Ternate, namun
tidak bertahan lama karena dikalahkan oleh raja Ternate yang bernama Sultan Baabullah.
Akhirnya orang-orang Portugis menetap di Timor Timur hingga tahun 1976. Selain
kekalahannya dari Sultan Baabullah mereka meninggalkan Ternaten juga disebabkan
adanya pedagang-pedagang Belanda yang telah berhasil mendapatkan sumber rempah-
rempah.
B. Kolonialisme dan Imperialisme Belanda di Nusantara
Kedatangan orang-rang Belanda di Indonesia dipelopori oleh Cornelis de Houtman,
yang mendaratkan 4 buah kapalnya di pelabuhan Banten pada tahun 1596. Namun
mengalami kegagalan dalam menjalin kerja sama dengan kerajaan setempat . Pada
tahun 1598 Belanda mengirimkan ekspedisinya kembali dibawah pimpinan Yacob Van
Neck, dan kerajaan Banten menyambut dengan baik karena sedang bermusuhan
dengan para pedagang Portugis yang telah banyak merugikan pedagang-pedagang Banten.
Sebab pelabuhan Malaka telah dikuasai oleh Portugis.
Pada tanggal 20 Maret 1602 Orang-orang Belanda di Indonesia mendirikan kongsi
dagang yang dikenal dengan VOC ( Verenigde Oast Compagnie ),
Tujuan didirikan VOC antara lain :
a. Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk membiaya perang melawan Spanyol.
b. Melindungi para kongsi dagang Belanda dari kongsi dagang negara lain
c. Menghindari persaingan tidak sehat sesama pedagang Belanda.
d. Memperkuat kedudukannya di daerah jajahan
Agar dapat memperoleh keuntungan besar maka VOC mendapatkan hak-hak istimewa (
hak ekstirpasi ) dari pemerintah Belanda antara lain :
a. VOC memiliki kebebasan mencetak uang sendiri tanpa harus mendatangkan
dari pemerintah Belanda
b. VOC memiliki kebebasan untuk mengadakan perjanjian dengan kerajaan-
kerajaan setempat
c. VOC dapat membentuk tentara sendiri di daerah jajahan serta mengadakan perang.
d. Melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di daerah jajahan, semua hasil
rempah rempah harus dijual kepada kongsi dagang Belanda
Dengan adanya kebijakan di atas maka kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara banyak
dirugikan, karena VOC membeli rempah-rempah dengan harga yang murah. Sehingga
timbul perlawanan terhadap VOC di berbagai daerah, sepertai halnya. Perlawanan
Sultan Nuku ( Tidore ), Perlawanan Sultan Agung , perlawanan sultan Hassanudin (
Makasar ), dan Perlawanan Untung Surapati. Karena banyak mengalami kerugian.
Beberapa faktor yang menyebabkan kerugian VOC antara lain :
1. Korupsi yang dilakukan oleh para pegawai VOC
2. Banyaknya biaya untuk perang menghadapi perlawanan rakyat di daerah jajahan
3. Persaingan dari kongsi dagang lainnya , seperti : Inggris, Portugis, dan Spanyol
4. Biaya operasiona VOC sangat besar, karena wilayah yang dikuasainya sangat luas.

C. Kolonialisme dan Imperialisme Inggris di Nusantara


Pada taun 1808 Belanda dikuasai oleh Perancis sehingga secara tidak langsung
Indonesia berada dibawah pengaruh imperialisme Perancis . Indonesia diperintah oleh
Gubernur Jendral Daendeles ( 1808-1811 ). , Karena dinilai terlalu keras dalam
menjalankan pemerintahan maka ia diganti oleh Jendral Jansens. Dalam masa
pemerintahannya ia menghadapi situasi sangat sulit, yaitu dengan datangnya pasukan
Inggris.
Pada tanggal 3 Agustus 1811 Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Minto
muncul di Banten, dengan tegas meminta kepada Jansens agar menyerahkan pulau
Jawa kepada pihak Inggris melalui perjanjian Tuntang pada tahun 1811 . Isi perjanjian
Tuntang antara lain :
a. Seluruh kekuatan militer Belanda yang berada di kawasan Asia Tenggara harus
diserahkan kepada Inggris
b. Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris
c. Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi wilayah
kekuasaan Inggris.Kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles (1811-1816 ) menjadi
Gubernur di Indonesia Mewakili raja muda Lord Minto. Raffles memerintah di Indonesia
selama 5 tahun. Walaupun hanya 5 tahun Raffles banyak mengadakan perubahan ekonomi
terutama dalam hal perpajakan, antara lain :
a. Segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan
b. Peranan bupati sebagai pemungut penyerahan wajib dihapuskan , dan sebagai
gantinya adalah mereka dijadikan sebagai aparat pemerintah yang bertanggung jawab
kepada pemerintah
c. Pemerintah Inggris merupakan satu-satunya pemilik tanah
Keuntungan rakyat dengan adanya perpajakan yang dilakukan oleh Raffles antara lain :
1. Rakyat mendapat kebebasan menanam tanaman yang menguntungkan sesuai dengan
ketrampilan
2. Rakyat membayar sewa tanah sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa khawatir
adanya pungutan liar atau
pemerasan
3. Rakyat akan tergerak untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya, karena akan dapat
meningkatkan kehidupannya.
Bagi Inggris sendiri dengan adanya perpajakan memberikan keuntungan, antara lain :
Pemerintah akan mendapatkan pendapatan secara tetap dan terjamin dan dengan
meningkatkan hasil panen dapat meningkatkan perolehan pajak dari masyarakat. Jasa
Raffles terhadap bangsa Indonesia antara lain :
a. Indonesia diperkenalkan sistem perpajakan ( Landrent System )
b. Ditemukan bunga terbesar di dunia , yaitu bunga Rafflesia di Bengkulu
c. Rencana pembangunan Kebun Raya Bogor, untuk melindungi tanaman langka di
dunia.
Ketika Perancis mengalami kekalahan dari pada tahun 1816 maka pemerintahan
Inggris di Indonesia dikembalikan kepada Belanda dengan ditandatangani Perjanjian
London. Dengan demikian Indonesia dijajah oleh Inggris selama 5 tahun.

II. Pengaruh kebijakan pemerintah kolonial terhadap kehidupan ekonomi rakyat di


berbagai daerah
A. Kebijakan Pemerintah kolonial
1. Masa Pemerintahan Daendels (1808-
1811 )
Ia memerintah atas rekomendasi Napoleon Bonaparte, karena Belanda berada di
bawah kekuasaan Perancis. Kebijakan yang dilakukan antara lain :
a. Merombak sistem pemerintahan feudal menjadi pemerintahan Barat modern
b. Menjadikan para penguasa wilayah seperti bupati, dan bangsawan lainnya
menjadi pegawai pemeritah kolonial
c. Membagi pulau jawa menjadi 9 perfektur
d. Membangun jalan raya dari Anyer sampai
Panarukan
e. Membangun pelabuhan dan kapal-kapal baru
f. Memperbanyak prajurit dan peningkatan gaji serta kesejahteraannya di Hindia
Belanda
g. Menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan
h. Membentuk pengadilan keliling dan pengadilan untuk kaum pribumi
i. Memberantas korupsi dan menghapus kontingentel ( penyerahan wajib )
j. Menyederhanakan upacara –upacara di keratin Yogyakarta dan Surakarta.
B. Kebijakan Ekonomi Pemerintah Hindia Belanda ( 1816 – 1900 )
Kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Belanda mengundang reaksi
keras dari kalangan Belanda sendiri, yaitu dari kaum liberalis Belanda. Mereka
berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada negeri induk
apabila urusan ekonomi diserahkan kepada pihak swasta. Pemerintah kolonial hanya
mengawasi jalannya pemerintahan dan memungut pajak tidak perlu mencampuri
urusan perdagangan. Pada tahun 1819 pemerintah Belanda memilih kebijakan dari
politik liberal yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Van der Capellen. Pada tahun 1830
kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan oleh karena itu kebijakan politik
liberal diubah menjadi politik konservatif.
Keuangan negeri Belanda benar-benar mengalami kekosongan setelah menghadapi
perlawanan Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan perang menghadapi Belgia
yang ingin memisahkan diri dari Belanda. Atas usul dari kelompok Konservatif di negeri
tersebut bahwa untuk menutup kekosongan kas negara dapat ditempuh dengan cara
mengambil kekayaan alam sebanyak-banyaknya dari daerah jajahan yang laku di
pasaran Eropa, salah satunya adalah rempah-rempah yang banyak dihasilkan di Indonesia.
Kemudian Belanda menerapkan politik Cultuur Stelsel. Langkah-langkah untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan politik tersebut, antara lain :
a. Mengadakan perjanjian dengan penduduk agar mereka menyediakan lahan untuk
ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa
b. Tanah yang ditanami tanaman perkebunan tidak lebih dari seperlima tanah milik
penduduk
c. Tanah yang ditanami tanaman perkebunan dibebaskan dari pajak
d. Hasil tanaman harus diserahkan kepada pemerintah Belanda.
e. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab pemerintah Belanda.
f. Mereka yang tidak memiliki tanah harus bekerja pada perkebunan milik Belanda.
Dalam pelaksanaannya Sistem Cultuur Stelsel banyak mengalami penyimpangan dari
ketentuan di atas seperti : tidak adanya perjanjian terhadap para pemilik tanah. Lebih
dari seperlima tanah penduduk yang dijadikan tanah perkebunan milik pemerintah
kolonial.Tanah yang telah ditanami perkebunan milik pemerintah kolonial tetap dikenai
pajak. Kegagalan panen tetap ditanggung sendiri oleh para petani. Penyimpangan–
penyimpangan tersebut dilakukan secara paksa kepada para penduduk, sehingga Cultuur
sering disebut sistem tanam paksa.
Disamping melaksanakan Cultluur stelsel pada masa pemerintah Van den Bosch juga
mengadakan pembaharuan, antara lain :
a. Dibangunnya jalan raya dari Anyer ( ujung barat p. Jawa ) sampai Panarukan ( ujung
timur p. Jawa ) sepanjang 100 km. Tujuan dibangunnya sarana di atas adalah untuk
mempermudah pengangkutan hasil bumi dari Indonesia. Agar tidak banyak memakan biaya
maka pembuatan jalan dan jembatan menggunakan tenaga penduduk pribumi dengan kerja
paksa ( rodi ).
b. Membangun pelabuhan di Banten , Semarang, Gresik, dan Tuban dan kota-kota
strategis lainnya.
Namun dalam prakteknya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Tanah yang
diserahkan kepada pemerintah Belanda lebih dari seperlimanya. Petani bekerja di
perkebunan pemerintah Belanda lebih dari 60 hari, dan petani masih harus membayar
pajak pada tanah perkebunan yang dijadikan sebagai lahan perkebunan milik Belanda.
.Gubernur Jendral Van den Bosc memerintah dengan keras, sehingga penduduk di pulau
Jawa banyak yang menderita bahkan mati kelaparan. Tidak ada lagi perlawanan
terhadap penjajah Belanda. Karena tidak ada lagi pemimpin yang cakap dan tangguh.
Karena pelaksanaan Cultuur stelsel banyak dilakukan dengan paksaan , maka sistem
Cultuur Stelsel sering dinamakan sistem Tanam Paksa . Dengan adanya Cultuur Stelsel
menimbulkan dampak sebagai berikut :
- Rakyat pribumi yang kelaparan dan mengalami kematian karena hasil pertanian
tidak memadai akibat sebagian besar lahan pertanian digunakan sebagai lahan perkebunan
milik pemerintah. Negeri Belanda menjadi kaya raya termutama golongan Konservatif
yang memegang pemerintahan
- Di negeri Belanda golongan Konservatif mendapat kritikan pedas dari golongan
Liberal, agar pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat pribumi
.Golongan Liberal mengajukan pada pemerintah Belanda agar mau memperbaiki nasib
bangsa Indonesia karena telah berjasa terhadap bangsa Belanda.
Pada tahun 1870-an Cultuur stelsel tidak lagi memberi keuntungan besar bagi Belanda
karena banyaknya lahan perkebunan milik pemerintah yang dirusak dan dibakar oleh
penduduk pribumi. Oleh karena itu pemerintah menyetujui usul Golongan Liberal agar
Cultuur stelsel dihentikan dan diubah menjadi Politik pintu terbuka yaitu Belanda
memberikan kesempatan kepada pengusaha asing di Eropa untuk menanamkan usahanya di
Indonesia.
Pada tahun 1880 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Koeli Ordonantie, yaitu
Undang Undang yang mengatur hubungan kerja antara kaum buruh dengan pengusaha
yang menguntungkan pengusaha asing yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Kemudian diterapkan Poenali Sanctie ( sangsi berat yang dikenakan pada para pekerja
yang melarikan diri dari tempat kerjanya ).
Tokoh liberal yang yang menentang sistem tanam paksa adalah Van der Pute, Edward
Douwes Dekker, dan Baron van Houvel.

C. Politik Etis ( 1900 – 1942 )


Dinamakan Politik Etis ( politik Balas Budi ) karena untuk memperbaiki nasib bangsa
Indonesia yang sangat menderita akibat adanya sistem tanam pakas. Dipelopori oleh
Van de Venter terdiri dari 3 kebijakan, antara lain : Edukasi ( pendidikan ), Irigasi (
pengairan ), dan Emigrasi ( transmigrasi ) ke luar Jawa, terutama Sumatera.
Dalam pelaksanaannya ternyata menyimpang dari tujuan kebijakan tersebut.
Sekolah-sekolah didirikan di Indonesia hanya menampung orang-orang keturunan
Belanda dan golongan priyayi saja. Adapun masyarakat umum hanya sampai kelas 3 SR (
Sekolah Rakyat ). Sekedar untuk bisa membaca dan menulis, sehingga dapat
membantu pekerjaan administrasi pemerintah. Pengairan dibangun bukan untuk mengairi
sawah-sawah petani, melainkan untuk mengairi perkebuhan-perkebunan milik pemerintah
Hindia Belanda. Transmigrasi pun hanya untuk mencukupi kebutuhan pengusaha asing
yang membuka usahanya di Sumatera. Adapun upah kaum transmigran sangat
kecil, sehingga kaum transmigran menjadi sangat menderita. Politik pintu terbuka dan
politik Etis ternyata belum mampu memperbaiki nasib bangsa Indonesia, karena
dalam pelaksanaannya kebijakan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan orang-orang
Belanda di Indonesia.
Pengaruh Politik Etis bagi bangsa
Indonesia :
a. Bangsa Indonesia mulai mengenal membaca dan menulis
b. Munculnya kaum terpelajar dari kalangan priyayi yang akan menjadi motor
pelopor pergerakan nasional di Indonesia .
c. Dengan adanya Irigasi bangsa Indonesia mulai mengenal sistem pertanian modern
d. Penyebaran penduduk ke Sumatera dapat mengurangi kepadatan penduduk di
pulau Jawa.
D. Pengangruh Positif adanya Kebijakan Kolonial di berbagai daerah di Indonesia
antara lain :
1. Bidang agama :
a. Berkembangnya agama Kristen Katolik yang dibawa oleh bangsa Portugis, terutama
di daerah Maluku dan Nusa Tenggara
b. Berkembangnya agama Kristen Protestan yang dibawa oleh para zending Belanda ,
yaitu kaum misionaris yang bertugas mengembangkan agama Kristen Protestan
2. Bidang Seni dan kebudayaan :
a. Pakaian barat ( stelan jas untuk laki-laki dan rok untuk perempuan )
b. Kebenaran didasarkan pada rasio ( akal pikiran ) tidak hanya sekedar keyakinan
c. Kerja keras, disiplin kerja yang tinggi
d. Paham individualisme yang berkembang di masyarakat perkotaan
e. Arsitektur barat (pembangunan jalan, jembatan, rel kereta api , bangunan rumah )
3. Bidang pendidikan
a. Jenjang pendidikan atau tingkatan pendidikan terbagi menjadi : pendidikan dasar,
menengah, dan pendidikan tinggi, dimana sebelumya dalam bentuk pesantren
b. Diperkenalkan berbagai ilmu pengetahuan , semula hanya ilmu agama dan keyakinan
4. Bidang hukum dan pemerintahan
a. Pembentukan Volcksraad ( Badan Perwakilan Rakyat ), bagian dari pemerintahah
demokrasi
b. Penyusunan pemerintahan sentralisasi
c. Pemberian nama jabatan dalam organisasi pemerintahan,
d. Mendirikan perguruan tinggi dan badan pengadilan negeri

E. Pengaruh negatif adanya Kebijakan Kolonial di berbagai daerah di Indonesia


antara lain :
1. Penderitaan bangsa Indonesia berkepanjangan
2. Budaya pesta dan mabok-mabokan
3. Politik devide et impera memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa
4. Hilangnya tradisi dan seni budaya yang telah mengakar dan turun-temurun 5.
Terkurasnya kekayaan alam Indonesia oleh kaum penjajah
III. Perlawanan Kerajaan dan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Pem. Kolonial
A. Perlawanan Terhadap Portugis
1. Perlawanan Kerajaan Demak,
Kedudukan Portugis di Melaka menjadi penghalang para pedagang Islam sehingga
timbul kebencian bagi kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Begitu juga sebaliknya
bahwa kerajaan Islam di Nusantara juga menjadi penghalang bagi Portugis untuk dapat
melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Kerajaan Demak
merupakan kerajaan besar besar di Jawa menjadi salah satu penghalang Portugis
menguasai perdagangan. Hal ini dibuktikan dengan kekalahan armada Portugis yang
dikalahkan oleh pasukan Demak dibawah pimpinan Faletehan dalam pertempuran di
Jayakarta. Namun tentara Demak juga tidak mampu mengusir Portugis dari Malaka
Serangan Demak ke Malaka juga digagalkan oleh Portugis, bahkan pimpinan tentara
Demak Adipati Unus ( Pangeran Sabrang Lor ) gugur dalam pertempuran melawan
Portugis di Malaka. Untuk menghindari kekuatan Portugis di Malaka jalur perdagangan
dialihkan dari pantai sebelah timur Sumatera ke sebelah barat Sumatera.
2. Perlawanan Kerajaan Ternate
Alasan Ternate mengadakan serangan terhadap Portugis adalah monopoli perdagangan
rempah-rempah oleh Portugis membuat penderitaan rakyat Ternate dan Portugis ikut
campur tangan masalah pemerintahan di Ternate. Semula perlawanan dilakukan oleh
Sultan Hairun, namun mengalami kekalahan dan terbunuh. Perlawanan dilanjutkan oleh
puteranya yang bernama Sultan Baabullah pada tahun 1575. Ia berhasil menduduki
benteng Portugis dan mengusirnya dari Ternate. Sejak saat itu Portugis tidak punya
kekuasaan lagi di Ternate dan pindah ke Timor Timur hingga tahun 1976.
3. Perlawanan Kerajaan Aceh
Perlawanan Aceh terhadap Portugis muncul sejak masa pemerintahan Sultan
Mughayat Syah, sebab-sebabnya antara lain:
a. Portugis merupakan saingan kuat bagi Aceh dalam perdagangan di kawasan Selat
Malaka
b. Portugis memiliki kepentingan menyebarkan agama Kristen ( Katolik ), sedangkan
Aceh menjadi pusat penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Untuk mengalahkan
Portugis Aceh minta bantuan dari Kerajaan Demak dan kerajaan Islam lainnya di
Nusantara, termasuk kerajaan Johor, Malaysia. Pada masa pemerintahan Sultan Iskanda
Muda tahun 1607 – 1616 Aceh menyerang Portugis namun tidak berhasil,
Perjuangannya dilanjutkan puteranya yang bernama Sultan Iskandar Tani, ia juga tidak
mampu mengusir Portugis dari Malaka. Sepeninggal Sultan Iskandar Tani maka Aceh
menjadi kerajaan yang lemah. Dalam perlawanan ini tidak ada yang kalah ataupun
menang. Aceh tidak mampu mengusir Portugis dari Malaka , sebaliknya Portugis juga
tidak mampu mengalahkan
BAB VI
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Kata “Pergerakan Nasional“ mengandung suatu pengertian yang khas yaitu


merupakan perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan
taraf hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan
masyarakat yang ada. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yang sangat luas.
Gerakan yang mereka lakukan memang tidak hanya terbatas untuk memperbaiki
derajat bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai bidang pendidikan, kebuday aan,
keagamaan, wanita dan pemuda.
Istilah Nasional berarti bahwa pergerakan-pergerakan tersebut mempunyai cita-
cita nasional yaitu berkeinginan mencapai kemerdekaan bagi bangsanya yang masih
terjajah.
A. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Pergerakan Nasional
Faktor yang berasal dari luar negeri, yaitu pada waktu itu Asia sedang
menghadapi imperialisme. Hal inilah yang mendorong bangkitnya nasionalisme Asia.
Selain itu kemenangan Jepang terhadap Rusia juga merupakan bukti bahwa bangsa
timur dapat mengalahkan bangsa barat. Di samping adanya gerakan Turki Muda yang
bertujuan mencari perbaikan nasib.
Faktor yang berasal dari dalam negeri yaitu adanya rasa tidak puas dari bangsa
Indonesia terhadap penjajahan dan penindasan kolonial. Ketidakpuasan itu
sebenarnya sudah lama mereka ungkapkan melalui perlawanan bersenjata melawan
Belanda yang antara lain dipimpin oleh Pattimura, Teuku Cik Ditiro, Pangeran
Diponegoro, dll. Namun perlawanan- perlawanan itu menemui kegagalan.
B. Organisasi-Organisasi Masa Pergerakan Nasional
1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906, di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai gagasan
untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai
tetapi miskin agar dapat meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasannya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudiro Husodo bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokter-
dokter pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA. Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA , para
mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi
Utomo artinya budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu
20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Serikat Dagang Islam.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal
10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di Indonesia.
Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina. Kedudukan
mereka di bidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan bahan-bahan batik.
Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan. Untuk menghadapi para
pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang batik Solo di bawah pimpinan H.
Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI).
Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah:
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis,
religius, dan ekonomis. Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923,
nama Serikat Islam diganti menjadi Partai Serikat Islam. Partai ini bersifat
nonkooperasi yaitu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah tetapi menginginkan
perlu adanya wakil dalam Dewan Rakyat.
Sementara itu orang-orang sosialis yang tergabung dalam de Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV) seperti Semaun, Darsono, dan lain- lain, mencoba
mempengaruhi SI. Sejak itu SI mulai bergeser ke sosialis. Melihat perkembangan SI
itu, pimpinan SI yang lain kemudian menjalankan disiplin partai melalui kongres SI
bulan Oktober tahun 1921 di Surabaya. Selanjutnya SI pecah menjadi SI “putih” di bawah
Cokroaminoto dan SI “merah” di bawah Semaun dan Darsono. Dalam
Perkembangan SI “merah” ini bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI)
yang telah berdiri sejak 23 Mei 1923.
3. Indische Partij (IP)
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara. IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar. Dalam
waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang- cabangnya tersebar di seluruh
Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini membahayakan
kedudukannya. Pada bulan Maret
1913, Pemerintah Hindia Belanda melarang kegiatan IP. Pada bulan Agustus tahun yang
sama, para pemimpin IP dijatuhi hukuman pengasingan.
Organisasi yang sejak berdirinya sudah bersikap radikal adalah Indische
Partij. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1912 di kalangan orang-orang Indo di Indonesia
dan dipimpin oleh E.F.E. Douwes Dekker. Cita-citanya adalah agar orang-orang yang
menetap di Hindia Belanda (Indonesia) dapat duduk dalam pemerintahan. Adapun
semboyannya adalah Indie Voor de Indier (Hindia bagi orang-orang yang berdiam di
Hindia).
Dalam menjalankan propagandanya ke Jawa Tengah, Douwes Dekker bertemu
dengan Cipto Mangunkusumo yang telah meninggalkan Budi Utomo. Cipto, yang
terkenal dalam Budi Utomo dengan pandangan-pandangannya yang radikal, segera
terpikat pada ide Douwes Dekker. Suwardi Suryaningrat dan Abdul Muis yang berada di
Bandung juga tertarik pada ide Douwes Dekker tersebut. Dengan dukungan tokoh-tokoh
tersebut, Indische Partij berkembang menjadi 30 cabang dengan 7.300 orang anggota,
sebagian besar terdiri atas orang-orang Indo-Belanda.
Indische Partij berjasa memunculkan konsep Indie voor de Indier yang
sesungguhnya lebih luas dari konsep “Jawa Raya” dari Budi Utomo.
Dibandingkan dengan Budi Utomo, Indische Partij telah mencakup suku-suku bangsa
lain di nusantara. Budi utomo dalam perkembangannya terpengaruh juga oleh cita-cita
nasionalisme yang lebih luas. Hal ini dialami juga oleh organisasi-organisasi lain yang
keanggotaannya terdiri atas suku-suku bangsa tertentu, seperti Serikat Ambon, Serikat
Minahasa, Kaum Betawi, Partai Tionghoa Indonesia, Serikat Selebes, dan Partai Arab-
Indonesia. Cita-cita persatuan ini kemudian berkembang menjadi nasionalisme yang
kokoh, Hal ini menjadi hal pokok. Masa akhir Indische Partij terjadi ketika
Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo ditangkap dan diminta untuk memilih
daerah pembuangan. Akhirnya ke dua tokoh tersebut meminta dibuang ke negeri
Belanda. Demikian juga Douwes Dekker dibuang ke Belanda dari tahun 1913 sampai
dengan 1918.
4. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Pada tanggal 4 Juli 1927, para pengurus Algemeene Studie Club (Kelompok Belajar
Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru yang dinamakan Perserikatan
Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. S oekarno, Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari.
Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga syarat yang harus
ditanamkan kepada rakyat yaitu jiwa nasional (nationaale geest), tekad nasional
(nationaale wil), dan tindakan nasional (nationnale daad). Dengan cara ini Partai
Nasional Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat sendiri, memperbaiki keadaan politik,
ekonomi, dan budaya.
Pemahaman ketiga unsur itu menjadikan masyarakat sadar akan
kemelaratannya dalam alam penjajahan. Kepada rakyat dijelaskan bahwa masa
lampau Indonesia adalah sangat gemilang. Manusia Indonesia menurut Soekarno (tokoh
PNI) dimiskinkan oleh kolonial. Manusia Indonesia yang memiliki tanah untuk
mencari nafkah, tetapi tetap miskin. Manusia Indonesia yang miskin itu dinamakan
Soekarno marhaen.
Semangat marhaen dan nasionalisme yang ditiupkan oleh Bung Karno mendapat
simpati kelompok-kelompok politik. Semangat marhaen dan nasonalisme itulah yang
membuat partai-partai politik semakin terbangun persatuannya. Oleh sebab itu pada akhir
tahun 1927 PNI mengadakan suatu rapat di Bandung yang antara lain dihadiri oleh wakil-
wakil dari Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Sumatranen
Bond dan Kaum Betawi. Rapat yang dipimpin Partai Nasional itu sepakat
membentuk suatu badan kerjasama yaitu Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Lahirnya PPPKI mendapat respon dalam kongres PNI tahun 1928. Dalam
kongres itu dikemukakan bahwa ada pertentangan tajam antara pejajah dan yang
dijajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan imperialisme yang mengeruk kekayaan bumi
Indonesia. Itulah sebabnya tatanan-tatanan sosial, ekonomi dan politik Indonesia hancur
lebur. Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan perjuangan politik yaitu mencapai
Indonesia merdeka.
Tidak dapat disangkal bahwa ada unsur-unsur Marxisme turut mempengaruhi sikap
pergerakan nasional. Pemikiran itu disebarkan dalam rapat-rapat, kursus-kursus dan
sekolah-sekolah serta organisasi-organisasi pemuda yang didirikan oleh PNI. Pers PNI
yang terdiri dari surat-surat kabar Banteng Priangan (Bandung) dan Persatuan
Indonesia (Jakarta) juga membantu penyebaran pandangan ini. Kegiatan PNI ini dengan
pesat menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun 1929 diperkirakan
10.000 orang, yang tersebar antara lain di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan
Makassar. Perkembangan PNI ini semakin mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda.
Dengan tuduhan akan melakukan pemberontakan, tokoh-tokoh PNI, Soekarno, dkk
ditangkap, kemudian diajukan ke pengadilan 18 Agustus
1930. Dalam pengadilan tersebut, Soekarno mengajukan pidato pembelaan “Indonesia
Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut kemudian dijatuhi hukuman penjara. Setelah
tokoh-tokohnya dtangkap, PNI dibubarkan. Kemudian dibentuk PNI Merdeka (Pendidikan
Nasional Indonesia) yang dipimpin Moh. Hatta dan Partindo (Partai Indonesia) yang
dipimpin Sartono. Setelah keluar dari penjara Ir. Soekarno masuk Partindo.
5. Masa Radikal
Masa radikal, diartikan sebagai suatu masa yang memunculkan organisasi-
organisasi politik yang kemudian dinamakan “partai”. Pada umumnya
organisasi-organisasi ini tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda
dalam mewujudkan cita-cita organisasinya. Mereka dengan tegas menyebutkan
tujuannya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Organisasi - organisasi atau partai ini
sudah bergerak dalam bidang politik, khususnya menentang keputusan pemerintah Belanda.
Masa radikal ini juga diwarnai pengaruh Marxisme dan komunisme.
Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdiri sebuah organisasi yang
bernama Indische Vereeniging. Organisasi ini didirikan oleh pelajar-pelajar dari
Indonesia. Pada mulanya hanya bersifat sosial yaitu untuk memajukan kepentingan-
kepentingan bersama para pelajar tersebut. Namun sejalan dengan berkembangnya
perasaan anti kolonialisme dan imperialisme setelah berakhirnya Perang Dunia I,
organisasi ini juga menginginkan adanya hak bagi bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya sendiri. Sehubungan dengan itu Indische Vereeniging berganti nama menjadi
Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) dan bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia.
Di samping itu mereka mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan nasional di
berbagai negara di dunia, antara lain dengan Liga Penentang Tindasan Penjajah,
Internasionale Komunis dan ikut serta pada kongres - kongres internasional yang
bersifat humanistis.
Dalam perkembangannya pada tanggal 10-15 Februari 1927 Liga Penentang
Tindakan Penjajahan mengadakan kongres internasional pertama di Brussel. Tujuan
kongres ini adalah menentang imperialisme di dunia dan tindakan penjajahan. Dalam
kongres Brussel itu hadir wakil-wakil pergerakan kebangsaan berbagai negara terjajah
di dunia termasuk Indonesia diwakili oleh Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Gatot
Mangkupraja, Achmad Soebardjo dan Semaun.
Adapun hasil-hasil yang diputuskan dalam Kongres Brussel adalah:
a. Memberikan dukungan yang sebesar-besarnya kepada Pergerakan Kemerdekaan
Indonesia dan menyokong pergerakan itu terus- menerus dengan segala daya upaya
apa pun juga;
b. Menuntut dengan keras kepada Pemerintah Belanda agar pergerakan
Rakyat Indonesia diberi kebebasan bergerak, menghapus keputusan- keputusan
hukuman mati dan pembuangan dan menuntut adanya pembebasan tahanan politik bagi
kaum pergerakan.
Tindakan Perhimpunan Indonesia (PI) itu membuat Pemerintah Kolonial Belanda
bertindak tegas. Empat anggota pengurus Perhimpunan Indonesia yaitu Mohammad
Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul Madjid, dan, Ali Sastroamidjojo ditangkap. Mereka
dihadapkan pada sidang pengadilan Maret 1928. Dalam kesempatan tersebut,
Mohammad Hatta mengajukan pidato pembelaan yang berjudul “Indonesia Vry”.
Pemerintah kolonial Belanda ternyata tidak berhasil membuktikan kesalahannya,
sehingga merekapun dibebaskan. Kejadian ini merupakan peristiwa yang penting bagi
perjalanan Pergerakan Nasional Indonesia. Penentangan yang dilakukan membuat PI
semakin mendapat simpati dari rakyat sehingga PI semakin besar.
Semangat yang tinggi untuk mencapai cita-cita Indonesia merdeka juga nampak
pada Partai Nasional Indonesia. Dalam anggaran dasarnya ditegaskan secara jelas yaitu
mencapai kemerdekaan Indonesia.
6. Kongres Pemuda II
Nasionalisme juga berkembang di kalangan pemuda. Para pemuda yang telah
mendirikan berbagai organisasi pemuda juga merasa perlu untuk menggalang persatuan.
Semangat persatuan ini diwujudkan dalam kongres pemuda pertama di Jakarta pada
bulan Mei 1926. Para pemuda menyadari bahwa nasonalisme perlu ditumbuhkan dari
sifat kedaerahan yang sempit menuju terciptanya kesatuan seluruh bangsa
Indonesia. Namun kongres pertama ini belum membuahkan hasil seperti yang
diharapkan.
PPI mempelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda II. Dalam Kongres Pemuda
II yang diselenggrakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, berbagai organisasi pemuda
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Pasundan, Jong Selebes,
Pemuda Kaum Betawi terlibat di dalamnya. Kongres ini berusaha mempertegas kembali
makna persatuan dan berhasil mencapai suatu kesepakatan yang kemudian dikenal
sebagai Sumpah Pemuda, yaitu:
Pertama, kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.
Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa
Indonesia.
Dalam penutupan kongres itu pula untuk pertama kali dikumandangkan lagu
Indonesia Raya dan Bendera Merah Putih dikibarkan untuk mengiringi lagu tersebut.
Suasana haru yang sangat mendalam memenuhi hati para pemuda yang hadir saat
itu. Sebagai tindak lanjut Sumpah Pemuda pada tanggal 31 Desember 1930 di
Surakarta dibentuk organisasi Indonesia Muda, yang merupakan penyatuan dari berbagai
organisasi pemuda, yaitu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong
Celebes, Sekar Rukun, dan Pemuda Indonesia.
Hal itu membuat Pemerintah Belanda semakin serius mengawasi pergerakan politik
bangsa Indonesia. Gubernur Jenderal De Jonge melakukan tekanan keras terhadap
organisasi pergerakan nasional. Ia mempunyai hak luar biasa untuk menindak setiap
gerakan nasional yang dianggap mengganggu ketentraman dan ketertiban. Partai politik
dikenakan larangan rapat.
Surat kabar diberangus dan dibakar. Para pemimpinnya ditangkap dan dibuang.
Tindakan pemerintah berupa penangkapan dan pembuangan para pemimpin politik
inilah yang menyebabkan hubungan partai -partai politik dengan massa rakyat
terputus. Pemimpin dan pengikut dipisahkan dari kegiatan politik. Polisi rahasia atau
Politieke Inlichtingen Dienst (PID) selalu memata-matai setiap gerakan dan siap
menindak.
Perjuangan moderat dan parlementer ini berlangsung dari tahun 1935 -
1942, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
(1936-1942). Tjarda cerdik dan tajam, dan ia tetap hanya memberi peluang secara
parlementer serta terbatas. Hingga saat pemerintah Hindia Belanda gulung tikar,
pemberian hak parlementer penuh kepada wakil-wakil rakyat Indonesia tidak pernah
menjadi kenyataan.
Di antara partai-partai politik yang melakukan taktik kooperatif dengan
pemerintah Hindia Belanda adalah Persatuan Bangsa Indonesia dan Partai Indonesia
Raya. Kelompok Studi Indonesia di Surabaya menyarankan agar perbedaan antara
gerakan yang berasas kooperasi dan nonkooperasi tidak perlu dibesar-besarkan. Yang
penting tujuan organisasi sama yaitu memperjuangkan pembebasan rakyat dari penderitaan
lewat kesejahteraan ekonomi, sosial budaya, dan politik.
Untuk melaksanakan cita-cita kesejahteraan ekonomi maka Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI) mendirikan bank, koperasi, perkumpulan tani, dan nelayan.
Pemakarsanya adalah Dokter Sutomo, pendiri Budi Utomo. Pada tahun 1932,
anggota PBI yang berjumlah 2500 orang dari 30 cabang menyelenggarakan kongres,
kongres tersebut memutuskan bahwa PBI akan tetap menggalakkan koperasi, serikat
kerja, dan pengajaran. Untuk mencapai tujuan itu maka tidak ada jalan lain yang dilakukan
kecuali pendidikan rakyat diperhatikan dengan mengadakan kegiatan kepanduan.
Pada tahun 1935 terjadi penyatuan antara Budi Utomo dan PBI. Dalam
sebuah partai yang disebut Partai Indonesia Raya (Parindra), Ketuanya adalah Dokter
Sutomo. Organisasi-oraganisasi lain yang ikut bergabung dalam Parindra adalah:
Serikat Sumatera, Serikat Celebes, Serikat Ambon, Kaum Betawi, dan Tirtayasa.
Bergabungnya berbagai partai membuat Parindra semakin kuat dan anggotanya
tersebar di mana-mana. Jumlah anggotanya meningkat pesat. Pada tahun 1936 jumlah
anggotanya berkisar 3425 orang dari 37 cabang. Cita - cita Parindra pun semakin tegas,
yaitu mencapai Indonesia merdeka.
Dalam kongresnya tahun 1937, Wuryaningrat terpilih sebagai ketua dibantu
oleh Mohammad Husni Thamrin, Sukarjo Wiryapranoto, Panji Suroso, dan Susanto
Tirtoprojo. Kerja sama antar anggota cabang-cabangnya menjadikan Parindra
sebagai partai politik terkuat menjelang runtuhnya Hindia Belanda.
Di samping Parindra, juga muncul organisasi lain seperti Partindo. Namun karena
desakan pemerintah akhirnya partai itu bubar pada tahun 1936. Para pemimpinnya
meneruskan perjuangan dengan mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta
pada tanggal 24 Mei 1937. Tokoh-tokoh yang duduk dalam Gerindo ialah Mr. Sartono,
Mr. Mohammad Yamin, dan Mr. Amir Syarifuddin.
Pada masa pemerintah Gubernur Jenderal Limburg Stirum (1916-1921)
dibentuk Volksraad atau Dewan Rakyat, yaitu pada tanggal 18 Mei 1918. Anggota
dewan dipilih dan diangkat dari golongan orang Belanda, Indonesia, dan bangsa-bangsa
lain. Orang Indonesia yang menjadi anggota mula-mula berjumlah 39%, kemudian
bertambah dalam tahun-tahun selanjutnya. Tujuan pembentukan Dewan Rakyat adalah
agar wakil-wakil rakyat Indonesia dapat berperan serta dalam pemerintahan. Akan
tetapi, dewan ini tidak mencerminkan perwakilan rakyat yang sesungguhnya, karena yang
berhak memilih anggota dewan adalah orang-orang yang dekat dengan pemerintah.
Wakil-wakil bumiputra tidak banyak mempunyai hak suara. demikian, partai politik yang
berazaskan kooperatif mengirimkan wakil-wakilnya untuk duduk dalam Meskipun
Dewan Rakyat. Mereka menyalurkan aspirasi (cita-cita, harapan, keinginan)
partainya melalui dewan itu. Sedang golongan nonkooperatif menganggap Dewan
Rakyat hanyalah sandiwara dan mereka tidak mau duduk dalam dewan itu.Golongan
kooperatif berupaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan Dewan Rakyat. Pada tahun
1930, Mohammad Husni Thamrin, anggota Dewan Rakyat, membentuk Fraksi Nasional
guna memperkuat barisan dan persatuan nasional. Mereka menuntut perubahan
ketatanegaraan dan penghapusan diskriminasi di berbagai bidang. Mereka juga menuntut
penghapusan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda
tentang penangkapan dan pengasingan pemimpin perjuangan Indonesia serta
pemberangusan pers.
Pada tanggal 15 Juli 1936, Sutarjo Kartohadikusumo, anggota dewan rakyat,
menyampaikan petisi agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri (otonomi) secara
berangsur-angsur dalam waktu sepuluh tahun. Jawaban terhadap petisi Sutarjo baru
diberikan oleh pemerintah dua tahun kemudian. Dapat dipastikan bahwa tuntutan untuk
otonomi ini ditolak pemerintah, sebab hal ini memberi peluang yang mengancam
runtuhnya bangunan kolonial. Meskipun demikian, para nasionalis tetap gigih
memperjuangkan tuntutan itu lewat forum parlemen semu tersebut.
Kegagalan Petisi Sutarjo bahkan menjadi cambuk untuk meningkatkan perjuangan
nasional. Pada bulan Mei 1939, Muh. Husni Thamrin membentuk Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) yang merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, PSII, Partai Islam
Indonesia, Partai Katolik Indonesia. Pasundan, Kaum Betawi, dan Persatuan
Minahasa. Tujuannya ialah agar terbentuk kekuatan nasional tunggal dalam
menghadapi pemerintah kolonial. Selain itu, ancaman perang makin terasa karena Jepang
sudah bergerak makin jauh ke selatan dan mengancam Indonesia.
GAPI mengadakan aksi dan menuntut Indonesia Berparlemen yang disusun
dan dipilih oleh rakyat Indonesia, Pemerintah harus bertanggung jawab kepada Parlemen.
Jika tuntutan itu diterima pemerintah, GAPI akan mengajak rakyat untuk mengimbangi
kemurahan hati pemerintah.
Untuk mencapai cita-cita GAPI ini maka pada tanggal 24 Desember 1939 dibentuk
Kongres Rakyat Indonesia. Kegiatan ini antara lain menuntut pemerintah Belanda
agar menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan dan bendera merah putih sebagai bendera Nasional.
Pemerintah memberikan reaksi dingin. Perubahan ketatanegaraan akan diberikan
setelah Perang Dunia II selesai. Pada 1 September 1939 pecah perang di Eropa
yang kemudian berkembang menjadi Perang Dunia II. Tuntutan GAPI dijawab
Pemerintah dengan pembentukan Komisi Visman pada bulan Maret 1941. Komisi yang
diketuai Visman ini bertugas menyelidiki keinginan golongan-golongan masyarakat
Indonesia dan perubahan pemerintahan yang diinginkan.Namun Komisi ini hanya
menampung hasrat masayarakat Indonesia yang pro pemerintah dan masih
menginginkan Indonesia tetapi dalam ikatan Kerajaan Belanda. Hasil penyelidikan
komisi Visman tidak memuaskan. Komisi hanya sekedar memberi angin atau berbasa
basi kepada kaum nasionalis Indonesia dan tidak sungguh-sungguh menanggapi
perubahan ketatanegaraan Indonesia.
Sebelum hasil Komisi Visman diwujudkan, Jepang sudah tiba di Indonesia.
Meskipun demikian pihak Indonesia telah sempat mengusulkan 3 hal, yaitu :
1. Pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri;
2. Penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang Dewan Rakyat;
3. Pergantian kata Inlander (pribumi) menjadi Indonesier.12
Untuk menguatkan perjuangan GAPI, KRI, diubah menjadi Majelis Rakyat Indonesia
(MRI) dalam konferensi di Yogyakarta pada tanggal 14 September 1941.
Di dalam MRI duduk wakil-wakil dari organisasi politik, organisasi Islam, federasi
serikat sekerja, dan pegawai negeri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara
organisasi-organisasi yang tergabung dalam MRI, namun persatuan dan kesatuan kaum
Nasionalis terus dipupuk sampai masuknya Tentara Militer Jepang.
BAB VII
PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI

A. Persiapan Proklamasi Kemerdekaan


1. Pembentukan BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
BPUPKI (Dokuritsu Zumbi Cosakai ) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Ketuanya Dr.
Rajiman Wedyodiningrat yang dilantik tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang. Jumlah
anggota 63 orang.
Sidang pertama pada tanggal 29 Mei s.d. 1 Juni 1945. Dalam sidang tersebut 3 orang tokoh
yang menyampaikan konsep dasar negara yaitu Mr. Moh. Yamin, Ir. Sukarno, dan Mr.
Supomo. Mr. Moh. Yamin mengemukakan kelima azas dasar negara meliputi : Peri
Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Sedangkan azas dasar negara Ir. Sukarno diberi judul Pancasila yang berisi antara lain :
Kebangsaan Indonesia, Internasional dan Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuklah Panitia Sembilan, karena terdiri dari sembilan
orang, meliputi : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. AA.
Maramis, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso.
Panitia Sembilan berhasil menyusun “Piagam Jakarta” atau Jakarta Charter. Rumusan Piagam
Jakarta memuat rumusan 5 azas, yaitu :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta sekarang dijadikan sebagai Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4
alinea. Sidang yang kedua diselenggaraka pada tanggal 10 s.d. 17 Juli 1945, BPUPKI berhasil
menyusun Rancangan Undang Undang Dasar ( UUD ) yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal
ditambah 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan. Rancangan tersebut sekarang disebut UUD
1945.
2. Pembentukan PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan IndonesiaPada tanggal 7 Agustus
1945 BPUPKI dianggap telah menyelesaikan tugas maka dibubarkan dan diganti dengan PPKI
( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ). Ketuanya Ir. Sukarno dan sebagai wakil ketua
adalah Drs. Moh. Hatta. Sedangkan Mr. Ahmad Subarjo ditunjuk sebagai penasehat. Pada
tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, ratusan ribu
jiwa menjadi korban. Pada tanggal
9 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kembali di kota Nagasaki. Jepang
benar-benar lumpuh setelah dijatuhi 2 buah bom atom yang menelah korban sekitar 250 ribu
jiwa.. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr.Rajiman
Wediodiningrat dipanggil ke Dalath, Saigon oleh Jend. Terauchi untuk membahas masalah
kemerdekaan Indonesia karena Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Setelah
ketiga tokoh sampai di Dalath, Jendral Terauchi menyampaikan tentang keadaan negeri
Jepang, dan masalah kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada bangsa Indonesia
sendiri.
B. Peristiwa Rengas Dengklok
Ketika Jepang dijatuhi 2 buah bom atom oleh Amerika Serikat, maka tidak
memungkinkan lagi untuk melanjutkan pertempuran mengingat banyak sekali korban yang
berjatuha. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Tiga orang tokoh , yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta
dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil ke Dallath, Saigon, Vietnam oleh Jendral Terauchi
untuk membicarakan kemerdekaan yang pernah dijanjikan oleh Jepang. Mengingat Jepang
kalah dalam perang dunia maka tidak bisa memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Sebelum Jepang mengumumkan kekalahannya terhadap Sekutu, maka ketiga tokoh tersebut
diminta untuk bisa menyelenggarakan kemerdekaan.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Hirohito mengumumkan kekalahan Jepang terhadap
Sekutu, berita tersebut didengar oleh para pemuda Indonesia yang bekerja pada instansi
Jepang. Pada saat itu ketiga orang tokoh yang dipanggil ke Dalath sedang dalam perjalanan
pulang dari Dalath. Setiba di tanah air pada tanggal 15 Agustus 1945 mereka langsung diminta
memproklamasikan kemerdekaan oleh para pemuda. Ketiga tokoh tersebut tidak langsung
menanggapi permintaan para pemuda mengingat tokoh- tokoh tersebut belum mendengar
sendiri.
Pada saat itu terdapat dua kelompok pejuang yang sedang memperjuangkan
proklamasi, yaitu golongan pemuda ( Sukarni, Wikana, Yusuf Kunto, Sutan Syahrir, Amir
Syarifudin , Adam Malik, dan lainnya ) dan golongan tua ( Ir. Sukarno, Dr. Rajiman
Wedyodiningrat, Drs. Moh. Hatta , Mr. Ahmad Subarjo, dan lainnya ). Dalam upaya
merencanakan proklamasi terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dengan pemuda.
Golongan tua menghendaki agar proklamasi dilaksanakan melalui PPKI dan dengan
perhitungan yang matang, sedangkan golongan pemuda menghendaki proklamasi
dilaksanakan diluar PPKI dan secepatnya sebelum Sekutu dan Belanda datang ke
Indonesia. Para pemuda tidak mau menggunakan PPKI untuk memproklamasikan
kemerdekaan karena Jepang telah kalah perang, sehingga kedudukannya menjadi lemah.
Sebaliknya golongan tua menghendaki proklamasi dilaksanakan melalui PPKI , karena PPKI
merupakan satu-satunya badan yang memiliki kewenangan untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Dengan perbedaan tersebut maka timbullah ketegangan, pada tanggal 16
Agustus 1945 dini hari Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta diasingkan ke Rengas Dengklok,
sebuah desa di daerah Bekasi, sebelah timur Jakarta. Alasan para pemuda menculik
mereka adalah agar mereka tidak mendapat pengaruh dan tekanan dari tentara Jepang. Para
pemuda yang melakukan penculikan antara lain : Sukarni, Wikana, dan Yusuf Kunto. Mereka
memilih Rengas Dengklok karena dianggap yang paling aman dari tentara Jepang untuk
merencanakan Proklamasi kemerdekaan.
C. Penyusunan Naskah Proklamasi dan Detik-detik Proklamasi
Pada sore harinya Laksamana Maeda mencari Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta untuk
segera menyusun proklamasi kemerdekaan, namun tidak ada di Jakarta, sehingga ia
menghubungi Ahmad Subarjo, dan Ahmad Subarjo menghubungi Yusuf Kunto. Akhirnya pada
malam hari kedua orang tokoh tersebut dikembalikan ke Jakarta dan membahas penyusunan
naskah proklamasi di kediaman L. Maeda, Jl. Imam Bonjol , Jakarta.
Tidak luput dari ketegangan-ketegangan, dan perselisihan pendapat akhirnya pada
dini hari berhasil menyusun naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik. Ada dua
naskah proklamasi saat itu, yaitu naskah konsep, yang ditulis tangan dan ditanda
tangani oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta , dan naskah yang kedua yaitu naskah otentik,
yaitu naskah yang diketik dan ditanda tangani oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta.
Semula pembacaan naskah proklamasi hendak dilaksanakan di Lapangan Ikada,
namun telah diketahui tentara Jepang, dan dijaga tentara Jepang. Agar tidak banyak mengalami
hambatan maka pembacaan naskah proklamasi dialihkan ke halaman rumah
, Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta ( sekarang = Jl. Proklalmasi ) pada tanggal 17
Agustus 1945 jam 10.00 WIB. Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Sukarno dengan
didampingi oleh Drs. Moh. Hatta dilanjutkan denganpengibaran sang merah putih yang
dipimpin oleh Latif Hendraningrat dan Suhud, dengan diiringi lagu kebanngaan Indonesia
Raya. Peristiwa ini merupakan peristwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu
menjadi hari kelahiran bangsa Indonesia sebagai bangsa merdeka. Peristiwa tersebut tidak
berlangsung lama, karena tidak lama kemudian tentara Jepang mendatangi tempat tersebut dan
berupaya merampas semua dokumen tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
D. Menyusun Kelengkapan Pemerintahan RI
Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara lain :
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD RI yang telah dirancang oleh Dokuritsu
Zumbi Cosakai atau BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia )
2. Memilih dan menetapkan presidan RI ( Ir. Sukarno ) dan wakil presiden RI ( Drs.
Moh. Hatta )
3. Sebelum terbentuknya MPR, dalam melaksanakan pekerjaan presiden dibantu oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara lain :
1. Menetapkan 12 orang menteri dalam lingkungan pemerintahan dan 4 menteri negara yang
akan dilaksanakan pelantikannya pada tanggal 2 September 1945. Susunan menteri
(kabinet Indonesia pertama kali adalah sebagai berikut :
1. Menteri Dalam Negeri : MAA Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo
3. Menteri Keuangan : Mr. AA Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Dr.Mr. Supomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Ahmad Cokrodisuryo
6. Menteri Keamanan Rakyat: Supriyadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifudin
10. Menteri Ment Sosial : Mr. Iwa Kusuma S.
11. Menteri Perhubungan : Mr. Abikusno Cokro.
12. Menteri Pekerjaan Umum : Mr. Abikusno Cokro.
13. Menteri negara : Wachid Hasyim
14. Menteri negara : MR. Amir
15. Menteri negara : Mr. RM Sartono
16. Menteri negara : Otto Iskandardinata
2. Wilayah RI terbagi menjadi 8 provinsi, dan sebagai gubernurnya adalah sebagai
berikut :
1. Provinsi Sumatera : Tengku Moh Hasan
2. Provinsi Jawa Barat : Sutarjo Kartohadikusuma
3. Provinsi Jawa Tengah : R. Panji Suroso
4. Provinsi Jawa Timur : RA Suryo Sumpeno
5. Provinsi Sunda Kecil : I Gusti Ketut Puja
6. Provinsi Maluku : Mr. J. Latuharhari
7. Provinsi Sulawesi : Ratulangi
8. Provinsi Kalimantan : Ir. Pangeran Moh. Rum
3. Sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara lain :
 Membentuk Komite Nasional Indonesa, Pembentukan Badan KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat ), yang baru dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945, sebagai
ketuanya adalah Mr. Kasman Singadimeja.
 Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI)
 Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), bertugas sebagai badan penolong
keluarga korban perang. Keanggotaanya terhimpun dari bekas anggota PETA, Heiho,
Keibodan, Seinendan, dll. Belum dibentuknya tentara dikandung maksud agar tidak
memancing kemarahan tentara Jepang. Dan Tentara Indonesia baru dibentuk pada
tanggal 5 Oktober 1945, karena situasi mendesak yaitu dengan datangnya pasukan
Sekutu yang diboncengi oleh tentara Belanda.
BAB VIII
UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

I. Peristiwa Penting Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI


A . Penyebarluasan Berita Proklamasi
Walaupun proklamasi telah dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 namun banyak
masyarakat Indonesia yang tidak tahu, oleh karena itu para pemuda dan pejuang
berupaya untuk dapat menyebarluarkan berita tersebut sampai ke seluruh lapisan masyarakat
dengan maksud agar seluruh bangsa Indonesia bangkit dan ikut serta berjuang melawan
penjajahan. Mengingat masih terbatasnya sarana komunikasi maka dengan berbagai cara
dilakukan, antara lain : menggunakan radio, penyebaran pamflet, melalui perkumpulan, dan
dari mulut ke mulut. Proklamasi kemerdekaan benar- benar disambut dengan gembira oleh
seluruh lapisan
Proklamasi merupakan momentum yang sangat penting, sejak tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia menyatakan telah lepas dari segala ikatan penjajahan / kolonialisme. Perlu
kita peringati setiap tahun karena memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Arti Penting Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945 bagi bangsa
Indonesia:
1. Bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan untuk menentukan nasibnya sendiri
2. Proklamasi merupakan titik kulminasi ( titik puncak ) perjuangan bangsa Indonesia
dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan
3. Proklamasi merupakan jembatan emas bagi bangsa Indonesia sebagai tempat
menyebrang dari alam penjajahan ke alam kemerdekaan
4. Proklamasi merupakan modal dasar bagi bangsa Indonesia untuk membangun
menjadi bangsa yang maju dan mandiri, Namun demikian masih banyak pekerjaan dan
tantangan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat.
B. Tantangan bangsa Indonesia setelah merdeka antara lain:
1. Menghadapi tentara Jepang yang masih bersenjata lengkap, walaupun tidak punya
kekuasaan lagi di Indonesia
2. Menghadapi pasukan Sekutu, sebagai pemenang perang dunia II
3. Menghadapi kedatangan kembali tentara Belanda yang pernah menjajah Indonesia
4. Belum adanya lembaga negara dan pemerintahan yang memadai , dan isntansi
lainnya .
5. Indonesia belum memiliki tentara dan persenjataan masih sangat terbatas
6. Pemerintahan yang belum stabil dan lengkap
7. Kesengsaraan rakyat akibat penjajahan jepang
8. Kebodohan akibat lama di jajah Belanda
C. Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara lain :
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD RI yang telah dirancang oleh Dokuritsu Zumbi
Cosakai atau BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia )
2. Memilih dan menetapkan presidan RI ( Ir. Sukarno ) dan wakil presiden RI ( Drs.
Moh.Hatta )
3. Sebelum terbentuknya MPR, dalam melaksanakan pekerjaan presiden dibantu oleh
Komite Nasional.
D. Sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara lain :
1. Menetapkan 12 orang menteri dalam lingkungan pemerintahan dan 4 menteri negara yang
akan dilaksanakan pelantikannya pada tanggal 2 September 1945. Susunan menteri (
kabinet Indonesia pertama kali adalah sebagai berikut :
a. Ment Dalam Negeri : MAA Wiranata Kusumah
b. Ment Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo
c. Ment Keuangan : Mr. AA Maramis
d. Ment Kehakiman : Prof.Dr.Mr. Supomo
e. Ment Kemakmuran : Ir. Ahmad Cokrodisuryo
f. Ment Keamanan Rakyat : Supriyadi
g. Ment Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo
h. Ment Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
i. Ment Penerangan : Mr. Amir Syarifudin
j. Ment Ment Sosial : Mr. Iwa Kusuma S.
k. Ment Perhubungan : Mr. Abikusno Cokro.
l. Ment Pekerjaan Umum : Mr. Abikusno Cokro.
m. Ment negara : Wachid Hasyim
n. Ment negara : MR. Amir
o. Ment negara : Mr. RM Sartono
q. Ment negara : Otto Iskandardinata
2.Wilayah RI terbagi menjadi 8 provinsi, dan sebagai gubernurnya adalah sebagai berikut
:
a Provinsi Sumatera : Tengku Moh Hasan
b. Provinsi Jawa Barat : Sutarjo Kartohadikusuma
c. Provinsi Jawa Tengah : R. Panji Suroso
.
d Provinsi Jawa Timur : RA Suryo Sumpeno
e. Provinsi Sunda Kecil : I Gusti Ketut Puja
f. Provinsi Maluku : Mr. J. Latuharhari
g. Provinsi Sulawesi : Ratulangi
h. Provinsi Kalimantan : Ir. Pangeran Moh. Rum
.
E. Sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 menghasilkan keputusan , antara
lain :
1. Membentuk Komite Nasional Indonesa, Pembentukan Badan KNIP ( Komite Nasional
Indonesia Pusat ), yang baru dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945, sebagai ketuanya
adalah Mr. Kasman Singadimeja.
2. Pembentukan Partai Nasional Indonesia ( PNI )
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat ( BKR ), bertugas sebagai badan penolong
keluarga korban perang. Keanggotaanya terhimpun dari bekas anggota PETA, Heiho,
Keibodan, Seinendan, dll.
F. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia
BKR bukan angkatan bersenjata, melainkan badan penolong keluarga korban
perang. Guna menghadapi tentara Jepang, kedatangan Sekutu dan Belanda , maka
harus memiliki angkatan bersenjata yang tangguh. Pada bulan September 1945 tentara
Sekutu dan Belanda telah tiba di Indonesia, sebagai bangsa yang tidak mau dijajah lagi
maka segera membentuk angkatan bersenjata. Para pejuang dengan gigih dan berani
merebut senjata-senjata Jepang guna menghadapi tentara Sekutu dan Belanda.
Keadaan semakin kacau setelah orang-orang Belanda melakukan kekacauan di berbagai
tempat. Oleh karena itu pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah membentuk angkatan
bersenjata dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Keanggotaannya besifat
sukarela, perlengkapan dan persenjataan harus mencari sendiri dan tugas yang dipikulnya
sangat berat , yaitu mengamankan negara. Dalam waktu singkat banyak sekali yang
menjadi anggota, terutama mereka yang telah terlatih di PETA dan Heiho ketika Jepang
masih berkuasa. Letkol Sudirman diangkat sebagai panglima TKR dan Letkol Urip
Sumoharjo menjadi Kepala Staf TKR.
Perjalanan TKR tidaklah mudah, karena ketika masih dalam proses pembentukkan
langsung terjun di medan pertempuran. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan senjata
adalah dari tangan Jepang, Dengan gigih dan berani para pejuang, pemuda, memaksa
tentara Jepang untuk menyerahkan persenjataannya. Tidak sedikit korban yang berjatuhan.
Banyak peristiwa heroik di berbagai kota, dengan perlengkapan seadanya para pejuang
akhirnya berhasil melucuti tentara Jepang. Untuk mengenang keberanian dan semangat
juangnya maka setiap tanggal 5 Oktober diperingati sebagai Hari Angkatan
Besenjata ( TNI ). Dalam perjalanan selanjutnya TKR mengalami perubahan nama
menjadi TRI ( Tentara Republik Indonesia ), dan terakhir menjadi TNI ( Tentara Nasional
Indonesia ).
I. Kedatangan Tentara Sekutu di Indonesia
Sebagai pihak pemenang Perang Dunia II Tentara Inggris atas nama Sekutu berupaya
mengambil alih Indonesia dengan membentuk Divisi dengan nama Allied Gorces
Nederlads East Indies ( AFNEI ) yang dipimpin Letjen Sir Phllip Christison,
Pasukan AFNEI mendarat di Tanjung Priok, Jakarta pada tanggal 29 September 1945
terdiri atas tiga Divisi, yaitu :
1. Divisi India ke-23, ditempatkan di Jawa Barat dan dipimpin oleh Mayjen DC Hawtorn
2. Divisi India ke-5 , ditempatkan di Jawa Timur dan dipimpin oleh Mayjen EC
Mansergh
3. Divisi India ke 26, ditempatkan di Sumatera dan dipimpin oleh Mayjen HM Chambers
Tugas tentara Inggris ke Indonesia antara lain:
1. Menerima penyerahan daerah jajahan ( kekuasaan ) dari tangan Jepang
2. Melucuti tentara Jepang
3. Mengembalikan tentara Jepang ke Negerinya
4. Menjaga ketetiban dan keamanan di Indonesia
5. Membebaskan interniran Belanda yang ditawan oleh tentara Jepang
Semula kedatangan mereka disambut baik oleh bangsa Indonesia, namun setelah
diketahui orang-orang Belanda yang tergabung dalam NICA (Nederlands Indies Civil
Administration ) ikut di belakangnya, maka bangsa Indonesia tidak percaya lagi atau
lebih waspada terhadap tentara Inggris, maupun Belanda. Kedatangan NICA dipimpin oleh
Van der Plash danVan Mook mempunyai maksud dan tujuan ingin menjajah kembali
Indonesia, namun bangsa Indonesia telah menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Suasana semakin kacau dengan dibebaskannya interniran Belanda dan
pasukan KNIL yang ditahan oleh tentara Jepang. Para pejuang dengan cepat segera
melakukan gerakan yaitu :merebut senjata dari tentara Jepang sebelum jatuh ke tangan
Sektu, guna menghadapi tentara Sekutu ( Inggris ) dan Belanda. Terjadilah peristiwa-
peristiwa heroik dengan semangat kepahlawanan, bangsa Indonesia yang semula
ketakutan apabila melihat tentara Jepang, namun setelah merdeka tidak ada lagi yang
ditakuti, sekalipun Inggris bekas pemenang Perang Dunia II .
II. Perlawanan Terhadap Tentara Jepang
A. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945
Peristiwa ini diprakarsai oleh para pemuda Menteng dengan cara mengumpulkan
warga Jakarta untuk mendengarkan pidato presiden Sukarno yang pertama kali sejak
Indonesia merdeka, tanggal 17 Agutus 1945. Dengan dihadiri ribuan massa di lapangan
Ikada massa tidak takut lagi terhadap ancaman tentara Jepang yang
dihadapinya.Kedatangan presiden Sukarno disambut gembira oleh bangsa Indonesia.
Presiden hanya menyampaikan pidato singkat yang intinya agar massa pulang ke rumah
masing-masing sambil menunggu perintah selanjutnya, guna menghindari jatuhnya banyak
korban.Tentara Jepang kagum akan kepemimpinan Ir. Sukarno . Apabila beliau tidak
memulangkan massa Jakarta kemungkinan besar terjadi kerusuhan dan banyak korban
yang berjatuhan. Arti Penting Peristiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada antara lain :
1. Rakyat Indonesia tidak takut lagi terhadap ancaman tentara Jepang.
2. Ir. Sukarno benar-benar pemimpin besar, terbuki akan kepatuhan rakyat terhadao
presidennya.
B. Perebutan Senjata dari Tangan Jepang di berbagai Kota di Indonesia
Dalam upaya mempersenjatai diri guna menghadapi kedatangan tentara Sekutu dan
tentara Belanda, maka para pejuang melakukan perebutan senjata tentara Jepang di
Indonesia , karena telah kalah perang dalam PD II. Peristiwa ini terjadi di berbagai kota
di Indonesia, antara lain :
1. Perebutan gudang senjata di Cilandak, Jakarta Selatan
2. Keberhasilan para pejuang menduduki lapangan udara Andir, Bandung
3. Perebutan senjata Jepang di Medan dan Palembang
4. Perebutan markas tentara Jepang di Makasar
5. Perebutan markas dan panser Jepang di Yogyakarta
6. Perebutan markas dan semua senjata Jepang di Surabaya
C. Pertempuran 5 Hari di Semarang , 14 – 19 Oktober 1945
Tentara Jepang yang ditawan Sekutu melalukan pemberontakan setelah bergabung
dengan pasukan Kidobutai di Jatingaleh, Semarang. Mereka menyerang para polisi
Indonesia. Situasi berubah menjadi panas setelah terbunuhnya dr. Kariadi ketika sedang
meneliti air minum yang diracuni tentara Jepang. Pertempuran sengit terjadi di daerah
Bulu. Pertepuran berlangsung selama 5 hari yang berlangsung tanggal. 14 s.d. 19
Oktober 1945. Tidak kurang dari 2000 pejuang Indonesia gugur, dan lebih dari 500 tentara
Jepang gugur. Pertempuran berhenti setelah pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigjen
Betel tiba di Semarang dan mengadakan perundingan dengan walikota Semarang. Untuk
mengenang peristiwa tersebut, maka di tempat tersebut dibangun Monumen Tugu Muda.
Begitu juga nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum di Semarang.
III. Perlawanan Terhadap Tentara Sekutu (Inggris)
A. Pertempuran 10 November 1945 , di Surabaya
Diawali dengan kedatangan tentara Inggris (Sekutu) di Surabaya pada tanggal. 25
Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigjen Mallaby untuk membebaskan tentara Belanda
yang ditawan tentara Jepang ketika berlangsungnya PD II. Namun pasukan Inggris
dihadang pada pemuda Surabaya, sehingga mengalami kesulitan. Pada tanggal 28
Oktober pasukan Inggris di seluruh Surabaya diserang rakyat Surabaya sehingga Brijen
Mallaby nyaris tewas. Berkat bantuan presiden Sukarno kemarahan rakyat Surabaya
dapat diredam. Karena Brigjen Mallaby tidak menghormati bangsa Indonesia, ia nekat
masuk ke wilayah RI untuk membebaskan tawanan. Ia terbunuh di dekat Jembatan
Merah. Hal ini menimbulkan kemarahan pimpinan tentara Inggris Mayjen Manserg. Pada
tanggal 9 November 1945 ia mengeluarkan ultimatum yang isinya, tentara Inggris akan
menyerbu seluruh kota Surabaya apabila pihak RI tidak mau menyerahkan pembunuh
Brigjen Mallaby , paling lambat tanggal 10 November 1945 jam 06.00. Ultimatum
tersebut tidak dihiraukan oleh rakyat Surabaya. Dibawah pimpinan Bung Tomo seluruh
rakyat Surabaya bersatu mempertahankan diri dari serangan tentara Inggris. Ibu-ibu,
manula , dan anak-anak sebelumnya diungsikan ke kota di sekitarnya Sidoarjo) selama
pertempuran.
Pada tanggal 10 November 1945 tentara Inggris menyerang Surabaya dari berbagai
penjuru, baik darat, laut, maupun udara. Namun para pejuang dan rakyat yang dikenal
sebagai arek-arek Surabya mempertahankan daerahnya agar jangan sampai sejengkal
tanahpun jatuh ke tangan musuh. Pertempuran berlangsung sengit dan tidak
berimbang sehingga ribuan korban berjatuhan. Berkat dorongan semangat dari Bung Tomo
pertempuran berlangsung selama satu bulan, dan tentara Inggris tidak mampu menaklukkan
Surabaya, dan akhirnya tentara Inggris menarik pasukannya dari Surabaya setelah satu
bulan lamanya rakya Surabaya tidak mau menyerah. Untuk mengenang peristiwa tersebut
maka setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Begitu juga di
Surabaya didirikan monumen/ Tugu Pahlawan.
Arti penting pertempuran 10 Novemer di Surabaya, antara lain :
1. Bangsa Indonesia rela berkorban sampai titik darah penghabisan untuk
mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945
2. Dengan semangat juang tinggi dan pantang menyerah untuk mempertahankan
setiap jengkal tanah agar jangan jatuh ke tangan musuh.
B. Pertempuran Ambarawa (Palagan Ambarawa), 15 Desember 1945
Pertempuran di Ambarawa diawali dengan mendaratnya pasukan Inggris dibawah
pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 November 1945 dan mengakhiri
pertempuran Lima Hari di Semarang. Pada tanggal 21 Oktober 1945 mereka berusaha
membebaskan tawanan yang ada di Ambarawa dan Magelang. Karena rakyat tahu
bahwa kedatangan tentara Inggris diboncengi tentara NICA maka pada tanggal 23
November 1945 meletus pertempuran melawan tentara Inggris. Pertempuran
berlangsung agak lama. Pasukan TKR dengan gigih mempertahankan Ambarawa dan
berupaya agar tentara Inggris jangan sampai masuk Magelang. Salah seorang perwira
yang didatangkan dari divisi Banyumas, yaitu Letkol Isdiman gugur dalam pertempuran
tersebut. Berkat kesigapan Kol Sudirman maka pada tanggal 15 Desember 1945 tentara
Inggris dan NICA berhasil dipukul mundur dari Ambarawa hingga sampai ke Semarang.
Peristiwa tersebut dikenang sebagai peristiwa Palagan Ambarawa, dan untuk
mengenang peristiwa tersebut naka dibangunlah monumen Palagan Ambarawa dan setiap
tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.
C. Bandung Lautan api , 23 Maret 1946
Pasukan Inggris berupaya agar senjata tentara Jepang yang jatuh ke tangan para
pejuang harus diserahkan kepada tentara Inggris sebagai pasukan pemerlihara keamanan.
Pada tanggal 23 November 1945 tentara Inggris mengerluarkan ultimatum pertama, agar
kota Bandung selatan dikosongkan untuk diduduki tentara Inggris . Namun ultimatum
tersebut tidak dihiraukan para pejuang Bandung. Kemudian pada tanggal 23 Maret 1946
dikeluarkan ultimatum kedua yang isinya agar seluruh kota Bandung dikosongkan. Para
pejuang Bandung dihadapkan pada dua pilihan komando, yaitu komando dari pusat (
presiden ) agar kota Bandung dikosongkan supaya tidak banyak korban berjatuhan.
Sebaliknya komando dari Panglima TKR agar kota Bandung dipertahankan sampai titik
darah penghabisan. Di bawah pimpinan Letkol. AH. Nasution maka seluruh kota
Bandung Selatan dkosongkan dan penduduk diusngsikan keluar kota. Namun malam
harinya rumah-rumah yang telah ditinggal penghuninya dibakar, sehingga bagaikan lautan
api. Dengan demikian tentara Inggris datang sia-sia ke kota Bandung, bahkan mendapat
perlawanan gerilya dari para pejuang. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka
diciptakan lagu Halo-halo Bandung dan Sapu tangan dari Bandung. Arti penting peristiwa
Bandung Lautan Api antara lain :
1. Semangat rela berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, terbukti semua rakyat kota Bandung rela mengungsi keluar kota
dan meninggalkan harta bendanya, yang kemudian dibakar para pejuang.
2. Dengan semangat juang tinggi dan pantang menyerah untuk mempertahankan setiap
jengkal tanah agar jangan sampai jatuh ke tangan musuh.
D. Pertempuran Medan Area
Diawali dengan pengambil alihan gedung-gedungpemeriintah oleh para pemuda
dari tangan tentara Jepang pada tanggal 4 Oktober 1945 dibawah pimpinanA. Tahir.
Pasukan Inggris dibawah pimpinan Brigjen Kelly mendarat di Medan pada tanggal 9
Oktober 1945. Begitu juga NICA mendaratkan pasukannya dibawah pimpinan
Westerling. Pertempuran meletus pertama pada tanggal 13 Oktober 1945. Karena
pertempuran terus berlangsung maka pada tanggal 18 Oktober 1945 tentara Inggris
mengeluarkan maklumat yang isinya melarang membawa senjata dan semua senjata harus
diserahkan kepada tentara Ingris. Kemudian pa tanggal 10 Desember 1945 Inggris
mengerahkan pasukannya , para pemuda melawannya dengan gagah berani sehingga
banyak korban yang berjatuhan, karena persenjataan yang tidak imbang. Peristiwa tersebut
dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
IV. Perlawanan Terhadap Tentara Belanda
A. Insiden Bendera di Hotel Yamato, 19 September 1945
Pada saat yang bersamaa dengan Rapat Raksasa di lapangan Ikada maka di
Surabaya juga terjadi peristiwa yang tidak kalah penting. Tentara Belanda yang
membonceng pada tentara Inggris ( Sekutu ) memanfaatkan kesempatan. Saat tentara
Inggris melaksanakan tugasnya , maka tentara Belanda menyusun kekuatan dan
mengadakan aksi teror. Di atas hotel Yamato tiba-tiba berkibar bendera merah putih
biru milik Belanda, sehingga menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Para pemuda,
pejuang berbaur menyerbu Hotel Yamato untuk mengganti bendera tersebut dengan
bendara merah putih. Pertempuran tidak dapat terelakan lagi, banyak korban yang
berjatuhan demi berkibarnya sang merah putih dan harga diri bangsa.
Arti penting bagi pernjuangan bangsa Indonesia, yaitu :
1. Semangat rela berkorban demi berkibarnya sang merah putih
2. Rakyat Indonesia tidak mau lagi dijajah oleh bangsa asing
B. Agresi Militer Belanda (1947 & 1948)
Agresi Militer Belanda merupakan strategi Belanda untuk menggagalkan
kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Agresi tersebut dilaksanakan ketika sedang terjadi gencatan senjata, pada saat para pejuang
sedang dalam kondisi tidak siap berperang. Agresi Militer I dilaksanakan paa tanggal 21 Juli
1945 setelah penandatanganan hasil perundingan Linggarjati. Agrasi Militer Belanda ke-2
pada tanggal 19 Desember 1948, Agresi tersebut dilancarkan setelah ditandatangani hasil
perundingan Reville, atau pada saast itu bangsa Indonesia. Pada agresi Militer Belanda ke-2
tentara Belanda berhasil menduduki kota Yogyakarta, (ibukota RI saat itu). Tentara Belanda
hanya menduduki daerah perkotaan saja, adapun daerah lain masih tetap dikuasai para
pejuang. Agresi Militer lambat laun mengalami desakan dari para pejuang. Dengan taktik
perang gerilya yang dipimpin oleh Jendral Sudirman berhasil memukul mundur pasukan
tantara Belanda.
C. Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan yang dilaksanakan pada dini hari membuat tentara Belanda tidak siap,
TNI berhasil meduduki kota Yogyakarta selama 6 jam dan berhasil mengumumkan kepada
dunia luar bahwa TNI masih utuh dan tangguh, terbukti mampu menduduki kembali
Yogyakarta yang telah diduduki musuh. Serangan Umum ini dipimpin oleh Letkol
Suharto , komandan Brigade 10 Werkreise III. Ia mendapat bantuan dari Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, raja Kesultanan Yogyakarta. Walaupun hanya 6 jam menduduki
kota Yogyakarta , namun memiliki arti penting bagi perjuangan bangsa Indonesia, yaitu :
1. Mendukung perjuangan diplomasi
2. Meningkatkan semangat juang TNI untuk terus melakukan perang gerilya
3. Menunjukkan kepada dunia luar bahwa TNI masih tangguh
4. Mematahkan morah tentara Belanda
V. Perjuangan Diplomasi
A. Perundingan yang diprakarsai Van Mook untuk memecah belah bangsa
Indonesia
1. Konferensi Malino, 15-25 Juli 1946
Atas prakarsa dr. HJ. Van Mook, Gubernur Jendral Belanda di Malino ( Sulawesi Selatan )
bertujuan untuk memperlemah kedudukan kemerdekaan RI. Permasalahan yang dibahas
adalah Rencana Pembentukan negara-negara bagian di wilayah Indonesia yang akan
menjadi negara bagian dalam negara federal. Ada 15 darah yang diundang untuk mengikuti
konferensi tersebut.
2. Konferensi Pangkal Pinang, 1 Oktober 1946
Membicarakan golongan minoritas yang ada di Indonesia
3. Konferensi Denpasar, 18 – 24 Desember 1946,
Membicarakan pembentuk negara Indonesia Timur , sebagai presidennya adalah
Sukawati.
B. Perundingan Linggarajati , 25 Maret 1947
Pelaksanaan perundingan di sebuah tempat sebelah selatan Cirebon, Lereng gunung
Cerme (Linggarjati) pada tanggal 10 – 15 Juli 1946, namun hasilnya baru ditanda tangani oleh
kedua belah pihak di istana Rijwic (sekarang = istana merdeka). Delegasi masing-masing
dalam perundingan tersebut adalah :
1. Indonesia : PM Sutan Syahrir
2. Belanda : Van Mook
3. Inggris : Lord Kilern
Keputusan yang dihasilkan dalam Perundingan Linggarjati antara lain :
1. Kedua belah pihak melaksanakan gencatan senjata.
2. Belanda mengakui secara de fakto atas pulau Jawa , Sumatera, dan Madura
3. RIS dengan akan bekerja sama membentuk dengan nama Republik Indonesia Serikat
( RIS )
4. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan ratu Belanda
sebagai ketuanya.
Pada saat gencatan senjata Belanda justru memperkuat pasukannya kemudian
melancarkan serangan yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda I, pada tanggal 21 Juli
1947. Dengan melancarkan Agresinya maka Belanda dapat menguasai kota-kota dan
tempat strategis lainnya. Untuk menghadapi serangan Belanda maka TNI menerapkan
sistem pertahanan Linier, yaitu sistem pertahaan dengan cara menyertakan seluruh
rakyat dan mengadakan serangan tiba-tiba saat tentara Belanda sedang lengah. Sistem ini
juga dikenal dengan taktik perang gerilnya. Perang gerliya membuat pasukan Belanda
kewalahan, karena lambat laun daerah yang diduduki tentara Belanda berhasil direbut
kembali oleh TNI. Agresi Militer mendapat kecaman dari bangsa –bangsa di Asia dan
Australia. Bahkan India mengirin bantuan dan obat-obatan kepada Indonesia.
C. Perundingan Renville , 17 Januari 1948
Sebenarnya Belanda mau ke meja perundingan bukan karena cinta damai , melainkan ada
alasan tertentu, yaitu :
1. Belanda banyak mendapat kecaman dari dunia internasional
2. Agar wilayah yang telah diduduki tidak jatuh TNI
3. Keingingan berkuasa kembali di Indonesia seperti sebelum merdeka , secara
bertahap.
Untuk menyelesaikan sengketa Indonesia – Belanda secara damai maka Dewan
Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang beranggotakan Amerika
Serikat, Australia, dan Belgia. Tokoh yang mewakilinya adalah Richard Kirby (Australia),
Van Graham (Amerika Serikat), dan Paul Van Zealand (Belgia). Amerika Serikat
mendatangkan kapalnya (Renville) di teluk Jakarta sebagai tempat berunding pada tanggal
8 Desember 1947, kemudian hasilnya ditanda tangani pada tanggal 17 Januari
1948. Delegasi yang hadir dalam perundingan tersebut adalah :
Indonesia : PM Amir Syarifudin
Belanda : Abdul Kadir Wijayaatmaja
Penengah : KTN (Van Graham, Paul Van Zealand, dan Richard Kirby).
Keputusan yang disepakati dalam perundingan tersebut, antara lain :
1. Penghentian tembak menembak di sepanjang garis Van Mook
2. Belanda mengakui wilayah RI di luar garis Van Mook (tinggal Jawa Tengah,
sebagian Jawa Barat dan sebagian Jawa Timur)
3. TNI yang berada di belakang garis Van Mook harus ditarik mundur ke wilayah RI
4. Akan segera dibentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Hasil perundingan Renville sangat merugikan bangsa Indonesia, karena wilayah RI
yang semula meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura sekarang tinggal Jawa Tengah dan
sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur. Seluruh bangsa Indonesia tidak puas dengan PM
Amir Syarifudin yang mau menanda tangani hasil perjanjian tersebut. Kabinet Amir jatuh
dan digantikan Sutan Syahrir. Namun kemudian Amir Syarifudin menyusun kekuatan
dan mengadakan pemberontakan PKI di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Tindakan yang sangat tidak terpuji, saat bangsa Indonesia sedang menghadapi Agresi
Militer Belanda II, dan Yogyakarta diduduki oleh tentara Belanda justru Amir syarifudin
bersama Muso mengadakan pemberontakan dengan melakukan aksi pembunuhan di
Madiun. Berkat kesigapan TNI yang berasal dari Divisi Siliwangi dibawah pimpinan Kol
Gatot Subroto pemberontakan PKI berhasil ditumpas.
Pada saat gencatan senjata Belanda kembali menyusun kekuatan sepenuhnya untuk
menduduki ibukota RI di Yogyakarta. Kemudian melancarkan serangan kembali serentak
pada tanggal 19 Desember 1948 yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II. Pada
tahap ini tentara benar-benar mampu menguasai Yogyakarta dan menangka presiden
Sukarno dan Wakil presiden Moh. Hatta. Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta dibuang ke
Prapat kemudian dipindahkan ke Bangka. Belanda beranggapan bahwa dengan
ditangkapnya kedua orang tokoh tersebut RI telah tamat. Namun anggapan itu keliru,
karena sebelum ditangkap presiden Sukarno telah menyerahkan mandatnya kepada
Safrudin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darutat RI ( PDRI ) di
Bukittinggi, Sumatera Barat, dan apabila Belanda hendak menangkapnya maka segera
menyerahkan mandatnya kepada Mr. Asaat untuk membentuk pemerintahan darurat di
pengasingan di New Delhi ( India ). Demi keselamatan bangsa dan negara Jendral
Sudirman bersama prajuritnya melanjutkkan perang gerilnya walaupun ibu kota telah jatuh
ke tangan musuh. Dalam keadaan sakit parah beliau harus keluar masuk hutan memimpin
perang gerilya. Sebuah perjuangan yang sanagat berat, Jend. Sudirman dan Ir. Sukarno
yang menjadi simbol kekuatan bangsa terpisah sehingga tidak bisa kontak.India dan Birma
(Myanmar) sangat simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia, kemudian
mengadakan konferensi Inter Asia pada tanggal 20 Januari 1949, guna membantu
perjuangan bangsa Indonesia. Keputusan yang dihasilkan antara lain :
1. Pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta
2. Penarikan seluruh tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia
3. Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1
Januari 1950.
D. Perundingan Rum Rojen , 7 Mei 1949
PBB kembali membentuk Badan untuk membantu menyelesaikan sengketa Indonesia
– Belanda melalui meja perundingan. Badan tersebut adalah UNCI ( United Nation
Commition for Indonesia ). Badan ini berhasil membawa Indonesia – Belanda ke
perundingan yang dikenal dengan Perundingan Rum –Rojen. Delegasi Indonesia dalam
perundingan tersebut adalah Moh Rum dan delegasi Belanda Van Rojen. Isi pokok
perundingan tersebut adalah :
1. Penghentian tembak menembak kedua belah pihak
2. Kembalinya pemerintahan RI ke Yogyakarta
3. Semua tentara Belanda harus ditarik mundur dari wilayah RI
4. Segera diselenggarakan Konferensi Meja Bundar ( KMB )
E. Konferensi Meja Bundar (KMB), 23 Agustus 1949
KMB merupakan tindak lanju dari perundingan Rum Rojen, diselenggarakan di kota Deh
Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh PM Drs. Moh. Hatta sedangkan delegasi
Belanda dipimpin oleh Van Marseven. Keputusan yang dihasilkan antara lain :
1. Serah terima kedaulatan dilaksanakan paling lambat akhir Desember 1949
2. Indonesia berbentuk RIS ( Republik Indonesia Serikat ) dan RI berada di dalamnya
3. Undang Undang yang berlaku adalah UUD RIS yang bekerja sama dengan
Belanda dalam bentuk Uni Indonesia Belanda dan Ratu Yuliana sebagai Ketuanya.
4. Wilayah RIS adalah semua bekas jajahan Belanda
5. Masalah Irian Barat ditentukan satu tahun kemudian
6. Hutang-hutang Belanda yang berkaitan dengan Indonesia dipikul oleh RIS
F. Pengakuan Kedaulatan RI, 27 Desember 1949
Pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda merupakan wujud kemenangan bangsa
Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Pengakuan kedaulatan
dilaksanakan di dua tempat, yaitu :
1. Di Amsterdam (Belanda) : oleh Ratu Yuliana kepada Drs. Moh. Hatta
2. Di Jakarta (Indonesia) : oleh HJ Lovink kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Ditetapkan sebagai presiden RIS adalah Ir. Sukarno dan wakil presiden RIS adalah Drs.
Moh. Hatta, sedangkan presiden RI adalah Mr. Asaat.
Dengan ditandatangani Pengakuan Kedaulatan oleh kedua belah pihak maka semua
pasukan Belanda dikembalikan ke negerinya, kecuali di Irian Barat. Dengan demikian
bangsa Indonesia benar-benar merdeka dan kedaulatannya diakui oleh dunia internasional.
Kerberhasilan ini berkat perjuangan konfrontasi dan perjuangan diplomasi yang saling
memberikan dukungan.

Anda mungkin juga menyukai