Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
tanpa kesehatan yang baik,maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari -hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan
merupakan suatu hal yang sangat berharga yang harus dipelihara dan ditingkatkan
melalui suatu upaya kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan mencapai
kehidupan sehat bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan
nasional.
Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian,
keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2008 dan Organisasi Dokter
Keluarga Sedunia atau WONCA menekankan pentingnya peranan dokter keluarga
dalam mencapai pemerataan pelayanan kesehatan.
Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga secara holistik
tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu di
antaranya yang dipandang mempunyai peranan amat penting adalah melakukan
kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah (home
care) terhadap keluarga yang membutuhkan. Family Oriented Medical Education
( FOME ) merupakan ialah suatu serangkaian acara kegiatan yang dilakukan
mahasiswa kedokteran untuk mengasah kemampuan di dalam masyarakat nantinya,
terutama di dalam keluarga. Fome ini dilakukan sebagai upaya umtuk melakukan
proses identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga.
Mengingat pentingnya peran dokter keluarga dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dalam lingkup komunitas, maka perlu suatu tindakan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan untuk menerapkan prinsip kedokteran keluarga. Salah satunya
yaitu dalam kegiatan Family Oriented Medical Education (FOME) yang dilakukan
oleh mahasiswa kedokteran Universitas Lampung kepada masyarakat yang tinggal
didaerah Kota Karang bekerjasama dengan Puskesmas Induk Kota Karang. Kegiatan
ini meliputi kegiatan kunjungan rumah (Home Visit) untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan masyarakat yang terdapat dalam keluarga An. Az melalui pendekatan
kedokteran keluarga antara lain dengan melakukan observasi terlebih dahulu.
Observasi yang dilakukan berupa pengenalan lebih dekat tentang identitas
keluarga, keadaan rumah, keadaan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, gaya
hidup keluarga, dan lingkungan hidup keluarga. Tujuan observasi ini adalah untuk
mengetahui masalah kesehatan dalam keluarga tersebut dengan menghubungkan
faktor-faktor yang menyebabkannya sehingga mempermudah dalam menentukan
prioritas masalah kesehatan yang akan diatasi. Setelah ditemukan masalah dalam
keluarga tersebut yakni Tn. R dengan hipertensi, sudah minum obat dengan teratur
sehingga tidak dilakukan intervensi, sedangkan Ny. H dengan anak anaknya
mengalami rhinitis alergi tetapi belum terkontrol sehingga menjadi target intervensi.
BAB 2
HASIL KEGIATAN

2.1. Kasus dalam Keluarga Binaan


2.1.1. Data Kasus Pasien Dalam Keluarga Binaan
Pasien Keterangan
Nama An. P Anak kedua
Umur/ tgl. 5 tahun / 3
Lahir Februari 2013
Alamat Desa Pande,
Tanah Pasir
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan TK
Pekerjaan TK
Kedatangan I Ini merupakan kedatangan yang pertama dalam
yang ke bulan ini untuk keluhan batuk dan pilek
dialaminya sejak semalam dan os biasa datang
ke Puskesmas apabila keluhannya memberat
Telah diobati Ya Rhinitis Alergi
sebelumnya
Alergi obat Tidak terdapat
riwayat alergi
Sistem BPJS
pembayaran
Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga An. P. Keluarga
An. P. merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri atas kedua orang tua
An. P. dan tiga orang anak termasuk An. P. Orang tua An. P adalah Tn. F. dan Ny. T,
sedangkan dua orang saudara An. P. adalah An. S, dan An. Y. An. P merupakan anak
kedua dalam keluarga. Dirumah, An. P tinggal ber-lima dengan kedua orang tua dan
dua orang kakaknya. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh
pada saat kunjungan pertama:
Tabel 1. Data identitas keluarga
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Tn. F Kepala Keluarga/Pasien
Umur 36 th
Alamat Ds. Pande, Tanah Pasir
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Montir
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Ny. T Istri
Umur 29 tahun
Alamat Ds. Pande, Tanah Pasir
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan IRT
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An. S Anak pertama
Umur 8 tahun
Alamat Ds. Pande, Tanah Pasir
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Belum menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An. Y Anak ke-dua
Umur 1 tahun
Alamat Ds. Pande, Tanah Pasir
Agama Islam
Pendidikan -
Pekerjaan -
Status -
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An.P Anak ke-tiga
Umur 5 tahun
Alamat Ds. Pande, Tanah Pasir
Agama Islam
Pendidikan TK
Pekerjaan Belum bekerja
Status Belum menikah
2.1.2 IKHTISAR KELUARGA
Keluarga Tn. F secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga / ikhtisar
keluarga sebagai berikut :

Keterangan :

= Pasien An.P

= Perempuan

= Laki-laki

= Hubungan Perkawinan

= Hubungan Keturunan

= Tinggal serumah
2.1.3. Data Status Kesehatan Keluarga
Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga
binaan (tanggal 28 Mei 2017)
Anggota Keluhan yang Sering Keteranga
Usia Status Gizi TD
Keluarga dirasakan n
Tn. F. 35 th Sesak berbunyi Baik 120/80
Ny. T. 29 th - Baik 110/70
An. S. 20 th Bersin-bersin Baik -
An. P. 5 th Bersin-bersin Baik -
An. Y. 1 th Sesak berbunyi. Baik -
2.2. Data Pelayanan Pasien dalam Keluarga Binaan
a. Anamnesis
Keluhan utama:
Hidung tersumbat
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien datang ke poli anak puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat, batuk
pilek dan bersin sesak 3 hari yang lalu. Keluhan memberat saat pagi hari atau saat
pasien terkena kipas angin. Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 hari yang lalu,
dahak (-), pilek (-), dengan ingus encer putih. Keluhan demam disangkal oleh ibu
pasien. Sesak yang dialami terutama muncul ketika cuaca sedang dingin.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah biasa mengalami keluhan serupa saat menginjak usia 2 tahun.
Menurut pengakuan Ibu pasien, sesak biasanya timbul terutama saat cuaca dingin
dan saat pasien terpapar debu. Sesak nafas pasien diakui membaik setelah mendapat
obat dengan uap di IGD Puskesmas.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien mengaku memiliki keluhan serupa seperti os dan sering
mendapatkan pengobatan di Puskesmas. Kakak pertama dan kedua pasien tidak
pernah mengalami keluhan serupa, namun seringkali kakak pasien mengalami bersin
terus menerus apabila cuaca sedang dingin atau tempat yang berdebu.
Riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya sering berobat ke poli anak Puskesmas dengan keluhan
yang sama. Selama sekitar 1 tahun terakhir keluhan pasien hampir selalu sama saat
datang ke puskesmas dan disertai pilek. Di puskesmas pasien diberikan pengobatan
untuk rhinitisnya diberikan terapi ctm (3x1/4).
Riwayat Alergi
Menurut pengakuan orang tuanya, pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan ataupun obat-obatan, akan tetapi sesaknya sering kambuh saat saat cuaca
dingin atau bila terpapar debu.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien hamil selama 9 bulan dan ini merupakan kehamilan yang ke-3.
Selama kehamilan, ibu pasien tidak mengalami perdarahan maupun penyakit lainnya.
ANC dilakukan sebanyak 4 kali di Posyandu dan Bidan. Konsumsi obat-obatan
maupun jamu selama hamil disangkal. Pasien lahir normal, langsung menangis,
ditolong oleh Bidan di Praktek Bidan dengan berat lahir 2900 gram dan panjang
badan 48 cm. Riwayat biru (-), Riwayat kuning (-).
Riwayat Nutrisi dan Imunisasi
Pasien sudah mulai diberikan PASI berupa bubur, pisang, ataupun nasi. Pasien
juga masih diberikan ASI. Pemberian susu formula disangkal. Pasien sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap, dan sampai saat ini tetap rutin ikut dalam
kegiatan Posyandu.
Perkembangan dan Kepandaian
Pasien sudah mulai bisa menyuap makanan sendiri, sudah bisa berbicara
kalimat pendek, dan pasien sudah bisa berlari dan menaiki tangga.
b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum & tanda-tanda vital :
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Nadi : 106x/mnt
RR : 36 x/menit
Tax : 36,80 C
Status Generalis
Kepala : kesan normal, bentuk dan ukuran normal, deformitas (-)
Rambut : hitam, merata
Mata : Bentuk: normal, Alis: normal, Bola mata: exopthalmus (-/-),
anopthalmus (-/-), nystagmus (-/-), strabismus (-/-), Palpebra:
edema (-/-), ptosis (-/-), Konjungtiva : anemia (-/-), Sklera: ikterus
(-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (+/-), Pupil : bulat,
isokor, refleks cahaya (+/+), Lensa: tampak jernih, katarak (-/-).
Telinga : kesan normal, bentuk dan fungsi normal,serumen (-)
Hidung : kesan normal, bentuk dan fungsi normal,sekret (+/+) bening
Bibir : Bentuk: simetris, Bibir: sianosis (-), edema (-), stomatitis (-), Gigi:
dbn, Gusi: hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), Mukosa:
normal, Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), Faring: hiperemia
(-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks-Cardiovasculer
Paru:
Inspeksi : Bentuk simetris, Pergerakan simetris
Iga dan sela iga: retraksi subcostae(+/+), penggunaan otot bantu intercostal (-),
Pelebaran sela iga (–)
Pernafasan : frekuensi 36 x/menit, tarikan panjang dan dalam
Palpasi : Pergerakan simetris. Fremitus raba dan vokal simetris, nyeri (–)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru, Nyeri ketok (–)
Auskultasi : bronkovesikuler +/+. rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : IC pada ICS 5 MCLS 2,5 cm ke medial
Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS 5 midclavicula line sinistra
Perkusi : dbn
Auskultasi : S1, S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen-Pelvic-Inguinal
Inspeksi :distensi (-), kulit hiperemis (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi :supel (+), defans muscular (-)
Turgor : normal
Tonus : normal
Nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Perkusi : suara timpani
Perkusi :timpani (+)
Ekstremitas superior dan inferior:
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, kulit kering, edema (-/-), sianosis (-/-)
Diagnosis kerja
Rhinitis Alergi
Terapi
Farmakologis
 ctm (3x1/4)
Non farmakologis (KIE) :
 Mencari pertolongan segera ke pelayanan kesehatan apabila timbul keluhan
sesak napas
 Menganjurkan agar tidak terpapar debu maupun asap secara berlebih
(menghindari daerah banyak asap) dan mengendalikan pasien agar tidak terpengaruh
cuaca dingin seperti mengenakan pakaian tebal apabila cuaca dingin.
BAB 3
ANALISIS MASALAH

3.1. Keadaan Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Keluarga An. P tinggal di Desa Pande, Kecamatan Tanah Pasir, Aceh Utara.
Tempat tinggalnya tersebut merupakan tempat tinggal sendiri. Lokasinya berada di
sebelah kiri jalan besar. Disana terdapat beberapa rumah kecil yang merupakan
tetangga Tn. F, dengan halaman yang cukup luas di depannya. Luas rumah kira-kira
27 m2 dan menghadap ke jalan. Bangunan rumah beratapkan genteng, seluruh
ruangan telah memiliki plavon yang terbuat dari tripleks, hamper seluruh ruangan
rumah telah berlantai keramik. Rumah berdinding tembok bata dan beton yang sudah
diplester dan di cat. Rumah ini terdiri atas empat buah ruangan. Bagian tengah rumah
berfungsi sebagai ruang tamu. Satu ruangan berfungsi sebagai kamar tidur, dapur dan
ruang keluarga. Pasien dan anggota keluarga lainnya tidur di kasur spring bed dan
kapuk. Berbagai perabotan rumah tangga mengisi masing-masing ruangan. Masing-
masing ruangan memiliki empat buah ventilasi, kecuali kamar dan kamar mandi.
Menurut pengakuan Ayah pasien, pencahayaan untuk beberapa ruangan memang
tidak mencukupi, ruangan tersebut tetap terlihat gelap dan udara diruangan itu tidak
bersirkulasi dengan baik, serta adanya debu disekitar rumah yang tidak disemen.
Pasien mempunyai satu buah dapur yang biasanya digunakan untuk memasak
dengan kompor gas. Ruangan yang digunakan sebagai dapur ini mempunyai dua
buah ventilasi. Dalam ruangan dapur ini juga terdapat sebuah sumur pribadi yang
tidak digunakan. Rumah pasien telah dilengkapi dengan MCK, jadi sehari-hari
pasien dan keluarga mandi di rumah. Sumber air untuk keperluan rumah tanga
sehari-hari diperoleh dari air PDAM. Keluarga pasien selalu memasak air tersebut
untuk keperluan konsumsi air minum. Rumah keluarga pasien memiliki halaman
yang cukup luas yang ditumbuhi pepohonan, dan tidak memiliki binatang peliharaan
apapun. Bagian belakang rumah tidak berbatasan langsung dengan rumah tetangga.
Keluarga pasien membuang sampah di sebuah lubang di halaman yang khusus digali
untuk dijadikan tempat sampah sebelum nantinya dibakar.
Pasien merupakan keluarga dengan status ekonomi cukup, dengan ayah yang
bekerja sebagai montir dan ibu pasien IRT, penghasilan kurang lebih Rp.3.000.000-
4.000.000/bulan. Penghasilan ini dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga.
3.2. Keadaan Budaya
Keluarga ini masih kental menganut kultur yang Islami dan budaya Aceh.
Salah satu diantaranya ialah mendahulukan ayah saat makan karena dalam
kepercayaan mereka, ayah bukan saja seorang kepala keluarga melainkan juga orang
yang selalu harus didahulukan. Untuk kasus yang berkaitan dengan kesehatan,
keluarga ini biasanya berobat ke Puskesmas.
3.3 Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama (18
Juni 2018) terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah kesehatan dalam keluarga An. P. tersebut beserta dengan
kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Anggota Kemungkinan Penyebab
No Masalah Kesehatan Keterangan
Keluarga Masalah Kesehatan
1 Tn. F.  Sesak berulang  Genetik yang diturunkan Masalah
dan berbunyi dari Ayah Tn. F. kesehatan
 Pilek.  Kurangnya ventilasi di diketahui saat
. dalam rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah
menyebabkan rumah menjadi pasien.
lembab.
 Kondisi kamar yang
berdebu.
 Lingkungan kerja yang
kontak dengan debu.
2 Ny. T.  Bersin-bersin  Genetik yang diturunkan Masalah
 Pilek. dari orang tua (Ayah) kesehatan
 Kurangnya ventilasi di diketahui saat
dalam rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah
menyebabkan rumah menjadi pasien.
lembab.
 Kondisi kamar yang
pengap dan berdebu.
3 An. S.  Bersin-bersin  Genetik yang diturunkan Masalah
 Pilek. dari orang tua (Ayah) kesehatan
 Kurangnya ventilasi di diketahui saat
dalam rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah
menyebabkan rumah menjadi pasien.
lembab.
 Kondisi kamar yang
pengap dan berdebu.
 Lingkungan sekolah yang
kontak dengan debu.
4 An. Y.  Bersin-bersin  Genetik yang diturunkan Masalah
 Batuk. dari orang tua (Ayah). kesehatan
 Kurangnya ventilasi di diketahui saat
dalam rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah
menyebabkan rumah menjadi pasien.
lembab.
 Kondisi kamar yang
pengap dan berdebu.
 Lingkungan sekolah yang
kontak dengan debu.

5 An. P.  Bersin-bersin  Genetik yang diturunkan Masalah


dari orang tua kesehatan
 Pilek.  Kurangnya ventilasi di diketahui saat
dalam rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah
menyebabkan rumah menjadi pasien.
lembab.
 Kondisi kamar yang
pengap dan berdebu.
Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh anggota keluarga An. P. tersebut di atas terkait dengan determinan
kesehatan yang ada yaitu aspek biologis, lingkungan, aspek perilaku/gaya hidup, dan
aspek pelayanan kesehatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tn. F: Asma bronkiale.
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang ada terutama
disebabkan oleh aspek biologis yaitu faktor genetik, dan aspek lingkungan.
2. An. S.: Rhinitis alergi.
Berdasarkan detreminan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama
disebabkan oleh aspek biologis yaitu faktor genetik, aspek prilaku dan aspek
lingkungan.
3. An. Y: Rhinitis alergi.
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama
disebabkan oleh aspek prilaku dan aspek lingkungan.
4. An. P: Rhinitis alergi.
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama
disebabkan oleh aspek prilaku dan aspek lingkungan.
3.4. Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan
Anggota
No Masalah Kesehatan Rencana Upaya Intervensi Ket
Keluarga
1 Tn. F.  Asma  Konseling tentang PHBS.
bronkiale.  Menyarankan pasien untuk
menghindari alergen yang memicu
timbulnya sesak.
 Menyarankan pasien untuk rutin
berobat ke Puskesmas untuk mengurangi
keluhan.
 Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan sesak.
2 Ny. T.  Rhinitis alergi  Konseling tentang PHBS.
 Menyarankan pasien untuk
menghindari alergen yang memicu
timbulnya bersin.
 Menyarankan pasien untuk rutin
berobat ke Puskesmas untuk mengurangi
keluhan.
 Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan bersin-bersin.
3 An. S.  Rhinitis alergi  Konseling tentang PHBS.
 Menyarankan pasien untuk
menghindari alergen yang memicu
timbulnya bersin.
 Menyarankan pasien untuk rutin
berobat ke Puskesmas untuk mengurangi
keluhan.
 Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan bersin-bersin.
4 An. Y.  Rhinitis alergi.  Konseling tentang PHBS.
 Menyarankan pasien untuk
menghindari alergen yang memicu
timbulnya bersin.
 Menyarankan pasien untuk rutin
berobat ke Puskesmas untuk mengurangi
keluhan.
 Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan bersin-bersin.
5 An. P.  Rhinitis alergi  Konseling tentang PHBS.
 Menyarankan pasien untuk
menghindari alergen yang memicu
timbulnya bersin.
 Menyarankan pasien untuk rutin
berobat ke Puskesmas untuk mengurangi
keluhan.
 Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan bersin-bersin.
3.5 Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Keluarga
Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga An. P. bila terdapat
anggota keluarga yang mengalami sakit adalah mencari pengobatan ke layanan
kesehatan terdekat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah pasien. Untuk
mencegah munculnya keluhan pada An. P, dan keluarganya langsung menuju
Puskesmas untuk berobat saat pasien mengalami batuk-pilek dan biasanya pasien
akan di uap di IGD. Ayah pasien sendiri memiliki persediaan obat dirumah yang
diperolehnya dari puskesmas untuk mencegah munculnya sesak napas. Obat ini di
konsumsi saat Ayah pasien merasakan sesaknya akan kambuh. Sementara itu, An. P,
An. S dan An. Y. memiliki persediaan anti histamin di rumahnya jika merasakan
adanya gejala bersin-bersin yang dirasakan berat sebagai pengobatan awal. An. P,
An. S dan An. Y tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas. Anggota keluarga
lainnya biasanya akan langsung dibawa ke Puskesmas apabila ada masalah
kesehatan.
BAB 4
PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

4.1. Kerangka Konsep Masalah Pasien

BIOLOGIS
Faktor genetik dari Ibu atau
Ayah pasien
LINGKUNGAN

PERILAKU Alergen di dalam


dan di luar rumah.
Kurangnya
kesadaran menjaga Sering terpapar
kebersihan rumah RHINITIS polusi udara
dan lingkungan ALERGIKA
Perubahan cuaca
Sering bermain di
tempat berdebu Ventilasi dan
pencahayaan rumah
yang kurang
PELAYANAN
KESEHATAN
Kurangnya upaya
sosialisasi pengendalian
Rhinitis

4.2. Nilai Fungsi Dalam Keluarga


Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga An. P sendiri, hubungan individu dengan istrinya terjalin
sangat harmonis. Hal ini dibuktikan dengan tanggung jawab Ny.T sebagai istri
dengan merawat Tn. F saat sakit ataupun terjadi keluhan dan juga merawat An. P
ketika serangan sesaknya kambuh. An. S dan An. Y juga ikut berkontribusi satu
sama lain dengan mengantarkan Ibu dan An. P apabila Tn. F sedang tidak di rumah.
b. Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga An. P bersosialiasi dengan baik dengan
tetangga di sebelah barat dan timur rumah hal ini terbukti dari tetangga yang tinggal
di lingkungan tempat tinggal An. P, mengetahui Tn. F dan Ny. T serta anak-anaknya.
c. Fungsi Reproduksi
Sejak menikah >20 tahun yang lalu, Tn.F dan Ny. T tidak menunggu waktu
yang lama dikaruniai 3 orang anak, dan jarak usia anak Tn.F sekitar 2 tahun.
d. Fungsi Ekonomi
Pasien merupakan keluarga dengan status ekonomi cukup, dengan penghasilan
kurang lebih Rp.3.000.000/bulan. Orang tua An. P keduanya merupakan wirausaha
yang mana gaji keduanya dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seluruh keluarganya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, saat ini Tn. F dan Ny. T
selaku orang tua An. P sudah mulai mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan,
seperti minum dari air bersih yang telah dimasak, berobat segera ke pustu atau
puskesmas bila sakitnya memberat yang diantar oleh anaknya, namun ada beberapa
perilaku yang masih belum mampu secara maksimal dilakukan seperti menjaga agar
rumah selalu bersih dari debu dan lembab. Hal tersebut karena rumah pasien yang
memiliki ventilasi yang kurang dan jarang membuka jendela karena kesibukan kedua
orang tuanya.
4.3 Pemecahan Masalah Kesehatan Keluarga (Index Coping)
Skor
Kategori Keterangan
1 3 5
1. Kemandirian fisik X Seluruh anggota keluarga dalam kondisi
baik dan tidak dalam keadaan cacat.
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan untuk
masing-masing anggota keluarga.
2. Kemampuan X Keluarga bila sakit mencari obat dengan
mengobati datang ke pustu atau puskesmas.
3. Pengetahuan X Tn.F dan Ny.T tidak mengetahui banyak
tentang kondisi dengan apa yang terjadi pada pasien
penyakit sehingga tindakan perubahan pola perilaku
kurang dilakukan secara maksimal
4. Penerapan prinsip X Keadaan rumah kurang bersih, mengingat
kebersihan diri. jendela rumah pasien yang jarang dibuka.
5. Perilaku X Keluarga An. P memahami pentingnya
kesehatan tenaga kesehatan dalam menangani
permasalahan kesehatan di keluarganya.
Namun, dalam hal penyakit yang dialami,
pasien belum optimal merubah pola
hidupnya.
6. Kemampuan X Tn. F dan Ny.T sebagai suami dan istri
emosional saling mendukung dan memahami
pentingnya keluarga. Ketika salah satu
anggota keluarga yang sakit, keduanya
saling mendukung untuk mengatasinya.
7. Pola hidup X Pola hidup keluarga dalam mengatasi dan
keluarga mencegah penyakit yang dialami pasien
kurang optimal, karena An. P masih sering
dibiarkan bebas bermain di lingkungan yang
berdebu.
8. Lingkungan fisik X Secara umum kondisi rumah cukup layak
huni, dan namun harus seringkali mebuka
jendela agar sirkulasi udara berjalan dengan
baik.
9. Pemanfaatan X Akses yang dekat dengan fasilitas
sumber daya pelayanan pelayanan kesehatan dalam hal ini pustu
kesehatan memudahkan keluarga An. P dalam
memanfaatkan sumber daya pelayanan
kesehatan tersebut.

4.4 APGAR SCORE


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan APGAR skor dengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. APGAR skore disini
akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menetukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 =
jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Skor
Kategori Keterangan
0 1 2
1. Adaptation X Seluruh anggota keluarga dapat beradaptasi dengan
anggota keluarga lain, dukungan dan saran dari anggota
keluarga lain.
2. Partnership X Seluruh anggota keluarga menjalin komunikasi yang
baik, saling mengisi antara anggota keluarga dalam
segala masalah yang dialami keluarga
3. Growth X Anggota keluarga jarang melakukan hal-hal baru
sehingga jarang memberi dukungan mengenai hal-hal
baru
4. Affection X Hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
terjalin dengan baik
5. Resolve X Anggota keluarga kadang-kadang puas mengenai
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan antar anggota,
namun An. P dirasa kurang mendapat perhatian karena
kedua orang tua yang bekerja.
Skor fungsi fisiologis keluarga Tn. A.D adalah 8. Dalam ketentuan APGAR
score dikatakan keluarga ini dalam kategori baik.
4.5 FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis pada suatu keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM
skor :
SUMBER PATOLOGI KETERANGAN
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota -
keluarga juga dengan saudara,
partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan cukup aktif.
Cultural Kebanggaan terhadap budaya baik, hal -
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti.
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan -
ajaran agama juga baik, hal ini dilihat
dari keluarganya yang rutin
menjalankan sholat.
Economic Ekonomi keluarga tergolong cukup -

untuk kebutuhan primer.


Education Pendidikan keluarga cukup, namun -
masih kurang diberikan informasi.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan -
keluarga sudah menggunakan JKN
untuk berobat.
4.6. Pengkajian Masalah Kesehatan
4.6.1. Diagnostik Holistik
a. Aspek Personal
Pasien datang ke poli anak puskesmas dikeluhkan hidung tersumbat sejak 3
hari yang lalu. Pasien juga dikeluhkan batuk sejak 1 hari yang lalu, dahak (-), pilek
(+), dengan ingus berwarna bening. Keluhan demam disangkal oleh ibu pasien.
Sesak yang dialami terutama muncul ketika cuaca sedang dingin. Setelah diberikan
pengobatan di Puskesmas Tanah Pasir, keluhan pasien tampak berkurang dan pasien
dipulangkan kembali kerumahnya. Pasien mengharapkan agar dapat sembuh dan
serangan asmanya semakin berkurang.
b. Aspek Klinik
Rhinitis Alergi
c. Aspek Risiko Internal
Pasien adalah seorang anak berusia 5 tahun yang tinggal bersama kedua orang
tua dan kakak adiknya. Dengan adanya resiko genetik, pasien rentan terhadap rhinitis
bila faktor pencetus muncul. Faktor pencetus yang memicu munculnya serangan
pada pasien antara lain adalah cuaca dingin dan debu rumah tangga. Bila pasien
dapat menghindari faktor pencetus tersebut maka frekuensi dari serangan rhinitis
yang di alaminya akan dapat berkurang.
d. Aspek Psikososial keluarga
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang faktos pencetus timbulnya serangan.
e. Derajat fungsional : 4
4.6.2 Rencana Penatalaksanaan Pasien
No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang
diharapkan
1. Aspek personal
Evaluasi: Kedua 2 hari - Keluarga dapat
- Keluhan utama, orang tua mengetahui
harapan, dan pasien dan mengenai rhinitis
kekhawatiran pasien pasien sehingga
Intervensi: kekhawatiran pasien
- Edukasi kepada dan keluarganya
pasien dan keluarganya mengenai kondisi
mengenai rhinitis dan pasien akan
bahaya apabila tidak berkurang
diobati; pencegahan, - Menghilangkan
serta hal yang perlu anggapan rhinitis
diperhatikan merupakan penyakit
menyangkut pencetus. yang biasa saja

2. Aspek klinik
Rhinitis Evaluasi: Pasien dan 1 - Perbaikan
- Pemantauan ayah minggu kondisi klinis pasien
kondisi klinis pasien pasien - Melakukan
- Pemantauan pola pencegahan
perilaku hidup keluarga mengenai terjadinya
pasien asma
Terapi: - Dilakukan
- Non kontrol kesehatan
Farmakologis: teratur
o Menganjurkan
keluarga pasien untuk
menjaga pasien agar
tidak terpapar pencetus
o Menyarankan
membersihkan rumah
tiap hari

 Terapi Ctm 3x 1/4

Edukasi:
- Menjelaskan
tentang rhinitis , kontrol
terhadap keadaan
kesehatan pasien.
- Pentingnya terapi
non farmakologis
Rhinitis alergi Evaluasi: Pasien 2 - Dilakukan
- Pemantauan minggu kontrol factor resiko
pencegahan allergen rhinitis
dan factor pencetus - Pasien teratur
Terapi meminum obat
- cetirizine 2x1 - Pasien mulai
menjaga diri dari
Edukasi: alergen yang dapat
- Menjelaskan mencetus rhinitis
tentang hipertensi,
penyebab, faktor resiko,
tatalaksana pengobatan
serta komplikasi yang
terjadi bila penyakit
tidak dikontrol.
- Anjuran untuk
menghindari factor
resiko atau alergen

3. Aspek resiko
internal
 Usia pasien Edukasi: Orang tua 1 hari - pasien
yang masih balita - Mengenai pasien mengerti bahwa usia
cenderung keadaan kesehatan pada pasien merupakan
mengalami usia tersebut usia dan aktivitas
penurunan pada - Aspek perilaku rentan terkena
daya tahan tubuh pasien serta aspek penyakit.
dan ketahanan fisik lingkungan memiliki
peranan penting
terhadap terjadinya
penyakit
4. Aspek psikososial
 Kurangnya Edukasi: keluarga 1 hari - keluarga pasien
pengetahuan Mengenai asma dan pasien mengerti mengenai
mengenai asma dan rhinitis, faktor resiko asma dan rhinitis dan
rhinitis serta bahaya timbulnya, pencegahan menghilangkan
yang dapat terjadi serta tatalaksana dan anggapan bahwa
apabila tidak bahaya apabila tidak penyakit yang
tertangani tertangani diderita merupakan
penyakit yang tidak
perlu diobati
 Kurangnya Edukasi: Keluarga 1 - Pasien dan
pengetahuan - Pentingnya pasien minggu keluarga pasien
kesadaran untuk kebersihan lingkungan dapat membiasakan
menerapkan pola diri menjaga
hidup sehat dengan kebersihan
menjaga kebersihan lingkungan
lingkungan

8.3 Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien


Tanggal Kegiatan dan Hasil
Kunjungan Kegiatan:
pertama - Pada kedatangan pertama ini, dilakukan evaluasi apakah
(18/07/18) terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien setelah pengobatan di
Puskesmas.
- Menelaah masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga.
- Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap
anggota keluarga.
- Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
Hasil:
- Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke Poli anak
Puskesmas sudah menghilang.
- Keluhan pilek pasien sudah dirasakan berkurang.
- Pada pemeriksaan auskultasi paru sudah tidak ditemukan suara
tambahan.
- Melalui wawancara, diketahui bahwa pasien terkadang masih
mengalami batuk-pilek, namun tidak disertai sesak nafas yang berat.
- Pasien hanya diberikan obatnya bila pasien mengalami gejala
batuk-pilek dan mengarah ke sesak napas.
- Ayah pasien sering mengalami sesak napas bila cuaca dingin
atau terkena debu atau asap, namun sudah beberapa bulan tidak
pernah kambuh.
- Ayah pasien memiliki persediaan obat dirumah dan
mengkonsumsi obatnya bila merasa batuk-pilek dan akan sesak.
- Kakak pasien, An. S dan An. Y mengeluh pilek dan bersin-
bersin.
Intervensi :
- Pada kedatangan pertama ini, intervensi yang dilakukan adalah
edukasi terhadap pasien mengenai penyakit asma terutama faktor
pencetus munculnya serangan asma dan meminum obatnya secara
teratur.
- Edukasi tentang PHBS.
- Edukasi tentang lingkungan sehat.
- Menyarankan Ayah pasien dan Kakak pasien untuk
memeriksakan diri ke Puskesmas atau layanan kesehatan lainnya.

Kunjungan Kegiatan :
kedua - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
(22/7/18) - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Ayah pasien
- Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Kakak pasien
- Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
- Melakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor resiko
pencetus munculnya serangan asma pada pasien.
- Wawancara untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
munculnya masalah kesehatan di setiap anggota keluarga.
Hasil :
- Pasien sudah tidak mengeluhkan sesak lagi. Batuk dan pilek
juga sudah tidak dirasakan lagi.
- Ayah dan kakak pasien mengaku sudah berobat di Pustu dan
gejala serta keluhan sudah berkurang.
- Faktor resiko munculnya serangan asma pada pasien adalah:
cuaca yang dingin terutama pada malam hari, debu rumah tangga,
debu dari asap di sekitar rumah pasien ketika membakar sampah.
- Faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah
kesehatan pada anggota keluarga salah satunya karena PHBS yang
kurang
Intervensi :
- Edukasi tentang PHBS.
- Edukasi terhadap pasien dan Ayah pasien untuk menghindari
faktor pencetus.

Kunjungan Kegiatan :
ketiga - Mengevaluasi perbaikan klinis dari gejala penyakit pasien dan
(5/8/18) keluarganya.
- Mengamati PHBS pasien dan keluarganya.
Hasil :
- Keluhan batuk-pilek dan sesak pasien saat ini tidak dirasakan.
- Kakak pasien mengaku keluhan bersin dan pilek sudah tidak
dirasakan lagi.
- Ayah pasien mengaku keluhannya sudah membaik sejak
mengkonsumsi obat.
- PHBS pasien dan keluarganya masih kurang.
- Mengajarkan nasal toilet
Intervensi :
- Edukasi mengenai PHBS pada pasien dan keluarga
- Menyarankan Ibu pasien untuk tetap memperhatikan tanda-
tanda batuk-pilek dan sesak pada pasien
- Edukasi pasien dan keluarga untuk konsisten menghidari faktor
pencetus
BAB 5
KESIMPULAN

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien


1. Faktor internal
- Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang
diberikan Pembina.
- Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan
setiap anggota keluarga.
2. Faktor eksternal
- Kondisi sosio-ekonomi yang cukup mendukung sehingga pasien dan
keluarga bisa menerapkan edukasi yang diberikan
- Dukungan dari pelayanan kesehatan dalam hal ini Pustu dan
Puskesmas setempat yang tetap mengawasi kesehatan para lansia.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien
Kesibukan ayah dan ibu pasien sehingga kurang mengetahui secara penuh
keseharian anggota keluarganya.
Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya
- Edukasi kepada keluarga pasien untuk menghindari faktor pencetus.
- Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan
memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta
menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki
kecenderungan untuk sakit
PERBANDINGAN
Before Afther

Anda mungkin juga menyukai