Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANAJEMEN RISIKO

RISK BREAKDOWN STRUCTURE


(Studi Kasus Pemasangan Box Girder Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung))

Oleh :

HADI HIDAYATULLAH 2015011038


SITI MAHARDIKA 2015011056
INDAH SUCI CAHYANI 2015011076

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proyek

Pusat kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat menimbulkan sejumlah isu,


termasuk dalam bidang transportasi yang harus memenuhi kebutuhan mobilitas
penduduk antar daerah. Keadaan ini khususnya terjadi di Pulau Jawa, yang
memiliki kota-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta dan Ibu Kota Provinsi Jawa
Barat, Bandung. Dengan letak geografis yang sangat strategis dan tingkat
mobilitas penduduk yang tinggi, terdapat kebutuhan untuk membangun suatu jalur
penghubung antara kedua kota tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah dianggap perlu untuk melakukan pembangunan


infrastruktur koridor Jakarta hingga Bandung. Langkah ini diharapkan dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor-sektor kehidupan dan
ekonomi di ibu kota negara Indonesia dan ibu kota Jawa Barat. Dengan
mempertimbangkan berbagai kebutuhan penduduk, pilihan untuk menerapkan
Kereta Cepat dianggap sebagai langkah modernisasi dalam meningkatkan
mobilitas massal di Indonesia, yang pada gilirannya akan memperkuat
keterhubungan antar daerah dan kota. Langkah ini diharapkan dapat memberikan
dampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitarnya dan mengoptimalkan
potensi keterhubungan antar ruang, khususnya pada jalur Jakarta-Bandung.
B. Kondisi Saat Pemasangan Box Girder

Gambar 1. Kondisi Pemasangan Box Girder

Kereta cepat ini akan melintasi 9 kabupaten dan kota di Indonesia. Kesembilan
kabupaten dan kota tersebut dimulai dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung,
Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, KabupatenPurwakarta, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi (Provinsi Jawa Barat) sampai dengan
bagian Jakarta Timur (Provinsi DKI Jakarta) dansebaliknya). Dalam koridor ini
rencananya akan dibangun 4 buah stasiunpemberhentian, yakni Jakarta (Stasiun
Halim), Kab. Karawang (StasiunKarawang), Kab. Bandung Barat (Stasiun Walini)
dan tentunya KotaBandung (Stasiun Tegal Luar).
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Risk Breakdown Structure

RBS (Risk Breakdown Structure) digunakan terutama dalam upaya untuk


melakukan kategorisasi masing-masing risiko. RBS adalah pengelompokan risiko
dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis dan
terstruktur secara alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek. Sasaran
penerapan RBS adalah kejelasan pemangku risiko dan peningkatan pemahaman
risiko organisasi atau proyek dalam konteks kerangka kerja yang logis serta
sistematis.

B. Risk Breakdown Structure pada Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pada Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki beberapa risiko K3 yang


telah dianalisis berdasarkan video yang telah diberikan. Risiko K3 yang telah
dianalisis sebagai berikut:
Gambar 2. Risiko K3 pada Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
C. Penetapan Tingkat Risiko

Penetepan tingkat risiko berfungsi untuk mengetahui seberapa besar dampak risiko
tersebut terhadap proyek. Penetapan tingkat risiko ini dinilai dari aspek seberapa
mungkin risiko itu terjadi pada suatu proyek dan seberapa besar dampak yang
ditimbulkan oleh risiko tersebut terhadap proyek. Untuk menentukan tingkat risiko
pada proyek ini menggunakan matriks probabilitas.

Consequence
5 = Sangat Besar

4 = Besar
Probabilitas

3 = Sedang
2 3

2 = Kecil
1

1 = Sangat Kecil

Gambar 2. Matriks Probabilitas


BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung terdapat 15 risiko yang dapat


mempengaruhi keberlangsungan proyek. Risiko tertinggi pada proyek ini adalah
pekerja terhimpit box girder, risk level dari risiko tersebut sebesar 20 dengan
probabilitas 5 atau dapat dikategorikan sangat sering dan dampak 5 atau dapat
dikategorikan sebagai bencana. Kemudian, untuk risiko terendah pada proyek ini
adalah pekerja tertusuk baut penguat antara girder dengan pier, risk level dari
risiko tersebut sebesar 6 dengan probabilitas 3 atau dapat dikategorikan sedang
dan dampak 2 atau dapat dikategorikan kecil. Oleh karena itu, pada Proyek Kereta
Cepat Jakarta-Bandung perlu ditingkatkan dan diperhatikan terkait penerapan K3
baik dalam bentuk safety first pada pekerja, rambu-rambu di proyek, maupun
dalam operasional atau pemasangan girder.

Anda mungkin juga menyukai