penelitian ini boleh berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, peneliti telah
Pabelan. Setelah itu peneliti mencari data alamat partisipan yang telah diberikan
Pabelan.
Wilayah kerja Puskesmas Pabelan terdiri dari 10 Desa. Akan tetapi Desa
yang menjadi tempat penelitian ada 4 Desa yaitu Desa Glawan, Desa Kauman
Lor, Desa Bejaten, dan Desa Padaan. Pemilihan partisipan pada keempat Desa ini
partisipan, tetapi peneliti kemudian mencari dan menemui kepala desa di balai
mencari alamat rumah partisipan. Setelah itu hari kedua peneliti berhasil
dan observasi.
Penelitian dilakukan selama bulan April 2016. Wawancara dan observasi
dilakukan pada setiap partisipan yang berbeda antara partisipan satu dan yang
lainnya. Hal tersebut dilakukan karena menyesuaikan situasi dan kesediaan waktu
dari partisipan.
Batas Wilayah
Kecamatan Suruh.
wawancara yang dilakukan pada ibu dari 4 pasien anak, secara umum
dan anaknya:
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
anak pertama berjenis kelamin laki laki. Dia mengalami batuk batuk dan
rumah yang berukuran sedang, memiliki dua kamar tidur dan satu ruang
kotor dan berdebu. Kira-kira selama 8 jam orang tua mendampingi An.A
dalam sehari, hal ini karena masih ada saudara lainnya dari An.A yang
masih kecil.
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
memiliki dua orang anak, yaitu An.Y, yang mana adalah anak kedua,
kelas lima SD, tidak menderita sakit dan mereka tinggal dalam satu
sehari.
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
sebagai petani dan memiliki dua orang anak yaitu seorang anak laki dan
seorang nya lagi anak perempuan, dari hasil perkawinannya dgn Tn.
B.anak laki lakinya itu ialah An.O, yaitu anaknya yang menderita
kedua orang tua sibuk ke ladang. Kira-kira selama 8 jam orang tua
Umur : 41 tahun
Agama : islam
Umur : 5 tahun
Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2010) untuk menganalisis data wawancara
lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Langkah pertama yang dilakukan adalah
beberapa kategori yang nantinya akan diambil temanya. Kategori dan tema
Dari hasil reduksi data yang dilakukan peneliti, maka dapat terlihat 3 tema
yang menjadi hal pokok dari hasil penelitian ini, yaitu : (1) karakteristik balita
(status gizi, status imunisasi), (2) sumber polutan (kebiasaan merokok, pemakaian
racun nyamuk, bahan bakar memasak), (3) kondisi lingkungan rumah (ventilasi,
1. Karakteristik Balita
bawah ini.
a. Status Gizi
Status Gizi.
Berdasarkan tabel di atas, status gizi Anak P1, P2 dan P4 berada pada
kategori baik. Sedangkan status gizi anak P3 berada pada kategori kurang,
b. Status Imunisasi
Status Imunisasi anak partisipan dalam penelitian ini sudah lengkap. Hal
“Sudah lengkap semua mas, anak saya sudah ikut imunisasi.” (P1)
“Pokoknya sudah lengkap semua mas, ada lima jenis, ada polio, BCG,
campak.” (P2)
2. Sumber Polutan
bawah ini.
a. Kebiasaan merokok
hal tersebut:
“Jika ayahnya merokok juga sering sambil gendong adek axel mas, yah pas
lagi ada tamu juga taulah namanya juga anak anak datang minta gendong
sama bapaknya.” (P1)
dan atau serabut kelapa yang dibakar untuk mengusir nyamuk. Berikut
“Sering makainya obat nyamuk bakar yang biasa dibeli di warung mas.” (P1)
“Saya pakai sabut kelapa, saya bakar nanti selang beberapa menit
nyamuknya lari.” (P3)
keluarga partisipan memakai racun nyamuk bakar dan atau serabut kelapa
bakar yaitu kayu bakar dalam rumah tangga untuk beberapa keperluan
tersebut:
“Kalau saya seringnya pakai kayu bakar mas, soalnya beli gas mahal
mas,lebih murah pakai kayu juga mas, untuk biaya hidup saja susah juga
mas.” (P1)
“Masaknya pakai gas mas, kalau untuk masak air minum saya masak pakai
kayu bakar mas, tapi tempatnya di belakang rumah mas.” (P2)
partisipan masih menggunakan bahan bakar yaitu kayu bakar dalam rumah
a. Ventilasi
“Belum ada jendela mas di kamar, jendela cuma di ruangan tamu saja.” (P1)
“Belum dibuat jendelanya mas, sementara masih tertutup, nanti baru dibobol
terus dibuatkan jendela.” (P3)
b. Kepadatan penghuni
“Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah ada enam orang mas, itu
sama keponakannya juga kan tinggal bersama dalam rumah ini mas.” (P1)
“Jumlah anggota keluarga ada empat yaitu anak dua sama bapak ibu.” (P2)
“Ada empat orang mas, anak dua sama bapak ibu.” (P3)
“Ada lima orang mas, anak sama bapak ibu dan kakek nenek.” (P4)
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa kepadatan
partisipan:
“Kalau kamar tidur selalu terbuka, kalau ruang tamu jendela kadang
kadang saja mas baru dibuka.” (P1)
“Ya mas kamar tidur selalu terbuka, maklum mas keadaannya masih
kayak gini, sebenarnya belum layak huni.” (P2)
“Ya kamar tidur selalu terbuka mas soalnya pintunya aja belum ada
mas, apalagi jendelanya juga belum ada juga.” (P3)
tidur partisipan tidak berpintu dan selalu terbuka, hal tersebut berpotensi
4.4. Pembahasan
1. Karakteristik Balita
a. Status Gizi
Hasil penelitian ini menemukan bahwa status gizi anak P1, P2 dan P4
tidak mengalami gizi kurang. Sedangkan status gizi anak P3 berada pada
menggunakan berat badan menurut umur (BB/U). Anak balita dengan status
dengan balita dengan status gizi baik (Nuryanto, 2012). Menurut Nuryanto
yang dialami oleh golongan masyarakat rawan gizi. Status gizi balita
dipengaruhi oleh pola asuh anak yang tidak memadai, karena kurangnya
keadaan gizi buruk dan gizi kurang (malnutrisi) lebih mudah terkena infeksi
dibandingkan dengan balita dengan gizi baik, hal ini disebabkan kurangnya
b. Status Imunisasi
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
2. Sumber Polutan
a. Kebiasaan Merokok
pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan
Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah,
pada balita, dimana balita yang terpapar asap rokok berisiko lebih besar
untuk terkena ISPA dibanding balita yang tidak terpapar asap rokok
dari dalam rumah tetapi di sisi lain asap obat nyamuk dapat menjadi sumber
obat nyamuk dan dampak ditimbulkan lebih besar dari pada orang dewasa
(Dahniar, 2011).
menggunakan bahan bakar kayu api dimana bahan bakar tersebut mudah
yang berada bersama partisipan tersebut sering terpapar asap yang juga
akan memudahkan timbulnya ISPA pada balita. Bahan bakar kayu api yang
akibat iritasi oleh bahan pencemar (Asriati, 2014). Produksi lendir akan
meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan
Kesulitan bernapas akibat benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
terjadinya infeksi saluran pernapasan (Asriati, 2014). Hal ini dapat terjadi
pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah,
bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain
(Ningrum, 2014).
a. Ventilasi
bahwa prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur
udara di dalam rumah, akibatnya rumah akan menjadi pengap, rumah yang
b. Kepadatan Penghuni
Hasil penelitian ini mengidentifikasi kepadatan penghuni rumah
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di
rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang
luas lantai seluruh ruangan rumah dengan jumlah penghuni kecil lebih dari
10m2/orang, sedangkan ukuran yang dipakai untuk luas lantai ruang tidur
penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang
karena tidak berpintu. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi suhu dan
produk kayu pres, seperti papan partikel, kayu lapis, dan papan serat; lem
dan perekat; pelapis produk kertas; dan bahan isolasi tertentu. Kualitas
(Fahimah, 2014).
(Gunarni, Supriyono & Mujiono, 2012). Suhu udara sangat tergantung pada
musim. Suh u udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rumah menjadi
memungkinkan untuk tikus dan kecoa membawa bakteri dan virus yang
dalam rumah (Krieger dan Higgins, dalam Gunarni, Supriyono & Mujiono,
2012)
Selain itu, manfaat penelitian ini hanya peneliti diskusikan dengan orang
tua dari anak yang merupakan partisipan dari penelitian ini dan tidak mencakup
pada orang tua anak lainnya di wilayah kerja Puskesmas Pabelan. Perlu diteliti
lebih dalam lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan kejadian penyakit pneumonia
pada balita, variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini, yaitu: usia, jenis kelamin