Anda di halaman 1dari 13

Nama : Erika Laura Susanti Br Sitepu

Nim : 6223111043

Prodi : PJKR II D

M.K : Profesi Pendidikan

UTS

1. Profil guru penjas profesional di tahun 2025

Jawab: Dimasa yang akan datang penggunaan IPTEK menjadi salah satu yang lumrah bagi seluruh guru
penjas tidak hanya handal dalam praktek namun juga harus handal dalam menggunakan
teknologi,dimana pada saat sekarang ini manusia mulai di gantikan dengan teknologi namun hanya
seorang guru yang tidak bisa di gantikan oleh teknologi. Di masa era teknologi yang akan datang guru
penjas wajib memiliki skil dalam menggunakan teknologi.Guru Yang Profesional Memiliki Kecerdasan
Intelektual, Emosional dan Spritual (H.M. Sattu Alang) GURU YANG MENJANJIKANSosok Guru Masa
DepanSebenarnya guru masa depan seperti yang diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya adalah:

1. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya
berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program
Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana
setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang
dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;

2. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud
berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran,
system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya.Secara individu maupun bersama-sama mampu
untuk merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada
pola baru pembelajaran,maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;

3. Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan
tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar
sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;

4. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan
serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengolaproses pembelajaran secara
efektif

5. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan
kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus
akan menimbah ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan
terampil mendayagunakan komputer,internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Demikian disampaikan Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd dalam
webinar Peluncuran Modul Pembelajaran Elektronik Mempromosikan Profil Pelajar Pancasila melalui
Olahraga, Jumat, 29 Oktober 2021.

“Melalui webinar ini kita akan sama-sama menggali bagaimana memanfaatkan perkembangan teknologi
digital untuk mata pelajaran olahraga. Selain itu, paradigma pembelajaran PJOK juga dapat dimaknai
untuk mempersiapkan Profil Pelajar Pancasila,” kata perempuan yang akrab disapa Nining ini.

Direktur Sekolah Dasar melanjutkan, fasilitas olahraga yang akan dimanfaatkan untuk media
pembelajaran PJOK harus diperhatikan dipersiapkan dengan baik, mengikuti etika dan norma-norma
pada saat menggerakkan anggota badan. Sehingga betul-betul memberikan manfaat untuk kesehatan.

“Dengan paradigma baru pembelajaran PJOK ini, yang dikemas dalam modul elektronik dan baru
diluncurkan ini, kita akan menangkap esensi dari kegiatan olahraga dalam upaya mempersiapkan Profil
Pelajar Pancasila,” imbuhnya.

Sri Wahyuningsih juga mengingatkan, di era digital ini peserta didik sering kali jauh lebih maju dalam
memahami kemajuan teknologi digital, khususnya dalam mengakses informasi melalui internet. Oleh
karena itu tenaga pendidik dan orang tua jangan sampai ketinggalan dalam memahami perkembangan
teknologi. Manfaatkanlah teknologi digital untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Renata Melati Putri, S.Pd., MA., Module Content Creator sekaligus Konsultan Profesional Sport for
Development menjelaskan, selama ini di Indonesia ada salah kaprah tentang pendidikan olahraga di
sekolah. Guru PJOK sering dituntut untuk mencari talenta-talenta baru yang bisa dilatih menjadi atlet
professional, terutama di satuan pendidikan sekolah dasar.Padahal pada kenyataannya pelajaran
olahraga memiliki peran untuk dimanfaatkan dalam mengembangkan kesejahteraan mental,
meningkatkan interaksi sosial antar anak, dan hal itu harus dilakukan secara sengaja,” kata Renata.

Oleh karena itu, dalam modul paradigma baru PJOK atau yang disebut S4D yang baru diluncurkan
tersebut, guru dituntut untuk lebih kreatif. Di beberapa negara di dunia, para guru olahraga
mengajarkan anak-anak bagaimana cara bekerja sama supaya tidak gampang atau tidak mudah
terpengaruh dalam konflik. Jadi generasi penerus bangsa sudah dididik sejak dini untuk tidak terlibat
dalam konflik yang bisa merusak kehidupan bermasyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dalam paradigma baru, pendidikan olahraga itu lebih banyak praktek untuk mengingatkan dan
mengajak anak-anak agar selalu merefleksikan nilai-nilai luhur dalam olahraga,” imbuhnya.

Peran para guru di sekolah dasar itu, lanjut Renata, sebenarnya adalah membentuk calon generasi
bangsa. Karena anak-anak sekolah dasar merupakan tunas yang akan menentukan keberlangsungan
bangsa dan negara.

“Peran guru PJOK yang disuruh untuk mencari talenta atlet memang tidak salah. Tapi itu bukan tugas
utama. Kalau itu dijadikan tugas yang paling penting, rasanya terlalu mengecilkan peranan guru
olahraga. Jadi semoga dengan pengetahuan dari modul yang akan diluncurkan terkait paradigm PJOK ini,
mindset para guru semakin terbuka,” katanya.
Model Content creator lainnya, Dr. Sri Winarni, M.Pd., dari Universitas Negeri Yogyakarta mengatakan,
olahraga dan permainan itu bisa menjadi jalan untuk mempromosikan program Pelajar Pelajar Pancasila.
Karena olahraga akan memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna.

“Aktivitas di dalam olahraga atau bermain itu penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bermakna.
Nah di sinilah modul baru yang kita buat menjadi ajang atau media untuk menumbuhkan nilai-nilai baik
yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila,” jelasnya.

Jadi, guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung;pembimbing dan punya figur
yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif,melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan
sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar
berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara
intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri
khas "The Habits for Highly Effective People" dan "Quantum Teaching" serta pendekatan humanis
terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas
secara proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap guru
dan karyawan.Selain itu, guru masa depan juga harus memiliki keterampilan dasar
pembelajaran,kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak
diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia
menjunjung tinggi kode etik profesinya.

Ruang Lingkup Guru Pendidikan Jasmani Sebagai Suatu Proses Keolahragaan Yang Profesional

Tugas utama guru pendidikan jasmani sebagai suatu propesi keolahragaan di Indonesia tidak lagi dalam
hal mengajar dan melatih. Banyak profesi –profesi baru yg memerlukan kemampuan profesi guru
pendidikan jasmani diantaranya :

(1) Olahraga Propesional. Seperti Intercollegiate atletic, karir di bidang organisasi olahraga professional
adalah hal yang sangat populer di kalangan atlet. Sebagai contoh adalah manajer umum, direktur
promosi, direktur hubungan masyarakat.., direktur prasarana, pengurus tiket, sekertaris perjalanan,
informasi olahraga dan pelatih.

(2) Agen Olahraga. Pekerjaan seorang agen olahraga semakin meningkat baik secara perorangan atau
kelompok. Sebagai perorangan, seorang agen mewakili atlet professional agen atlet (kontraknya
dengan hak suara yang dimilikinya, mengadakan persepakatan dg pihak sponsor dan pertandingan.

(3) Fasilitas dan Manajemen Perlombaan Manajer fasilitas mengatur kompleks olahraga.
Melibatkan direktur fasilitas, manajer operasi, manajer box office (penjualan karcis), manajer
personnel, sutradara dan manajer konsesi. Perlu mengerti mengenai bangunan gedung dan desain area,
juga operasi dari fasilitas yang memiliki banyak fungsi. manajemen pertandingan sebuah bagian dari
manajemen fasilitas.

(4) Program Rekreasi dan Olahraga Masyarakat Pertumbuhan pelayanan arena rekreasi umum dan
pribadi telah dibuat untuk pasar spesialisasi rekreasi. Banyak program‐program universitas. ditawarkan
seperti rekreasi dan waktu luang, manaj. taman dan pelayanan waktu luang. Orang perlu
merencanakannya, membangun, dan mengoperasikan taman, luas dan kecil, umum dan pribadi.

(5) Informasi Olahraga dan Jurnalistik Olahraga Direktur. informasi olahraga dan asisten, tingkat
olahraga professional, jurnalis media olahraga, iklan jurnalis olahraga, dan masih bisa bekerja dibidang
publikasi. Jurnalis dan komunikasi sangat penting saat ini untuk bekerja dilahan olahraga, publikasi buku
olahraga dan teks book pada pendidikan jasmani memerlukan orang yg berpengetahuan tentang
pendidikan jasmani. Pekerjaan ini memerlukan pengetahuan tentang penjas dan kemampuan
menulis serta editing

(6) Pemasaran dan Penjualan Olahraga Pemasaran olahraga penelitian pasar, manajer
pemasaran, promotor, pemasaran even spesial, dan bekerja pada sponsor tertentu, dana usaha,
penjualan dan humas. Orang‐orang yang dibutuhkan adalah mereka yg familier dengan perlengkapan
dan perubahan permintaan. (Barang olahraga adalah industri yang lain) Untuk menjadi sukses
pengetahuan tentang olahraga sangat dibutuhkan, dipadukan dengan kecerdasan dan pelatihan bisnis.

Secara sederhana, persoalan guru, khususnya guru profesional, dapat dijawab dengan tiga kata kunci
utama yaitu (1) sistem, (2) kesejahteraan, dan (3) kewenangan peran. Sistem di sini terdiri dari tiga sub,
yaitu sistem pendidikan guru Indonesia (pre-service),sistem seleksi guru, dan juga sistem peningkatan
mutu guru (in-service). Sedangkan kesejahteraan lebih cenderung kepada gaji (saya ngilu menyebut
upah) yang selaras dengan profesi guru. Kewenangan peran dapat diterjemahkan dengan ketersediaan
ruang, waktu,kesempatan serta pengakuan bagi profesi guru dalam menentukan jalur mana yang paling
baik untuk ditempuh dalam melaksanakan proses pendidikan

Ciri Guru Profesional


1. Selalu punya energi untuk siswanya Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap
percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan
seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap
pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif Seorang guru yang baik memiliki keterampilan
disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik Seorang guru yang baik memiliki keterampilan
manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan
bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen
didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka
dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di
dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari
siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik
mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang
kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya.

Pada inti nya seorang guru di masa yang akan datang tidak bisa hanya bermodalkan praktek semata
namun harua bisa meng kombinasikan antara praktek dan teknologi yang lebih canggih di masa yang
akan datang.

2. Bentuk program yang di perlukan guru penjas yang memeliki ketrampilan abad ke 21

Jawab : Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran, mampu membangun
dan mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang
pembelajar sekaligus agen perubahan di sekolah (Hargreaves, 1997, 2000).Guru harus mampu
mengasah keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk dapat mengatasi tantangan
global, dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi secara efektif,
berinovasi dan memecahkan masalah melalui negosiasi dan kolaborasi.Sejak munculnya gerakan global
yang menyerukan model pembelajaran.Pembelajaran abad ke-21 adalah sebuah jawaban untuk
permasalahan yang timbul di bidang pendidikan di tengah derasnya serbuan informasi dan kemajuan
teknologi. Pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang dirancang untuk generasi abad ke-21
agar mampu mengikuti arus perkembangan zaman.
baru untuk abad ke-21, telah berkembang pendapat bahwa pendidikan formal harus diubah. Perubahan
ini penting untuk memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan dalam mengatasi
tantangan global yang kompleks. Identifikasi kompetensi siswa yang perlu dikembangkan merupakan hal
yang sangat penting untuk menghadapi abad ke-21. Siswa harus mengasah keterampilan dan
meningkatkan belajar untuk dapat mengatasi tantangan global, seperti keterampilan berpikir kritis,
kemampuan berkomunikasi secara efektif, berinovasi dan memecahkan masalah melalui negosiasi dan
kolaborasi. Namun demikian, dari sisi pedagogi belum disesuaikan untuk mengatasi tantangan-
tantangan tersebut.

Pada abad ini, abad ke-21, secara signifikan terjadi banyak perubahan. Perubahan itu sangat cepat dan
mendasar, bahkan mempengaruhi semua bidang kehidupan, seperti sosial, budaya, dan tentunya akan
mempengaruhi terhadap dunia pendidikan. Maka, benar adanya pesan singkat dari Khalifah kedua umat
Islam Umar bin Khatab “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda
dengan zamanmu”.faktanya setiap generasi memiliki zamannya sendiri dengan situasi dan tantangan
berbeda.Oleh karena itu, perlu mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup di zamannya.

Menurut Profesor Iwan Pranoto seperti yang dikutip Ismail (2017) bahwa perubahan yang cepat pada
semua bidang berdampak padakalah cepatnya kurikulum dan pola pendidikan di Indonesia jika
dibandingkan dengan dinamika kebutuhan masyarakat dan tuntutan dunia kerja pada abad ini. Berbagai
hal akan dikenai dampak tersebut, seperti kebijakan-kebijakan Pendidikan yang berhubungan dengan
regulasi bidang Pendidikan, pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses, guru selaku pelaku
pendidikan, siswa, sarana dan prasarana dan tentunya masih banyak hal yang dikenai dampak
tersebut.Di era sekarang, munculnya revolusi elektronik berbasis internet membuat meningkatnya
kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).Hampir semua bidang kehidupan
menyandarkan aktivitasnya pada teknologi ini. Perubahan yang revolusioner ini memaksa kurikulum
pendidikan untuk beradaptasi dan mengantisipasinya. Keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Demikian
juga dengan kompetensinya. Guru dan siswa harus memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam
menghadapi kemajuan zaman yang cepat berubah. Sehubungan dengan hal tersebut tujuan artikel ini
adalah untuk menguraikan apa sajakah peran guru yang sangat diperlukan dan yang digunakan dalam
mensiasati pembelajaran abad ke-21 ini.

 Program Peningkatan Peran Guru dalam Pembelajaran

Pentingnya proses pembelajaran dibandingkan produk sudah menjadi pembicaran yang populer di
kalangan pelaku Pendidikan (Kyriacou, 2011). Penguasaan terhadap substansipelajaran tidak menjadi hal
yang utama yang menjadi perhatian guru. Akan tetapi, bagaimana siswa mengapresiasikan cara
belajarnya menjadi hal yang sebanding dengan keutaman penguasaan substansi pelajaran bagi siswa.

Pentingnya proses pembelajaran ini dimaksimalkan dengan aktivitas belajar siswa yang merata dan
bersinergi, serta menunjukkan keterlibatannya dalam segala tahapan pembelajaran. Dengan demikian,
dalam proses ini tidak saja terjadi transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga akan
meningkatkan motivasi dan sikap belajar posistif oleh siswa.

Sejalan dengan itu, peran dan fungsi guru juga berubah. Guru yang sebelumnya sebagai ahli mengajar
menjadi ahli pembelajaran. Guru harus mampu membangun aktivitas belajar dan pengalaman belajar
yang memfasilitasi pembelajaran siswa. Berikut beberapa peran guru yang menjadi perhatian dalam
menghadapi pembelajaran abad ke-21.

1. . Membangun pengalaman belajar

Membangun pengalaman belajar dalam proses pembelajaran melibatkan dua pihak yang berperan
membangun komunikasi interaktif. Pihak yang pertama adalah guru dan pihak lainnya adalah siswa.
Sebelum memasuki pemelajaran abad ke-21, pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Aktivitas guru
lebih tinggi, peran guru lebih utama untuk terjadinya proses pembelajaran. Guru melakukan transfer
ilmu seperti yang dimauinya.

2. Mempertimbangkan Perbedaan Murid

Setiap siswa adalah unik. Mereka mempunyai gaya masing-masing dalam mengekspesikan dan
mengaktualisasikan dirinya. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda, memiliki gaya belajar yang
berbeda, serta memiliki sikap yang berbeda dalam menanggapi hal yang sama. Dan kemudian, siswa
juga mempunyai tingkat dan jenis kecerdasan yang berbeda.

3. Meningkatkan Kualitas Diri


Guru, secara keseluruhan, adalah figur yang manarik perhatian, baik di tengah keluarga, di masyarakat,
apalagi di sekolah. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap
dan prilaku dari kehidupan sehari-hari (Djamarah, 2008). Kepribadian guru ini nantinya yang akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas belajar siswa, kualitas
pembelajaran, dan kualitas diri guru.

Menurut Sudarma (2014) terdapat beberapa kreativitas guru yang perlu ditingkatkan seiring dengan
perubahan pembelajaran abad ke-21.

 Memiliki akses informasi yang luas dan cepat


 Meningkatkan kreativitas membaca
 Meningkatkan kreativitas menulis
 Meningkatkan keterampilan dasar pembelajaran
 Meningkatkan kreativitas mengelola model pembelajaran
 Meningkatkan kreativitas mengelola materi pembelajaran berbasis teknologi

4. Membangun hubungan emosional dengan siswa

Guru dan siswa adalah dua sisi yang saling terikat dalam pembelajaran. Keduanya mempunyai gubungan
dalam melakukan transfer pengetahuan dan transfer pengalaman. Hubungan dalm bentuk komunikasi
dan koordinatif selalu berjalan sehingga terselenggaranya proses pembelajaran yang baik.Akan tetapi,
ada hal yang sering terabaikan dalam membangun hubungan antara guru dan siswa, yaitu hubungan
emosional antara keduanya

Bentuk Program Yang Diperlukan Guru Penjas Yang Memiliki Keterampilan Abad 21

Badan standar nasional pendidikan atau BSNP (dalam Karim & Daryanto, 2017, hlm. 2) menjelaskan
bahwa pendidikan nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat
bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan
bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber yang
berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, kemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsanya.

Lebih lanjut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia merumuskan
bahwa paradigma pembelajaran abad 21 ditekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerja sama serta
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kemdikbud telah mengadaptasi tiga konsep pendidikan abad 21 untuk
mengembangkan kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut
adalah: 21st century skills, scientific approach dan authentic learning and authentic assessment yang
selanjutnya diadaptasi guna mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya pergeseran pekerjaan di masa
datang yang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi adalah pekerjaan kreatif (creative work) yang
membutuhkan intelegensia dan daya kreativitas manusia untuk menghasilkan produk-produk kreatif dan
inovatif, sedangkan pekerjaan rutin akan diambil alih oleh robot dan proses otomatisasi lainnya

Keterampilan Abad 21

Terdapat empat skill atau keterampilan utama yang diperlukan untuk menyukseskan pendidikan abad
21. Keterampilan abad 21 atau yang biasa disebut dengan 4C adalah sebagai berikut.

1. berpikir kreatif (creative thinking),


2. berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving),
3. berkomunikasi (communication), dan
4. berkolaborasi (collaboration).
5. Selain itu, Trilling dan Fadel (dalam Karim & Daryanto, 2017, hlm. 1) membagi keterampilan
abad 21 menjadi 3, yaitu:
6. Life and career skills,
merupakan keterampilan hidup dan berkarir, meliputi fleksibelitas dan adaptabilitas, inisiatif
dan mengatur diri sendiri, interaksi sosial budaya, produktivitas dan akuntabilitas, serta
kepemimpinan dan tanggung jawab;
7. Learning and innovation skills,
adalah keterampilan belajar dan inovasi meliputi: berpikir dan mengatasi masalah, komunikasi
dan kolaborasi, dan kreativitas dan inovasi;
8. Information media and technology skills,
merupakan keterampilan teknologi dan media informasi meliputi literasi informasi, literasi 17
media dan literasi ICT. Ketiga keterampilan tersebut terangkum dalam sebuah skema yang
disebut pelangi keterampilan pengetahuan abad 21 atau disebut ―21 Century Knowledge-Skill
Rainbow”.

Menurut Sudarma (2014) terdapat beberapa kreativitas guru yang perlu ditingkatkan seiring dengan
perubahan pembelajaran abad ke-21.

 Memiliki akses informasi yang luas dan cepat


 Meningkatkan kreativitas membaca
 Meningkatkan kreativitas menulis
 Meningkatkan keterampilan dasar pembelajaran
 Meningkatkan kreativitas mengelola model pembelajaran
 Meningkatkan kreativitas mengelola materi pembelajaran berbasis teknologi

Pengalaman belajar ini harus memberdayakan siswa sebagai individu dan warga negara sekaligus
sebagai agen perubahan yang bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan mampu berkontribusi untuk
masyarakat, bangsa, dan dunia.Di antara ragam kompetensi dan keterampilan yang diharapkan
berkembang pada siswa sehingga perlu diajarkan pada siswa di abad ke-21 di antaranya adalah
personalisasi, kolaborasi, komunikasi, pembelajaran informal, produktivitas dan content creation.
Elemen tersebut juga merupakan kunci dari visi keseluruhan pembelajaran abad ke-21. Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSN) merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dirumuskan dalam proses
pendidikan abad ke-21. Sedangkan Permendikbud No 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip
pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013 Sementara itu, Jennifer Nicols
menyederhanakannya ke dalam

4 prinsip yaitu: 1). Instruction should be student-centered, 2). Education should be collaborative, 3).
Learning should have context, 4). Schools should be integrated with society. (Karim, 2017)

1. Instruction should be student-centered


Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensinya. Siswa lah yang secara aktif
meningkatkan pengetahuan, potensi dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berfikirnya, serta diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang
terjadi di masyarakat. Hal ini bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya
namun intervensi guru masih tetap diperlukan.

Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior
knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru yang akan dipelajarinya, memberi
kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing, dan
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Guru juga berperan
sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.

2. Education should be collaborative

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang berbeda latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di
kelasnya dalam menggali informasi dan membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap
orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Sekolah
(termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya
di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan pengalaman tentang praktik dan metode
pembelajaran yang telah dikembangkannya, dan bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.

3. Learning should have context Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
karena pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di
luar sekolah. Guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word). Guru juga perlu membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna
dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya.

4. Schools should be integrated with society


Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya, dalam upaya
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Siswa dapat dilibatkan dalam
berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan
untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya. Dengan kekuatan teknologi dan internet,
siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah
atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.

Daryanto dan Karim (2017) dalam Bukunya Pembelajaran Abad 21 disebutkan bahwa: Menurut
International Society for Technology in Education, karakteristik keterampilan guru abad 21 dimana era
informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad 21 kedalam 5 kategori, yaitu:

1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik, dengan indikator
diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan inovatif.

b. Melibatkan peserta didik dalam menggali isu dunia nyata (real word) dan memecahkan permasalahan
otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital.

c. Mendorong refleksi peserta didik menggunakan tool kolaboratif untuk menunjukkan dan
mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual dan proses kreatif peserta didik.

d. Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan diri belajar dengan peserta
didik, kolega, dan orang-orang lain baik melalui aktivitas tatap muka maupun melalui lingkungan virtual.

2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan assesmen era digital, dengan indikator
sebagai berikut:

a. Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang mengintegrasikan toos dan
sumber digital untuk mendorong belajar dan kreatifitas peserta didik.

b. Mengembangkan lingkungan belajaryang kaya akan teknologi yang memungkinkan semua peserta
didik merasa ingin tahu dan menjadi partisipasi aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelolah
belajarnya sendiri dan mengukur perkembangan belajarnya sendiri.
c. Melakukan kostuminasi dan personalisasi aktif belajar yang dapat memenuhi strategi kerja gaya
belajar dan kemampuan menggunakan tools dan sumber-sumber digital yang beragam.

d. Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan standar teknologi dan
konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses belajar peserta didik maupun
pembelajaran secara umum.

3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai berikut:

a. Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan
situasi yang baru.
b. Berkolaborasi dengan peserta didik, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-tool dan sumber
digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi peserta didik.

c. Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada pesserta didik, orang tua, dan sejawat
menggunakan aneka ragam format media digital

d. Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif dari pada tool-tool digital terkini untuk
menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian
dan belajar.

4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan indikator diantaranya
sebagai berikut:

a. Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam menggunakan teknologi
informasi digital, termasuk menghargai hak cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber
belajar.

b. Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dengan memberikan akses yang memadai terhadap tool-tool digital dan
sumber belajar digital lainnya.

c. Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interaksi sosial terkait dengan
penggunaan teknologi informasi.

d. Mengembangkan dan mencontohkan pengembangan budaya dan

kesadaran global melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan peserta didik dari budaya lain
menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional,
dengan indikator sebagai berikut:

a. Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan teknologi kreatif untuk
meningkatkan pembelajaran.

b. Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi teknologi, berpartisipasi dalam


pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas, dan mengembangkan keterampilan
kepemimpinan teknologi kepada orang lain.
c. Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek profesional terkini terkait dengan
penggunaan efekti dari pada tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.

d. Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait dengan profesi guru baik di
sekolah maupun dalam komunitas.

Pentingnya penguasaan terhadap keterampilan abad 21 dikarenakan pada masa ini peserta didik
dituntuk untuk dapat mengembangkan life skill dan soft skills, diantaranya meliputi kemampuan berpikir
kritis dan memecahkan masalah, kreativitas, berkomunikasi, serta berkolaborasi., disamping
penguasaan terhadapt materi

Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar di atas, sejumlah prinsip pembelajaran diterapkan pada pendidikan
dasar dan menengah di Indonesia (Permendikbud Nomor 22/2016).

1. Pembelajaran berbasis pada peserta didik mencari tahu.

2. Pembelajaran berbasis pada aneka sumber belajar.

3. Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

4. Pembelajaran berbasis kompetensi.

5. Pembelajaran terpadu.

6. Pembelajaran memungkinkan peserta didik menemukan jawaban benar yang berbeda-beda.

7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif.

8. Pembelajaran meningkatkan hardskills dan softskill secara seimbang.

9. Pembelajaran mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar


sepanjang hayat.

10. Pembelajaran menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha),
membangun kemauan (ing madya mangun karsa). dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani).

11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah pendidik, siapa saja adalah peserta didik,
dan di mana saja adalah kelas.

13. Pembelajaran memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.

14. Pembelajaran memperhatikan perbedaan individual.

Metode ilmiah merupakan metode yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam menemukan
pengetahuan/teori/konsep.

Dalam konteks pembelajaran, metode ilmiah digunakan untuk mengembangkan cara-cara berpikir dan
bekerja secara ilmiah.
Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat juga dipahami sebagai pembelajaran yang terdiri atas
kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin/perlu/belum
diketahui),menanya/merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi dengan satu atau lebih
cara/teknik,menalar/mengasosiasi (menggunakan data/informasi untuk menjawab pertanyaan/menarik
kesimpulan), dan mengomunikasikan jawaban/kesimpulan.

Ketrampilan yang dibutuhkan di abad 21 bersifat lebih internasional, multikultural dan saling
berhubungan. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah cara belajar, sifat pekerjaan
yang dapat dilakukan, dan makna hubungan sosial. Pada abad terakhir ini telah terjadi pergeseran yang
signifikan dari layanan manufaktur kepada layanan yang menekankan pada informasi dan pengetahuan
(Scott, 2015a). Saat ini, indikator keberhasilan lebih didasarkan pada kemampuan untuk berkomunikasi,
berbagi, dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang kompleks, dapat beradaptasi
dan berinovasi dalam menanggapi tuntutan baru dan mengubah keadaan, serta memperluas kekuatan.

Anda mungkin juga menyukai