PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
tanpa kesehatan yang baik,maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari -hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan
merupakan suatu hal yang sangat berharga yang harus dipelihara dan ditingkatkan
melalui suatu upaya kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan mencapai
kehidupan sehat bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan
nasional.
Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian,
keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2008 dan Organisasi Dokter
Keluarga Sedunia atau WONCA menekankan pentingnya peranan dokter keluarga
dalam mencapai pemerataan pelayanan kesehatan.
Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga secara holistik
tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu di
antaranya yang dipandang mempunyai peranan amat penting adalah melakukan
kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah (home
care) terhadap keluarga yang membutuhkan. Family Oriented Medical Education
( FOME ) merupakan ialah suatu serangkaian acara kegiatan yang dilakukan
mahasiswa kedokteran untuk mengasah kemampuan di dalam masyarakat nantinya,
terutama di dalam keluarga. Fome ini dilakukan sebagai upaya umtuk melakukan
proses identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga.
Mengingat pentingnya peran dokter keluarga dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dalam lingkup komunitas, maka perlu suatu tindakan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan untuk menerapkan prinsip kedokteran keluarga. Salah satunya
yaitu dalam kegiatan Family Oriented Medical Education (FOME) yang dilakukan
oleh mahasiswa kedokteran Universitas Lampung kepada masyarakat yang tinggal
didaerah Kota Karang bekerjasama dengan Puskesmas Induk Kota Karang. Kegiatan
ini meliputi kegiatan kunjungan rumah (Home Visit) untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan masyarakat yang terdapat dalam keluarga An. Az melalui pendekatan
kedokteran keluarga antara lain dengan melakukan observasi terlebih dahulu.
Observasi yang dilakukan berupa pengenalan lebih dekat tentang identitas
keluarga, keadaan rumah, keadaan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, gaya
hidup keluarga, dan lingkungan hidup keluarga. Tujuan observasi ini adalah untuk
mengetahui masalah kesehatan dalam keluarga tersebut dengan menghubungkan
faktor-faktor yang menyebabkannya sehingga mempermudah dalam menentukan
prioritas masalah kesehatan yang akan diatasi. Setelah ditemukan masalah dalam
keluarga tersebut yakni Tn. R dengan hipertensi, sudah minum obat dengan teratur
sehingga tidak dilakukan intervensi, sedangkan Ny. H dengan anak anaknya
mengalami rhinitis alergi tetapi belum terkontrol sehingga menjadi target intervensi.
BAB 2
HASIL KEGIATAN
Keterangan :
= Pasien An.P
= Perempuan
= Laki-laki
= Hubungan Perkawinan
= Hubungan Keturunan
= Tinggal serumah
2.1.3. Data Status Kesehatan Keluarga
Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga
binaan (tanggal 28 Mei 2017)
Anggota Keluhan yang Sering Keteranga
Usia Status Gizi TD
Keluarga dirasakan n
Tn. F. 35 th Sesak berbunyi Baik 120/80
Ny. T. 29 th - Baik 110/70
An. S. 20 th Bersin-bersin Baik -
An. P. 5 th Bersin-bersin Baik -
An. Y. 1 th Sesak berbunyi. Baik -
2.2. Data Pelayanan Pasien dalam Keluarga Binaan
a. Anamnesis
Keluhan utama:
Hidung tersumbat
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien datang ke poli anak puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat, batuk
pilek dan bersin sesak 3 hari yang lalu. Keluhan memberat saat pagi hari atau saat
pasien terkena kipas angin. Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 hari yang lalu,
dahak (-), pilek (-), dengan ingus encer putih. Keluhan demam disangkal oleh ibu
pasien. Sesak yang dialami terutama muncul ketika cuaca sedang dingin.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah biasa mengalami keluhan serupa saat menginjak usia 2 tahun.
Menurut pengakuan Ibu pasien, sesak biasanya timbul terutama saat cuaca dingin
dan saat pasien terpapar debu. Sesak nafas pasien diakui membaik setelah mendapat
obat dengan uap di IGD Puskesmas.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien mengaku memiliki keluhan serupa seperti os dan sering
mendapatkan pengobatan di Puskesmas. Kakak pertama dan kedua pasien tidak
pernah mengalami keluhan serupa, namun seringkali kakak pasien mengalami bersin
terus menerus apabila cuaca sedang dingin atau tempat yang berdebu.
Riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya sering berobat ke poli anak Puskesmas dengan keluhan
yang sama. Selama sekitar 1 tahun terakhir keluhan pasien hampir selalu sama saat
datang ke puskesmas dan disertai pilek. Di puskesmas pasien diberikan pengobatan
untuk rhinitisnya diberikan terapi ctm (3x1/4).
Riwayat Alergi
Menurut pengakuan orang tuanya, pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan ataupun obat-obatan, akan tetapi sesaknya sering kambuh saat saat cuaca
dingin atau bila terpapar debu.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien hamil selama 9 bulan dan ini merupakan kehamilan yang ke-3.
Selama kehamilan, ibu pasien tidak mengalami perdarahan maupun penyakit lainnya.
ANC dilakukan sebanyak 4 kali di Posyandu dan Bidan. Konsumsi obat-obatan
maupun jamu selama hamil disangkal. Pasien lahir normal, langsung menangis,
ditolong oleh Bidan di Praktek Bidan dengan berat lahir 2900 gram dan panjang
badan 48 cm. Riwayat biru (-), Riwayat kuning (-).
Riwayat Nutrisi dan Imunisasi
Pasien sudah mulai diberikan PASI berupa bubur, pisang, ataupun nasi. Pasien
juga masih diberikan ASI. Pemberian susu formula disangkal. Pasien sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap, dan sampai saat ini tetap rutin ikut dalam
kegiatan Posyandu.
Perkembangan dan Kepandaian
Pasien sudah mulai bisa menyuap makanan sendiri, sudah bisa berbicara
kalimat pendek, dan pasien sudah bisa berlari dan menaiki tangga.
b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum & tanda-tanda vital :
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Nadi : 106x/mnt
RR : 36 x/menit
Tax : 36,80 C
Status Generalis
Kepala : kesan normal, bentuk dan ukuran normal, deformitas (-)
Rambut : hitam, merata
Mata : Bentuk: normal, Alis: normal, Bola mata: exopthalmus (-/-),
anopthalmus (-/-), nystagmus (-/-), strabismus (-/-), Palpebra:
edema (-/-), ptosis (-/-), Konjungtiva : anemia (-/-), Sklera: ikterus
(-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (+/-), Pupil : bulat,
isokor, refleks cahaya (+/+), Lensa: tampak jernih, katarak (-/-).
Telinga : kesan normal, bentuk dan fungsi normal,serumen (-)
Hidung : kesan normal, bentuk dan fungsi normal,sekret (+/+) bening
Bibir : Bentuk: simetris, Bibir: sianosis (-), edema (-), stomatitis (-), Gigi:
dbn, Gusi: hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), Mukosa:
normal, Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), Faring: hiperemia
(-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks-Cardiovasculer
Paru:
Inspeksi : Bentuk simetris, Pergerakan simetris
Iga dan sela iga: retraksi subcostae(+/+), penggunaan otot bantu intercostal (-),
Pelebaran sela iga (–)
Pernafasan : frekuensi 36 x/menit, tarikan panjang dan dalam
Palpasi : Pergerakan simetris. Fremitus raba dan vokal simetris, nyeri (–)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru, Nyeri ketok (–)
Auskultasi : bronkovesikuler +/+. rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : IC pada ICS 5 MCLS 2,5 cm ke medial
Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS 5 midclavicula line sinistra
Perkusi : dbn
Auskultasi : S1, S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen-Pelvic-Inguinal
Inspeksi :distensi (-), kulit hiperemis (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi :supel (+), defans muscular (-)
Turgor : normal
Tonus : normal
Nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Perkusi : suara timpani
Perkusi :timpani (+)
Ekstremitas superior dan inferior:
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, kulit kering, edema (-/-), sianosis (-/-)
Diagnosis kerja
Rhinitis Alergi
Terapi
Farmakologis
ctm (3x1/4)
Non farmakologis (KIE) :
Mencari pertolongan segera ke pelayanan kesehatan apabila timbul keluhan
sesak napas
Menganjurkan agar tidak terpapar debu maupun asap secara berlebih
(menghindari daerah banyak asap) dan mengendalikan pasien agar tidak terpengaruh
cuaca dingin seperti mengenakan pakaian tebal apabila cuaca dingin.
BAB 3
ANALISIS MASALAH
BIOLOGIS
Faktor genetik dari Ibu atau
Ayah pasien
LINGKUNGAN
2. Aspek klinik
Rhinitis Evaluasi: Pasien dan 1 - Perbaikan
- Pemantauan ayah minggu kondisi klinis pasien
kondisi klinis pasien pasien - Melakukan
- Pemantauan pola pencegahan
perilaku hidup keluarga mengenai terjadinya
pasien asma
Terapi: - Dilakukan
- Non kontrol kesehatan
Farmakologis: teratur
o Menganjurkan
keluarga pasien untuk
menjaga pasien agar
tidak terpapar pencetus
o Menyarankan
membersihkan rumah
tiap hari
Edukasi:
- Menjelaskan
tentang rhinitis , kontrol
terhadap keadaan
kesehatan pasien.
- Pentingnya terapi
non farmakologis
Rhinitis alergi Evaluasi: Pasien 2 - Dilakukan
- Pemantauan minggu kontrol factor resiko
pencegahan allergen rhinitis
dan factor pencetus - Pasien teratur
Terapi meminum obat
- cetirizine 2x1 - Pasien mulai
menjaga diri dari
Edukasi: alergen yang dapat
- Menjelaskan mencetus rhinitis
tentang hipertensi,
penyebab, faktor resiko,
tatalaksana pengobatan
serta komplikasi yang
terjadi bila penyakit
tidak dikontrol.
- Anjuran untuk
menghindari factor
resiko atau alergen
3. Aspek resiko
internal
Usia pasien Edukasi: Orang tua 1 hari - pasien
yang masih balita - Mengenai pasien mengerti bahwa usia
cenderung keadaan kesehatan pada pasien merupakan
mengalami usia tersebut usia dan aktivitas
penurunan pada - Aspek perilaku rentan terkena
daya tahan tubuh pasien serta aspek penyakit.
dan ketahanan fisik lingkungan memiliki
peranan penting
terhadap terjadinya
penyakit
4. Aspek psikososial
Kurangnya Edukasi: keluarga 1 hari - keluarga pasien
pengetahuan Mengenai asma dan pasien mengerti mengenai
mengenai asma dan rhinitis, faktor resiko asma dan rhinitis dan
rhinitis serta bahaya timbulnya, pencegahan menghilangkan
yang dapat terjadi serta tatalaksana dan anggapan bahwa
apabila tidak bahaya apabila tidak penyakit yang
tertangani tertangani diderita merupakan
penyakit yang tidak
perlu diobati
Kurangnya Edukasi: Keluarga 1 - Pasien dan
pengetahuan - Pentingnya pasien minggu keluarga pasien
kesadaran untuk kebersihan lingkungan dapat membiasakan
menerapkan pola diri menjaga
hidup sehat dengan kebersihan
menjaga kebersihan lingkungan
lingkungan
Kunjungan Kegiatan :
kedua - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
(22/7/18) - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Ayah pasien
- Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Kakak pasien
- Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
- Melakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor resiko
pencetus munculnya serangan asma pada pasien.
- Wawancara untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
munculnya masalah kesehatan di setiap anggota keluarga.
Hasil :
- Pasien sudah tidak mengeluhkan sesak lagi. Batuk dan pilek
juga sudah tidak dirasakan lagi.
- Ayah dan kakak pasien mengaku sudah berobat di Pustu dan
gejala serta keluhan sudah berkurang.
- Faktor resiko munculnya serangan asma pada pasien adalah:
cuaca yang dingin terutama pada malam hari, debu rumah tangga,
debu dari asap di sekitar rumah pasien ketika membakar sampah.
- Faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah
kesehatan pada anggota keluarga salah satunya karena PHBS yang
kurang
Intervensi :
- Edukasi tentang PHBS.
- Edukasi terhadap pasien dan Ayah pasien untuk menghindari
faktor pencetus.
Kunjungan Kegiatan :
ketiga - Mengevaluasi perbaikan klinis dari gejala penyakit pasien dan
(5/8/18) keluarganya.
- Mengamati PHBS pasien dan keluarganya.
Hasil :
- Keluhan batuk-pilek dan sesak pasien saat ini tidak dirasakan.
- Kakak pasien mengaku keluhan bersin dan pilek sudah tidak
dirasakan lagi.
- Ayah pasien mengaku keluhannya sudah membaik sejak
mengkonsumsi obat.
- PHBS pasien dan keluarganya masih kurang.
- Mengajarkan nasal toilet
Intervensi :
- Edukasi mengenai PHBS pada pasien dan keluarga
- Menyarankan Ibu pasien untuk tetap memperhatikan tanda-
tanda batuk-pilek dan sesak pada pasien
- Edukasi pasien dan keluarga untuk konsisten menghidari faktor
pencetus
BAB 5
KESIMPULAN