Anda di halaman 1dari 8

Review Film

27 Step Of May (2018)


PSIKOLOGI ABNORMAL

Disusun Oleh :
Arina Fathima Az-Zahra (2110801022)

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS EKONOMI, ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA 2022
BAB I
PENDAHULUAN
• Sinopsis Film 27 Step Of May
Film ini mengisahkan tentang May yang merupakan penyintas kekerasan seksual dan
traumanya masih belum pulih. Sejak kejadian nahas tersebut, May tidak pernah berbicara sepatah
kata kepada siapapun, termasuk sang ayah. May mengisolasikan diri di dalam ruangan sempit
dan jika ada hal yang memantik traumanya, ia akan melakukan percobaan bunuh diri. Film ini
secara gamblang menceritakan kondisi kesehatan mental yang terganggu akibat trauma dan
depresi yang berlarut-larut.
27 Steps of May menyoroti kehidupan perempuan bernama May (Raihaanun) dalam menjalani
hari-hari kelamnya setelah mengalami pemerkosaan oleh sejumlah lelaki. Kejadian nahas tersebut
dialami ketika dirinya berumur 14 tahun.
Ketika itu May masih menduduki bangku sekolah menengah pertama (SMP), di malam hari
dia pergi ke pasar malam untuk menonton berbagai pertunjukkan dan bermain beberapa
permainan disana, setelah puas bermain May pun pulang dengan berjalan sendiri dia melewati
gang yang sempit dan gelap, dan disitulah dia di tarik oleh beberapa lelaki masuk ke dalam rumah
kosong, kejadian nahas itupun terjadi pada dirinya, dia di perkosa oleh sejumlah lelaki yang tidak
bertanggung jawab. May pun pulang dengan pakaian yang lusuh dan tidak berbicara sepata kata
pun kepada ayah nya sendiri, ayahnya pun tau atas kejadian yang menimpah putri semata
wayangnya itu, hati ayahnya sangat hancur dan merasa gagal menjadi seorang ayah.
Meski sudah beberapa tahun berselang, May yang kini sudah menjadi perempuan dewasa
seutuhnya tumbuh bersama luka dan trauma akan peristiwa tersebut. Ia memilih untuk
memutuskan ikatannya dengan dunia luar dan hidup dalam kesenyapan.
Dia melakukan kegiatan sehari-hari hanya di dalam rumah tanpa berbicara sepata katapun dan
selalu merenung, kesibukan May membantu sang ayah membuat boneka untuk di jual. Suatu
ketika mereka tertimpa musibah, rumah mereka terbakar dan disitu harus memaksakan May untuk
keluar dan bertemu dengan dunia luar setelah sekian lamanya dia tidak pernah keluar, May pun
perlahan-lahan mau untuk berjalan menuju pintu keluar tetapi ketika dia melihat banyak orang
di luar sana, dia langsung lari dan menuju kamar dengan mencari benda tajam untuk menyayat
tangannya, sang ayah masih berusaha untuk menahan May agar tidak melakukan hal tersebut
tetapi May berhasil meloloskan diri dan lari masuk ke kamar mandi dengan mengunci pintu, dan
disitulah May menyayat tangannya. Setiap kali bayang-bayang tindakan pelecehan itu
menggerogoti otak dan tubuhnya, May tak segan-segan melakukan self-harm dengan menyayat
pergelangan tangannya tanpa ragu sedikit pun.Untungnya kebakaran yang terjadi cuma di bagian
belakang rumahnya saja jadi tidak menyisahkan korban.
Kondisi yang dialami oleh May membuat sang Ayah (Lukman Sardi), terpukul dan hidup dalam
penyesalan karena gagal melindungi puteri semata wayangnya tersebut. dan ayah May selalu
menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat melindungi anaknya. Akibat trauma yang sangat
mendalam, Semenjak kejadian kelam itu, May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan. May
bahkan tidak berkomunikasi dengan diri ayahnya satu patah kata pun, Ia menjalani hidupnya
tanpa koneksi, emosi, atau kata-kata, sementara Ayahnya terjebak oleh perasaan bersalah.
Ayahnya memiliki karakter lembut yang mengorbankan segalanya untuk memberikan
kenyamanan dan perlindungan bagi anaknya. Namun di ring tinju, dia petinju yang bertarung
untuk menyalurkan amarahnya. Untuk menebus rasa bersalahnya yang tak akan pernah terbayar
itu, ayah May mencurahkan apa pun demi memberi proteksi dan kenyamanan bagi May. Namun,
sejatinya ia tidak pernah mampu bergelut dengan kesedihan yang menimpa putrinya. Alhasil,
ayahnya selalu mencurahkan segenap emosinya melalui ring tinju.
Bahkan Ayah May pernah di penjara akibat dia tidak bisa mengontrol dirinya pada saat
pertandingan tinju, dia sampe menewaskan lawan mainnya sendiri tanpa berfikir jernih karena
dia selalu mengingat kejadian nahas yang menimpa putri semata wayangnya itu, dia juga bahkan
dia hampir kehilangan job tinju nya itu karena selalu membawa masalah pribadinya dan juga
melampiaskan semuanya dalam pertandingan, dia juga kerap kali mendapat perlakuan tak
mengenakkan dia selalu mendapatkan ancaman untuk tidak di perikutkan dalam pertandingan
serta tidak akan mendapatkan bayaran.
Ayah dan May telah hidup seperti ini selama 8 tahun, tapi semua berubah ketika May bertemu
dengan seorang Pesulap (Ario Bayu) .Seorang pesulap itu yang kebetulan tinggal di samping
rumah May hadir untuk menyapa May. suatu ketika di malam hari May mendengar suara-suara
yang berasal dari samping dinding kamarnya, disitu May mulai penasaran dan mencoba untuk
mencari tau dari apa yang ada di balik dindingnya tersebut, May pun mendekati dinding tersebut
dan ternyata ada sebuah lubang kecil, dia mengintip ke lubang tersebut dan shokk karena melihat
ada seorang lelaki yaitu pesulap.
May selalu di hibur oleh pesulap tersebut melalui lubang kecil yang terdapat di dinding
kamarnya, pesulap itu kerap menampilkan aksi-aksi menarik, perlahan May mulai tertarik. Akan
tetapi, keduanya selalu berinteraksi lewat lubang di dinding saja. Melalui celah kecil di dinding
kamarnya, dia sering memberikan sesuatu-sesuatu yang unik untuk May hingga memberinya
tikus kecil dan lucu, May juga selalu melihat atraksi sang pesulap melalui lubang kecil tersebut
yang membuat May perlahan-lahan senang karena cukup terhibur dan bahkan dia sampe
mengikuti beberapa atraksi yang di pertunjukkan. Pesulap tersebut pun membuat lubang dinding
kecil itu menjadi besar agar May bisa datang bermain ke tempatnya tanpa harus mengintip.
Pada suatu ketika May mengingat kejadian pada saat dia di lecehkan, May pun datang ke
tempat pesulap tersebut, dia memakai seragam SMP dengan mengepang rambutnya persis saat
dia di perkosa 8 tahun yang lalu, dia pun memperagakan saat dia di ikat dan di perlakukan secara
tidak manusiawi, sang pesulap berusaha menenangkan May walaupun May terus bertingkah aneh
dan pada akhirnya May pun bisa sadar.
May pun bertemu dengan ayahnya dia sudah berani berbicara, dia juga sudah mau untuk keluar
di halaman rumahnya dan melihat dunia luar. Ayahnya sangat terharu atas perubahn sikap dan
keberanian yang di tunjukkan oleh putrinya itu. Atas bantuan sang pesulap yang membangkitkan
rasa penasaran May sekaligus emosinya. Dia menjadi cukup berani untuk mencari dan
menghadapi perasaan, sensasi, dan ingatannya yang hilang. Serta May berani membebaskan diri
dan keluar dari trauma masa lalunya.
BAB II
ANALISA TEORI
Gangguan trauma yang di alami oleh seorang gadis
Tokoh dalam film ini yaitu May yang berusia 22 tahun mengalami trauma karena menjadi
korban kekerasan seksual dan traumanya masih belum pulih.Hal tersebut sesuai dengan yang di
sampaikan oleh Orange dan Brodwin, (2005) kekerasan seksual pada remaja merupakan segala
bentuk tindakan pemaksaan ancaman untuk melakukan aktivitas seksual. Aktivitas seksual itu
bisa meliputi meraba,pencabulan, danbahkan pemerkosaan. Dampak kekerasan seksual ini dapat
berupa fisik dan psikologis, maupun sosial. Dampak pada fisiknya bisa berupa luka atau robek
pada selaput darah. Dampak Psikologis bisa meliputi trauma mental kepada lelaki, ketakutan
kepada lelaki, kekecewaan bahkan bisa juga korban ingin bunuh diri.Dampak sosial misalnya
perlakuan sinis dari masyarakat di sekelilingnya, ketakutan terlibat dalam pergaulan dan
sebagainya.
Trauma psikologis adalah kondisi yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang
menimpa diri seseorang. Kejadian yang tidak menyenangkan ini membuat orang yang
mengalaminya merasa tidak aman dan tidak berdaya menghadapi dunia yang penuh bahaya.
Seperti kejadian berat yang menimpa May. Ada beberapa tanda-tanda geajala trauma diantaranya
:
• Tanda dan gejala trauma
- Sangat emosional dan merasa sedih
- Sangat waspada terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitarnya
- Lelah secara fisik
- Stres dan cemas
- Overprotektif terhadap orang-orang terdekat.
- Takut untuk bepergian karena khawatir akan terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya.
• Reaksi mental
- Berkurangnya kemampuan untuk mengingat dan berkonsentrasi.
- Sulit menghindari pikiran mengganggu yang berkaitan dengan kejadian traumatis.
- Terus-menerus teringat kejadian traumatis tersebut tanpa bisa dikendalikan.
- Merasa hilang arah dan disorientasi.
• Reaksi emosional
- Muncul rasa takut, panik, dan cemas.
- Mati rasa, hingga tak bisa merasakan apapun.
- Mulai mengisolasi diri dan menjauhi semua orang.
- Depresi, memiliki perasaan bersalah, dan terlalu sensitif terhadap banyak hal di sekelilingnya.
- Terus-menerus merasa waspada karena takut akan ada bahaya lain yang menimpanya.
- Shock atau terkejut karena tidak bisa percaya dengan kejadian buruk yang menimpanya.
• Reaksi fisik
- Kelelahan.
- Gangguan tidur.
- Detak jantung meningkat.
• Reaksi perilaku
- Berusaha menghindari berbagai hal yang mengingatkan terhadap kejadian traumatis.
- Sulit berhenti untuk memikirkan apa yang telah terjadi.
- Tidak melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.
- Perubahan terhadap nafsu makan, seperti makan lebih banyak atau justru lebih sedikit.
- Gangguan tidur.
Gangguan Stes Pascatrauma atau Post-Traumatic Disorder yaitu gangguan kesehatan mental
yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian traumatis. Kejadian tersebut biasanya
mengancam jiwa atau fisik yang membuat korban dari kejadian traumatis mengalami gangguan
secara psikis hingga tidak dapat berbuat apa-apa. Diceritakan dalam film ini Gangguan stres
pascatrauma yang diperankan oleh actor utama merupakan dampak dari kasus pelecehan seksual
yang dialami semasa remaja. Disini penulis memfokuskan pada gambaran Coping Stress yang
diperankan oleh aktor utama. Coping Stress merupakan kondisi psikologis dimana seseorang
berusaha menghadapi situasi Stessfull yang dialami.
Sehat adalah suatu keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan. Secara analogi kesehatan jiwa atau bahagia (well being), ada
keseimbangan antara pikiran, perasaan, perilaku, dimana seseorang bisa merasakan kebahagiaan
dan mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Masa remaja bisa juga di katakan masa
transisi dari anak menuju dewasa (Sobur, 2016). Pada film “27 Step of May” penggambaran aktor
utama yakni “May”siswi sekolah pertama yakni remaja awal dimana pada fase ini seorang anak
mengalami perubahan fisik dan psikis. Ketidakseimbangan emotional sering terjadi pada masa
ini biasa disebut masa mencari identitas diri, pola-pola hubungan (Andhini, 2017).
Kekerasan seksual pada masa anak-anak berhubungan dengan stress emosional pada masa
dewasa (adult emotional distress) dan kesulitan menjalani hubungan intim pada saat dewasa.
Seseorang bisa dinyatakan sebagai korban kekerasan bila seseorang tersebut mengalami luka atau
kekerasan psikologis. Dampak dari kekerasan seksual dampak lain adalah ketidakmampuan untuk
berkomuikasi dan berhubungan dengan orang lain. Kemungkinan terburuk bagi korban kekerasan
seksual terutama pemerkosaan adalah dorongan kuat untuk bunuh diri (Ivo Noviana, 2015).
Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu ditinjau dari sudut
pandang psikologi (Yudrik Jahja,2011). Teori ekologi memandang bahwa perkembangan
manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan
lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat
tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasikan dan mengklarifikasi efek dari
lingkungan yang bervariasi. Teori ekologi memandang perkembangan anak dari tiga sistem
lingkungan yaitu mikrosistem, ekosistem dan makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu
perkembangan individu dalam membentuk ciri-ciri fisik dan mental tertentu.
Ekspresi yang ditunjukan oleh sosok May menekankan alur cerita yang mengandung unsur
gangguan Post-traumatic Stress Disoder yang mengakibatkan ketidak mampuan seseorang untuk
bersosialisasi dan menarik diri dari semua yang berhubungan dengan dunia luar.
penderita Post-Traumatic Stress Disorder adalah ketakutan berlebihan, menyalahkan diri
sendiri, kecemasan berlebihan, menarik diri dari dunia atau lingkungan sekitar, menganggap
dirinya sebagai orang yang tidak berdaya, emosi yang tidak stabil, dan lain-lain. Ketika seseorang
mengalami pelecehan seksual secara fisik maupun psikologis, hal tersebut dapat menjadi suatu
trauma yang sangat mendalam terlebih pada anak di bawah umur. Tingkatan gangguan trauma ini
sendiri memiliki ciri, dampak dan tingkat yang berbeda-beda tergantung kondisi psikologis dari
korban itu sendiri.
Coping Stress atau usaha untuk bangkit dari Gangguan stres pascatrauma pada Film 27 Steps
Of May digambarkan dengan tindakan yang dilakukan tokoh utama yaitu May yang berusaha
untuk menumbuhkan rasa ketertarikan pada hal baru, mulai tubuhnya rasa keperdulian, kemauan
korban melawan ketakutannya, mereka-adegankan kejadian traumanya dengan kata lain melawan
ketakutannya dengan mengingat dan menghadapi hal tersebut, mampunya korban mengendalikan
diri secara emosional, dan menumbuhkan pemikiran positif. May digambarkan berhasil melawan
ketidak berdayaannya dan menerima keadaaanya untuk melanjutkan kehidupannya dengan
metode Coping Stress.

• Penanganan Gangguan
Film ini menjadi potret bagaimana trauma serta pergulatan batin yang dialami korban
pemerkosaan atau kekerasan seksual sebuah perjuangan berat. Mengenai penanganan trauma
yang di alami oleh May yaitu menggunakan metode coping stress dengan adanya bantuan dari
pesulap yang tinggal di sebelah rumah May dan seolah menjadi pintu bagi May untuk dapat
sedikit keluar dari jeratan mimpi buruk. Interaksi antarkarakter yang dibangun lewat lubang di
kamar May menjadi jalan untuk dia menumbuhkan keberanian membuka diri kembali.Karakter
pesulap itu pun seolah menjadi gambaran pentingnya pendampingan serta dukungan bagi para
korban, peran yang tak hanya dibutuhkan dari seorang Ayah. Dukungan dari orang terdekat juga
sangat di butuhkan bagi orang yang mengalami gangguan trauma berat serta kemampuan diri
sendiri juga perlu untuk menghadapi situasi tersebut karena dapat memengaruhi respons korban
terhadap kejadian traumatis. Sesungguhnya ini adalah perjuangan May untuk berkomunikasi
dengan ayahnya, begitu juga sebaliknya. Mengingatkan kepada korban perlunya untuk membuka
komunikasi, dan kepada keluarga korban untuk menjadi pendukung.
BAB III
KESIMPULAN DAN PESAN

Gangguan stres pascatrauma pada Film 27 Steps of May (2016) Karya Ravi .L Bharwani
dengan menggunakan metode Coping Stress. Dalam film ini, representasi Gangguan stres
pascatrauma yang dialami oleh pemeran utama yakni May dapat terlihat melalui Coping Stress
yang coba dilakukan May, penggambaran ini juga didukung dengan adanya level realitas kode
yang muncul dalam beberapa scene dapat dilihat dari wardrobe, penampilan, riasan, perilaku,
ekspresi, dan gestur. Representasi Coping Stress yang dialami oleh May mampu digambarkan
melalui visual dengan pengemasan yang epic namun tanpa meninggalkan makna dari Post-
Traumatic Stress Disorder. Penulis scenario dalam Film 27 Steps Of May menegaskan bahwa
berhasilnya proses Coping Stress yang dilalui May berhasil atas kemauan dirinya sendiri.
Wanita, ataupun pria, yang jadi korban kekerasan seksual adalah mereka yang dipaksa untuk
melakukan sesuatu di luar kemauan mereka. Mereka kehilangan kendali atas diri sendiri, dan
perasaan tersebut akan terus berlanjut setelah kejadian. Jadi mereka berusaha untuk
mengembalikan kendali yang hilang tersebut. Inilah yang terjadi kepada May, yang kegiatan
hidupnya seketika menjadi rutin yang itu-itu melulu. Kita tidak bisa mengendalikan semua baik-
baik saja. Bukan salah kita jika semuanya berubah menjadi tidak baik-baik saja. Kita butuh saling
support. Karena kita bertanggung jawab untuk hidup terus sambil menyembuhkan diri. Jangan
lagi tambahkan luka yang tak-perlu.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ulasan Film: '27 Steps of May'. (2019). Retrieved 30 November 2022, from Trauma Psikologis:
Gejala, Penyebab, Pengobatan - Hello Sehat. (2021). Retrieved 30 November 2022, from
https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/
Trauma Psikologis: Gejala, Penyebab, Pengobatan - Hello Sehat. (2021). Retrieved 30 November
2022, from https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/
Andrianto, N. dan Achmad,Y. A. F.(2021). Analisis Isi Gangguan Stress Pasca Trauma dalam
Film 27 Steps of May, Jurnal Communicator Sphere, Volume 1, No. 1, hlm 20-30
Dirgayunita, A.(2016). Gangguan Stres Pasca Trauma Pada Korban Pelecehan Seksual Dan
Pemerkosaan, Journal An-nafs: Vol. 1 No. 2, hlm 185-201
Andriyani, J. (2019). Strategi Coping Stres Dalam Mengatasi Problema Psikologis, Jurnal At-
Taujih,Vol. 2 No. 2, hlm 37-55

Anda mungkin juga menyukai