Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

Makalah Calon Kepala Sekolah


Sumarso, S.Pd., M.Pd.

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Peranan-manajemen-sumber-daya-manusia-dalam-meningkat kan-mut u-pendidikan


Alfin Fadilah Akbar

MANAJEMEN ST RAT EGIK DALAM PENDIDIKAN


fridiyant o yant o

ADMINIST RASI dan PENGELOLAAN Sekolah


muht ar imut
MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF
DENGAN PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”

MAKALAH
Disusun Dalam Rangka Seleksi Calon Kepala Sekolah
Tahun 2007

Disusun Oleh :

MARTINI, S.Pd.
NIP : 197003302008012011

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG


DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI 5 PARDASUKA
2007
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah dengan judul : MANAJEMEN SEKOLAH YANG EFEKTIF DENGAN


PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”
Telah diteliti dan disetujui untuk diajukan sebagai persyaratan seleksi calon Kepala
Sekolah Tahun 2007

Disahkan :
Di : Saketi

Hari / Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2007

Pengawas Pembina : Kepala SMP Negeri 2 Saketi :

DRS. TEDI TEJA SUMANTRI AHMAD AFFANDI


NIP : 131405734 NIP : 198109162008041001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan
nikmat, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu
persyaratan seleksi Calon Kepala Sekolah.
Makalah yang penulis ajukan adalah berjudul : MANAJEMEN SEKOLAH
YANG EFEKTIF DENGAN PENDEKATAN POLA ”SUMARSO”, yang merupakan
gagasan dari penulis dalam mengelola sekolah yang efektif, karena calon Kepala Sekolah
dituntut untuk dapat menggerakan dan mengelola sekolah sehingga fungsi sekolah
sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik dalam kehidupan masyarakat
dapat tercapai secara baik sesuai dengan tujuan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
2. Bapak Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
3. Bapak Kepala SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang
4. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 2 Saketi
Karena berkat segala dorongan, bimbingan serta saran, makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dari Bapak dan Ibu, Amin.

Saketi, Oktober 2007


Penulis

MARTINI, S.Pd.
NIP : 197003302008012011
DAFTAR ISI

Halaman :
Lembar Pengesahan .............................................................................................. i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ............................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN MASALAH .......................................................... 5
1. SIMPLE ........................................................................................ 6
2. UNIFIED ........................................................................................ 7
3. MEANINGFUL ............................................................................... 7
4. ACCEPTABLE ............................................................................... 8
5. REASONABLE ............................................................................... 8
6. SENSIBLE ..................................................................................... 9
7. OPTIMAL ..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan "baru"


dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school
based management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,
pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American
Association of School Administrators, National Association of Elementary School
Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan
dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning.
Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola
pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki
untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para
kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan
terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin
pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan
kreativitas berinovasi.

Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan


dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian
sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat
untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama
sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara
mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya
diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah
hanya menerima apa adanya. Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah

1
2

adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu
kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan
serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil.
Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,
manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah
pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational
production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2)
penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat
khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini
Usman, 2002).

Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang
sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk
mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(school based management) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk
merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan
yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana
terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai
community learning center; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau
learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi
manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal 2 Mei 2002, bertepatan hari
pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk
peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad
3

Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap
bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa
diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang
luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling
memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan
yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang
mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat

Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan


manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan
suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di
Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c)
Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika
Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang
dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon
Kepala Sekolah).

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu


yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,
mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan
semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas
dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung
upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun
administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak
lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf
administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
4

Dari uraian diatas penulis mencoba menuangkan gagasan pengelolaan sekolah


yang efektif sesuai dengan semangat otonomi sekolah dan manajemen berbasis
sekolah dengan satu pendekatan yang penulis sebut dengan pola ”SUMARSO”

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah membahas pengelolaan


sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO” yang merupakan gagasan
dari penulis.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberikan gagasan tentang
pengelolaan sekolah yang efektif dengan pendekatan pola ”SUMARSO” yang
merupakan salah satu persyaratan dalam seleksi Calon Kepala Sekolah tahun 2007.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

Manajemen pendidikan merupakan bagian dari manajemen pada umumnya karena


manajemen bergerak dalam usaha memberikan layanan jasa untuk umum. Selain itu
banyaknya beban yang diberikan kepada manajemen sekolah, maka manajemen sekolah
terpisah dari manajemen pada umumnya. Hal ini juga terkait dengan karakteristik dari
sekolah yang berbeda dengan badan, lembaga atau perusahaan.
Manajemen pendidikan sejalan dengan manajemen pada umumnya dalam pola
dan proses kerja, seperti adanya usur-unsur perencanaan, pengorganisasian, dan
sebagainya. Manajemen sekolah memiliki kaitan dengan manajemen pendidikan.
Manajemen sekolah memiliki hubungan sangat erat dengan manajemen pendidikan.
Manajemen sekolah menjalankan berbagai rencana pelaksanaan proses pendidikan dan
pengajaran dengan cara sebaik-baiknya. Dengan maksud untuk mewujudkan berbagai
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen pendidikan. Manajemen
sekolah merupakan perangkat pelaksana, sedangkan kepala sekolah sebagai manajer
memiliki beberapa tanggung jawab, diantaranya memberikan arah bagi sekolah dan
pelaksanaan berbagai peraturan yang ditetapkan.
Manajemen sekolah selalu memperhatikan segala aspek dari proses pendidikan
dan pengajaran. Manajemen sekolah bertanggung jawab mewujudkan suasana yang
sesuai dengan perkembangan peserta didik yang sangat kompleks. Dengan demikian,
maka manajemen sekolah memainkan peranan penting dalam penerapan berbagai pola
interaksi dalam rangka mewujudkan berbagai tujuan yang diharapkan.
Kepala sekolah sebagai manajer adalah panglima pengawal pendidikan yang
melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan
didalamnya. Suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi
yang dibebankan diatas pundaknya.

5
6
Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang
mendukung kegiatan sekolah. Demi suksesnya dalam mengemban berbagai beban dan
tugas, maka ia harus memiliki beberapa sifat berkaitan dengan kepribadiannya dan
profesinya.
Dari uraian diatas penulis mencoba mengajukan gagasan bagaimana mengelola
sekolah yang efektif dengan pola yang penulis sebut dengan ”SUMARSO”.
Pola ”SUMARSO” merupakan akronim atau singkatan dari Simple, Unified,
Meaningful, Acceptable, Reasonable, Sensible, dan Optimal.
Unsur tersebut penulis anggap merupakan sifat atau pola yang efektif diterapkan dalam
mengelola sebuah sekolah.
Untuk lebih jelasnya penulis ingin menguraiakan unsur-unsur pola ”SUMARSO”
satu persatu, seperti dibawah ini :

1. SIMPLE

Simple artinya sederhana. Maksud dari sederhana adalah penulis maksudkan


bahwa sebagai kepala sekolah dalam menetapkan visi, misi, dan strategi sekolah
hendaknya sederhana dan mudah dipahami oleh semua warga sekolah. Kadang ada
kepala sekolah yang membuat visi sekolah terlalu kompleks, sehingga pemahaman
dari warga sekolah tentang visi sekolah kurang.
Selain sederhana dalam penetapan visi sekolah, seorang kepala sekolah juga
harus dapat menerapkan kesederhanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah
khususnya dalam penyusunan anggaran sekolah. Sederhana disini tidak dimaksudkan
untuk asal-asalan tetapi prinsip efisiensi dan penghematan sangat perlu diciptakan
tanpa mengabaikan faktor mutu.
Kesederhanaan juga perlu diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Baik dari pihak kepala sekolah, guru, maupun siswa. Bukan tidak mungkin
penampilan yang berlebihan akan membuat suasana yang tidak enak diantara warga
sekolah. Seperti contohnya apabila ada guru yang berpenampilan berlebihan,
sedangkan ada guru lain yang memang kurang mampu secara ekonomi untuk tampil
7
secara berlebihan, maka kemungkinan terjadi situasi yang tidak sehat dapat muncul.
Sehingga timbul suasana yang tidak kondusif yang pada akhirnya tidak dapat
mewujudkan teamwork yang solid untuk melaksanakan semua rencana sekolah yang
telah ditetapkan.

2. UNIFIED

Unified artinya adalah mempersatukan. Sekolah adalah merupakan sebuah


organisasi atau dapat pula diibaratkan sebagai sebuah kapal yang akan berlayar
menuju kesebuah pulau tujuan. Kepala sekolah merupakan nahkoda yang harus dapat
mempersatukan seluruh anak buah kapal serta penumpang yang ada didalam kapal,
sehingga kapal dapat berlayar dengan aman serta dapat melewati seluruh rintangan
yang mungkin dihadapi dengan rasa kekeluargaan yang aman dan nyaman.
Syafaruddin (2002:58) berpendapat beberapa pertimbangan yang penting
untuk diperhatikan adalah prespektif yang dibutuhkan para pemimpin pendidikan
yang meliputi hal-hal berikut, …sense of the whole, rhytme, passion, intensity, and
enthusias. Yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi
dari setiap staff.

3. MEANINGFUL

Meaningful artinya adalah berarti atau penuh arti. Berarti atau penuh arti
penulis maksudkan bahwa kepala sekolah dalam menentukan visi, misi dan strategi
sekolah selain sederhana juga harus berarti atau penuh arti, sehingga jelas kemana
arah serta tujuan sekolah yang dipimpinnya.
Penuh arti juga diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari, artinya
kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang menimbulkan kesan positif
kepada warga sekolah, sehingga timbul rasa memiliki dan motivasi untuk berprestasi
dari semua warga sekolah.
8
Tindakan konkrit dari kepala sekolah contohnya adalah memberikan
penghargaan kepada setiap warga sekolah yang berprestasi serta pujian dengan kata-
kata yang berkesan pada warga sekolah, serta memberikan hukuman kepada warga
sekolah yang membuat pelanggaran atau kesalahan, tentunya dengan hukuman atau
teguran yang bijaksana dan tidak menimbulkan rasa sakit hati.

4. ACCEPTABLE

Acceptable artinya dapat diterima. Dapat diterima disini penulis maksudkan


adalah kepala sekolah didalam membuat program kegiatan sekolah atau rencana
kegiatan harus secara terbuka serta melibatkan semua unsur sekolah, seperti guru,
tata-usaha, perwakilan siswa serta komite sekolah. Sehingga perencanaan atau
program yang direncanakan adalah hasil pemikiran semua unsur sekolah, dengan
demikian program sekolah dapat diterima oleh semua unsur sekolah.
Selain itu, kepala sekolah juga harus melibatkan semua unsur sekolah dalam
menetukan visi, misi dan strategi sekolah agar semua program dan rencana kegiatan
untuk mencapai visi sekolah tersebut dapat diterima oleh semua warga sekolah.

5. REASONABLE

Reasonable artinya adalah masuk akal. Dalam menentukan atau mengambil


suatu kebijakan, kepala sekolah sebagai pimpinan harus selalu berpedoman kepada
hal yang masuk akal serta realistis. Seperti penyusunan RAPBS, RPS, serta visi, misi
sekolah, hendaknya dipikirkan bahwa semua yang diputuskan masuk akal dan
diterima oleh semua warga sekolah.
9
6. SENSIBLE

Sensible diartikan dengan bijaksana. Kepala sekolah harus bersikap bijaksana


dalam memutuskan sutau kebijakan sekolah tanpa harus kehilangan wibawa. Artinya
semua warga sekolah selalu diajak untuk bekerja sama dalam upaya memajukan
sekolah. Kepala sekolah juga harus bijaksana memberikan penugasan kepada guru
atau pegawai sesuai dengan kemampuan, dan berperinsip memberikan tugas kepada
orang yang tepat, sehingga guru yang diberi tugas akan sanggup melaksanakannya
dan tujuan dari kegiatan yang direncanakan dapat tercapai.
Bijaksana juga berarti kepala sekolah dalam memberikan teguran harus
mempertimbangkan faktor psikologis, seperti tidak memberikan teguran didepan
orang banyak sehingga tidak menimbulkan malu dan sakit hati kepada guru atau
pegawai yang diberi teguran.

7. OPTIMAL

Optimal dapat dartikan dengan terbaik atau paling menguntungkan. Kepala


sekolah harus dapat mengoptimalkan semua potensi sekolah agar dapat menjadi
pendukung yang kuat dalam mencapai tujuan sekolah. Guru sebagai ujung tombak
keberhasilan pembelajaran harus benar-benar dioptimalkan dan diberdayakan.
Dalam konteks manajemen mutu terpadu pendidikan, pemberdayaan guru
termasuk pegawai, salah satunya melalui pembagian tanggung jawab. Disini jelas
bahwa keberadaan guru sebagai staf dalam proses pembelajaran dan pengajaran di
lembaga pendidikan menjadi salah satu pilar kepemimpinan. Menurut Sallis (1993)
dalam Syafaruddin (2002:67) berpendapat, ”a key aspect of leadership role in
education to empower teacher to give them the maximum opportunity to improve the
learning of their students”
Artinya guru diberi kebebasan dan kesempatan yang maksimal dalam
berimprovisasi atau berkreasi dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru-guru harus
diberi kekuasaan lebih besar untuk bertindak dan otonomi lebih besar dalam hampir
10

semua yang mereka lakukan. Sudah barang tentu dengan didasarkan pada komitmen
untuk mengembangkan budaya mutu bagi sekolah. Pada gilirannya, pemberdayaan
guru mengacu pada pemberian kewenangan penuh dalam melakukan perbaikan mutu
sejalan dengan budaya mutu yang dikembangkan, sehingga inisiatif, kreatifitas dan
sikap proaktifnya tumbuh dengan penuh tanggung jawab bagi sekolah.
Menurut Sue Law dan Derek Glover (2002) dalam Syafaruddin (2002:69)
berpendapat bahwa beberapa elemen motivator positif bagi guru dalam proses
manajemen pendidikan, yaitu : (1) pengembangan pelajar dan pembelajaran. (2) sikap
antusias terhadap mata pelajaran mereka. (3) pengakuan, minat, harga diri, dan
dukungan. (4) kesempatan memberikan kontribusi dan pencerahan. (5) kesempatan
memberikan tanggung jawab. (6) tantangan terhadap ketrampilan profesional mereka.
(7) memberikan inspirasi terhadap yang lain. (8) membuka peluang prospek karier
para guru.
Mengoptimalkan semua potensi sekolah termasuk mengoptimalkan potensi
guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran menjadi sangat berarti dalam
peningkatan mutu pembelajaran yang akhirnya dapat membawa kedalam peningkatan
mutu sekolah.

Demikian uraian dan gagasan dari penulis sebagai masukan dalam upaya
pengelolaan sekolah yang efektif, dengan menggunakan pola ”SUMARSO”. Penulis
berharap betapapun sederhana gagasan ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi
kepala sekolah maupun calon kepala sekolah dalam mengelola sekolah sehingga tujuan
sekolah yang bermutu dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP

Kepemimpinan pendidikan merupakan aspek penting dalam menerapkan


manajemen mutu pendidikan. Kepala sekolah menjadi pemeran utama didalamnya. Guru
dan pegawai menjadi pendukung tugasnya. Visi, integritas, dan kemampuan menjadi
syaratnya. Kepemimpinan menentukan dalam menjawab peluang perubahan kultur mutu
pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu komitmen manajemen puncak terhadap
perbaikan mutu harus menjadi pilar utama.
Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah harus kreatif dan inovatif dalam
berupaya mengelola sekolah yang efektif dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran
serta mutu pendidikan pada umumnya.
Pendekatan pola ”SUMARSO” yang penulis ajukan semoga dapat memberikan inspirasi
bagi kita semua dalam rangka mengelola sekolah yang efektif menuju kepada
peningkatan mutu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thuwairaqi, Nawwaal. (2004). Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah.


Jakarta : Darul Falah

Depdiknas. (2000). Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Depdiknas

Sukamto, dkk. (2000). Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah. IKIP Jogjakarta

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep, Strategi,


dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo

12

Anda mungkin juga menyukai