Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdul Iqram

NIM : 2101095001
Kelas : 5B

1. Kerentanan Desa Tengger, Bromo Jawa Timur


➢ Introduction :
Secara umum masyarakat suku Tengger diakui sebagai kelompok etnis yang sangat
terbuka dalam mengungkapkan perasaan mereka, selain itu mereka juga terkenal
dengan rasa solidaritasnya yang begitu tinggi, sehingga dengan adanya rasa saling
tolong menolong antar warga adalah suatu komunitas kecil dalam berbagai macam
lapangan kehidupan sosial. Hal itu berkaitan dengan aktivitas kerja sama antara
sejumlah warga yang satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan suatu proyek
tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Orang Tengger dikenal
sebagai petani tradisional yang tangguh, bertempat tinggal berkelompok-kelompok di
bukit-bukit yang tidak jauh dari lahan pertanian mereka. Suhu udara yang dingin
membuat mereka betah bekerja di ladang sejak pagi hingga sore hari. Apabila
dipersentasikan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sangat
besar, kurang lebih sekitar 95%, sedangkan sebagian kecil dari mereka (5%) hidup
sebagai pegawai negeri, pedagang, buruh, dan usaha jasa.

➢ Kerentanan Fisik
Berdasarkan hasil analisis risiko bencana letusan Gunung Bromo Luas kawasan
yang berisiko tinggi terhadap bencana letusan Gunung Bromo di Desa Wonokerto
822,41 Ha. Luas kawasan yang berisiko sedang sebesar 2777,68 Ha. Luas kawasan
yang berisiko rendah sebesar 7.607,54 Ha. Luas yang tidak terdampak risiko bencana
sebesar 345,94 Ha. Pada kawasan berisiko tinggi kerusakan lagan pertanian dan rumah
yang diakibatkan oleh letusan Gunung Bromo tinggi, sehingga financial safety net
seperti asuransi dan kemudahan mendapatkan kredit sangat penting untuk masyarakat
terdampak untuk memulai kembali aktivitas ekonomi yang terhenti karena letusan.
Pada kawasan risiko bencana sedang direkomendasikan pengurangan risiko bencana
dengan penyediaan lapangan pekerjaan selama letusan berlangsung. Letusan Gunung
Bromo seringkali berlangsung lama, bisa berlangsung sampai 9 bulan. Penyediaan
lapangan pekerjaan selama letusan berlansung diharapkan dapat mengurangi beban
ekonomi masyarakat pada kawasan tingkat risiko sedang. Pada kawasan risiko bencana
rendah dapat ditangani dengan aspek bantuan dari pemerintah yang merupakan
perwujudan merupakan bentuk perlindungan sosial dari pemerintah. Bantuan berupa
logistik kedaruratan dan kesehatan sangat diperlukan.

➢ Kerentanan Sosial
Desa Wonokerto mempunyai 2 (dua) masjid dan 1 (satu) mushalla, Jumlah
penduduk secara keseluruhan yaitu 1324 jiwa, yang terdiri dari 648 laki-laki dan 676
perempuan dengan jumlah KK 465. Desa Wonokerto adalah satu-satunya desa di
tengger yang 99,9% memeluk agama Islam. Desa Wonokerto mempunyai 3 dusun yaitu
Dusun Punjul, Krajan dan Jurang Perahu yang masing-masing dusun berbeda jumlah
penduduknya. Dusun krajan sebanyak 515 penduduk, laki-laki berjumlah 251 dan
perempuan 264, sedangkan di dusun Punjul sebanyak 442 penduduk, laki-laki 218 dan
perempuannya 224. Penduduk yang paling sedikit yaitu di Dusun Jurang Perahu dengan
jumlah 367 penduduk, laki-laki yang berjumlah 179 dan perempuan 188.

➢ Kerentanan Lingkungan
Masyarakat Suku Tengger memiliki tradisi yang telah dilakukan secara turun
temurun dalam upaya mitigasi bencana Gunung Bromo. Tradisi tersebut telah
diturunkan dari leluhur dan masih dilaksanakan hingga saat ini. Bentuk kearifan lokal
Suku Tengger dalam upaya mitigasi bencana diantaranya adalah Mayu dusun atau
ruwatan merupakan upacara adat yang dilakukan dengan memberikan sesaji kepada
roh-roh leluhur. Istilah mayu dusun atau ruwatan ini di berbeda tempat memiliki arti
yang berbeda pula, bisa juga diartikan sebagai slametan, bersih desa, dan sebagainya.
Upacara diikuti oleh seluruh masyarakat desa dan dipimpin oleh sesepuh desa, serta
diiringi oleh gamelan. Upacara ini dilakukan dengan masing-masing masyarakat
membawa hasil bumi berupa sayur mayur dan makanan yang disusun menggunung.
Upacara ini biasanya dilaksanakan setelah musim panen agar masyarakat dapat
memiliki modal sebelum upacara berlangsung. Masyarakat Suku Tengger, khususnya
masyarakat Desa Pusungmalang mempercayai bahwa diadakannya upacara ini untuk
menghormati roh leluhur agar mereka selalu menjagaseluruh masyarakat desa dan
menghindarkan dari ancaman.
2. Hal rumusan ketangguhan menurut kepala BMKG
Diantaranya adalah :
a. Membangun sistem peringatan dini yang handal

b. Perlu adanya skema pembiayaan yang tepat dan tidak memberatkan bagi negara-
negara berkembang, tertinggal, dan kepulauan

c. Kerjasama dan pelibatan semua elemen masyarakat mutlak diperlukan

d. Membangun solidaritas global untuk berbagi kapasitas dan berbagi sumber daya

e. Mendorong peningkatan peran dan efektivitas kepemimpinan di tingkat lokal,


nasional, regional, dan internasional dalam memperkuat manajamen bencana

3. Tulis brief report analisis kerentanan terhadap karhutla di P. Bengkalis dalam jurnal
tulisan Pak Agung Adiputera
Kesimpulan :
Salah satu daerah yang mengalami kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan adalah
Pulau Bengkalis di Provinsi Riau. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau hampir
setiap tahun terjadi. Kebakaran di lokasi tersebut terjadi setiap musim kemarau.
Berdasarkan data statistik Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau 2014, sekitar 56%
total lahan gambut di Pulau Bengkalis mengalami kebakaran hampir setiap tahun.
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui nilai risiko bencana kebakaran hutan dan
lahan di pulau Bengkalis, dengan memperhitungkan kerawanan dan kerentananya.
Upaya mengurangi risiko bencana kebakaran hutan dan lahan memerlukan arahan
mitigasi bencana sebagai tindakan preventif. Sekitar 543,786 jiwa total penduduk di
pulau Bengkalis sebagian di-antaranya rentan terpapar bencana asap dari kebakaran
hutan dan lahan. Metode dalam penelitian ini merupakan metode perhitungan risiko
bencana dari interaksi antara bahaya (hazard) yang ada, dan tingkat kerentanan
(vulnerability) masyarakat terhadap bencana, serta kapasitas yang dimiliki masyarakat
dalam menghadapi bencana (R=H x V x E). Jika masyarakat cukup tinggi dalam
menghadapi bencana, maka kapasitas bersifat mengurangi risiko. Luas wilayah Pulau
Bengkalis yang mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap bencana kebakaran hutan dan
lahan seluas 73.441,61 ha, dan tingkat risiko sedang seluas 2.721,81 ha. Total luas
wilayah berisiko terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Pulau Bengkalis
adalah 14.295,83 ha. Seluruh desa atau kelurahan di Pulau Bengkalis mempunyai
wilayah dengan risiko sedang dan tinggi dengan luas yang bervariasi.

Referensi :
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel/index

YAKUSA
”(Yakin Usaha Sampai)”

Anda mungkin juga menyukai