Anda di halaman 1dari 186

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING
STICK DI KELAS 2 AL – GHAZALI
SDIT AS’SAADAH

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Vira Alianti
NIM 1812011000064

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
LEMBAR PENGESAHAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam


dengan Menggunakan Metode Talking Stick
di Kelas 2 Al – Ghazali SDIT As-Sa’adah

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
VIRA ALIANTI
NIM. 1812011000064

Mengesahkan,
Pembimbing

Heny Narendrany Hidayati, M.Pd


NIP. 19710512 199603 2 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016/1437 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran


Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan Metode Talking Stick di
Kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah disusun oleh Vira Alianti, NIM
1812011000064, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 29 Maret 2016

Yang Mengesahkan,
Pembimbing

Heny Narendrany Hidayati, M.Pd


NIP. 19710512 199603 2 002
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran


Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan Metode Talking Stick di
Kelas 2 Al – Ghazali SDIT As-Sa’adah disusun oleh Vira Alianti, NIM
1812011000064, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 Mei 2016 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vira Alianti


NIM : 1812011000064
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Jl. Bakti I Rt. 005/09 No. 59A Kel. Baru Kec. Ps. Rebo
Jakarta Timur 13780

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada


Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan Metode Talking
Stick di Kelas 2 Al – Ghazali SDIT As-Sa’adah adalah benar hasil karya sendiri
di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Heny Narendrany Hidayati, M.Pd


NIP : 19710512 199603 2 002
Jurusan/Progam Studi : Pendidikan Agama Islam/Dual Mode System

Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Jakarta, 29 Maret 2016


ABSTRAK

Vira Alianti, NIM (1812011000064), Skripsi “Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan
Metode Talking Stick di Kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 2


SDIT As-Sa’adah dalam menceritakan kembali kembali kisah keteladanan nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan metode talking stick. Talking stick
merupakan suatu model pembelajaran kelompok (model pembelajaran kooperatif)
yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang
mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian
secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara
bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan
pertanyaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif
melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Jakarta Timur tahun ajaran 2015/2016
yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana
setiap siklusnya terdiri atas tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Jika terdapat masalah
yang ditemukan dalam kegiatan penelitian pada siklus I maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus selanjutnya. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini berupa tes dan non tes. Tekhnik non tes yang digunakan yaitu
wawancara yang dilakukan dengan guru Pendidikan Agama Islam kelas 2 SDIT
As-Sa’adah, dan observasi dengan instrumen nontes berupa lembar observasi
kegiatan guru dan kegiatan siswa. Sedangkan tekhnik tes yang digunakan berupa
tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar oleh siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran
pendidikan agama Islam melalui penerapan pembelajaran cooperative learning
dengan menggunakan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran pendidikan agama Islam. Indikator keberhasilan pada penelitian ini
adalah ketuntasan belajar kelas dan peningkatan presentase siswa yang mendapat
nilai minimal 75 mencapai 100% melalui penerapan pembelajaran cooperative
learning dengan metode talking stick. Hasil belajar siswa pada penilaian
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa pada siklus I
diperoleh rata-rata nilai 65,22 dimana siswa yang mencapai nilai KKM 75 hanya
11 siswa dari 30 siswa. Pada siklus II hasil penilaian keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah
mencapai KKM 75 dan memperoleh rata-rata nilai 81, dengan demikian metode
talking stick dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
pendidikan agama Islam pada kompetensi keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar siswa.

Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Talking Stick, PTK

i
ABSTRACK

Vira Alianti, NIM/Students Registration Number (1812011000064), Thesis


“Improving Student Learning Outcome in Islamic Religions Education
Lessons by Using Talking Stick Method in the 2nd Grade Al-Ghazali SDIT
As-Sa’adah”

This research was conducted with the aim to improve the ability of
students in 2nd grade SDIT As-Sa’adah in retelling the storry of prophet
Muhammad SAW exemplary by using talking stick method. Talking stcik is a
model of group learning (cooperative learning model) that uses a stick as a
pointing device’s turn. Students who received the stick will be asked questions
and have to answer. Then the relay stick was passed over to the other students in
turn. Continue until all the students got a stick and questions.
The method used in this research is a qualitative description through
Classroom Action Research (CAR). The research subjects were students in 2nd
grade Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah, Kalisari, East Jakarta academic years
2015/2016, totaling 30 students. This research was conducted in two cycles, with
each consisting of planning, action, observation, and reflection. If problems are
found in research activities in the first cycle review process was then carried
through the next cycle. The instrument used in this research are the test and non
test. Non-test technique is used which conducted interviews with the teachers of
Islamic Religious Education in 2nd grade SDIT As-Sa'adah, and observations
with nontest instruments such observation sheet of teachers activities and students
activities. While the test techniques used in the form of skills tests retell the story
heard by students.
The results of this research showed that the learning of Islamic religions
education through the application of cooperative learning by using talking stick
method can improved student learning outcomes in Islamic religios education
lessons. The good result indicators in this researsh is the mastery learning classes
and an increased the precentage of students who scored at least 75 to 100%
through the application of cooperative learning by using taking stick method.
Student learning outcomes in the ability of students in retelling the story in the
first cylces gained an average value of 65,22 where students who achieve KKM
score 75 only 11 students out of 30 students. In the second cyles assesment skills
results of the ability in retelling the story in the subject of Islamic religious
education has reached KKM 75 and earned an average score of 81, thus the
talking stick method otherwise can improve student learning outcomes in Islamic
religious education lessons in skill competencies retelling the story which heard
by the student.

Keyword: Learning Achievement Outcomes, Talking Stick Method,


Classroom Action Research (CAR)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah


menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang yang
telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Pembuatan skripsi ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyelesaikan skripsi ini.
Namun atas bimbingan Allah SWT, kerja keras dan motivasi dari berbagai pihak,
akhirnya mendorong penulis dapat melewati berbagai kesulitan dan hambatan
tersebut. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan adalah sebuah
proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis
mengucapkan banyak berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa
membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang
telah diberikan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
2. Henny Narendrany, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang penuh keikhlasan
dalam membagi waktu, tenaga, dan pikiran dalam upaya memberikan
bimbingan serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Semoga beliau selalu ada dalam keberkahan Allah SWT.
3. Dindin Ridwanuddin, M.Pd, selaku pengelola program Dual Mode System
4. Pimpinan perpustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan
utama UIN Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan

iii
Keguruan yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana
perpustakaan.
5. Anita Kusumawati, S.Sos.I, selaku kepala sekolah yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian, para guru dan staff SDIT As-Sa’adah Kalisari
Jakarta Timur yang sangat ramah dalam memberikan informasi yan penulis
perlukan dalam skripsi ini.
6. Sri Susilowati, S.Pd, selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas 2 Al-Ghazali
sekaligus kolabolator dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dengan sabar
membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Ananda siswa dan siswi kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah Kalisari Jakarta
Timur yang telah membantu penulis menjadi responden yang baik,
terimakasih karena telah mengajarkan arti kebersamaan dan persahabatan.
8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Syarif Ali dan ibunda
Tati Rosidah, yang dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya yang tulus,
serta dengan penuh kesabaran selalu memberikan semangat, serta doa yang
selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis. Tak
lupa adikku tersayang, Adam Aldata dan isteri, terimakasih supportnya
9. Suamiku tersayang, Mutoyo, terimakasih atas do’a, support, pengertian dan
perhatian yang diberikan selama melaksanakan kuliah, U’r the best ever.
10. Anak-anak bunda tercinta, Alif dan Umar, kalian penyemangat bunda selama
ini, terimakasih atas senyum dan canda yang menghilangkan lelah bunda,
tanpa kalian hidup bunda menjadi tak bermakna
11. Teman-teman seperjuangan di Kelas B Dual Mode System Pendidikan Agama
Islam, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya.
Kebersamaan bersama kalian akan menjadi kenangan indah dalam hidup ini.
12. Yuyun Wahyuni, S.Pd, selaku kepala sekolah TKIT As-Sa’adah Kalisari
Jakarta Timur, rekan-rekan guru dan staff TKIT As-Sa’adah yang telah
memberikan pengertian dan support untuk penulis selama ini. Guys, I love
you all.

iv
13. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Jazakumullah Khairan Katsiron. Semoga segala amalan diganti oleh Allah
SWT dengan kebaikan dan keberkahan di sepanjang hayat, aamiiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun kiranya
penulisan skripsi ini dapat memberikan hikmah dan pengalaman yang berharga
bagi penulis, dan semoga dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membaca skripsi ini.

Jakarta, 14 April 2016


Penulis
Vira Alianti

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACK .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .................................................... 7
C. Pembatasan Fokus Penelitian ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................ 7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL


INTERVENSI TINDAKAN ........................................................ 9
A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian .................................................. 9
1. Hasil Belajar ....................................................................................... 9
a. Pengertian Hasil Belajar ............................................................... 9
b. Objek Hasil Belajar ...................................................................... 11
c. Alat Evaluasi Hasil Belajar .......................................................... 12
d. Tujuan Hasil Belajar ..................................................................... 14

vi
e. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ....................................... 15
2. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............................... 16
a. Pengertian Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ....... 16
b. Objek Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .............. 16
c. Tujuan Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............. 18
d. Keterampilan Berbicara ................................................................ 18
1) Pengertian Keterampilan Berbicara ....................................... 18
2) Tujuan dan Fungsi Berbicara ................................................ 19
a) Tujuan Berbicara .............................................................. 19
b) Fungsi Berbicara .............................................................. 20
3) Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara ............................ 21
4) Penilaian Keterampilan Berbicara ......................................... 21
e. Menceritakan Kembali ................................................................. 22
1) Pengertian Menceritakan Kembali ......................................... 22
2) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali 23
f. Kisah ............................................................................................. 24
1) Pengertian Kisah .................................................................... 24
2) Jenis-jenis Kisah .................................................................... 25
3) Tujuan Pemberian Kisah ........................................................ 25
3. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 27
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ................................ 27
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ............................ 30
c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ...................................... 31
d. Efektifitas Pemilihan Model Pembelajaran Kooperatif ............... 31
4. Metode Talking Stick ......................................................................... 32
a. Pengertian Metode Talking Stick .................................................. 32
b. Langkah Pembelajaran Metode Talking Stick .............................. 33
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick ....................... 35
5. Implementasi Metode Talking Stick pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ................................................................... 36
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 36

vii
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 38
D. Hipotesa Tindakan ................................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 40


A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 40
1. Tempat Penelitian .............................................................................. 40
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 40
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 40
C. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ............................... 40
1. Metode Penelitian .............................................................................. 40
2. Rancangan Siklus Penelitian .............................................................. 41
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................................. 43
1. Peran Peneliti dalam Penelitian ......................................................... 43
2. Posisi Peneliti dalam Penelitian ......................................................... 44
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................................... 44
1. Pra Penelitian ..................................................................................... 44
2. Kegiatan Siklus I ................................................................................ 45
a. Perencanaan (Planing) .................................................................... 45
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................................... 45
c. Pengamatan (Observing) ................................................................ 46
d. Refleksi (Reflecting) ....................................................................... 46
3. Kegiatan Siklus II .............................................................................. 47
a. Perencanaan (Planing) .................................................................... 47
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................................... 47
c. Pengamatan (Observing) ................................................................ 48
d. Refleksi (Reflecting) ....................................................................... 48
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................................ 48
G. Data dan Sumber Data ............................................................................. 49
H. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 50
I. Tekhnik Pengumpulan Data ..................................................................... 57
J. Tekhnik Pemeriksaan Keterpercayaan ..................................................... 58

viii
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ......................................................... 58
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .................................................... 59

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ......... 60


A. Deskripsi Data .......................................................................................... 60
1. Letak Geografis ................................................................................... 60
2. Sejarah Singkat Berdirinya ................................................................ 60
3. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai .............................................................. 61
a. Visi ............................................................................................... 61
b. Misi ............................................................................................... 61
c. Tujuan ........................................................................................... 61
d. Nilai .............................................................................................. 62
4. Keadaan Tenaga Kependidikan, Non Kependidikan, dan Peserta
Didik .................................................................................................. 62
a. Tenaga Kependidikan ................................................................... 62
b. Non Kependidikan ........................................................................ 63
c. Peserta Didik ................................................................................ 63
5. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 63
B. Analisis Data ............................................................................................ 65
1. Penelitian Pendahuluan ...................................................................... 65
2. Analisis Data Tindakan Pembelajaran Siklus I .................................. 66
a. Tahap Perencanaan (Planning) .................................................... 66
b. Tahap Tindakan (Action) .............................................................. 66
c. Tahap Pengamatan (Observing) ................................................... 70
1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I ............................ 70
2) Penilaian Pembelajaran Siklus I ............................................. 75
d. Tahap Refleksi (Reflection) .......................................................... 78
3. Analisis Data Tindakan Pembelajaran Siklus II ................................ 79
a. Tahap Perencanaan (Planning) .................................................... 79
b. Tahap Tindakan (Action) .............................................................. 80
c. Tahap Pengamatan (Observing) ................................................... 84

ix
1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II ........................... 84
2) Penilaian Pembelajaran Siklus II ........................................... 89
d. Tahap Refleksi (Reflection) .......................................................... 92
4. Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 92
a. Data Hasil Observasi Pembelajaran ............................................. 92
b. Data Hasil Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah
Yang Didengar ............................................................................. 94
C. Pembahasan .............................................................................................. 94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................ 98


A. Kesimpulan .............................................................................................. 98
B. Implikasi .................................................................................................. 98
C. Saran ........................................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xvi


LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Kegiatan Guru ................................................ 50


Tabel 3.2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa .............................................. 51
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Keterampilan Menceritakan Kembali
Kisah yang Didengar .................................................................... 52
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Cerita Anak ............... 53
Tabel 3.5 Ketentuan Intensitas Skala Kemampuan ...................................... 56
Tabel 3.6 Analisis Data ................................................................................ 59
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Ps. Rebo
Tahun Pelajaran 2015-2016 ......................................................... 64
Tabel 4.2 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I .................................. 70
Tabel 4.3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ................................. 73
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah
yang Didengar Siklus I ................................................................. 76
Tabel 4.5 Hasil Tes Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
Didengar Siklus I .......................................................................... 78
Tabel 4.6 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ................................. 84
Tabel 4.7 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................ 87
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
yang Didengar Siklus II ................................................................ 89
Tabel 4.9 Hasil Tes Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
Didengar Siklus II ........................................................................ 91
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Menceritakan
Kembali Kisah yang Didengar ..................................................... 94
Tabel 4.11 Hasil Tes Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siklus I
dan Siklus II ................................................................................. 96

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas .......................... 39


Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto ............. 43
Gambar 4.1 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Kisah ................................ 68
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa saat Melaksanakan Metode Talking Stick ........ 69
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa ketika Berdiskusi dalam Kelompok ................. 69
Gambar 4.4 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Kisah Siklus II ................. 82
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa ketika Berdiskusi dalam Kelompok Siklus II .. 82
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa saat Melaksanakan Metode Talking Stick
Siklus II ...................................................................................... 83

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang


Didengar Siklus I........................................................................... 77
Grafik 4.2 Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
Didengar Siklus II ........................................................................ 91
Grafik 4.3 Persentase Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa dengan Metode
Talking Stick Siklus I..................................................................... 93
Grafik 4.4 Persentase Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa dengan Metode
Talking Stick Siklus II .................................................................. 93
Grafik 4.5 Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
Didengar Siswa Kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah ............... 97

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Wawancara Pra Penelitian dengan Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas 2 SDIT As-Sa’adah, Kalisari,
Jakarta Timur
Lampiran 4 Keadaan Tenaga Kependidikan SDIT As-Sa’adah, Kalisari,
Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2015-2016
Lampiran 5 Keadaan Tenaga Non Kependidikan SDIT As-Sa’adah, Kalisari,
Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2015-2016
Lampiran 6 Keadaan Peserta Didik SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Jakarta Timur
Tahun Pelajaran 2015-2016
Lampiran 7 Daftar Nilai Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang
Didengar Siswa Pra Penelitian
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lampiran 10 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 Pertemuan
ke - 1
Lampiran 11 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 Pertemuan
ke - 2
Lampiran 12 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 Pertemuan
ke - 3
Lampiran 13 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 Pertemuan
ke - 4
Lampiran 14 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 Pertemuan
ke - 5
Lampiran 15 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 Pertemuan
ke – 6
Lampiran 16 Foto-foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 17 Lembar uji Referensi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia diciptakan Allah SWT dengan sempurna, dan memiliki potensi
masing-masing. Terkadang potensi yang dimiliki seseorang tidak muncul dengan
sendirinya. Ada yang harus digali terlebih dahulu untuk mengetahui potensi apa
yang dimiliki sehingga kita bisa memaksimalkan potensi tersebut. Firman Allah
SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 18 menyatakan bahwa sebagai seorang yang
beriman kita harus bertakwa kepada Allah dan memperhatikan apa-apa yang telah
diperbuat untuk hari esok (hari akhirat). Untuk itulah diperlukan adanya usaha
untuk meningkatkan kualitas diri dengan melakukan penggalian terhadap potensi
diri, sehingga selain kualitas diri kita yang meningkat kualitas diri orang lain pun
meningkat, khususnya anak didik kita.
Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dengan bahasa. Ia harus mampu
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, mereka akan
mudah dalam bergaul dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Bahasa merupakan alat yang ampuh untuk berhubungan dan bekerjasama. Tetapi
dengan bahasa pun orang dapat berkelahi dan berperang.1 Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya.2 Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal
yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan
teman atau orang-orang disekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam
mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan
dengan orang lain.
Keterampilan berbahasa ada empat komponen, yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.3
Dalam berbicara, si pengirim pesan menyampaikan pesan berupa gagasan,

1
Dr. Mansoer Pateda, Sosiolinguistik, (Bandung: Angkasa, 1994), h.4
2
Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 1
3
Ibid.,

1
2

pikiran, saran, dan sebagainya dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang
disampaikan kepada pendengar dimulai dengan si pengirim merumuskan terlebih
dahulu yang ingin diujarkan dalam suatu kerangka gagasan, hal ini dikenal dengan
istilah encoding (proses menyampaikan atau mengirim pesan baik melalui tulisan
maupun secara lisan). Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima atau
pendengar harus memiliki keterampilan untuk menerjemahkan ujaran pengirim
pesan dalam proses decoding (proses menerima pesan yang diterima baik dalam
bentuk tulisan maupun lisan).4
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan.5 Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang
sangat penting. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dengan bercerita
seseorang dapat menyampaikan berbagai macam informasi, cerita, serta berbagai
ungkapan tentang apa yang dirasakan, dilihat, dibaca. Bercerita juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk berbagi pengalaman. Pada dasarnya kegiatan
bercerita atau pun mendengarkan cerita menjadi aspek penting dalam pemerolehan
bahasa, karena melalui bercerita dan mendengarkan cerita, anak akan memperoleh
pengetahuan mengenai ragam bahasa baru.
Keterampilan menceritakan kembali merupakan bagian dari pembelajaran
bercerita. Inti pembelajaran ini adalah siswa mampu menyampaikan cerita yang
dibacakan/disampaikan oleh guru secara runtut dan ekspresif sehingga pendengar
mampu memahami isi ceritanya. Oleh karena itu, tugas guru adalah bagaimana
siswa memahami isi cerita dan mampu menuangkan kembali secara lisan.
Keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca bagi siswa akan
mudah diperoleh jika ada pemahaman terhadap isi cerita, sehingga akan
memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk lain.
Anak SD di kehidupan sehari-hari bercerita pada keluarga, teman-teman, dan
orang yang ada di sekitarnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti
4
Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Edisi Revisi, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010), h.20
5
Tarigan, op.cit., h. 16

2
3

anak SD senang bercerita dalam keadaan santai dan terjadi spontanitas. Akan
tetapi, apabila bercerita pada guru dan teman-temannya di depan kelas anak SD
tidak mempunyai keberanian. Siswa merasa takut apabila berbicara dalam kondisi
formal atau kondisi resmi, seperti dalam lingkungan sekolah.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru PAI kelas 2 di SDIT
As-SA’adah, Kalisari Jakarta Timur disampaikan bahwa siswa merasa takut dan
malu dalam bercerita terutama menceritakan kembali kisah keteladanan yang
didengar dari guru. Permasalahan yang terjadi ketika guru bercerita dan memakan
waktu cukup lama, siswa terkadang memilih untuk berbicara dengan teman, dan
ketika siswa diminta maju ke depan untuk menceritakan kembali kisah yang
sudah didengarnya kecemasan mulai tampak pada siswa, siswa banyak yang
belum mampu menyimak cerita. Hanya beberapa murid saja yang mempunyai
keberanian untuk tampil menceritakan kembali kisah nabi yang didengarnya ke
depan. Selain percaya diri yang kurang, perbendaharaan kosa kata juga
mempengaruhi keberanian siswa untuk tampil menceritakan kembali cerita yang
didengarnya. Anak kesulitan merangkai kata menjadi cerita sederhana. Pada
kegiatan pembelajaran bercerita hanya beberapa siswa yang berani bercerita
dengan lancar, sedangkan siswa yang lain masih kurang kemampuan berceritanya.
Kendala-kendala seperti siswa tidak berani untuk tampil ke depan, grogi, malu,
kurang ekspresif, suara sangat lirih, dan siswa tersendat-sendat muncul ketika
bercerita. Awalnya siswa menganggap bercerita di luar kelas kegiatan yang
menyenangkan akan tetapi akhirnya berubah menjadi sesuatu hal yang
menakutkan ketika berada di dalam kelas. Dalam hal ini, seharusnya siswa
disarankan untuk lebih membiasakan diri bercerita di depan orang lain dan
dibimbing untuk menghilangkan rasa malu dan rendah diri.
Guru yang terlalu monoton dan kurang kreatif dalam membelajarkan
siswanya untuk menceritakan kembali, dimana pembelajaran dilakukan dengan
cara siswa hanya menceritakan kembali di depan kelas tanpa peragaan dan
mengekspresikan tokoh menyebabkan pembelajaran menceritakan kembali
bersifat pasif. Pembelajaran yang monoton tersebut menyebabkan perilaku siswa

3
4

menjadi malas, bosan, tidak memotivasi, jenuh, dan tidak semangat mengikuti
pelajaran.
Kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas menceritakan kembali maupun
kekurangtepatan guru dalam memilih metode pembelajaran menjadi faktor
ketidakberhasilan dalam pembelajaran menceritakan kembali. Dengan demikian,
perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang
kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang beraneka ragam menyebabkan
guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Metode
pembelajaran yang efektif untuk pengajaran suatu materi tertentu belum tentu
efektif juga untuk mengajarkan materi yang lainnya. Dengan begitu setiap materi
ternyata mempunyai karakteristik tersendiri yang turut menentukan pula metode
pembelajaran apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi. Begitu pula
dalam menceritakan kembali, guru harus bisa memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya suatu penelitian yang
diharapkan dapat menjadi sebuah pembenahan dalam proses pembelajaran yang
dapat menimbulkan ketertarikan siswa dalam bercerita pada guru dan teman-
temannya. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan keterampilan berbicara
siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan menciptakan
pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa sedangkan guru bertindak sebagai
fasilitator. Ada sebuah model pembelajaran yang menarik yang diharapkan bisa
membantu mengatasi permasalahan di atas. Model pembelajaran yang menarik itu
adalah model pembelajaran kerjasama (cooperative learning). Dimana salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menceritakan
kisah nabi yang didengar adalah metode talking stick. Talking stick merupakan
suatu model pembelajaran kelompok (model pembelajaran kooperatif) yang
menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat
tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet
tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian
seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.

4
5

Metode ini dapat memancing siswa untuk berbicara di depan kelas dan
membantu terjadinya komunikasi. Oleh karena itu, tujuan penerapan metode
Talking Stick lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara. Konsep
pembelajaran inovatif dengan metode talking stick akan mendorong guru dan
peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga
dapat diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran. Talking stick
merupakan sebuah metode dalam model pembelajaran yang berorientasi pada
penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur
permainan dalam proses pembelajaran. Pemakaian metode ini sejalan dengan
pemikiran yang disampaikan oleh seorang pakar pendidikan yaitu menurut Slavin,
pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif
dalam kelompok.6
Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa.
Dengan metode ini siswa akan berperan aktif mengikuti pembelajaran dan
terciptalah suasana belajar yang menyenangkan dan dapat diterima dengan mudah
oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking
stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan
materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
guru pada saat talking stick berlangsung. Metode pembelajaran talking stick
merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan tongkat sebagai media
pembelajarannya. Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa dan siswa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.
Metode pembelajaran talking stick ini dapat membuat anak didik ceria, senang,
dan melatih mental anak didik untuk siap pada situasi dan kondisi apapun.
Mengingat dalam talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa
disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan

6
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), h. 201

5
6

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan


model talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang
dilakukan dalam bentuk permainan.
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang relevan tentang metode talking
stick, diantaranya Gadies Farhana Pratitis yang menerapkan metode talking stick
untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas 2 MI Pembangunan
Jakarta,7 Desi Mirajati yang menerapkan metode takling stick dengan tekhnik
story telling untuk meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman orang
lain pada siswa kelas III SDN 1 Karangrejo Selomerto Wonosobo,8 dan Oktavia
Abrianti Putri yang menggunakan metode talking stick dalam meningkatkan hasil
belajar PKn siswa kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang.9 Dari ketiga penelitian
itu diperoleh hasil bahwa penerapan metode talking stick memperlihatkan hasil
belajar yang baik bagi siswa dan efektivitas pembelajaran dengan metode talking
stick lebih baik daripada dengan pengajaran konvensional. Oleh karena itu, melihat
keberhasilan dari tiga penelitian di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian
tentang metode talking stick yang diterapkan pada keterampilan menceritakan
kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW.
Penggunaan metode talking stick diharapkan dapat membangkitkan
keberanian siswa dan meningkatkan perbendaharaan kosakata siswa dan
mengatasi permasalahan siswa dalam menceritakan kembali kisah keteladanan
nabi yang didengarnya, serta dapat memberikan pengalaman baru yang
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti
mengambil judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan

7
Gadies Farhana Pratitis, Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Metode Talking
Stick pada Siswa Kelas II MI Pembangunan UIN Jakarta, Skripsi pada Program Sarjana
Pendidikan, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 82, tidak
dipublikasikan
8
Desi Mirajati, Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dengan Tekhnik Story
Telling dalam Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman Orang Lain Siswa Kelas III
SDN 1 Karangrejo Selomerto Wonosobo, Skripsi pada Program Sarjana Pendidikan (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2010), tidak dipublikasikan
9
Oktavia Abrianti Putri, Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam
Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang, Skripsi pada
Program Sarjana Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang), h.7, tidak dipublikasikan

6
7

Agama Islam dengan Menggunakan Metode Talking Stick di kelas 2 al - Ghazali


SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Jakarta Timur.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang
menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kurangnya perbendaharaan kosakata yang dimiliki oleh siswa ketika
berbicara
2. Kurangnya konsentrasi siswa ketika mendengarkan kisah yang disampaikan
oleh ibu guru
3. Siswa belum berani dan masih malu untuk tampil berbicara di depan kelas
4. Siswa tidak mampu menceritakan kembali secara kronologis karena kurang
memahami isi
5. Metode pembelajaran yang digunakan belum tepat untuk meningkatkan
kemampuan menceritakan kembali kisah keteladanan yang didengar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka permasalahan dalam laporan Penelitian Tindakan Kelas ini
dibatasi pada meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama
Islam, pokok bahasan sejarah nabi yaitu pada kemampuan keterampilan
menceritakan kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW dengan
menggunakan metode talking stick di kelas 2 al-Ghazali di SDIT As-Sa’adah.

D. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut
“Apakah dengan menggunakan metode talking stick dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya keterampilan
siswa dalam menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW di
kelas 2 al-Ghazali SDIT As-Sa’adah?”

7
8

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 SDIT As-Sa’adah dalam menceritakan
kembali kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW.
Selain tujuan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk :
1. Siswa
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat menambah
perbendaharaan kosakata, menambah rasa percaya diri untuk berbicara di
depan kelas, dan dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas 2 di SDIT As-
Sa’adah dalam menceritakan kembali kisah keteladanan nabi Muhammad
SAW.
2. Guru
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang
menyenangkan dan meningkatkan keterampilan belajar siswa khususnya
keterampilan menceritakan kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW
siswa kelas 2 di SDIT As-Sa’adah. Serta menjadi motivasi guru untuk
meningkatkan strategi pembelajaran agar lebih efektif, dan bervariasi.
3. Sekolah
Bagi sekolah penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi agama Islam khususnya materi
tentang menceritakan kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW
siswa kelas 2 di SDIT As-Sa’adah dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengembangkan program pembelajaran khususnya menceritakan
kembali kisah keteladanan nabi Muhammad SAW
4. Penulis
Hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan, wawasan dan
kemampuan dalam mengembangkan model-model pembelajaran kreatif,
inovatif, dan menyenangkan di sekolah.

8
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus Penelitian


1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan pada diri seseorang.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar maka
diperlukan adanya sebuah penilaian, dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi yang dicapai oleh peserta didik setelah terlibat dalam proses
belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar yang dilakukan di lembaga
pendidikan formal yaitu sekolah, hasil belajar dilakukan setiap kali siswa
telah mengalami proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar.
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu
hasil dan belajar yang memiliki arti yang berbeda.
Pengertian hasil belajar menurut bahasa:
1) Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya)
oleh usaha, akibat, kesudahan1
2) Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman2
Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah suatu akibat perubahan tingkah laku yang dihasilkan
seseorang setelah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Sedangkan menurut para ahli pengertian dari hasil belajar adalah:

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), ed. 3, cet. 3, h. 391
2
Ibid., h. 17

9
10

1) Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan–


kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya3
2) Sudijarto dalam Nyayu Khodijah, mengatakan bahwa hasil belajar
adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan4
3) Muhibbin Syah mengatakan, hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa5
4) Dimyati dan Mudjiono mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai
dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol6
5) Nasution mengatakan bahwa hasil belajar siswa dirumuskan sebagai
bentuk tujuan instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam
bentuk yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan
umum bidang studi. Hasil belajar ini menyatakan apa yang akan dapat
dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pelajaran itu, akan tetapi
tidak mencakup semua komponen TIK7
Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan-
kemampuan yang meliputi segenap ranah psikologis yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman dan proses belajar, dimana tingkat
keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai.

3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h.22
4
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 189
5
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 216
6
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 200
7
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 61
11

b. Objek Hasil Belajar


Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka hasil belajar memiliki objek
berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan pendidikan.8 Dalam sistem
pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.9
1) Ranah Kognitif
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan
intelektual.
a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingatan kembali tentangfakta, istilah, dan
prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajarinya.
b) Pemahaman, merupakan kemampuan memahami/mengerti tentang
isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya
dengan isi pelajaran lain.
c) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau
abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan atau situasi
baru.
d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.
e) Sistesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur
pokok ke dalam struktus yang baru
f) Penilaian, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu.
2) Ranah Afektif,
Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,
penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi.

8
Dimyati dan Mudjiono, Op.cit., h. 201
9
Nana Sudjana, loc.cit,
12

a) Menerima, merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan dari


luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-
lain.
b) Merespon, merupakan kemampuan untuk menanggapi rangsangan
yang datang dari luar.
c) Menilai, merupakan kemampuan menilai rangsangan yang datang,
termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang,
atau pengalaman untuk menerima nilai tersebut.
d) Mengatur, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.
e) Karakterisasi, merupakan kemampuan yang mengacu pada
karakter dan gaya hidup seseorang.
3) Ranah Psikomotorik,
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan,
yakni:10
a) Gerakan refleks
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motorik, dan lain-lain
d) Kemampuan di bidang fisik
e) Gerakan-gerakan skill
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

c. Alat Evaluasi Hasil Belajar


Ada 2 macam alat evaluasi yang dapat digunakan yaitu tes dan non
tes.

10
Sudjana, op. Cit., h. 30-31
13

1) Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
digunakan tentang seseorang dengan cara boleh dikatakan tepat dan
cepat. Sebagai alat penilaian hasil belajar, tes dapat dibedakan atas
dua kelompok besar yaitu :
a) Tes Essay
Tes essay atau disebut juga tes bentuk uraian merupakan alat
penilaian hasil belajar yang paling tua.
b) Tes Objektif
Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar.
Hal ini disebabkan antara lain karena banyaknya materi
pengajaran yang dapat dicakup dalam tes ini, dan mudah untuk
menilai jawaban yang diberikan. Soal-soal dalam bentuk tes
objektif ada dalam beberapa bentuk, yaitu jawaban singkat, benar-
salah, menjodohkan dan pilihan ganda.
2) Non Tes
Teknik non tes merupakan alat ukur untuk mengetahui hasil
belajar siswa yang tidak dapat diukur dengan alat ukur tes. Ada
beberapa jenis alat ukur non tes ini yaitu:
a) Skala Likert
Skala adalah alat penilaian untuk mengukur sikap, nilai,
minat, perhatian dan sebagainya yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai response dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
b) Kuisioner/angket
Kuesioner atau angket pada dasarnya adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur. Dengan
kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan/data diri
pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat.
14

c) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak.
d) Observasi
Observasi biasanya digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan.
e) Sosiometri
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya terutama
hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya adalah dengan
teknik sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui
posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa
lainya.

d. Tujuan Hasil Belajar


Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-
siswi mana yang berhak melanjutkan pembelajarannya karena sudah
berhasil menguasai materi dan dan apakah metoda mengajar yang
digunakan sudah tepat atau belum.
1) Tujuan Umum
a) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
b) Memperbaiki proses pembelajaran
c) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
b) Mendiagnosis kesulitan belajar
c) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar
d) Penentuan kenaikan kelas
15

e) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan


memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha
perbaikan
Dari tujuan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar pada
dasarnya tidak hanya sekedar mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh
komponen proses pembelajaran. Karena kegiatan pembelajaran tidak
semata-mata diorientasikan kepada siswa, tetapi merupakan sistem yang
melibatkan semua komponen pembelajaran yang akan digunakan untuk
perbaikan bidang pengajaran dan hasil belajar, fungsi diagnosis dan usaha
perbaikan, fungsi penempatan dan seleksi, fungsi bimbingan dan
penyuluhan, perbaikan kurikulum, dan penilaian kelembagaan.
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa
sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses
belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran,
dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan
siswa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah
laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki
proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan
proses pembelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa.

e. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam


Hasil belajar PAI adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan
dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya
karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu
seutuhnya (insan kamil) yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku
kerja yang lebih baik sesuai dengan norma-norma Islam.
16

2. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama.
Oleh sebab itu usaha sadar yang dilakukan guru untuk mempengaruhi
siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama diperlukan dalam
pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu sarana
pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan
yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri,
dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Dengan Pendidikan
Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan
peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan
tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang
muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional,
regional maupun global.

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Secara umum pembelajaran pendidikan agama Islam terdiri dari
aspek-aspek yang berkaitan dengan keyakinan atau credial, yaitu tata
aturan yang mengatur keyakinan seseorang terhadap Allah SWT, disebut
akidah. Kemudian ritual, yaitu tata aturan tentang penyembahan terhadap
Allah yang mendasarinya disebut syariah, dan norma atau tata hukum
yang mengatur hubungan-hubungan antar manusia dengan manusia dan
17

manusia dengan alam yang sesuai dengan tata keyakinan dan tata
peribadatan tersebut di atas, disebut akhlak.11 Pendidikan Agama Islam
terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: al-Qur'an hadis, akidah akhlak,
fikih, dan sejarah kebudayaan Islam.
1) Pengajaran al-Qur'an hadis
Pengajaran al-Qur‟an hadis, menekankan pada kemampuan baca
tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Pengajaran akidah akhlak
Pengajaran akidah menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.
Pengajaran akhlak menekankan pada pembiasaan untuk
melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Pengajaran fikih
Pengajaran fikih menekankan pada kemampuan cara
melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik.
4) Pengajaran sejarah kebudayaan Islam
Pengajaran sejarah kebudayaan Islam menekankan pada
kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah
(Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,
dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam.

11
Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Tiga
Mutiara, 1997), h. 36
18

c. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup
manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan
dimensi-dimensi ideal Islam.12
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah
kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh
ajaran Islam.13
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia dalam
hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim,
berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat dan
berbangsa, serta menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam.

d. Keterampilan Berbicara
1) Pengertian Keterampilan Berbicara
Pengertian berbicara menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah
berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat, dan berunding.14
Tarigan mendefinisikan berbicara sebagai “suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar dan
penyimak”.15 Sementara itu menurut Alek dan Achmad “berbicara
adalah kemampuan yang kompleks yang sekaligus melibatkan

12
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 145
13
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 72
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 148
15
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), Cet. I, h. 16
19

beberapa aspek-aspek yang beragam dan berkembang seiring dengan


perubahan dan pergantian masa”.16
Bronislav Malinowski mengatakan bahwa bicara merupakan
sejumput tingkah laku manusia, bicara merupakan suatu modus
kegiatan dan bukan sebagai alat pemikiran.17
Berbicara merupakan suatu aktivitas komunikasi yang penting
dalam kehidupan manusia. Dengan bicara maka manusia dapat saling
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.18
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi
sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke
tempat yang lain.19 Semakin terampil seseorang dalam berbicara,
maka semakin mudahlah ia menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaannya kepada orang lain serta semakin jelas jalan pikirannya,
karena sesungguhnya bahasa seseorang itu menentukan pikirannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau
penyimak.

2) Tujuan dan Fungsi Berbicara


a) Tujuan Berbicara
Tujuan utama dalam keterampilan berbicara adalah untuk
berkomunikasi.20 Sedangkan tujuan berbicara secara umum

16
Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2011), Cet. I, h. 28
17
Khaidir Anwar, Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1990), h. 68
18
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 17
19
Depdikbud, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud,
1997), h.54
20
Tarigan, op. cit,., h. 15
20

yaitu, berbicara untuk mendorong, meyakinkan,


bertindak/berbuat, memberi tahu, dan menyenangkan.21

b) Fungsi Berbicara
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bahasa memiliki
fungsi sebagai alat untuk membicarakan berbagai hal.
Menurut Halliday dalam Tarigan, fungsi berbicara yaitu:22
(1) Fungsi instrumental, bertindak untuk menggerakkan
serta memanipulasi lingkungan, menyebabkan peristiwa-
peristiwa tertentu terjadi.
(2) Fungsi regulasi, merupakan pengawasan terhadap
peristiwa-peristiwa.
(3) Fungsi representasional, membuat pernyataan-
pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian
“menggambarkan” realitas yang terlihat oleh seseorang.
(4) Fungsi interaksional, untuk menjamin pemeliharaan
sosial.
(5) Fungsi personal, membolehkan seorang pembicara
menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi
yang terkandung dalam hati sanubarinya.
(6) Fungsi heuristik, untuk memperoleh pengetahuan dan
memelajari lingkungan.
(7) Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-
sistem atau gagasan-gagasan imajiner.

21
Alek dan Ahmad, op. cit., h. 35
22
Tarigan, op. cit., h. 12-14
21

3) Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sesorang untuk dapat
menjadi pembicara yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
kebahasaan dan non kebahasaan.23
a) Faktor-Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan yang mencakup pengucapan vokal,
pengucapan konsonan, penempatan tekanan, penempatan
persendian, penempatan nada/irama, pilihan kata, pilihan
ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan
ragam kalimat.
b) Faktor Nonkebahasaan
Faktor non kebahasaan mencakup keberanian dan semangat,
kelancaran, kenyaringan suara, pandangan mata, gerak-gerik
dan mimik, keterbukaan, penalaran, dan penguasaan topik.

4) Penilaian Keterampilan Berbicara


Keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui
asesment atau penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur
kemampuan siswa setelah dilakasanakan proses pembelajaran itu.
Assesment didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk
mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-
program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen
pendidikan lainnya.24
Pada prinsipnya dalam mengevaluasi keterampilan berbicara kita
harus memperhatikan lima faktor yaitu:25
a) Pengucapan vokal dan konsonan dengan tepat

23
Arsjad dan Mukti, op. cit., h. 87
24
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Asesment Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2014), Cet. IV, h. 1
25
Tarigan, op. cit., h. 28
22

b) Pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku


kata yang tepat
c) Ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang
pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang
digunakannya
d) Kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang
tepat
e) Sejauh mana kewajaran atau kelancaran yang tercermin bila
seseorang berbicara

e. Menceritakan Kembali
1) Pengertian Menceritakan Kembali
Menceritakan kembali cerita merupakan bagian dari pembelajaran
berbicara. pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang integral
karena tidak hanya melibatkan keterampilan berbicara saja, tetapi
melibatkan keterampilan membaca dan mendengarkan. Pada dasarnya
kegiatan menceritakan kembali merupakan kegiatan mengungkapkan
kembali apa yang dibaca maupun yang didengar. Kegiatan
menceritakan kembali dapat dilaksanakan secara lisan maupun
tertulis. Menceritakan kembali secara lisan merupakan berbicara
untuk menginformasikan. Sesuatu yang disampaikan oleh pencerita
dalam bentuk kisah merupakan sebuah informasi bagi pendengar.
Dalam penelitian ini lebih menekankan pada menceritakan
kembali secara lisan. Kegiatan menceritakan kembali merupakan jenis
bercerita. Keduanya merupakan kegiatan menceritakan sesuatu hal
atau peristiwa. Namun, kegiatan menceritakan kembali harus melalui
tahap membaca atau menyimak. Keterampilan menceritakan kembali
kisah yang dibaca atau didengar dalam mata pelajaran pendidikan
Agama Islam lebih menekankan pada kisah keteladan yang dapat
diperoleh dari kisah para nabi. Sebelum menceritakan kembali, siswa
23

diharapkan telah mengetahui sebelumnya kisah teladan para nabi yang


telah dibaca atau pun didengar oleh siswa.
Keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca
maupun didengar mengarahkan siswa agar mampu mengemukakan
ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar ide
dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan
kembali cerita anak yang dibaca atau didengar siswa harus menjaga
bahasa, suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasannya
dengan baik.
Dengan demikian menceritakan kembali adalah penyampaian
ulang cerita secara lisan dari pencerita kepada pendengar dengan
menggunakan bahasanya sendiri.

2) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menceritakan


Kembali
Menceritakan kembali merupakan kegiatan mengungkapkan
kembali cerita yang di baca atau di dengar. Oleh karena itu, kegiatan
yang menjadi hasilnya adalah penceritaan kembali.
Adapun hal-hal yang diperhatikan saat bercerita menurut Majid
adalah:26
a) Tempat bercerita, bercerita tidak selalu dilakukan di dalam
ruangan, tetapi boleh juga di luar ruangan
b) Posisi duduk, sebelum cerita dimulai, pendengar dalam posisi
duduk santai tetapi terkendali
c) Bahasa cerita, disampaikan dengan bahasa yang baik dan benar
d) Suara dalam membawakan cerita, disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada pada alur cerita
e) Membuat tokoh cerita berperan sesuai karakter aslinya
f) Memperhatikan reaksi sikap emosional

26
„Abdul „Aziz „Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita, (Jakarta: Mustaqim, 2003),
Edisi Revisi 2, h. 61-68
24

g) Menirukan suara
h) Mengendalikan emosi siswa ketika membawakan cerita
i) Menghindari pengulangan kata secara berlebihan, sering
mengulang-ulang kata atau ungkapan merupakan kebiasaan
yang tidak baik karena dapat memutuskan rangkaian cerita
tanpa ada sebab yang jelas.

f. Kisah
1) Pengertian Kisah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kisah diartikan sebagai
cerita tentang kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam kehidupan
seseorang dan sebagainya.27 Menurut bahasa kisah berasal dari kata
al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak, dikatakan

artinya “saya mengikuti atau mencari jejaknya.” Kata al-

qasas adalah bentuk masdar.28 Sebagaimana firman Allah dalam al-


Qur‟an surat al-Kahfi ayat 64,

Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah dalam surat Ali
Imran ayat 62,

“Sesungguhnya ini adalah cerita-cerita yang benar...”(Q.S. Ali


Imran: 62)30

27
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h. 572
28
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2013), h. 435
29
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah,
2007), h. 302
30
Ibid., h. 59
25

Qasas al-Quran adalah pemberitaan dalam al-Qur‟an tentang hal


ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur‟an banyak mengandung
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,
keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat.31

2) Jenis-jenis Kisah
Kisah dibagi menjadi tiga yaitu:32
a) Kisah para nabi
Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya,
mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap
orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah,
dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh
mereka yang mempercayai dan golongan yang
mendustakan.33 Kisah nabawiyah didasarkan pada cerita-
cerita dalam hadist nabi Muhammad SAW, cenderung
berisi yang lebih khusus seperti menjelaskan pentingnya
keikhlasan beramal, menganjurkan bersedekah dan
mensyukuri nikmat Allah.
b) Kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak
dipastikan kenabiannya.
c) Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.

3) Tujuan Pemberian Kisah


Menurut beberapa ahli pendidikan, tujuan penggunaan kisah
dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

31
Manna‟ Khalil al-Qattan, op. cit., h. 436
32
Ibid.,
33
Ibid.,
26

a) Manna‟ Khalil al-Qattan34


(1) Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan
menjelaskan pokok-pokok syariat yang dibawa para nabi
(2) Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad
atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang
mukmin tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan
pembelanya
(3) Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan
kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan
peninggalannya
(4) Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya
dengan apa yang diberitakannya tentang hal ikhwal
orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi
(5) Menyibak kebohongan ahli kitab dan menantang mereka
dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah
dan diganti
(6) Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat
menarik perhatian para pendengar dan memantapkan
pesan-pesan yang terkadung di dalamnya ke dalam jiwa
b) Abdul „Aziz Abdul Malik35
(1) Menghibur siswanya
(2) Menambah wawasan dan pengetahuan umum para siswa
(3) Memakai gaya bahasa penyampaian yang indah sekaligus
menambah perbendaharaan kosa kata
(4) Menumbuhkembangkan daya khayal yang tinggi
(5) Membersihkan akhlak
(6) Mengasah cita rasa (feeling)
(7) Melatih siswa mengungkapkan ide cerita dengan kata-kata
atau dengan percakapan sekaligus peran
34
Ibid., h. 437
35
„Abdul Majid, op. cit., h. 81
27

c) Shalah al Khalidy36
(1) Sarana dakwah dan sebagai sebuah retorika untuk
menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan
(2) Mendengarkan kisah-kisah al-Qur‟an, merenungkan dan
memperhatikannya menggiring kita untuk berpikir
(3) Penenguhan hati atas kebenaran
(4) Pelajaran bagi orang-orang yang berakal

3. Model Pembelajaran Kooperatif


a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain.37 Dengan kata lain model pembelajaran dapat
diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajaran menempati peranan yang tak kalah penting dalam
proses belajar mengajar. Dalam pemilihan model apa yang tepat, guru
harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas.38
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah
sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang

36
Shalah Al Khalidy, Kisah-kisah al-Qur'an: Pelajaran dari Orang-orang Terdahulu,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 27-34
37
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 132-133
38
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), Cet. X, h. 46
28

tepat sangat dibutuhkan. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik


agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan. Strategi
belajar mengajar adalah pola umum kegiatan guru anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.39 Model pembelajaran merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah
tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan
baik. Dengan pemanfaatan model pembelajaran yang efektif dan efisien,
guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Proses belajar-mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu
membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan
kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat
untuk menciptakan proses belajar-mengajar. Salah satu model yang
digunakan dalam pembelajaran di kelas saat ini adalah model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi.40 Metode ini menekankan pada interaksi
selama pembelajaran serta hubungan interpersonal siswa. Berbeda
dengan Anita Lie “cooperative learning tidak hanya sekedar belajar
dalam kelompok, ada unsur yang membedakan dengan pembagian
kelompok belajar kelompok yang dilakukan asal-asalan.”41
Model pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran
yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar, khususnya
pembelajaran konstruktivisme yang dipelopori oleh Vigotsky.

39
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 5
40
Rusman, Op.Cit., h. 203
41
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), Cet. VII, h. 29
29

Pembelajaran kooperatif juga mendasarkan diri pada teori Piaget yang


memperkenalkan gagasan tentang pembelajaran aktif.42
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang
mendukung proses pembelajaran kooperatif sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Kelima unsur tersebut antara
lain:43
1) Positive Interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada
dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota
kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2) Personal Responsibility (tanggungjawab perseorangan)
Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Unsur ini
merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola
penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative
learning, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan
yang terbaik
3) Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif)
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Unsur
ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.
4) Interpersonal Skill (komunikasi antaranggota)
Tidak semua siswa mempunyai kemampuan mendengarkan dan
berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat.
42
Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), Cet. IV, h.
177
43
Suprijono, Op.Cit., h. 58-61
30

5) Group Processing (pemrosesan kelompok)


Proses dalam grup merupakan penilaian terhadap bagaimana gaya
para siswa pada saat mereka berinteraksi dalam proses pembelajarn
kooperatif apakah efektif atau tidak. Apabila dirasa tidak efektif,
pendidik dapat segera melakukan tindakan, apakah memodifikasi atau
mengganti gaya interaksi siswa agar hasil pembelajaran dapat tercapai.
Proses di dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa
dalam kelas tersebut.
Model pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju pada pencapaian
prestasi belajar semata namun juga sangat tepat untuk melatih
perkembangan afeksi siswa. Melalui model kooperatif, para siswa akan
saling berdikusi mengenai materi yang akan mereka pelajari.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Metode pembelajaran kooperatif memiliki tiga karakteristik umum,
yaitu adanya perubahan hubungan antara guru dan siswa, adanya
pendekatan baru dalam hal pengajaran oleh guru, dan komposisi
pembelajaran kooperatif. Tiga karakteristik tersebut akan diuraikan
berikut ini:
1) Perubahan hubungan antara guru dan siswa
Adanya usaha saling berbagi pengetahuan antara guru dan siswa
menyebabkan terjadinya interaksi dua arah dalam hal pengetahuan
dan hal ini membawa perubahan hubungan antara guru dan siswa.
2) Adanya pendekatan baru dalam hal pengajaran oleh guru
Peran guru dalam metode pembelajaran kooperatif mengarah
kepada upaya memediasi pembelajaran (menjadi mediator).
3) Komposisi pembelajaran kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah siswa tidak dapat
dipisahkan menurut kemampuan, prestasi, minat, ataupun
karakteristik lainnya. Dengan kata lain siswa dikelompokkan secara
heterogan.
31

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang
lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan
materi pembelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut.

d. Efektifitas Pemilihan Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran yang efektif salah satunya ditentukan oleh pemilihan
metode pembelajaran saat guru menyusun rencana pembelajaran yang
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan. Banyak bahan
pelajaran yang terbuang hanya karena penggunaan metode menurut
kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi
kelas.44
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima
macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai
berikut:45
1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
4) Fasilitas yang berbagai-bagai dan kuantitasnya
5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-
beda.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif
harus:46
1) Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi
44
Djamarah dan Zain, op. cit., h. 77
45
Ibid., h. 46
46
Suprijono, op. cit., h. 66
32

2) Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran


akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan
prestasi
3) Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan
berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik
dalam kelompok-kelompok kecil
4) Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik
dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif
5) Menciptakan iklim sosio emosional yang positif
6) Memfasilitasi terjadinya learning to live together\
7) Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok
8) Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi
koreografer kegiatan kelompok
9) Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek
sosial dalam individunya.

4. Metode Talking Stick


a. Pengertian Metode Talking Stick
Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini,47
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as
a means of just and impartial hearing. The talking stick was
commonly used in council circles to decide who had the right to
speak. When matters of great concern would come before the council,
the leading elder would hold the talking stick, and begin the
discussion. When he would finish what he had to say, he would hold
out the talking stick, and whoever would speak after him would take it.
In this manner, the stick would be passed from one individual to
another until all who wanted to speak had done so. The stick was then
passed back to the elder for safe keeping.

47
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), Cet. V, h. 224
33

Talking stick merupakan suatu model pembelajaran kelompok (model


pembelajaran kooperatif) yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat
penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan
dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut
berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya
sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Dari penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

b. Langkah Pembelajaran Metode Talking Stick


Langkah-langkah dalam menerapkan metode talking stick:48
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk
membaca dan mempelajari materi pelajaran
3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana
4) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok
untuk menutup isi bacaan
5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
6) Guru memberikan kesimpulan
7) Guru melakukan evaluasi
8) Guru menutup pelajaran
Agus Suprijono menyebutkan langkah-langkah dalam menerapkan
48
Ibid., h. 225
34

metode talking stick adalah:49


1) Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan
guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari
2) Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi
tersebut
3) Peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi
4) Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya
5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik.
Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya
6) Ketika stick bergulir dari peserta didik yang satu ke peserta didik
lainnya, seyogyanya diiringi musik
7) Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya, dan
8) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang
diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik
merumuskan kesimpulan
Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan
metode talking stick yang dikemukakan, dalam penelitian ini akan
digunakan langkah-langkah yang memadukan dari kedua pendapat
tersebut yaitu:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm
2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
3) Guru menyampaikan materi pembelajaran
4) Siswa diberi waktu mempelajari materi tersebut
5) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan
6) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya
49
Suprijono, op. cit., h. 109
35

7) Tongkat diberikan kepada salah satu siswa


8) Guru memperdengarkan lagu, ketika lagu berhenti siswa yang
memegang tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan
dan tongkat harus digulirkan ketika siswa selesai menjawab
demikian seterusnya
9) Siswa dengan bimbingan dari guru memberikan ulasan terhadap
seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan merumuskan
kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick


1) Kelebihan Metode Talking Stick
Adapun kelebihan metode pembelajaran talking stick adalah
sebagai berikut :
a) Menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran
b) Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat
c) Melatih membaca dan memahami dengan cepat
d) Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar
dahulu sebelum pelajaran dimulai)
e) Melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan
siatuasi apapun
f) Peserta didik berani mengemukakan pendapat
g) Mengajarkan kepada peserta didik untuk menghargai
pendapat orang lain
2) Kekurangan Metode Talking Stick
Kekurangan metode pembelajaran talking stick adalah sebagai
berikut:
a) Waktu yang di butuhkan melebihi jam pelajaran yang
ditentukan
b) Membuat siswa senam jantung
c) Membuat siswa resah, tidak tertib
36

d) Membuat peserta didik tegang, ketakutan akan


pertanyaan yang akan diberikan oleh guru

5. Implementasi Metode Talking Stick pada Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam
Metode talking stick dapat diimplementasikan pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan hasil belajar khususnya
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar pada materi kisah
keteladanan para Nabi. Siswa diminta untuk mendengarkan terlebih dahulu
kisah nabi yang disampaikan oleh guru. Sebelum menceritakan kembali kisah
nabi yang telah didengarnya, siswa diberi kesempatan untuk mempelajari
kembali kisah yang telah didengarnya. Siswa juga diperbolehkan untuk
berdiskusi dengan teman-teman mengenai kisah yang telah didengarnya.
Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian
tongkat diberikan kepada salah satu siswa yang selajutnya harus
dioperalihkan kepada teman yang lain. Guru memperdengarkan lagu anak,
ketika lagu berhenti siswa yang memegang tongkat harus menjawab
pertanyaan yang diberikan, dan mengoperalihkan tongkat setelah selesai
menjawab pertanyaan demikian seterusnya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Peneliti menemukan beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan
penelitian yang dilakukan. Penelitian yang relevan disini dimaksudkan agar
peneliti dapat membandingkan penelitian yang akan dilakukan dengan temuan
penelitian sebelumnya tentang hal-hal penting yang menjadi kelebihan dan
kelemahan penelitian sebelumnya dibandingkan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, memposisikan temuan peneliti (serupa atau berbeda)
dengan temuan peneliti sebelumnya sehingga dapat mencegah terjadinya duplikasi
penelitian, melakukan verivikasi, kritik, dan koreksi terhadap hasil penelitian
sebelumnya dari aspek ketepatan masalah, teori dan metodologi.
Beberapa penelitian relevan yang dimaksud adalah:
37

1. Penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan


Metode Talking Stick pada Siswa Kelas II MI Pembangunan UIN
Jakarta” yang ditulis oleh Gadies Farhana Pratitis. Hasil penelitian ini
adalah penggunaan model pembelajaran talking stick sangat efektif
dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa, hal ini dibuktikan
dengan nilai rata-rata yang dicapai pada siklus I sebesar 70,23 sedangkan
siklus II yang meningkat menjadi 81,25.50
2. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Mirajati yang berjudul “Penerapkan
metode takling stick dengan tekhnik story telling untuk meningkatkan
kemampuan menceritakan pengalaman orang lain pada siswa kelas III
SDN 1 Karangrejo Selomerto Wonosobo.” Dengan Hasil penelitian
menunjukkan nilai rata-rata pra siklus 48,64 dengan persentase
keberhasilan 0%. Nilai rata-rata siklus I mencapai 68,03 dengan
persentase keberhasilan 61,90%. Nilai rata-rata siklus II meningkat
menjadi 75,68 dengan persentase keberhasilan 76,19%.51
3. Penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Pembelajaran Talking Stick
dalam Meningkatkan hasil belajar PKn bagi siswa kelas VII-D di SMP
Negeri 19 Malang” yang ditulis oleh Oktavia Abrianti Putri. Hasil
penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran PKn. Dengan peningkatan prosentase yaitu 48,1% pada
Siklus I secara individual dengan prosentase 23,3% dapat menjawab
pertanyaan. Pada tahap siklus II secara kelompok dengan prosentase
71,4% yang dapat menjawab pertanyaan.52

50
Gadies Farhana Pratitis, Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Metode Talking
Stick pada Siswa Kelas II MI Pembangunan UIN Jakarta, Skripsi pada Program Sarjana
Pendidikan, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 82, tidak
dipublikasikan
51
Desi Mirajati, Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dengan Tekhnik Story
Telling dalam Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman Orang Lain Siswa Kelas III
SDN 1 Karangrejo Selomerto Wonosobo, Skripsi pada Program Sarjana Pendidikan (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2010), tidak dipublikasikan
52
Oktavia Abrianti Putri, Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam
Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang, Skripsi pada
Program Sarjana Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang), h.7, tidak dipublikasikan
38

Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya terdapat


pada pelaksanaan penelitian yang menggunakan tekhnik PTK, metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode talking stick, serta instrument yang
digunakan dalam penelitian menggunakan instrument observasi aktivitas guru dan
siswa. Adapun yang menjadi perbedaan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dengan penelitian ini adalah subjek dan objek yang menjadi bahan
penelitian.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru PAI kelas 2 di
SDIT As-SA‟adah, Kalisari, Jakarta Timur diketahui bahwa siswa kebanyakan
merasa takut dan malu ketika bercerita di hadapan teman-teman dan guru di depan
kelas, terutama menceritakan kembali kisah keteladanan para nabi yang didengar.
Permasalahan terjadi karena ketika guru bercerita, siswa tidak fokus/konsentrasi,
banyak yang belum mampu menceritakan kembali kisah yang didengarnya karena
kesulitan siswa dalam menyimak cerita, kurangnya perbendaharaan kosa kata, dan
kesulitan dalam merangkai kata-kata. Hanya beberapa siswa yang mempunyai
keberanian untuk tampil menceritakan kembali kisah nabi yang didengarnya ke
depan.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya suatu penelitian yang
diharapkan dapat menjadi sebuah pembenahan dalam proses pembelajaran yang
dapat menimbulkan keberanian siswa dalam bercerita di hadapan guru dan teman-
temannya di depan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa terutama keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar,
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan menciptakan pembelajaran
mandiri yang berpusat pada siswa sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.
Ada sebuah model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan di atas. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran
kerjasama (cooperative learning). Dimana salah satu metode yang dapat
digunakan adalah metode talking stick. Metode ini dapat memancing siswa untuk
39

berani berbicara di depan kelas, mengutarakan pendapatnya, dan membantu


terjadinya komunikasi.

Kondisi Saat Ini Tindakan Tujuan/Hasil

 Percaya diri Pembelajaran dengan  Percaya diri


kurang (malu) menggunakan metode bertambah
 Siswa kurang talking stick  Siswa lebih
konsentrasi berkonsentrasi
 Siswa kesulitan  Siswa mampu
menyimak cerita menyimak cerita
 Perbendaharaan  Perbendaharaan
kata yang kurang kata bertambah
 Kesulitan  Anak mampu
merangkai kata merangkai kata
 Siswa belum  Siswa mampu
mampu menceritakan
menceritakan kembali kisah
kembali kisah yang didengarnya
yang didengarnya

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

D. Hipotesa Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang penulis
angkat dalam penelitian ini sampai terbukti kebenarannya melalui data yang telah
terkumpul dan telah diuji. Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “penggunaan metode talking stick
mampu menambah perbendaharaan kata siswa, menambah rasa percaya diri siswa
untuk tampil bercerita di depan kelas, serta serta mampu mengungkapkan ide-
idenya yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Paenelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di kelas 2 Al - Ghazali Sekolah
Dasar Islam Terpadu As-Sa’adah yang beralamat di Jl. Kirai Indah, Kalisari,
Pasar Rebo, Jakarta Timur. Adapun alasan yang diambil oleh peneliti
memilih sekolah ini adalah:
a. Lokasi sekolah dapat dijangkau dengan mudah
b. Peneliti telah mengetahui seluk beluk sekolah sebelumnya sehingga
memudahkan proses observasi

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (ganjil) tahun pelajaran 2015-
2016 yaitu pada pertengahan bulan November sampai dengan pertengahan
bulan Desember 2015.

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian adalah siswa kelas 2 Al-Ghazali Sekolah Dasar Islam
Terpadu As-Sa’adah yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15
perempuan. Sedangkan obyek penelitian pada penelitian ini adalah kemampuan
siswa dalam menceritakan kembali kisah yang didengar, yaitu kisah keteladanan
Nabi Muhammad SAW.

C. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classrom Action Research.
Kegiatan penelitian di dalam kelas merupakan usaha yang dapat digunakan
oleh guru sebagai cara untuk melakukan kegiatan penelitian terhadap masalah

40
41

yang dihadapi dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya pada saat


mengajar di dalam kelas. Suharsimi Arikunto dalam Dimyati, memberi
batasan tentang penelitian tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar siswa yang dilakukan oleh guru dengan melalui suatu
tindakan atau treatment tertentu.1
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. 2 Tindakan kelas
dirancang untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan memperbaiki
kondisi pembelajaran di kelas.

2. Rancangan Siklus Penelitian


Rancangan siklus penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan
oleh Suharsimi Arikunto, yaitu model putaran atau siklus yang pada garis
besarnya terdiri dari empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).3
Pada penelitian ini, peneliti merencanakan dua siklus, dimana setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Perencanaan (planning)
Dalam kegiatan perencanaan, peneliti melakukan hal-hal seperti
mengidentifikasi masalah tentang keterampilan menceritakan kembali kisah
yang didengar siswa pada materi kisah Nabi, masalah yang telah
diidentifikasi dianalisis untuk kemudian disimpulkan dan membuat dugaan
sementara mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan
dilakukan.

1
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-2, h.112
2
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), h. 3
3
Wijaya Kusumah, dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas¸ (Jakarta:
PT. Indeks, 2012), Edisi ke 2, h. 25

41
42

Merencanakan tindakan atau strategi pembelajaran yang dirasa lebih


tepat berdasarkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran dengan
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrument penelitian
dalam bentuk pedoman observasi mengajar guru dan pedoman observasi
aktivitas belajar siswa, penilaian keterampilan menceritakan kembali kisah
yang didengar (indikator ketercapaian), serta media-media lain yang
diperlukan. Misalnya tongkat untuk kegiatan talking stick, buku pedoman
pendidikan agama Islam untuk pegangan guru dalam menceritakan kisah
keteladanan nabi Muhammad SAW dengan tema kejujuran, buku Pendidikan
Agama Islam kelas 2 untuk siswa dan beberapa kisah lain yang akan
dibagikan kepada siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran
di dalam kelas menggunakan rancangan metode dan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Hal yang
perlu diingat dalam pelaksanaan tindakan, guru harus ingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam RPP, tetapi tetap bertindak wajar
tidak dibuat-buat. Pada tahapan ini peneliti bekerjasama dengan teman
sejawat yang bertindak sebagai observer/kolabolator.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada
tahapan ini observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
guru di dalam kelas, dan aktivitas belajar dengan mengisi lembar pedoman
observasi yang telah disiapkan. Observer melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Termasuk pengamatan secara cermat pelaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap
proses dan hasil belajar. Observer juga perlu mencatat apa yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan dalam siklus selanjutnya.

42
43

d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap refleksi, seluruh tindakan yang dilakukan dikaji secara
menyeluruh berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dan kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Kegiatan ini
dilaksanakan ketika observer selesai melaksanakan tindakan, kemudian
berdiskusi dengan guru kolabolator untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan selanjutnya pada siklus II. Jika terdapat masalah yang
ditemukan dalam kegiatan penelitian pada siklus I maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus selanjutnya yang meliputi kegiatan
perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga masalah
yang dihadapi dapat teratasi.4

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto5

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


1. Peran Peneliti dalam Penelitian
Penulis adalah peneliti yang berperan sebagai pemimpin perencanaan
(planner), peneliti melakukan persiapan pra penelitian seperti mengurus
perizinan penelitian, mengobservasi, melakukan wawancara, menentukan

4
Didang Setiawan, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: RMBOOKS, 2015), h. 34
5
Dimyati, op. cit., h. 124

43
44

waktu, subyek penelitian, mencari data penelitian, dan membuat rancangan


tindakan penelitian.

2. Posisi Peneliti dalam Penelitian


Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah di samping bertindak sebagai
guru kelas, juga sebagai partisipan aktif yang ikut serta dalam melakukan
pengamatan. Selain mengajarkan materi, peneliti juga membuat dan
merancang rencana pembelajaran secara sistematik, lalu memberikan
tindakan pada subyek yang diteliti, serta mengevaluasi jalannya kegiatan
belajar mengajar (KBM).
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh teman sejawat yang berperan
sebagai observer/kolabolator bersama secara aktif melakukan pengamatan,
yaitu mencatat segala aktifitas yang dilakukan oleh selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode talking stick yang
nantinya hasil pengamatan akan direfleksikan bersama untuk kemudian hasil
refleksi tersebut dapat diambil sebagai dasar perencanaan kembali dan
tindakan untuk siklus selanjutnya.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


1. Pra Penelitian
Kegiatan pra penelitian yang dilakukan:
a. Melaksanakan wawancara dengan guru PAI kelas 2 al - Ghazali
SDIT As-Sa’adah
b. Menyiapkan informasi data, yaitu rekapitulasi data perkembangan
kemampuan semester I kelas 2 al - Ghazali tahun pelajaran
2015/2016
c. Pembuatan surat izin penelitian
d. Menghubungi kepala sekolah untuk meminta izin penelitian
e. Menentukan waktu, yaitu 3 kali pertemuan dalam setiap siklus di
bulan November – Desember 2015

44
45

f. Mempersiapkan instrumen penelitian, media dan alat belajar yang


akan digunakan selama penelitian seperti tongkat, buku pedoman
pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 2, dan lain-lain.

2. Kegiatan Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Dari sumber data pra penelitian, peneliti membuat perencanaan
untuk pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode talking stick
2) Menyiapkan media tongkat dan buku pedoman pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas 2
3) Membuat lembar penilaian
4) Menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat
5) Menyiapkan instrumen pengamatan
6) Menyiapkan dokumentasi pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)


Dalam tahapan ini peneliti bersama observer melaksanakan
perencanaan tindakan berdasarkan sumber data dan RPP yang telah
dibuat. Perencanaan tindakan ini berupa rancangan kegiatan yang dibuat
selama 3 kali pertemuan dalam satu siklus.
1) Apersepsi dan pengelolan kelas, memastikan semua siap
mengikuti proses pembelajaran
2) Guru menyampaikan materi tentang kisah keteladanan nabi
Muhammad SAW, tema yang akan diajarkan adalah tentang
kejujuran yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW, kemudian
memberikan kesempatan kepada untuk membaca dan
mempelajari materi
3) Setelah selesai membaca kisah kejujuran nabi Muhammad SAW
dan mempelajarinya, bersiap melaksanakan metode talking stick

45
46

4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada


sambil memperdengarkan lagu kepada anak, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan yang memegang tongkat tersebut
harus menjawab pertanyaan sesuai dengan yang diajukan oleh
guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan tentang materi
6) Evaluasi

c. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Peneliti dan
observer melakukan pengamatan langsung dan mengisi lembar pedoman
observasi memberi tanda checklist () untuk setiap nilai yang muncul. Di
samping itu pengamatan juga dicatat dalam bentuk uraian yang lebih
banyak dilakukan oleh kolabolator. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
secara tuntas dalam konteks pembelajaran.

d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan
pengamatan, peneliti bersama observer mengadakan refleksi atau
perenungan apakah metode pembelajaran talking stick yang dilaksanakan
mampu meningkatkan keterampilan menceritakan kembali kisah
keteladanan nabi Muhammad SAW tema kejujuran. Dari hasil temuan
pengamatan, peneliti membuat perbandingan dari data yang baru dengan
data pra penelitian. Refleksi ini akan dijadikan data untuk merevisi
perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan
pelaksanaan tindakan pada siklus II.

46
47

3. Kegiatan Siklus II
a. Perencanaan (planning)
Dari sumber data penelitian yang diperoleh dari refleksi penelitian
siklus I, peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan
siklus II, yaitu:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode talking stick yang telah diperbaiki
berdasarkan evaluasi pada siklus I
2) Menyiapkan media tongkat dan buku pedoman pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas 2
3) Membuat lembar penilaian
4) Menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat
5) Menyiapkan instrumen pengamatan
6) Menyiapkan dokumentasi pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)


Peneliti bersama observer melaksanakan perencanaan tindakan
berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat
berdasarkan hasil evaluasi siklus I.
1) Apersepsi dan pengelolan kelas, memastikan semua siap
mengikuti proses pembelajaran
2) Guru menyampaikan materi tentang kisah keteladanan nabi
Muhammad SAW, tema yang akan diajarkan adalah tentang
kejujuran yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW, kemudian
memberikan kesempatan kepada untuk membaca dan
mempelajari materi
3) Setelah selesai membaca kisah kejujuran nabi Muhammad SAW
dan mempelajarinya, bersiap melaksanakan metode talking stick
4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada
sambil memperdengarkan lagu kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan yang memegang tongkat tersebut

47
48

harus menjawab pertanyaan sesuai dengan yang diajukan oleh


guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan tentang materi
6) Evaluasi

c. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Peneliti dan
observer melakukan pengamatan langsung dan mengisi lembar pedoman
observasi memberi tanda checklist () untuk setiap nilai yang muncul. Di
samping itu pengamatan juga dicatat dalam bentuk uraian yang lebih
banyak dilakukan oleh kolabolator.

d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan
pengamatan, peneliti bersama observer mengadakan refleksi atau
perenungan apakah metode pembelajaran talking stick yang dilaksanakan
pada siklus II mampu meningkatkan keterampilan menceritakan kembali
kisah keteladanan nabi Muhammad SAW tema kejujuran. Dari hasil
temuan pengamatan, peneliti membuat perbandingan dari data yang baru
dengan data penelitian yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini akan
dijadikan data untuk merevisi perencanaan yang telah dilakukan pada
siklus II guna merencanakan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya
jika memang masih diperlukan.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan hipotesis bahwa
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa akan meningkat
setelah diterapkan metode pembelajaran talking stick. Hasil intervensi tindakan
yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

48
49

1. Hasil pengamatan melalui observasi aktivitas guru dan dengan cara


menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan. Pengamatan
dilakukan oleh observer dan menghitung persentase. Hasil yang
diharapkan dari pengamatan aktivitas guru dan siswa yaitu aktivitas
guru dan siswa sesuai dengan metode talking stick terlaksana ≥75%.
Dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

2. Dari tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa


didapatkan nilai, dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sudah
mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 75.
KKM untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan
kompetensi menceritakan kembali kisah yang didengar tersebut
diperoleh dari data sekolah berdasarkan hasil keputusan rapat sekolah.

G. Data dan Sumber Data


Sumber data diperoleh dari siswa kelas 1 al - Ghazali Sekolah Dasar Islam
Terpadu As-Sa’adah, data yang diperoleh berupa situasi dan suasana kelas saat
proses pembelajaran yang berlangsung dan peningkatan keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar, yaitu kisah keteladanan nabi
Muhammad SAW tema kejujuran setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode talking stick. Adapun Jenis data yang digunakan yaitu
berupa data kualitatif dan kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran, hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan dokumentasi
jalannya pembelajaran dalam bentuk foto dan tes keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar.

49
50

2. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil tes keterampilan menceritakan kembali
kisah keteladan yang didengar yang telah diberikan disetiap akhir siklus I dan
siklus II.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Tes
digunakan untuk mengukur performance siswa yang berhubungan dengan
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar.
1. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar kelas 2 al - Ghazali di semester I
yang akan digunakan sebagai bahan pembanding keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar yang diperoleh setelah menggunakan metode
talking stick.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk
melihat aktivitas guru dan siswa sehingga dapat diketahui gambaran umum
pembelajaran yang terjadi. Pedoman observasi akan digunakan dalam bentuk
checklist.
Tabel 3.1
Lembar Observasi Kegiatan Guru
No Aspek yang Diamati Ya Tidak
1. Guru memberi pijakan awal:
a. Menyediakan media (tongkat dan laptop) yang
cukup dan mendukung kegiatan
b. Menata kesempatan main untuk mendukung
hubungan sosial yang positif
2. Guru memberi pijakan kegiatan:
a. Membacakan kisah kejujuran nabi Muhammad

50
51

SAW
b. Membicarakan media yang digunakan
c. Membicarakan prosedur dan tahapan kegiatan
serta aturan dalam melaksanakan kegiatan
3. Guru memberikan pijakan saat kegiatan:
a. Membacakan kisah tentang kejujuran nabi
Muhammad SAW
b. Membagi siswa dalam kelompok
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari kisah kejujuran nabi Muhammad
SAW
d. Mempersilakan siswa untuk menutup buku
e. Mengambil tongkat yang telah dipersiapkan dan
memberikan kepada salah satu peserta didik
f. Memberikan pertanyaan kepada peserta didik
yang menerima tongkat
4. Guru memberikan pijakan akhir:
a. Mendukung siswa untuk mengingat kembali
kegiatan yang telah dilakukan (refleksi materi)
b. Memberi penguatan kepada siswa tentang materi
yang dipelajari

Tabel 3.2
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
No Aspek yang Dinilai Ya Tidak
1. Siswa mendengarkan dengan seksama penjelasan
materi yang disampaikan guru
2. Siswa mempelajari materi yang disampaikan guru
3. Siswa mau menerima tongkat
4. Siswa yang menerima tongkat mau menjawab

51
52

pertanyaan yang diajukan guru


5. Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
kegiatan
6. Siswa melakukan kegiatan dengan antusias
7. Siswa menyukai kegiatan yang dilaksanakan

3. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pada saat siklus I, dan siklus II
dengan menggunakan metode talking stick.

4. Tes
Tes menceritakan kembali kisah yang didengar digunakan untuk
mengetahui kemampuan keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar oleh siswa. Bentuk instrumen berupa perintah membaca dan
memahami isi teks cerita anak kemudian menceritakan kembali secara lisan.
Aspek yang dinilai dalam pembelajaran keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar melalui metode talking stick adalah:
a. Penguasaan topik/cerita
b. Kelancaran
c. Pengucapan
d. Pilihan kata (diksi)
e. Volume suara
f. Penampilan
Dalam penilaian tiap aspek ditentukan skor maksimum, dan tiap aspek
memiliki skor minimum yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kesulitannya.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar
No Aspek Penilaian Bobot Skor Maksimal

52
53

1 Penguasaan topik/cerita 5 25
2 Kelancaran 4 20
3 Pengucapan 3 15
4 Pilihan kata (diksi) 3 15
5 Volume suara 3 15
6 Penampilan 2 10
Jumlah 20 100

Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Cerita Anak
No Aspek Penilaian Deskripsi Kategori Skor Bobot
1 Penguasaan Penguasaan sangat Sangat 5 5
topik/cerita: baik apabila
memenuhi 5 aspek Baik
b. Tema
c. Alur Penguasaan baik Baik 4
d. Tokoh apabila
e. Latar belakang memenuhi 4
f. Pesan aspek
Penguasaan Cukup 3
cukup apabila
memenuhi 3
aspek
Penguasaan Kurang 2
kurang baik
apabila
memenuhi 2
aspek
2 Kelancaran: Siswa dapat Sangat 5 4
a. Tidak menceritakan
kembali dengan Baik
tersendat-
sendat sangat lancar
b. Tidak terlalu apabila memenuhi
cepat 4 aspek
c. Tidak berputar- Siswa dapat Baik 4
putar menceritakan
d. Kalimat yang kembali dengan
digunakan lancar apabila
mudah memenuhi 3
dimengerti aspek
Siswa dapat Cukup 3

53
54

menceritakan
kembali dengan
cukup lancar
apabila
memenuhi 2
aspek
Siswa dapat Kurang 2
menceritakan
kembali dengan
kurang lancar
apabila
memenuhi 1
aspek
3 Pengucapan: Pengucapan Sangat 5 3
b. Kata yang sangat baik
Baik
diucapkan jelas apabila
c. Kata yang memenuhi 4
diucapkan tepat aspek
d. Kata yang Pengucapan baik Baik 4
diucapkan tidak apabila
berlebihan memenuhi 3
e. Kata yang aspek
diucapkan dapt Pengucapan Cukup 3
dimengerti cukup baik
apabila
memenuhi 2
aspek
Pengucapan Kurang 2
kurang baik
apabila
memenuhi 3
aspek
4 Pilihan kata (diksi): Pilihan kata Sangat 5 3
a. Pilihan kata sangat tepat
Baik
sesuai apabila
topik/cerita memenuhi 4
b. Kata yang aspek
digunakan Pilihan kata tepat Baik 4
mudah apabila
dipahami memenuhi 3
c. Tidak diulang aspek
d. Tidak Pilihan kata Cukup 3
berlebihan cukup tepat
apabila
memenuhi 2
aspek

54
55

Pilihan kata Kurang 2


kurang tepat
apabila
memenuhi 1
aspek
5 Volume Suara: Volume suara Sangat 5 3
a. Intonasi siswa dalam
menceritakan Baik
b. Nada
c. Kenyaringan kembali sangat
suara baik apabila
d. Penempatan memenuhi 4 aspek
tekanan Volume suara Baik 4
siswa dalam
menceritakan
kembali baik
apabila
memenuhi 3
aspek
Volume suara Cukup 3
siswa dalam
menceritakan
kembali cukup
baik apabila
memenuhi 2
aspek
Volume suara Kurang 2
siswa dalam
menceritakan
kembali kurang
baik apabila
memenuhi 1
aspek
6 Penampilan: Penampilan siswa Sangat 5 2
a. Percaya diri dalam
Baik
b. Tidak kaku menceritakan
c. Tenang kembali sangat
d. Wajar baik apabila
memenuhi 4
aspek
Penampilan siswa Baik 4
dalam
menceritakan
kembali baik
apabila
memenuhi 3
aspek

55
56

Penampilan siswa Cukup 3


dalam
menceritakan
kembali cukup
baik apabila
memenuhi 2
aspek
Penampilan siswa Kurang 2
dalam
menceritakan
kembali kurang
baik apabila
memenuhi 1
aspek

Bedasarkan tabel 3.4, tes pada kompetensi dasar menceritakan kembali


terdapat 6 aspek penilaian. Keenam aspek yang dinilai, yaitu penguasaan
topik/cerita, kelancaran, pengucapan, pilihan kata (diksi), volume suara, dan
penampilan. Tiap aspek memiliki skor berbeda. Aspek penguasaan
topik/cerita memiliki skor 25; aspek kelancaran memiliki skor 20; aspek
pengucapan, aspek pilihan kata (diksi), dan aspek volume suara memiliki skor
15; dan aspek penampilan memiliki skor 10. Jadi, skor maksimal seluruh
aspek dalam penilaian kompetensi menceritakan kembali melalui metode
talking stick adalah 100. Kemudian nilai akhir diperoleh dari jumlah skor
yang diperoleh dibagi jumlah skor maksimal kali seratus.

Rentang nilai dan kategori yang diperoleh pada penilaian dalam


keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar melalui metode
talking stick dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5
Ketentuan Intensitas Skala Kemampuan
Rentang
No Skala Ketentuan
Nilai

56
57

1. Baik Sekali Anak mampu menceritakan kembali kisah 91 - 100


tanpa bantuan guru
2. Baik Anak mampu menceritakan kembali kisah 81 - 90
dengan sedikit bantuan guru
3. Cukup Baik Anak mampu menceritakan kembali kisah 76 - 80
dengan banyak bantuan guru
4. Belum Baik Anak belum mampu menceritakan kembali 0 - 75
kisah

I. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena dalam tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan non tes dan
tes. Tekhnik non tes yang digunakan adalah observasi. Observasi adalah metode
atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung.6 Observasi juga dilakukan dengan mengisi lembar observasi
yang memiliki ketentuan intensitas kemampuan skala kemampuan dengan cheklist
().
Sedangkan tekhnik tes dilakukan dengan cara melakukan tes keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar, serta mendokumentasikan kegiatan
tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar dan foto kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Tes keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar menggunakan skala likert, yaitu skala
yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

6
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2001), h. 149

57
58

atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena.7 Setelah semua data
terkumpul, peneliti bersama observer/kolaborator (guru kelas dan guru pendidikan
agama Islam) melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan
mengenai peningkatan keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar,
serta kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

J. Tekhnik Pemeriksaan Keterpercayaan


Pemeriksaan keterpercayaan studi dilakukan untuk menjamin keabsahan data.
Sebelum tes dijadikan sebagai instrument penelitian, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan. Instrument digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Validitas yang digunakan untuk instrument kemampuan menceritakan kembali
kisah yang didengar yaitu validitas isi yang mengukur tujuan khusus yang sejajar
dengan materi yang diberikan. Teknik pemeriksaan keterpercayaan studi
dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing dan
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah instrumen tersebut sudah valid atau sesuai dengan kemampuan
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar.

K. Analisis Data dan Intervensi Data


Analisa data berasal dari data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Data yang berhubungan dengan keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar peserta didik dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
dan mencari nilai rata-rata. Rumus perhitungan untuk persentase hasil belajar
sebagai berikut:8

7
Dede Rosyada, dkk., Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
59
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. xxii, h.
43

58
59

Keterangan: f = Jumlah skor yang diperoleh


N = Jumlah seluruhnya
P = angka persentase
Dalam analisis hasil kemampuan diberi skor dan dimasukkan pada table
statistik, kemudian dicari skor rata-rata dan digunakan sebagai objek penelitian.
Jika ada peningkatan hasil persentase maka penelitian dinyatakan berhasil.
Implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick: Terjadi
perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran yang dilihat dari data melalui
observasi pengamatan kearah perubahan yang positif. Analisis data tes
kemampuan menceritakan kembali kisah yang didengar disajikan pada tabel
seperti berikut ini:
Tabel 3.5
Analisis Data
Nama I II III IV V VI
No Jumlah Nilai
Siswa 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1. A
2. B
3. C
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan
kelas (PTK) yang memiliki tahapan dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan
perbaikan terjadi apabila setelah tindakan siklus I selesai dilaksanakan belum
memperlihatkan adanya peningkatan, maka akan ditindak lanjuti pada siklus II
sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencapai kriteria
keberhasilan maka dicukupkan, dan penelitian tindakan kelas dianggap berhasil
dilaksanakan.

59
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Letak Geografis
SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Ps. Rebo merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Islam As-Sa’adah yang
terletak di wilayah Jakarta Timur, tepatnya Jl. Jaha Rt. 12/001 no 17 Kalisari,
Ps. Rebo, Jakarta Timur 13790.

2. Sejarah Singkat Berdirinya


SDIT As-Sa’adah adalah salah satu lembaga pendidikan yang didirikan
oleh Yayasan Islam As-Sa’adah setelah yayasan ini sebelumnya membangun
TKIT As-Sa’adah, TPA As-Sa’adah, dan majelis taklim. SDIT As-Sa’adah
didirikan dengan bekal keyakinan dan infak dari ibu-ibu majelis taklim As-
Sa’adah. Tepat 1 Juli 2000 SDIT As-Sa’adah mulai beroperasi dengan jumlah
murid 19 siswa, dimana SDIT As-Sa’adah masih berada dalam satu atap
dengan TKIT dan TPA As-Sa’adah di Jl. Kirai Indah Rt. 10/004, Kalisari.
Tahun 2004 SDIT As-Sa’adah akhirnya memiliki gedung sendiri yang
berada di Jl. Jaha no 17 Kalisari. Secara bertahap siswa siswa SDIT As-
Sa’adah dipindahkan dari gedung lama ke gedung baru. Pengembangan fisik
SDIT As-Sa’adah dari tahun ke tahun masih terus dilakukan untuk
penyempurnaan fasilitas pendidikan yang ideal.
SDIT As-Sa’adah telah terakreditasi A pada tahun pelajaran 2011/2012.
Saat ini siswa SDIT As-Sa’adah mencapai 375 siswa dengan guru-guru yang
berasal dari lulusan Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah, Universitas Indra Prasta, dan beberapa perguruan tinggi
lainnya. SDIT As-Sa’adah telah meluluskan siswa sejak tahun 2006,
semuanya diterima dengan baik di SMP Negeri, MTs, dan pesantren.

60
61

3. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai


a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan yang membekali anak didik dengan
nilai-nilai ke-Islaman secara terpadu dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam menyongsong perubahan peradaban modern dan
menjadi para pemimpin masa depan.

b. Misi
Menyediakan pendidikan full day school dengan:
1) Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan
metode Student Active Learning (SAL)
2) Pembelajaran yang menyeimbangkan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik
3) Pembelajaran yang terpadu antara sekolah, rumah dan orang tua
melalui RKPP (Rencana Kegiatan Pembelajaran Pekanan)
4) Menjadikan siswa siswi mandiri, jujur, pemberani, dan kreatif
dalam menjalani aktifitas kehidupannya
5) Mempersiapkan siswa siswi yang unggul dan akademiknya
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dengan
mampu bersaing memasuki sekolah-sekolah unggulan dan
favorit

c. Tujuan
Untuk mencapai visi dan misi di atas, SDIT As-Sa’adah bertujuan
mencetak anak didik yang selaras perkembangannya sesuai dengan
komponen yang ada pada diri manusia seutuhnya, yaitu komponen
ruhanniyah, jasadiyah, dan fikriyah yang seimbang dan paripurna yang
menjadi tanggung jawab bersama sekolah dan orang tua murid.

61
62

d. Nilai
Ide-ide yang teraplikasi dalam visi dan misi dijiwai dengan nilai-
nilai religius dan sosial yang terintegrasi dalam satu kesatuan sistemnya
yang berlaku kepada seluruh civitas akademika dan orang tua murid.

4. Keadaan Tenaga Kependidikan, Non Kependidikan, dan Peserta


Didik
a. Tenaga Kependidikan
Tenaga kepedidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.1 Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.2 Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.3 Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.4
Tenaga kependidikan di SDIT As-Sa’adah saat ini berjumlah 44
orang. Dengan perincian 35 orang berijazahkan S1 (9 orang Sarjana
Pendidikan Islam, 20 orang Sarjana Pendidikan, dan 8 orang sarjana di
luar jalur pendidikan), 8 orang berijazahkan D3/D2, dan 1 orang
berijazah Madrasah Aliyah.

1
Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, 24 November 2015, 12.40 h. 2
(http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-no-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional)
2
Ibid. Bab IX Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39, h. 11
3
Ibid., Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, h. 2
4
Ibid. Bab IX Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39, h. 11

62
63

b. Non Kependidikan
Tenaga non kependidikan yang ada di SDIT As-Sa’adah saat ini
berjumlah 15 orang. Dengan perincian 5 orang yang berijazahkan S1, 3
orang berijazah D3, 1 orang berijazahkan D1, 5 orang berijazah SMA, dan
1 orang berijazah SMP.

c. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.5 Jumlah peserta didik di
SDIT As-Sa’adah saat ini adalah 375 siswa, terdiri dari 195 siswa laki-
laki, dan 180 siswa perempuan. Dari jumlah tersebut, terdapat 89 siswa di
kelas I, 59 siswa di kelas II, 48 siswa di kelas III, 69 siswa di kelas IV, 55
siswa di kelas V, dan 55 siswa di kelas VI. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:

5. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana merupakan perlengkapan dalam penyelenggaraan
dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak
usia dini.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan,7 sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.8 Sarana dan
prasarana di sekolah menunjukkan bahwa sekolah sangat memperhatikan
kelancaran dan kesuksesan suatu proses pendidikan.

5
Ibid., Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, h. 2
6
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini,
Bab VIII Standar Sarana dan Prasarana Pasal 31, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2015), h. 25
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 893
8
Ibid., h. 999

63
64

Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana SDIT As-Sa’adah
Tahun Pelajaran 2015-2016
No Ruang Jumlah Keterangan
1. Gedung Sekolah 1 Milik sendiri
2. Ruang Kantor 5 Kantor Kepala Sekolah
Kantor Wakil Kepala Sekolah
Kantor Guru
Kantor Tata Usaha
Kantor Komite
3. Ruang Belajar 15 Kelas I - Kelas VI
4. Ruang Labolatorium 3 Labolatorium Komputer
Labolatorium IPA
Labolatorium Matematik
5. Ruang Perpustakaan 1 -
6. Mushola 1 -
7. Aula 1 Multifungsi
8. UKS 1 -
9. Koperasi 1 -
10. Kantin 1 -
11. Dapur 1 -
12. Toilet 13 10 untuk siswa
3 untuk guru dan staff
13. Lapangan 1 Upacara dan olah raga
14. Kolam Renang 1 -
15. Ruang Keamanan 1 -
16. Parkir 1 Motor dan mobil
17. Kendaraan 2 Ambulan dan mobil
operasional

64
65

B. Analisis Data
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi awal
di SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Jakarta. Kegiatan ini merupakan tahap awal
yang dilakukan peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi belajar tempat
penelitian dilakukan. Dalam penelitian pendahuluan ini, peneliti melakukan
wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan melakukan observasi
pada proses pembelajaran di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran, mengetahui
permasalahan yang ditemukan di lapangan terutama pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, untuk mengetahui keaktifan siswa, dan mengetahui
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa khususnya
materi kisah nabi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru Pendidikan
Agama Islam.9 Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut diperoleh
informasi bahwa metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah
metode ceramah, sumbang saran, dan tanya jawab. Selain itu sikap siswa
yang cenderung aktif dan kurang konsentrasi dalam kelas turut
mempengaruhi hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
terutama dalam keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar.
Proses pembelajaran yang kurang efektif menjadi pijakan dasar peneliti untuk
menerapkan pembelajaran cooperative learning metode talking stick.
Berdasarkan wawancara tersebut, dipilihlah kelas 2 al-Ghozali dengan
jumlah siswa sebanyak 30 orang sebagai kelas yang akan digunakan sebagai
tempat penelitian, terkait dengan keaktifan dan hasil belajar keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang tergolong rendah.

9
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Susilowati dan Ibu Iffah, guru Pendidikan Agama Islam
kelas 2 SDIT As-Sa’adah, Jum’at, 28 Agustus 2015 pukul 14.00, di Ruang Kelas 2 al-Ghazali

65
66

2. Analisis Data Tindakan Pembelajaran Siklus I


Analisis tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan yang sangat
penting, karena analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan
refleksi bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, setiap
pertemuannya 3 x 35 menit. Adapun tahap pada siklus I adalah :
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini dilakukan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada kelas 2 al-Ghozali dengan materi kisah keteladanan Nabi
Muhammad SAW “Nabi Muhammad SAW Teladanku”, dengan
kompetensi dasar memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari
pemahaman sifat “shidiq” Rasulullah SAW, dan mengetahui kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW, serta dapat menceritakan kembali kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW
Dalam penelitian ini peneliti membuat instrument pembelajaran yang
terdiri dari:
1) Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru
Adapun lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas
siswa dan aktivitas guru saat proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan metode talking stick.
2) Lembar penilaian akhir siklus I
3) Teks bacaan yang berjudul diantaranya kejujuran Nabi
Muhammad SAW dalam berdagang.
Cerita ini akan dijadikan bahan untuk penelitian tindakan kelas
siklus I di SDIT As-Sa’adah, Kalisari, Jakarta Timur.

b. Tahap Tindakan (Action)


Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit di setiap pertemuannya. Rencana
pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

66
67

1) Pertemuan Pertama (Rabu, 02 Desember 2015)


Pertemuan pertama berlangsung selama 3x35 menit, dimulai
pukul 09.10 sampai dengan 10.55 WIB, pokok bahasan yang
disampaikan adalah kisah kelahiran dan silsilah keluarga nabi
Muhammad SAW. Guru Pendidikan Agama Islam hadir untuk
membantu peneliti memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam kelas.
a) Kegiatan diawali dengan apersepsi
b) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
materi pembelajaran, dan memberikan penjelasan mengenai
penerapan metode pembelajaran talking stick.
c) Siswa diberi kesempatan untuk mendengarkan kisah
kejujuran Nabi Muhammad yang disampaikan guru, siswa
diminta untuk mendengarkan dengan baik.
d) Sambil diiringi lagu anak, guru memberikan stick kepada
salah satu siswa dan meminta siswa untuk mengoper alihkan
stick tersebut ke teman di sampingnya, ketika lagu berhenti
berbunyi siswa yang memegang stick tersebut harus
menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.
Saat kegiatan pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan
menggunakan metode talking stick pada pertemuan pertama ini,
sebagian besar siswa terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa yang menerima stick mau menjawab
pertanyaan yang guru sampaikan. Namun masih ada siswa yang
belum berani untuk berbicara karena kurang mempelajari kembali
kisah yang disampaikan guru, dan bermain-main ketika memegang
stick bahkan melempar stick ketika mengoperalihkan stick.

67
68

Gambar 4.1
Aktivitas Siswa Saat Mendengarkan Kisah

2) Pertemuan Kedua (Kamis, 03 Desember 2015)


Pembelajaran pada pertemuan kedua ini berlangsung selama
3x35 menit, dimulai pukul 09.10 sampai dengan 10.55 WIB. Pokok
bahasan yang disampaikan adalah kisah Nabi Muhammad ketika
berdagang. Peneliti meminta guru Pendidikan Agama Islam untuk
memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
a) Kegiatan diawali dengan apersepsi.
b) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan
materi pembelajaran, menjelaskan kembali mengenai
penerapan metode pembelajaran talking stick, dan
memberikan teks bacaan untuk siswa.
c) Selanjutnya guru meminta siswa untuk menutup teks
bacaannya. Dan memberikan stick ke salah satu siswa,
sebagai tanda pembelajaran dengan metode talking stick
dimulai.
d) Siswa yang mendapatkan stick diberikan kesempatan untuk
menceritakan kembali teks yang sudah dibacanya.
Sebagian besar siswa sudah paham langkah dalam penerapan
metode talking stick, tetapi masih banyak siswa yang belum mau
mempelajari kembali materi yang sudah disampaikan guru, masih

68
69

sedikit siswa yang bisa membuat kesimpulan pembelajaran, dan ada


beberapa siswa laki-laki yang melempar stick ketika mengoper.

Gambar 4.2
Aktivitas Siswa saat Melaksanakan Metode Talking Stick

3) Pertemuan Ketiga (Jum’at, 04 Desember 2015)


Pertemuan ketiga berlangsung selama 3x35 menit yang dimulai dari
pukul 09.10 sampai dengan 10.55 WIB, pokok bahasan yang disampaikan
adalah kisah Nabi Muhammad SAW yang bergelar al-Amīn.
a) Kegiatan ini diawali dengan apersepsi.
b) Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan
penjelasan kembali mengenai penerapan metode pembelajaran
talking stick, kali ini guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok
yang terdiri dari 2 kelompok perempuan dan 2 kelompok laki-laki.
c) Kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk membaca
materi pelajaran yang diberikan, kemudian meminta siswa
menutup bukunya dan meminta siswa bersama kelompoknya
untuk mendiskusikan kisah Nabi Muhammad SAW dengan hajar
aswad.
Gambar 4.3
Aktivitas Siswa ketika Berdiskusi dalam Kelompok

69
70

d) Setelah setiap kelompok berdiskusi guru memberikan stick ke


salah satu siswa dan meminta siswa untuk mengoperalihkan stick
tersebut sambil diiringi lagu. Ketika lagu berhenti berbunyi maka
siswa yang memegang stick harus menjawab pertanyaan yang
guru sampaikan.
Sebagian besar siswa terlihat sudah cukup baik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa yang mendapat stick sudah mau
berbicara di depan kelas. Siswa sudah bisa menceritakan kembali
kisah Nabi Muhammad SAW dengan bahasa lisan dan kata-kata
sendiri yang mudah dipahami orang lain. Tetapi masih ada siswa yang
belum mampu menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad SAW
dengan lancar.

c. Tahap Pengamatan (Observing)


1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I
Kegiatan pengamatan pada siklus I dilaksanakan dengan
mengamati semua aktivitas selama pembelajaran berlangsung dengan
objek guru dan siswa. Pengamatan yang dilaksanakan secara langsung
ini dikarenakan peneliti menggunakan metode PTK, yakni kegiatan
yang melibatkan peneliti secara langsung dari awal penelitian hingga
berakhirnya pelaksanaan penelitian.
Berdasarkan pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
No Aspek yang Diamati 1 2 3
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Guru memberi pijakan
awal:

70
71

a. Menyediakan media   
(tongkat dan laptop)
yang cukup dan
mendukung
kegiatan
b. Menata kesempatan   
main untuk
mendukung
hubungan sosial
yang positif
2. Guru memberi pijakan
kegiatan:
a. Membacakan kisah   
kejujuran nabi
Muhammad SAW
b. Membicarakan   
media yang
digunakan
c. Membicarakan   
prosedur dan
tahapan kegiatan
serta aturan dalam
melaksanakan
kegiatan
3. Guru memberikan
pijakan saat kegiatan:
a. Membacakan kisah   
tentang kejujuran
nabi Muhammad
SAW
b. Membagi siswa   
dalam kelompok

71
72

c. Memberi   
kesempatan kepada
siswa untuk
mempelajari kisah
kejujuran nabi
Muhammad SAW
d. Mempersilakan   
siswa untuk
menutup buku
e. Mengambil tongkat   
yang telah
dipersiapkan dan
memberikan kepada
salah satu peserta
didik
f. Memberikan   
pertanyaan kepada
peserta didik yang
menerima tongkat

4. Guru memberikan
pijakan akhir:
a. Mendukung siswa   
untuk mengingat
kembali kegiatan
yang telah dilakukan
(refleksi materi)
b. Memberi penguatan   
kepada siswa
tentang materi yang
dipelajari

Nilai akhir dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan guru adalah:

72
73

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa hasil observasi kegiatan guru


pertemuan 1 terlaksana 76,92%, pertemuan 2 terlaksana 92,3%,
pertemuan 3 terlaksana 100%.
Pada pertemuan 1 terdapat beberapa aspek pembelajaran yang
tidak dilaksanakan seperti membagi siswa dalam kelompok,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi, dan
tidak mempersilakan siswa untuk menutup buku. Hal ini terjadi karena
pembelajaran yang dilaksanakan tidak dalam kelompok dan tidak
menggunakan buku (anak mendengarkan bu guru bercerita).
Pada pertemuan 2 kegiatan yang tidak dilaksanakan yaitu
membagi siswa dalam kelompok. Hal ini akan menjadi evaluasi bagi
guru agar lebih efektif saat pembelajaran dengan metode talking stick
pada pertemuan selanjutnya. Aktivitas yang tidak terlaksana pada
pertemuan 1 dan 2 menjadi evaluasi bagi guru agar lebih efektif saat
pembelajaran dengan metode talking stick pada pertemuan 3

Tabel 4.3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
No Aspek yang Dinilai 1 2 3
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Siswa mendengarkan   
dengan seksama
penjelasan materi

73
74

yang disampaikan
guru
2. Siswa mempelajari   
materi yang
disampaikan guru
3. Siswa mau menerima   
tongkat
4. Siswa yang menerima   
tongkat mau
menjawab pertanyaan
yang diajukan guru
5. Siswa bersama dengan   
guru melakukan
refleksi kegiatan
6. Siswa melakukan   
kegiatan dengan
antusias
7. Siswa menyukai   
kegiatan yang
dilaksanakan

Nilai akhir dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan siswa adalah:

74
75

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa hasil observasi kegiatan siswa


pada pertemuan 1 terlaksana 57,42%, pertemuan 2 terlaksana 71,42%,
pertemuan 3 terlaksana 85,71%.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 1, belum
semua siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru, mengikuti
aktivitas mengoper stick, dan melakukan refleksi bersama dengan
guru, hal ini dikarenakan kegiatan ini merupakan kegiatan yang baru
dilakukan siswa. Sedangkan pada pertemuan 2, belum semua siswa
mengikuti aktivitas dalam aspek penilaian metode talking stick,
dikarenakan siswa tidak fokus ketika mendengarkan guru
menjelaskan, dan masih ditemukan siswa yang melempar stick.
Pada pertemuan 3 masih ada aspek yang belum dilakukan semua
siswa yaitu menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru ketika
menerima stick.
Setelah menelaah data hasil observasi kegiatan guru dan siswa
pada siklus I, maka peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II
dengan memperhatikan aspek penilaian metode talking stick yang
belum terlaksana pada siklus II dan lebih maksimal saat melakukan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode talking stick
pada pertemuan di siklus 2.

2) Penilaian Pembelajaran Siklus I


Selain mengamati aktivitas selama pembelajaran berlangsung, peneliti
juga melakukan penilaian keterampilan berbicara siswa. Penilaian
keterampilan menceritakan kembali kisah yang peneliti lakukan meliputi
aspek keterampilan berbicara siswa dalam penguasaan topik/cerita,
kelancaran, pengucapan, pilihan kata, volume suara, dan penampilan.
Peneliti melanjutkan dengan tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada
hari Senin, 07 Desember 2015, yang dimulai dari pukul 07.30 sampai
dengan pukul 08.50 WIB. Pertemuan kali ini dihadiri oleh 30 orang siswa.
Tes akhir siklus I keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar dilakukan dengan cara meminta kepada siswa yang mendapat

75
76

giliran memegang stick untuk maju ke depan dan menceritakan kembali


kisah yang didengarnya.
a) Kegiatan diawali dengan mengulang kembali materi yang sudah
dipelajari.
b) Guru memberikan stick kepada siswa.
c) Kegiatan tes akhir siklus I dimulai.
Berdasarkan data hasil tes akhir siklus I keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa kelas 2 al-Ghazali SDIT As-Sa’adah
Kalisari, Jakarta didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4
Hasil Penilaian
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siklus I
Penguasaan Pilihan Volume
Kelancaran Pengucapan Penampilan
No Nama Topik/Cerita Kata Suara Jml Nilai
5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2
1 A       24 80
2 B       17 56,7
3 C       22 73,3
4 D       13 43,3
5 E       17 56,7
6 F       16 53,3
7 G       13 43,3
8 H       14 46,7
9 I       24 80
10 J       20 66,7
11 K       24 80
12 L       12 40
13 M       26 86,7
14 N       19 63,3
15 O       17 56,7
16 P       16 53,3
17 Q       17 56,7
18 R       23 76,7
19 S       14 46,7
20 T       12 40
21 U       19 63,3

76
77

22 V       22 73,3
23 W       25 83,3
24 X       25 83,3
25 Y       25 83,3
26 Z       25 83,3
27 AA       18 60
28 BB       19 63,3
29 CC       23 76,7
30 DD       26 86,7
Jumlah Nilai 1956,6
Rata-rata Nilai 65,22

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, 11 siswa mendapatkan nilai di atas


KKM 75 dan 19 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Hasil tes
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa pada
siklus I menggambarkan bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan
nilai di bawah KKM. Hasil akhir siklus I ini juga peneliti sajikan dalam
bentuk grafik berikut ini:
Grafik 4.1
Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali
Kisah yang Didengar Siklus I
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 - 75 76 - 80 81 - 90 91 - 100

Berdasarkan grafik 4.1 terlihat bahwa terdapat 19 orang siswa


mendapatkan nilai antara 0 - 75, 5 orang siswa mendapatkan nilai antara
76 - 80, dan 6 orang siswa mendapatkan nilai antara 81 - 90. Secara
umum hasil tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar

77
78

melalui metode talking stick pada siklus I dapat digambarkan pada tabel
4.12 berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Tes
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siklus I
Rentang Frekuensi Rata-rata
No Kategori Nilai
Nilai Siswa % Nilai
1. Baik Sekali 91 - 100 0 0 0 1956,6
30
2. Baik 81 - 90 6 20 506,6
= 65,22
3. Cukup Baik 76 - 80 5 16,67 393,4
(Belum
4. Belum Baik 0 - 75 19 63,33 1056,6
Baik)
Jumlah 30 100 1956,6

Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh
siswa pada kompetensi keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar siswa dalam siklus I sebesar 65,22 dengan kategori belum baik.

d. Tahap Refleksi
Pada kegiatan pembelajaran siklus I, peneliti telah menganalisis data
yang didapat dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan
penilaian tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar,
maka diperoleh hasil analisis kegiatan refleksi sebagai berikut:
1) Aktifitas Guru
a) Guru kurang mengkondisikan siswa ketika kegiatan
mendengarkan kisah dan ketika membaca materi kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW
b) Guru kurang mengkondisikan siswa ketika kegiatan
mengoperalihkan stick
c) Guru tidak menidaklanjuti siswa yang tidak mau menceritakan
kembali kisah yang sudah didengar maupun dibacanya

78
79

2) Aktifitas Siswa
a) Beberapa siswa tidak mengoperalihkan stick, tetapi melempar
stick
b) Beberapa siswa terlihat tidak fokus mendengarkan kisah yang
disampaikan guru atau penjelasan tentang metode talking stick
c) Beberapa siswa tidak membaca materi kisah Nabi Muhammad
SAW
d) Tidak semua siswa berani menceritakan kembali kisah
keteladanan Nabi Muhammad yang sudah dipelajari
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara siswa siklus I,
memperoleh rata-rata nilai 65, 22. Hal ini menandakan bahwa kompetensi
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam belum mencapai KKM 75.
Berdasarkan hasil refleksi seluruh kegiatan pada siklus I dan melihat nilai
siswa pada tes akhir siklus I, maka perlu diadakan siklus selanjutnya. Peneliti
merancang kegiatan perbaikan yang akan dilakukan pada kegiatan
pembelajaran siklus II. Rencana perbaikan pada kegiatan pembelajaran siklus
II sebagai berikut:
1) Guru memberikan arahan lebih tegas ke siswa dalam
mengoperalihkan stick agar tidak dilempar
2) Guru memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi yang
guru sampaikan
3) Guru memotivasi siswa agar mau menceritakan kembali cerita yang
disampaikan bu guru dan dibaca dengan menggunakan kata-
katanya sendiri

3. Analisis Data Tindakan Pembelajaran Siklus II


a. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan siklus II dimulai dengan menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pelajaran Pendidikan Agama Islam,
menyiapkan materi ajar tentang kisah keteladanan Nabi Muhammad

79
80

SAW, menyiapkan media pembelajaran seperti stick dan keperluan


pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Guru akan menyiapkan kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW dengan berbagai media seperti buku
dan film yang akan ditayangkan sebagai bahan materi ajar agar siswa
tidak bosan saat pembelajaran dengan metode talking stick, memberikan
arahan dalam menceritakan kembali cerita yang didengar dengan
menggunakan kata-kata sendiri, merubah posisi duduk siswa saat
pembelajaran dengan metode talking stick, memberikan reward kepada
siswa yang sudah berani menceritakan kembali cerita yang sudah
didengar di depan kelas agar siswa lebih termotivasi.
Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menceritakan
kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW yang sudah didengar
atau dibaca siswa dengan metode talking stick. Adapun indikator
keberhasilan siswa yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah siswa
mampu menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
yang didengarnya dengan menggunakan kata-kata sendiri. Target pada
siklus II ini siswa semakin baik dalam menggunakan metode
pembelajaran talking stick, siswa berani berbicara di depan kelas dan
hasil tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa
semakin meningkat dibandingkan dengan siklus I yaitu sesuai dengan
target pencapaian penilaian.

b. Tahap Tindakan (action)


Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam 3 pertemuan
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit setiap pertemuannya.
1) Pertemuan ke empat (Senin, 14 Desember 2015)
Pertemuan pertama di siklus II berangsung selama 3x35 menit
yang dimulai dari jam 09.10-10.55 WIB. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan membuka pembelajaran dengan apersepsi tentang
materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada

80
81

pertemuan pertama di siklus II ini siswa yang hadir berjumlah 30


siswa.
Kegiatan selanjutnya guru mengkondisikan siswa dengan
mengajak siswa bernyanyi dan memotivasi siswa agar tertib dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah guru mengkondisikan
siswa, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pada
pertemuan hari ini, serta memberikan penjelasan dan pengarahan agar
proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin baik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode talking stick.
Pada pertemuan ini guru menceritakan kisah keteladanan Nabi
Muhammad SAW dalam memimpin, setelah guru menceritakan kisah
tersebut guru membagikan teks dari kisah yang sudah dibacakan
kepada masing-masing siswa, guru memberikan kesempatan siswa
untuk membaca kembali kisah tersebut. Kegiatan selanjutnya yaitu
guru membimbing siswa untuk membuat kelompok, setelah siswa
terkondisikan dengan baik guru memberikan stick ke salah satu siswa
dan meminta siswa untuk mengoperalihkan stick dengan diiringi lagu
anak, ketika musik berhenti berbunyi siswa yang memegang stick
harus menceritakan kembali cerita yang sudah dibacanya dan
menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.
Pada pertemuan ini, siswa sudah terbiasa mengikuti pembelajaran
dengan metode talking stick dilihat dari kegiatan siswa yang sudah
tidak melempar dan bermain-main stick ketika mengoperalihkan stick,
siswa bisa menceritakan kisah yang dibacanya dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
masih malu dan enggan untuk menceritakan cerita yang sudah
dibacanya.
Selama proses pembelajaran berlangsung observer memberikan
penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan
menyimpulkan apa yang telah dilaksanakan dan memberikan saran
agar dipertemuan selanjutnya lebih baik lagi dalam melaksanakan
pembelajaran menggunakan metode talking stick.

81
82

Gambar 4.4
Aktivitas Siswa Saat Mendengarkan Kisah Siklus II

2) Pertemuan ke lima (Selasa, 15 Desember 2015)


Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, pertemuan ke lima
juga berlangsung selama 3x35 menit yang dimulai pukul 09.10-10.55
WIB. Pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi tentang materi
pada pertemuan sebelumnya.
Pada pertemuan kelima siswa yang hadir berjumlah 28 siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan materi kepada siswa berupa kisah
kejujuran Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan kesehariannya.
Setelah guru menyampaikan kisah, guru memberikan teks kisah yang
sudah dibacakan kepada masing-masing siswa untuk dibaca kembali.
Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa bersama kelompoknya untuk
berdiskusi tentang kisah yang sudah dibacanya.
Gambar 4.5
Aktivitas Siswa ketika Berdiskusi dalam Kelompok Siklus II

82
83

Setelah berdiskusi selesai, guru memberikan stick ke salah satu siswa


dan meminta siswa tersebut untuk mengoperalihkan stick dengan diiringi
lagu. Ketika lagu berhenti berbunyi maka siswa yang memegang stick
harus menceritakan kembali kisah yang sudah didengar dan dibacanya.

Gambar 4.6
Aktivitas Siswa Saat Melaksanakan Metode Talking Stick Siklus II

3) Pertemuan ke enam (Rabu, 16 Desember 2015)


Pertemuan ke enam berlangsung selama 3x35 menit yang dimulai
pukul 09.10-10.55 WIB. Pembelajaran diawali dengan kegiatan
apersepsi tentang materi pada pertemuan sebelumnya dan
menghubungkan dengan materi pada hari ini.
Pada pertemuan keenam siswa yang hadir berjumlah 30 siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan materi kepada siswa berupa kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW dan Ibnu Mas’ud. Kemudian
guru memberikan teks kisah tersebut ke masing-masing siswa dan
memberikan kesempatan siswa bersama kelompoknya untuk membaca
kembali kisah tersebut. Selanjutnya guru meminta siswa bersama
kelompoknya untuk berdiskusi tentang pesan yang terdapat pada cerita
yang sudah dibacanya.
Kemudian guru memberikan stick ke salah satu siswa dan meminta
siswa untuk mengoperalihkan stick tersebut dengan diiringan lagu.
Ketika lagu berhenti berbunyi maka siswa yang memegang stick harus
menceritakan kembali kisah yang sudah dibacanya dan menjawab
pertanyaan yang guru sampaikan.

83
84

c. Tahap Pengamatan (Observing)


1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati semua
aktivitas selama pembelajaran berlangsung dengan melihat aktivitas
yang dilaksanakan oleh guru dan siswa.
Berdasarkan pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Aspek yang
No 4 5 6
Diamati
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Guru memberi
pijakan awal:
a. Menyediakan   
media (tongkat
dan laptop)
yang cukup dan
mendukung
kegiatan
b. Menata   
kesempatan
main untuk
mendukung
hubungan sosial
yang positif
2. Guru memberi
pijakan kegiatan:
a. Membacakan   
kisah kejujuran
nabi
Muhammad

84
85

SAW
b. Membicarakan   
media yang
digunakan
c. Membicarakan   
prosedur dan
tahapan
kegiatan serta
aturan dalam
melaksanakan
kegiatan
3. Guru memberikan
pijakan saat
kegiatan:
a. Membacakan   
kisah tentang
kejujuran nabi
Muhammad
SAW
b. Membagi siswa   
dalam
kelompok
c. Memberi   
kesempatan
kepada siswa
untuk
mempelajari
kisah kejujuran
nabi
Muhammad
SAW
d. Mempersilakan   

85
86

siswa untuk
menutup buku
e. Mengambil   
tongkat yang
telah
dipersiapkan
dan
memberikan
kepada salah
satu peserta
didik
f. Memberikan   

pertanyaan
kepada peserta
didik yang
menerima
tongkat
4. Guru memberikan
pijakan akhir:
a. Mendukung   
siswa untuk
mengingat
kembali
kegiatan yang
telah dilakukan
(refleksi materi)
b. Memberi   
penguatan
kepada siswa
tentang materi
yang dipelajari

86
87

Nilai akhir dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan guru adalah:

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa hasil observasi aktivitas guru


pada pertemuan 4, 5, dan 6 sudah terlaksana sesuai dengan aspek
penilaian aktivitas guru. Hal ini terlihat dari presentase yang diperoleh
yaitu sebanyak 100 %.
Tabel 4.7
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Aspek yang
No 4 5 6
Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Siswa   
mendengarkan
dengan seksama
penjelasan materi
yang disampaikan
guru
2. Siswa mempelajari   
materi yang
disampaikan guru
3. Siswa mau   
menerima tongkat
4. Siswa yang   
menerima tongkat
mau menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
5. Siswa bersama   
dengan guru

87
88

melakukan refleksi
kegiatan
6. Siswa melakukan   
kegiatan dengan
antusias
7. Siswa menyukai   
kegiatan yang
dilaksanakan

Nilai akhir dari hasil observasi kegiatan yang dilakukan siswa adalah:

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa hasil observasi aktivitas siswa


pada pertemuan 4 terlaksana 85,71%. Pada pertemuan 4 belum semua
siswa yang menerima tongkat mau menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Maka peneliti melanjutkan penelitian pada pertemuan
ke-5 dengan memperhatikan aspek penilaian metode talking stick yang
belum terlaksana pada pertemuan ke-4 dan lebih maksimal saat
melakukan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode
talking stick.
Pada pertemuan 5 dan 6 siswa sudah terbiasa mengikuti langkah
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode
talking stick sehingga semua aspek penilaian sudah dilaksanakan
siswa dengan baik sehingga presentase aktivitas siswa selama proses
pembelajaran terlaksana 100 %.

88
89

Hal ini menandakan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan


Agama Islam dengan metode talking stick sudah melebihi hasil
intervensi yang diharapkan peneliti yaitu 75%.

2) Penilaian Pembelajaran Siklus II


Setelah peneliti memberikan perlakuan pada pertemuan ke-6, maka
peneliti melanjutkan dengan tes akhir siklus II yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 17 Desember 2015. Tes akhir siklus II dimulai dari pukul
08.05 sampai dengan pukul 09.55 WIB, dandihadiri oleh 30 orang siswa.
Indikator pencapaian dalam tes keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar pada siklus II yaitu siswa dapat menceritakan kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW. Peneliti melakukan penilaian
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa pada aspek
penguasaan topik/cerita, kelancaran, pengucapan, pilihan kata, volume
suara, dan penampilan.
a) Kegiatan diawali dengan mengulang kembali materi yang sudah
dipelajari.
b) Kemudian guru memberikan stick kepada siswa, tes akhir siklus II
dilakukan dengan cara meminta siswa yang mendapat giliran
memegang stick maju ke depan dan menceritakan kembali kisah
keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan data hasil tes akhir siklus II keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa kelas 2 al-Ghazali SDIT As-Sa’adah
Kalisari, Jakarta didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8
Hasil Penilaian
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siklus II
Penguasaan Pilihan Volume
Kelancaran Pengucapan Penampilan
No Nama Topik/Cerita Kata Suara Jml Nilai
5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2 5 4 3 2
1 A       25 83,3
2 B       23 76,7

89
90

3 C       25 86,3
4 D       24 80
5 E       23 76,7
6 F       23 76,7
7 G       23 76,7
8 H       23 76,7
9 I       24 80
10 J       24 80
11 K       24 80
12 L       23 76,7
13 M       26 86,7
14 N       25 83,3
15 O       23 76,7
16 P       23 76,7
17 Q       24 80
18 R       23 76,7
19 S       23 76,7
20 T       23 76,7
21 U       24 80
22 V       23 76,7
23 W       25 83,3
24 X       29 96,7
25 Y       29 96,7
26 Z       25 83,3
27 AA       25 83,3
28 BB       25 83,3
29 CC       23 76,7
30 DD       26 86,7
Jumlah Nilai 2430
Rata-rata Nilai 81

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa seluruh siswa


memperoleh nilai di atas KKM 75. Hasil tes keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa pada siklus II membuktikan bahwa
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Hasil akhir siklus II ini
juga peneliti sajikan dalam bentuk grafik berikut ini:

90
91

Grafik 4.2
Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali
Kisah yang Didengar Siklus II
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 - 75 76 - 80 81 - 90 91 - 100

Berdasarkan grafik 4.2 terlihat bahwa terdapat 19 siswa mendapatkan


nilai antara 76-80, 9 siswa mendapatkan nilai antara 81-90, dan 2 orang
siswa mendapatkan nilai antara 91-100.
Secara umum hasil tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar melalui metode talking stick pada siklus II dapat digambarkan
pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Tes
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siklus II
Rentang Frekuensi Rata-rata
No Kategori Nilai
Nilai Siswa % Nilai
1. Baik Sekali 91 - 100 2 6,67 193,4 2430
30
2. Baik 81 - 90 9 30 759,5
= 81
3. Cukup Baik 76 - 80 19 1477,1 63,33
(Baik)
4. Belum Baik 0 - 75 0 0 0
Jumlah 30 100 2430

Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang


diperoleh siswa pada kompetensi keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar siswa pada siklus II sebesar 81 dengan kategori baik.

91
92

d. Tahap Refleksi (reflection)


Pada kegiatan pembelajaran siklus II peneliti telah mengidentifikasi data
yang didapat dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan penilaian
tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar. Maka diperoleh
hasil analisis kegiatan refleksi pada siklus II yaitu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, metode yang digunakan guru pada setiap tindakan
pembelajaran sudah sesuai yaitu metode pembelajaran talking stick.
Dalam pembelajaran ini, semua tahapan dan langkah-langkahnya sudah
berjalan dengan baik. Pembelajaran keterampilan menceritakan kembali kisah
yang didengar dengan penerapan metode talking stick membantu siswa dalam
pembelajaran, hasilnya keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar siswa mengalami peningkatan.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran yang sudah
dilaksanakan pada siklus II, hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa
saat pembelajaran dengan metode talking stick sudah mencapai ≥ 75%.
Persentase ini membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan metode talking stick sudah berjalan baik. Hasil penilaian keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar siswa pada siklus II sudah
menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan penilaian tes
akhir siklus siswa yang sudah mencapai KKM 75.

4. Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas


Tahap analisis dimulai dengan menelaah data yang ada dari berbagai sumber
baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut:
a. Data Hasil Observasi Pembelajaran
Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh
guru Pendidikan Agama Islam yang bertindak sebagai observer. Observer
memiliki lembar observasi yang berfungsi sebagai alat pengamatan untuk
mengetahui dan mengukur aktivitas guru dan siswa yang menerapkan metode
talking stick ketika proses pembelajaran berlangsung.
Setelah peneliti menelaah data hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas
siswa pada siklus I dan siklus II, diketahui bahwa pada siklus II terdapat

92
93

peningkatan yang cukup signifikan. Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
siklus I peneliti gambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.3
Persentase Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa dengan
Metode Talking Stick Siklus I
120.00%
100%
100.00% 92.30%
85.71%
76.92% 71.42%
80.00%
57.42%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2 Pertemuan ke 3

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Sedangkan aktivitas guru dan aktivitas siswa saat pembelajaran


Pendidikan Agama Islam dengan metode talking stick pada siklus II dapat
digambarkan peneliti pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.4
Persentase Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa dengan
Metode Talking Stick Siklus II
105%
100% 100%100.00% 100%100.00%
100%
95%
90% 85.71%
85%
80%
75%
Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 5 Pertemuan ke 6

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Pada grafik 4.4 terlihat bahwa aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode talking
stick pada siklus II mengalami peningkatan hingga 100%.

93
94

b. Data hasil penilaian keterampilan menceritakan kembali kisah yang


didengar
Dari hasil tes keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar
yang telah dilakukan oleh siswa, maka diperoleh nilai tertinggi, nilai terendah
dan nilai rata-rata keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar
siswa yang dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4.10
Rekapitulasi Hasil Penilaian
Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar
Tingkat Keterampilan Hasil Tes Keterampilan
Menceritakan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar
Kembali Kisah
Siklus I Siklus II
yang Didengar
Terendah 40 76,7
Tertinggi 86,7 96,7
Rata-rata 65,22 81

Indikator ketercapaian keterampilan menceritakan kembali kisah yang


didengar siswa dalam penelitian ini adalah jika siswa mendapatkan nilai rata-
rata keseluruhan ≥ 75, maka penelitian dihentikan. Dilihat dari persentase
tingkat keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa
mengalami peningkatan mulai dari tes akhir siklus I kemudian tes akhir siklus
II.

C. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I dan
siklus II. Setiap siklus melalui beberapa tahap, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi. Pada siklus II, tahap-
tahap tersebut dilaksanakan dengan perbaikan dari pembelajaran siklus I.
Pada siklus I pertemuan 1 guru tidak membagi siswa dalam kelompok, tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kisah kejujuran nabi
Muhammad SAW, dan tidak mempersilakan siswa menutup buku. Sehingga

94
95

aktivitas yang dilakukan guru saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
metode talking stick terlaksanan 76,92%. Pada aktivitas siswa saat pembelajaran
dengan metode talking stick hanya 57,42% siswa yang mengikuti kegiatan talking
stick, hal ini dikarenakan ada beberapa aspek yang tidak dilakukan siswa, seperti
tidak mempelajari kembali materi yang disampaikan oleh bu guru, masih banyak
siswa yang tidak mengikuti kegiatan mengoper stick dengan benar, dan belum
semua siswa melakukan refleksi pembelajaran bersama dengan guru.
Aktivitas guru saat pembelajaran dengan metode talking stick pada pertemuan
2 mulai memperlihatkan peningkatan, hanya satu aspek yang tidak dilakukan guru
yaitu membagi siswa dalam kelompok. Begitu pula dengan aktivitas siswa yang
memperlihatkan peningkatan, walau masih ada beberapa aspek yang tidak
dilakukan siswa, seperti siswa tidak mempelajari kembali materi yang diberikan,
dan belum semua siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Kemudian pada pertemuan 3 aktivitas guru saat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan metode talking stick sudah terlaksana 100%. Aktivitas siswa
pertemuan ketiga juga semakin memperlihatkan adanya peningkatan, namun
masih terdapat aspek yang tidak dilakukan oleh semua siswa, seperti menjawab
pertanyaan bu guru, sehingga hanya 85,71% siswa yang mengikuti kegiatan
talking stick.
Pada siklus I peneliti melakukan penilaian keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa, dengan menilai beberapa aspek keterampilan
menceritakan kembali kisah yang didengar seperti aspek penguasaan topik/cerita,
kelancaran, pengucapan, pilihan kata, volume suara, dan penampilan. Setelah
dilakukan penilaian rata-rata perolehan nilai keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar siswa mencapai 65,22%. Pada siklus I terdapat beberapa
siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM 75, yaitu sebanyak 19 orang siswa.
Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM 75 rata-rata kurang dalam aspek
kelancaran dalam bercerita dan aspek pilihan kata.
Kemudian pada siklus II pertemuan 4 ativitas guru sudah berjalan sesuai
dengan langkah metode talking stick dan terlaksana 100%. Sedangkan pada
aktivitas siswa siklus II pertemuan 4 belum terlihat adanya peningkatan dari
pertemuan yang 3 karena belum semua siswa mau menjawab pertanyaan

95
96

pertanyaan yang disampaikan bu guru. Namun aktivitas siswa pada pertemuan 5


dan 6 mengalami peningkatan, aktivitas siswa saat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan metode talking Stick sudah terlaksana 100%. Sama halnya
dengan siklus I pada siklus II peneliti juga melakukan tes akhir siklus II
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar.
Hasil tes menceritakan kembali kisah yang didengar siswa kelas 2 Al-Ghazali
pada siklus I dan siklus II mencapai hasil yang memuaskan. Pada siklus I nilai
rata-rata siswa masuk kategori belum baik, pada siklus II terjadi peningkatan
dengan nilai yang mencapai batas ketuntasan yaitu skor rata-rata siswa 81 dan
masuk kategori baik. Pada siklus II ini, 2 siswa mendapat nilai sangat baik, 9
mendapat nilai baik, dan sisanya yaitu 19 siswa mendapat nilai cukup. Hasil
belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menceritakan
kembali kisah yang didengarnya. Peningkatan nilai pada siklus II juga diiringi
perubahan perilaku siswa dari negatif ke arah positif. Siswa yang kurang
konsentrasi menjadi lebih fokus, siswa yang asyik sendiri mulai mendengarkan
ketika bu guru bercerita di depan kelas. Percaya diri dan perbendaharaan kosa kata
siswa pun bertambah. Dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa pada siklus II
siswa lebih antusias dalam pembelajaran menceritakan kembali kisah yang
didengar dan keadaan kelas lebih kondusif. Hasil tes menceritakan kembali cerita
anak siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11
Hasil Tes Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar
Siklus I dan siklus II
Nilai Hasil Tes Keterampilan
Keterampilan Menceritakan Kembali
Menceritakan Kisah yang Didengar Peningkatan
Kembali Kisah
Siklus I Siklus II
yang Didengar
Terendah 40 76,7 36,7
Tertinggi 86,7 96,7 10
Rata-rata 65,22 81 15,78

96
97

Berdasarkan tabel data hasil tes keterampilan menceritakan kembali kisah


yang didengar dari siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa kemampuan
menceritakan kembali kisah yang didengar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar juga dapat
dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.5
Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah yang Didengar Siswa
Kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-SA’adah

Siklus I Siklus II

96.7
86.7
76.7 81
65.22

40

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai

Dengan memperhatikan hasil yang dicapai siswa dan perubahan perilaku


siswa yang mengalami peningkatan, serta tidak ditemukan kekurangan-
kekurangan pada siklus II ini, maka peneliti merasa cukup puas dengan dua siklus
dan tidak perlu mengadakan pengulangan tindakan pada pembelajaran di siklus
berikutnya.

97
98

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis penelitian, paparan data dan
serangkaian penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan metode
penelitian tidakan kelas, maka kesimpulan yang dapat diambil terhadap penelitian
yang dilakukan terhadap peningkatan keterampilan menceritakan kembali kisah
yang didengar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan
metode talking stick didapatkan hasil bahwa pada siklus I pertemuan pertama,
aktivitas guru terlaksana 76,92%, sedangkan aktivitas siswa terlaksana 57,42%.
Kemudian pada siklus II pertemuan ke enam, aktivitas guru dan aktivitas siswa
mengalami peningkatan, dimana aktivitas guru dan aktivias siswa terlaksana
100%. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa kelas 2 Al-Ghazali SDIT As-Sa’adah Kalisari,
Jakarta Timur dengan menerapkan metode talking stick dapat dikatakan berhasil.
Hasil penilaian keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa
pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 65,22 dimana siswa yang mencapai nilai
KKM 75 hanya 11 siswa. Pada siklus II hasil penilaian keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah
mencapai KKM 75 dan memperoleh rata-rata nilai 81, dengan demikian metode
talking stick dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
pendidikan agama Islam pada kompetensi keterampilan menceritakan kembali
kisah yang didengar siswa.

B. Implikasi
Penggunaan metode pembelajaran dengan talking stick dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
meningkatkan keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar. Hal ini
telah dibuktikan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas yang telah

98
98
99

dilakukan. Metode talking stick dapat meningkatkan hasil pembelajaran


keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa.
Pembelajaran dengan metode talking stick dapat dijadikan sebagai bahan
acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya dari sudut permasalahan yang
berbeda. Selain itu dapat diimplementasikan sebagai bahan kajian pendekatan
pembelajaran bagi guru untuk diterapkan di SDIT As-Sa’adah sebagai alternatif
model pembelajaran keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar
siswa.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti sampaikan
beberapa implikasi sebagai berikut: bagi siswa, pembelajaran model kerjasama
dengan metode talking stick ternyata mampu meningkatkan kemampuan
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar. Oleh karena itu, dalam
upaya meningkatan kualitas pembelajaran pada mata pembelajaran Pendidikan
Agama Islam metode ini dapat menjadi pendekatan yang dapat terus
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru, pembelajaran dengan
metode talking stick dalam kegiatan menceritakan kembali kisah yang didengar,
dapat dijadikan alternatif pilihan pembelajaran dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa meningkatkan keterampilan menceritakan kembali kisah yang
didengar. Bagi sekolah, agar pelaksanaan kegiatan siswa dalam pembelajaran
menceritakan kembali kisah yang didengar dapat dilakukan dengan baik dan
mandiri perlu ditunjang dengan sumber-sumber belajar lainnya yang dapat
dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pihak sekolah
diharapkan pro aktif memfasilitasi segala kebutuhan guru dan siswa dalam upaya
meningkatkan mutu layanan pendidikan. Dan bagi peneliti sendiri agar lebih giat
lagi memberikan pembelajaran kepada para siswa dengan variasi model
pembelajaran lainnya yang tentunya sesuai dengan materi/konsep pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam khususnya dan begitu pula pada mata pelajaran lain
umumnya.

99
100

C. Saran
Dari kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas maka penulis
mengajukan beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Untuk siswa
a. Siswa hendaknya berperan serta aktif dalam setiap pembelajaran
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal
b. Siswa yang sudah memenuhi standar KKM keterampilan menceritakan
kembali kisah yang didengar, disarankan untuk membiasakan bercerita
lebih santai, tenang, dan tidak tegang. Hal ini bertujuan untuk
melancarkan kegiatan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa.
c. Siswa yang belum mencapai standar KKM, disarankan untuk lebih
membiasakan latihan bercerita dihadapan teman-teman, orang tua, dan
saudara. Serta lebih memfokuskan diri untuk mendengarkan ketika bu
guru atau orang lain sedang menceritakan kisah atau menginformasikan
sebuah berita.
2. Untuk Guru
a. Guru Pendidikan Agama Islam, disarankan untuk lebih kreatif pada
pembelajaran menceritakan kisah nabi atau kisah para sahabat nabi,
sebaiknya guru menjelaskan dan mempraktekkan penggunaan permainan
kreatif secara lebih jelas dan mudah dimengerti siswa agar siswa tidak
mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung.
b. Guru diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran sendiri dan
menemukan metode-metode baru yang disesuaikan dengan kebutuhan
perkembangan anak didiknya dan untuk tujuan pendidikan.
c. Guru dapat menggunakan metode yang lebih kreatif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, terutama untuk meningkatkan minat, menambah
keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas serta meningkatkan hasil
keterampilan menceritakan kembali kisah yang didengar siswa lebih
maksimal.

100
DAFTAR PUSTAKA

‘Abdul Majid, ‘Abdul ‘Aziz. Mendidik Anak Lewat Cerita. Jakarta: Mustaqim,
Edisi Revisi 2, 2003.

Al Khalidy, Shalah. Kisah-kisah al-Qur'an: Pelajaran dari Orang-orang


Terdahulu. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Alek dan Achmad. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana,
Cet. I, 2011

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera


AntarNusa, 2013.

Anwar, Khaidir. Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press, 1990.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.

B. Uno, Hamzah, dan Satria Koni. Asesment Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, Cet. IV, 2014.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.

Daradjat, Zakiah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,


1996.

Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Darus Sunnah,
2007.

Depdikbud, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Depdikbud, 1997.

Dimyati, dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada


Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. Ke-2,
2014.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.

G. Arsjad, Maidar, dan Mukti U.S. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa


Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1993.

xv
Hamid, Moh. Sholeh. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press, Cet. IV, 2013.

Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, Cet. V, 2014.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Bab VIII Standar Sarana dan
Prasarana Pasal 31. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2015.

Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas¸


Jakarta: PT. Indeks, Edisi ke 2, 2012.

Lie, Anita. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, Cet. VII, 2014.

Mahfud, Rois. Al- Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011.

Mirajati, Desi. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dengan Tekhnik


Story Telling dalam Meningkatkan Kemampuan Menceritakan
Pengalaman Orang Lain Siswa Kelas III SDN 1 Karangrejo Selomerto
Wonosobo. Skripsi pada Program Sarjana Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2010.

Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.

Pateda, Dr. Mansoer. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa, 1994.

Pratitis, Gadies Farhana. Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Metode


Talking Stick pada Siswa Kelas II MI Pembangunan UIN Jakarta. Skripsi
pada Program Sarjana Pendidikan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pembelajaran.


Bandung: Remaja RosdaKarya, 2001.

Putri, Oktavia Abrianti. Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam


Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri
19 Malang. Skripsi pada Program Sarjana Pendidikan. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Rosyada, Dede, dkk. Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana, 2004.

xvi
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Setiawan, Didang. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: RMBOOKS, 2015.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, cet. xxii,
2011.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, Cet. X, 2013.

Suryana, Toto, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung:
Tiga Mutiara, 1997.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa, 2008.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, Ed. 3, 2005.

Undang-undang Republik Indonesia. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1. 24 November
2015, 12.40. (http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-
no-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional)

........... Bab IX Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39. 24 November 2015,
12.40. (http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-no-20-
tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional)

xvii
Lampiran 1
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-087
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/......../2015 Jakarta, 07 September 2015


Lamp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SDIT As-Sa’adah


di
Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama : VIRA ALIANTI


NIM : 1812011000064
Jurusan : PAI
Semester : VII (Tujuh)
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah
Keteladanan Nabi Muhammad SAW melalui Metode Talking
Stick di kelas 2 Al - Ghazali SDIT As-Sa’adah, Kalisari.
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instansi/sekolah/madrasah yang Saudara/i pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara/i dapat mengizinkan mahasiswa tersebut


melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

a.n. Dekan
Kajur/Kaprodi PAI

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag


NIP. 19580707 198703 1 005
Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
Lampiran 2
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
AS-SA’ADAH
Jl. Jaha No. 17 Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur
Telp. 87713796

Nomor : 045/SK/SDIT-AS/XII/2015 Jakarta, 28 Desember 2015


Hal : Surat Keterangan

Kepada Ykh.
Kajur/Kaprodi PAI
UIN Syarif Hidayatullah
di Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:

Nama : VIRA ALIANTI


NIM : 1812011000064
Jurusan : PAI
Semester : VII (Tujuh)
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah
Keteladanan Nabi Muhammad SAW melalui Metode Talking
Stick di kelas 2 Al - Ghazali SDIT As-Sa’adah, Kalisari.

adalah benar telah mengadakan penelitian (riset) di Sekolah Dasar Islam


Terpadu As-Sa’adah mulai tanggal 23 November 2015 s/d 18 Desember
2015.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Anita Kusumawati, S.Sos.I

Tembusan:
1. Direktur Pendidikan Yayasan Islam As-Sa’adah
Lampiran 3
WAWANCARA RESPONDEN GURU MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS 2
SDIT AS-SA’ADAH KALISARI JAKARTA TIMUR

Hari/Tanggal : Jum‟at, 28 Agusutus 2015


Responden : Ibu Iffah dan Ibu Sri Susilowati,
Guru Pendidikan Agama Islam Kelas 2
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui kendala atau permasalahan yang dialami
guru ketika mengajarkan materi pembelajaran pada
pelajaran Pendidikan Agama Islam, serta solusi-solusi yang
pernah diberikan untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi tersebut

Daftar Pertanyaan :
1. Apa saja yang dipersiapkan oleh ibu sebelum mengajar pelajaran Pendidikan
Agama Islam?
Jawaban : guru mempersiapkan prosem, RPPM, RPPH, materi pembelajaran,
modul, work sheet untuk mengetahui hasil belajar siswa tapi work
sheet bukanlah satu-satunya alat yang digunakan guru untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Terakhir yang kami siapkan adalah
media-media yang akan digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
2. Media-media apa saja yang biasanya digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : banyak, tergantung dengan materi yang akan disampaikan kepada
siswa.
Misalnya untuk materi menghafal surat-surat pendek biasanya
digunakan audio berupa murottal anak, kartu-kartu yang berisi
potongan-potongan ayat pada surat pendek yang diajarkan, film
animasi untuk mendukung materi kisah nabi, dan masih banyak
lagi yang lain.
3. Bagaimana reaksi siswa ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : pada umumnya siswa antusias ketika mengikuti pelajaran PAI.
4. Adakah kesulitan yang dihadapi siswa ketika mempelajari materi-materi yang
ada pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : pada umumnya siswa tidak terlalu mengalami banyak kendala
ketika mempelajari materi yang ada pada pelajaran PAI karena
siswa-siswi yang ada di sekolah ini berasal dari TK-TK yang
berbasis Islam terpadu, jadi mereka sudah terbiasa dengan
pelajaran seperti sholat, menghafal surat-surat pendek dan
menghafal hadits. Tapi tentunya tidak semua siswa dapat
melakukan hal tersebut, semua kembali kepada kemampuan dan
perkembangan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang
disampaikan.
5. Jika demikian, bagaimana hasil belajar siswa di sekolah ini untuk pelajaran
Pendidikan Agama Islam?
Jawaban : Alhamdulillah nilai yang diperoleh siswa-siswi kelas 2 untuk
materi-materi seperti sholat, menghafal surat-surat pendek,
menghafal hadits-hadits, rata-rata di atas KKM.
6. Bagaimana dengan materi kisah?
Jawaban : materi kisah di kelas 2 berupa kisah nabi Muhammad, nabi-nabi
yang menjadi rasul. Rata-rata anak tertarik untuk mendengarkan
kisah yang disampaikan bu guru, hanya saja ketika diminta untuk
menceritakan kembali kisah yang disampaikan guru di depan kelas,
biasanya anak mengalami kendala.
7. Kendala atau kesulitan apa yang dihadapi siswa ketika menceritakan kembali
kisah yang disampaikan guru?
Jawaban : biasanya mereka kesulitan untuk merangkai kata-kata, tidak
percaya diri, malu, konsentrasi yang kurang, banyak becanda ketika
guru bercerita yang pada akhirnya hal ini menyebabkan ketika
kami (guru PAI) meminta siswa untuk maju ke depan untuk
menceritakan kisah yang baru saja didengarnya siswa mengalami
kesulitan. Ada yang malu – tidak percaya diri, bicara terbata-bata,
kosa kata yang minim, bahkan ada yang maju ke depan tapi hanya
diam saja.
8. Solusi apa yang sudah bu guru lakukan untuk mengatasi hal ini?
Jawaban : selama ini selain ceramah dan anak mendengarkan langsung cerita
dari bu guru, biasanya guru memutarkan film, bermain peran,
bercerita dengan menggunakan boneka tangan, dan masih banyak
yang lain, tapi memang hal ini kami rasa belum mampu untuk
meningkatkan rasa percara diri anak ketika harus menceritakan
kembali kisah di depan kelas.
9. Apakah pembelajaran berkelompok (cooperative learning) pernah ibu
terapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi
kisah nabi?
Jawaban : kami hanya menerapkan metode diskusi dalam kelompok kecil,
lalu kami meminta perwakilan dari kelompok tampil ke depan
menyampaikan hasil diskusi. Anak yang maju biasanya yang berani
saja.
10. Apakah ibu pernah mendengar metode talking stick?
Jawaban : belum pernah

Jakarta, 28 Agustus 2015


Mengetahui,
Guru Pendidikan Agama Islam Kelas 2 Pewawancara

Kholifah, S.Pd Sri Susilowati, S.Pd Vira Alianti


Lampiran 4

Keadaan Tenaga Kependidikan SDIT As-Sa’adah


Tahun Pelajaran 2015-2016

No Nama Pendidikan Jabatan


Terakhir
1. Bambang Ismanto, S.Pd.I S.Pd.I Guru
2. Kun Sayyidah, S.Pd.I Guru
3. Rasih, S.Pd.I Guru
4. Siska Ferdiani, S.Pd.I Guru
5. Sudarto, S.Pd.I Guru
6. Suhartini, S.Pd.I Guru
7. M. Ambar, S.Pd Guru
8. Aulia Dewi, S.Pd S1 (S.Pd) Guru
9. Citra Pahlevi, S.Pd Guru
10. Dina Anggraini, S.Pd Guru
11. Erry Eko Nugroho, S.Pd Guru
12. Esti Agung Pertiwi, S.Pd Guru
13. Fikri Husnul W., S.Pd Guru
14. Hapsari Prayogi L., S.Pd Guru
15. Hendra Winata Kusuma, S.Pd Guru
16. Kholifah, S.Pd Guru
17. Muhammad Tsani P., S.Pd Guru
18. Nur Istiqomah, S.Pd Guru
19. Purwaningsing, S.Pd Guru
20. Sri Susilowati, S.Pd Guru
21. Yudha Purwantiningsing, S.Pd Guru
22. Ardi Haryadi, S.Pd Guru
23. Sholihat Zalzalati, S.Pd Guru
24. Siska Ferdiani, S.Pd Guru
25. Herlina Rachman, S.Pd Guru
26. Debby Sundari, S.Pd Guru
27. Achmad Firmansyah, S.S S1 Guru
28. Agus Setiawan, S.E (Sarjana dibidang Guru
29. Anri Desianti, S.E lainnnya) Guru
30. Intan Sari Chusnul K., S.Si Guru
31. Denny Abdurrahman, S.Si Guru
32. Nunuk Lestari, S.E Guru
33. Sri Hartati Catur P., S.Pt Guru
34. Zahroh Hayati, O.S.T Guru
35. Sintya Triyastuti, S1 Bahasa & Sastra Guru
36. Nafisatul Athiyah D3/D2 Guru
37. Mutaqillah Arsyad Guru
38. Didit Prasetyo Guru
39. Widi Ardiyanto Guru
40. Bulaningsing Guru
41. Kholifah Guru
42. Sri Hartatik
43. Hendry Cahyadi
44. Sirojuddin Madrasah Aliyah Guru
Lampiran 5

Keadaan Tenaga Non Kependidikan SDIT As-Sa’adah


Tahun Pelajaran 2015-2016

No Nama Pendidikan Jabatan


Terakhir
1. Eva Sari Febrianti, S.E S1 Admin Keuangan
2. Syifa Fauziah, S.E Admin Keuangan
3. Yuni Astuti, S.E Admin Keuangan
4. Yanti Haryatie, S.Pd Admin Kesiswaan
5. Sri. S., S.Ked Dokter UKS
6. Euis Siti Nurjanah, Amd D3 Pustakawati
7. Hilmansyah, Amd Pustakawan
8. Sudjini, Amd Petugas UKS
9. Suprijanti D1 Penjaga Kantin
10. M. Febriansyah SMA Satpam
11. M. Luthfi Satpam
12. Suprapto Petugas Kebersihan
13. M. Sholeh Petugas Kebersihan
14. Rizki Petugas Kebersihan
15. Wahyu Pranoto SMP Petugas Kebersihan
Lampiran 6

Keadaan Peserta Didik SDIT As-Sa’adah


Tahun Pelajaran 2015-2016

Jumlah Siswa
No Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. I 45 44 89
2. II 30 29 59
3. III 24 24 48
4. IV 35 34 69
5. V 32 23 55
6. VI 29 26 55
Total 195 180 375
Lampiran 7

Daftar Nilai Keterampilan Menceritakan Kembali Kisah


yang Didengar Siswa Pra Penelitian
Menghargai
Keaktifan Runtut Bicara
No Nama Pendapat Jml Nilai
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 A    11 92
2 B    8 67
3 C    8 67
4 D    7 58
5 E    7 58
6 F    8 67
7 G    8 67
8 H    5 42
9 I    6 50
10 J    6 50
11 K    5 42
12 L    6 50
13 M    7 58
14 N    6 50
15 O    4 33
16 P    5 42
17 Q    6 50
18 R    5 42
19 S    3 25
20 T    5 42
21 U    6 50
22 V    6 50
23 W    5 42
24 X    5 42
25 Y    9 75
26 Z    7 58
27 AA    5 42
28 BB    6 50
29 CC    9 75
30 DD    9 75
Jumlah Nilai 1611
Rata-rata Nilai 53,7
Keterangan Nilai :
a. Keaktifan (4=sangat aktif, 3=aktif, 2=cukup, 1=kurang)
b. Runtut Bicara (4=sangat runtut, 3=runtut, 2=cukup, 1=kurang)
c. Menghargai Pendapat (4=sangat baik, 3=baik, 2=cukup, 1=kurang)
Skor Maksimum 12
Nilai siswa = (nilai perolehan : 12) x 100
Lampiran 8

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek yang Diamati Ya Tidak


1. Guru memberi pijakan awal:
a. Menyediakan media (tongkat dan laptop) yang cukup
dan mendukung kegiatan
b. Menata kesempatan main untuk mendukung
hubungan sosial yang positif
2. Guru memberi pijakan kegiatan:
a. Membacakan kisah kejujuran nabi Muhammad SAW
b. Membicarakan media yang digunakan
c. Membicarakan prosedur dan tahapan kegiatan serta
aturan dalam melaksanakan kegiatan
3. Guru memberikan pijakan saat kegiatan:
a. Membacakan kisah tentang kejujuran nabi
Muhammad SAW
b. Membagi siswa dalam kelompok
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari kisah kejujuran nabi Muhammad SAW
d. Mempersilakan siswa untuk menutup buku
e. Mengambil tongkat yang telah dipersiapkan dan
memberikan kepada salah satu peserta didik
f. Memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang
menerima tongkat
4. Guru memberikan pijakan akhir:
a. Mendukung siswa untuk mengingat kembali kegiatan
yang telah dilakukan (refleksi materi)
b. Memberi penguatan kepada siswa tentang materi
yang dipelajari
Lampiran 9

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek yang Dinilai Ya Tidak


1. Siswa mendengarkan dengan seksama penjelasan
materi yang disampaikan guru
2. Siswa mempelajari materi yang disampaikan guru
3. Siswa mau menerima tongkat
4. Siswa yang menerima tongkat mau menjawab
pertanyaan yang diajukan guru
5. Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi
kegiatan
6. Siswa melakukan kegiatan dengan antusias
7. Siswa menyukai kegiatan yang dilaksanakan
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus I Pertemuan ke 1

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Rabu, 02 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

III. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Pada 12 Rabiul Awwal (12 April 571 M) tahun Gajah, Nabi Muhammad
saw dilahirkan di Mekkah. Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW
dipenuhi kejadian-kejadian luar biasa, dimulai dengan peristiwa padamnya
api di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan
pasukan bergajah dibawah pimpinan raja Abrahah (gubernur kerajaan
Nasrani Abbessinia yang memerintah di Yaman). Tujuannya adalah untuk
menghancurkan Ka‟bah. Pasukan Abrahah hancur binasa oleh pasukan
Ababil yang dikirim oleh Allah dengan senjata batu kerikil yang terbakar.

Ibu Nabi Muhammad SAW bernama Siti Aminah dan Ayah beliau bernama
Abdullah bin Abdul Muthalib, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang
mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS).

Abdul Muthalib, kakeknya menyambut kelahiran cucunya dengan riang


gembira, langsung dibawa thawaf mengelilingi Ka‟bah dan diberi nama
Muhammad. Muhammad disusui oleh Halimah As-Sa‟diyah dari Bani Sa‟ad
kabilah Hawazin hingga berusia 5 tahun. Selama dua tahun Muhammad
tinggal di sahara. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar
menyebabkannya cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk
dan pertumbuhan badannya.
Muhammad diserahkan kembali pada ibunya saat berusia 5 tahun. Lalu
beliau diajak ibunya pergi ke Madinah untuk diperkenalkan pada keluarga
neneknya Bani Najjar dan untuk menziarahi makam ayahnya. Dalam
perjalanan pulang dari Madinah, sang ibu Siti Aminah sakit lalu wafat di
Abwa‟ dan dimakamkan juga di sana, ketika itu beliau berusia 6 tahun.

Selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya sampai berumur 8 tahun. Setelah


kepergian sang kakek, Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Tholib.
Saat berusia 12 tahun, beliau ikut pamannya Abu Thalib menggembala
kambing disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan
dagangnya ke negeri Syam (Syiria, Libanon dan Palestina). Pada waktu itu
sang paman dan beliau bertemu dengan seorang pendeta nasrani alim
bernama Buhaira. Pendeta itu mengetahui tanda-tanda kenabian atas diri
Nabi Muhammad SAW melalui kitab Taurat dan Injil. Ia berpesan pada Abu
Thalib agar benar-benar melindungi beliau dan segera mengajaknya kembali
pulang, karena khawatir terjadi sesuatu bila bertemu dengan orang Yahudi.

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang


yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula
dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Kejujuran
dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan
telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang
dagangan penduduk Mekkah.

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran


1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam.  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi
bantu berupa tulisan di yang dilakukan guru
kertas karton (tulisan yang
besar dan mudah dilihat
dibaca), dan menggunakan
slide (media proyektor)

2. Kegiatan inti ( + 75 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi 2 kelompok besar dengan kelompoknya  Perhatian
yang terdiri dari kelompok  Tanggap
ikhwan dan kelompok  Percaya
akhwat Diri
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Jujur
langkah pembelajaran penjelasan guru
dengan menggunakan
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah kelahiran Nabi
kelahiran Nabi Muhammad Muhammad SAW yang
SAW yang dibacakan dibacakan guru
5. Ice breaking “Tepuk Nabi 5. Siswa mengikuti
Muhammad” kegiatan ice breaking
6. Guru meminta siswa 6. Siswa bersama-sama
mendiskusikan kisah yang dalam teman 1
dibacakan kelompok membahas
tentang kisah kelahiran
Nabi Muhammad SAW
7. Guru meminta siswa untuk 7. Siswa mengikuti
menceritakan kembali kegiatan pembelajaran
kisah kejujuran Nabi dengan metode talking
Muhammad SAW dengan stick
metode talking stick
a. Guru memberikan
tongkat kepada salah
satu siswa
b. Sambil
memperdengarkan lagu
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
materi dan penyimpulan menyimpulkan proses diri
materi pembelajaran hari ini  Aktif
2. Guru menyampaikan Siswa mendengarkan  Religius
materi yang akan dibahas penjelasan yang
pada pertemuan selanjutnya disampaikan oleh guru
3. Guru menutup 2. Siswa membaca
pembelajaran dengan Alhamdulillah
mengajak siswa membaca
Alhamdulillah

IX. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”, Jakarta:
Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
kelahiran Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah
Aspek yang dinilai:
Kelancaran:
a. Tidak tersendat-sendat
b. Tidak terlalu cepat
c. Tidak berputar-putar
d. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 23 November 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus I Pertemuan ke 2

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Kamis, 03 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

III. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Seseorang yang mendengar kisah tentang anak muda yang sangat dipercaya
dengan adalah seorang wanita yang bernama Khadijah. Ia sering mengirim
barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi
Muhammad membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-
barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan akan
dibayar dua kali lipat, dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya
Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya. Beliau
menjalankan dagangan Khadijah ke Syam, ditemani oleh budak Khadijah
yang bernama Maisarah.

Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar


memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang
lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain
sebelumnya.

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi yang
bantu berupa tulisan di dilakukan guru
kertas karton, dan
menggunakan slide (media
proyektor)

2. Kegiatan inti ( + 75 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi 2 kelompok besar dengan kelompoknya  Perhatian
yang terdiri dari kelompok  Tanggap
ikhwan dan kelompok  Percaya
akhwat Diri
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Jujur
langkah pembelajaran penjelasan guru
dengan menggunakan
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah kejujuran Nabi
kejujuran Nabi Muhammad Muhammad SAW yang
SAW yang dibacakan dibacakan guru
5. Ice breaking “Lagu Nabi 5. Siswa mengikuti
Muhammad” kegiatan ice breaking
6. Guru meminta siswa 6. Siswa bersama-sama
mendiskusikan kisah Nabi dalam teman 1
Muhammad SAW bersama kelompok membahas
kelompoknya tentang kisah kejujuran
Nabi Muhammad SAW
7. Guru meminta siswa untuk 7. Siswa mengikuti
menceritakan kembali kegiatan pembelajaran
kisah kejujuran Nabi dengan metode talking
Muhammad SAW dengan stick
metode talking stick
a. Guru memberikan
tongkat kepada salah
satu siswa
b. Sambil
memperdengarkan lagu
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
materi dan penyimpulan menyimpulkan proses diri
materi pembelajaran hari ini  Aktif
2. Guru menyampaikan 2. Siswa mendengarkan  Religius
materi yang akan dibahas penjelasan yang
pada pertemuan selanjutnya disampaikan oleh guru
3. Guru menutup 3. Siswa membaca
pembelajaran dengan Alhamdulillah
mengajak siswa membaca
Alhamdulillah

IX. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”, Jakarta:
Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
kejujuran Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah

Aspek yang dinilai:


Kelancaran:
a. Tidak tersendat-sendat
b. Tidak terlalu cepat
c. Tidak berputar-putar
d. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 23 November 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus I Pertemuan ke 3

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Jum’at, 04 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

III. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Nabi Muhammad SAW terkenal jujur dalam setiap perkataan dan
perbuatannya. Dengan kejujurannya, beliau mendapat gelar al-Amīn, yaitu
orang yang terpercaya atau orang yang bisa dipercaya.

Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW memiliki sifat jujur. Beliau dikenal
sebagai pedagang yang jujur. Beliau pun tidak pernah mengurangi
timbangan ataupun takaran. Beliau juga tidak pernah memberikan janji-janji
yang berlebihan, apalagi bersumpah palsu. Adanya aib atau cacat pada
barang-barang tertentu dari dagangannya, diberitahukan kepada calon
pembelinya apa adanya tanpa ditutup-tutupi. Dengan kejujuran ini
konsumenpun puas karena mendapatkan barang seperti yang dilihat ketika
akan membeli. Baik dan buruknya, sehingga berapapun harga yang dibayar,
dibayar dengan standar yang jelas. Semua transaksi dilakukan atas dasar
sukarela, diiringi dengan ijab kabul.

Sejarah mencatat bahwa Muhammad adalah pedagang yang paling sukses


dalam masyarakat Quraisy waktu itu. Bagi kita yang hidup pada masa
sekarang yang bisa dipetik dari pengalaman Rasulullah adalah bahwa
pedagang yang jujur itu akan sangat beuntung, bukannya malah buntung.
Setelah menjadi Rasulullah SAW dan memimpin negara, baginda pun selalu
mengadakan inspeksi ke pasar-pasar, melihat perilaku pedagang,
mengingatkan mereka jika terjadi atau akan terjadi kecurangan. Aturan,
ancaman, dan janjipun dilontarkan. Contoh aturan yang dibuat adalah
adanya hak memilih. Sabda Rasulullah SAW, "Penjual dan pembeli
mempunyai hak pilih/menentukan (jadi membeli atau tidak, jadi menjual
atau tidak) selama mereka ditempat yang sama dan belum berpisah. (HR
Bukhari Muslim).

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran


1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi yang
bantu slide (media dilakukan guru
proyektor)
2. Kegiatan inti ( + 75 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi 2 kelompok besar dengan kelompoknya  Perhatian
yang terdiri dari kelompok  Tanggap
ikhwan dan kelompok  Percaya
akhwat Diri
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Jujur
langkah pembelajaran penjelasan guru
dengan menggunakan
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah kejujuran Nabi
kejujuran Nabi Muhammad Muhammad SAW yang
SAW yang dibacakan dibacakan guru
5. Ice breaking “Aku Anak 5. Siswa mengikuti
Jujur” kegiatan ice breaking
6. Guru meminta siswa untuk 6. Siswa bersama-sama
menceritakan kembali dalam teman 1
kisah kejujuran Nabi kelompok membahas
Muhammad SAW dengan tentang kisah kejujuran
metode talking stick Nabi Muhammad SAW
a. Guru memberikan 7. Siswa mengikuti
tongkat kepada salah kegiatan pembelajaran
satu siswa dengan metode talking
b. Sambil stick
memperdengarkan lagu
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan dan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
penyimpulan materi menyimpulkan proses diri
pembelajaran hari ini  Aktif
2. Guru menyampaikan 2. Siswa mendengarkan  Religius
materi yang akan dibahas penjelasan yang
pada pertemuan selanjutnya disampaikan oleh guru
3. Guru menutup 3. Siswa membaca
pembelajaran dengan Alhamdulillah
mengajak siswa membaca
Alhamdulillah
IX. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”, Jakarta:
Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
kejujuran Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah

Aspek yang dinilai:


Kelancaran:
1. Tidak tersendat-sendat
2. Tidak terlalu cepat
3. Tidak berputar-putar
4. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 23 November 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus II Pertemuan ke 4

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Senin, 14 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan
guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
III. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau sudah
dikenal sebagai orang yang sangat jujur, berlatarbelakang keluarga
terhormat dan memiliki kelebihan mampu meredam pertikaian antar suku.
Salah satu contoh paling populer tentang keberhasilan Nabi SAW
menyelesaikan sengketa di antara kaumnya sebelum Beliau dimusuhi karena
menyebarkan ajaran Islam adalah ketika terjadi peristiwa renovasi Ka‟bah.

Kala itu, masyarakat Makkah merenovasi Ka‟bah setelah musibah banjir


yang menenggelamkan kota, termasuk bangunan Ka‟bah. Kondisi ini
memanggil mengundang orang-orang Quraisy harus membangun Ka‟bah
kembali demi menjaga kehormatan dan kesucian situs peninggalan leluhur
mereka, Ibrahim AS yang tetap dijaga kelestariannya.
Ketika itu Nabi masih berusia 35 tahun dan aktif dalam proses renovasi
Ka‟bah dari awal hingga akhir. Pada awalnya mereka bersatu bahu
membahu membangun Ka‟bah. Permasalah muncul ketika pembangunan
memasuki tahap akhir, yaitu peletakan Hajar Aswad. Mereka berbeda
pendapat mengenai siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad sebagai
simbol peresmian renovasi dari Ka‟bah.

Dengan sikap kepemimpinan yang tegas, Muhammad mengajukan usul,


“Siapa pun yang besok pagi datang paling awal ke tempat pembangunan
(renovasi) maka dialah yang berhak atas kehormatan untuk meletakkan
Hajar Aswad.” Usulan tersebut disetujui oleh pemuka suku yang
berpartisipasi membangun Ka‟bah.

Keesokan harinya, ternyata yang datang paling pagi, paling awal adalah
Muhammad sendiri, maka Beliaulah yang berhak meletakkan hajar aswad
sebagai tanda peresmian Ka‟bah kembali. Namun rupanya Muhammad
bukanlah seorang yang egois. Ia kemudian membentangkan sorbannya
menaruh hajar aswad di atasnya dan mengajak beberapa tokoh lain untuk
turut serta meletakkan hajar aswad bersama-sama. Maka puaslah mereka
atas keputusan Muhammad tersebut.

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran


1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi yang
bantu berupa tulisan di dilakukan guru
kertas karton, dan
menggunakan slide (media
proyektor)

2. Kegiatan inti ( + 75 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi beberapa dengan kelompoknya  Perhatian
kelompok  Tanggap
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Percaya
langkah pembelajaran penjelasan guru Diri
dengan menggunakan  Jujur
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah keteladanan Nabi
keteladanan Nabi Muhammad SAW yang
Muhammad SAW yang dibacakan guru
dibacakan
5. Ice breaking “Tepuk Sifat 5. Siswa mengikuti
Rasul” kegiatan ice breaking
6. Guru meminta siswa untuk 6. Siswa bersama-sama
menceritakan kembali dalam teman 1
kisah keteladanan Nabi kelompok membahas
Muhammad SAW dengan tentang kisah
metode talking stick keteladanan Nabi
a. Guru memberikan Muhammad SAW
tongkat kepada salah 7. Siswa mengikuti
satu siswa kegiatan pembelajaran
b. Sambil dengan metode talking
memperdengarkan lagu stick
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan dan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
penyimpulan materi menyimpulkan proses diri
2. Guru menyampaikan pembelajaran hari ini  Aktif
materi yang akan dibahas  Religius
pada pertemuan selanjutnya 2. Siswa mendengarkan
3. Guru menutup penjelasan yang
pembelajaran dengan disampaikan oleh guru
mengajak siswa membaca 3. Siswa membaca
Alhamdulillah Alhamdulillah

IX. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru,
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”,
Jakarta: Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
keteladanan Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah

Aspek yang dinilai:


Kelancaran:
1. Tidak tersendat-sendat
2. Tidak terlalu cepat
3. Tidak berputar-putar
4. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 07 Desember 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus II Pertemuan ke 5

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Selasa, 15 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan
guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
III. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Ketika bulan Rajab tiba, seluruh umat Islam tentunya teringat akan
peristiwa Isra dan Mi‟rajnya Rasulullah. Yaitu, perjalanan Rasulullah dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dan
kembali dengan membawa „pesan‟ untuk menunaikan ¡alat lima waktu.

Seluruh orang Quraisy bahkan Abu Jahal, pembesar suku Quraisy sekali
pun sangat mengakui kejujuran Rasulullah. “Sesungguhnya kami tidak
mendustaimu, hanya saja kami mendustai ajaran yang kamu bawa.”
demikian komentar Abu Jahal akan kejujuran Rasulullah di hadapan suku
Quraisy.

Saat sedang bercanda, Rasulullah pun tetap konsisten berperilaku jujur.


Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmiżi, bahwa datang seorang
perempuan yang sudah lanjut usia menemui Rasulullah dan memohon agar
didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah menjawab, “Wahai ibu, sungguh
surga itu tidak akan dimasuki perempuan tua.” Kontan, perempuan tua itu
menangis. Kemudian Rasulullah berkata kembali, “Aku mendapat kabar
bahwa tidak akan masuk surga perempuan yang sudah tua, karena Allah
mengatakan, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-
bidadari) dengan langsung dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,
penuh cinta dan sebaya umurnya”. (Q.S. al-Waqi„ah /56: 35-37). Seketika
itu juga perempuan yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetahui
bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda.

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran


1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi yang
bantu berupa tulisan di dilakukan guru
kertas karton, dan
menggunakan slide (media
proyektor)
2. Kegiatan inti ( + 75 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi beberapa dengan kelompoknya  Perhatian
kelompok  Tanggap
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Percaya
langkah pembelajaran penjelasan guru Diri
dengan menggunakan  Jujur
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah keteladanan Nabi
keteladanan Nabi Muhammad SAW yang
Muhammad SAW yang dibacakan guru
dibacakan
5. Siswa mengikuti
5. Ice breaking “Tepuk Sifat
kegiatan ice breaking
Rasul”
6. Guru meminta siswa untuk
6. Siswa bersama-sama
menceritakan kembali
dalam teman 1
kisah keteladanan Nabi
kelompok membahas
Muhammad SAW dengan
tentang kisah
metode talking stick
keteladanan Nabi
a. Guru memberikan
Muhammad SAW
tongkat kepada salah
7. Siswa mengikuti
satu siswa
kegiatan pembelajaran
b. Sambil
dengan metode talking
memperdengarkan lagu
stick
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
materi dengan cara menyimpulkan proses diri
memberikan penguatan dan pembelajaran hari ini  Aktif
penyimpulan materi  Religius
2. Guru menyampaikan 2. Siswa mendengarkan
materi yang akan dibahas penjelasan yang
pada pertemuan selanjutnya disampaikan oleh guru
3. Guru menutup 3. Siswa membaca
pembelajaran dengan Alhamdulillah
mengajak siswa membaca
Alhamdulillah
IX. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru,
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”,
Jakarta: Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
keteladanan Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah

Aspek yang dinilai:


Kelancaran:
1. Tidak tersendat-sendat
2. Tidak terlalu cepat
3. Tidak berputar-putar
4. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 07 Desember 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 15
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PTK Siklus II Pertemuan ke 6

Tingkat Satuan Pendidikan : SDIT As-Sa’adah


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 2 (dua) / I (Ganjil)
Materi : Nabi Muhammad SAW Teladanku
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Tanggal : Rabu, 16 Desember 201501 Juni 2015

I. Kompentensi Inti
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan
guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memiliki sikap jujur sebagai implementasi dari pemahaman sifat
“shiddiq” Rasulullah SAW
3.12 Mengetahui kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
4.7.7 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW
III. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Siswa memiliki sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menceritakan kembali kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
2. Menyebutkan sikap jujur Nabi Muhammad SAW dengan benar
3. Menunjukkan sikap jujur dengan benar

V. Karakter
1. Religius 4. Aktif
2. Perhatian 5. Percaya diri
3. Tanggap 6. Jujur

VI. Materi Pembelajaran


Ibnu Mas‟ud adalah seorang anak kecil berjiwa kuat dan jujur. Ia dikenal
sebagai seorang penggembala kambing yang cekatan oleh tetangga-
tetangganya. Ratusan kambing ia tangani dan tidak satu pun luput dari
pengawasannya. Ia pula yang mengatur makan dan minum gembalaannya
tersebut dengan sangat telaten. Setiap hari ia selalu merawat kambing yang
bukan miliknya itu dengan penuh kasih sayang.

Pada suatu ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar r.a. lewat di sebuah
padang yang luas tempat Ibnu Mas‟ud menggembala kambingnya. Mereka
melihat kambing-kambing gembalaan Ibnu Mas‟ud yang gemuk dan sehat.
Merasa dahaga dan lelah terbersitlah dalam pikiran mereka berdua untuk
meminum susu kambing gembalaan tersebut.

Kemudian mereka berdua menghampiri Ibnu Mas‟ud yang terlihat sibuk


mengatur kambing-kambingnya. Ketika ditanya adakah kambing yang dapat
diperas susunya, Ibnu Mas‟ud mengiyakan. Namun sayangnya, Ibnu Mas‟ud
tidak bisa memberikan susu kambing gembalaannya itu kepada mereka.
Anak itu berkata, “Susu itu ada, tetapi sayang mereka bukan milikku.
Kambing-kambing ini hanyalah amanah dari orang lain yang dititipkan
kepadaku.”

Rasulullah SAW pun sangat bahagia dengan jawaban anak penggembala


tersebut. Padahal, saat itu Ibnu Mas‟ud belum memeluk Islam. Beliau salut
bahwa keteguhan prinsip pada dirinya dapat mencegahnya dari perbuatan
khianat atas kepercayaan yang diamanahkan kepadanya. Ibnu Mas‟ud selalu
jujur dalam mengemban amanahnya.

VII. Metode Pembelajaran


Cooperative Learning (model kerjasama) dengan metode talking stick

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran


1. Pendahuluan ( + 15 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab  Religius
salam  Perhatian
2. Guru menyapa dengan 2. Siswa menjawab  Tanggap
menanyakan apa kabar dan pertanyaan guru
perasaan peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan 3. Siswa mendengarkan
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa mendengarkan
kepada siswa motivasi yang
diberikan guru
5. Guru memanfatkan 5. Siswa mengikuti
media/alat peraga/alat kegiatan apersepsi yang
bantu berupa slide (media dilakukan guru
proyektor)
2. Kegiatan inti ( + 75 menit)
Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru membagi siswa 1. Siswa berkumpul  Aktif
menjadi beberapa dengan kelompoknya  Perhatian
kelompok  Tanggap
2. Guru menjelaskan langkah- 2. Siswa memperhatikan  Percaya
langkah pembelajaran penjelasan guru Diri
dengan menggunakan  Jujur
metode talking stick
3. Guru memberi kesempatan 3. Siswa menanyakan
kepada siswa untuk materi yang belum
bertanya tentang materi dimengerti
yang belum dimengerti
4. Guru meminta siswa 4. Siswa mendengarkan
mendengarkan kisah kisah keteladanan Nabi
keteladanan Nabi Muhammad SAW yang
Muhammad SAW yang dibacakan guru
dibacakan
5. Ice breaking “Lagu Kisah 5. Siswa mengikuti
Sang Rasul” kegiatan ice breaking
6. Guru meminta siswa untuk 6. Siswa bersama-sama
menceritakan kembali dalam teman 1
kisah keteladanan Nabi kelompok membahas
Muhammad SAW dengan tentang kisah
metode talking stick keteladanan Nabi
a. Guru memberikan Muhammad SAW
tongkat kepada salah 7. Siswa mengikuti
satu siswa kegiatan pembelajaran
b. Sambil dengan metode talking
memperdengarkan lagu stick
anak-anak guru
memerintahkan siswa
untuk mengoper
alihkan tongkat,
sehingga lagu
dihentikan
c. Ketika lagu berhenti
guru memerintahkan
siswa yang memegang
tongkat untuk
menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru
d. Guru mengulang
kegiatan beberapa kali
sehingga semua siswa
mendapat giliran

3. Kegiatan Penutup (+ 15 menit)


Nilai
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter
1. Guru memberi ulasan 1. Siswa bersama-sama  Percaya
materi dengan cara menyimpulkan proses diri
memberikan penguatan dan pembelajaran hari ini  Aktif
penyimpulan materi  Religius
2. Guru menyampaikan 2. Siswa mendengarkan
materi yang akan dibahas penjelasan yang
pada pertemuan selanjutnya disampaikan oleh guru
3. Guru menutup 3. Siswa membaca
pembelajaran dengan Alhamdulillah
mengajak siswa membaca
Alhamdulillah
IX. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat/media:
a. Komputer c. LCD
b. Speaker d. Tongkat berukuran  20cm
2. Sumber Belajar:
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti Untuk SD/MI Kelas 2: Buku Guru,
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
b. Tim Penyusun, Nabiku Idolaku “Nabi Muhammad SAW”,
Jakarta: Pustaka Lebah, 2014

X. Penilaian:

Indikator Teknik Penilaian dan Skor Bentuk


Pencapaian Skor Siswa Nilai Instrumen
Kompetensi
Menceritakan 1. Lancar Sekali, jika 90 Tes lisan
kembali kisah Siswa dapat
keteladanan Nabi menceritakan
Muhammad SAW kembali dengan
memenuhi 4 aspek
2. Lancar, Siswa dapat 85
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 3 aspek
3. Cukup Lancar, 80
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 2 aspek
4. Belum Lancar, jika 75
Siswa dapat
menceritakan
kembali dengan
memenuhi 1 aspek
5. Ulang, jika siswa 70
belum mampu
menceritakan
kembali kisah

Aspek yang dinilai:


Kelancaran:
1. Tidak tersendat-sendat
2. Tidak terlalu cepat
3. Tidak berputar-putar
4. Kalimat yang digunakan mudah dimengerti

Jakarta, 07 Desember 2015


Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam

(Sri Susilowati, S.Pd) (Vira Alianti)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SDIT As-Sa‟adah

(Anita Kusumawaty, S.Sos.I.)


Lampiran 16 Foto-foto Kegiatan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai