Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BBDM

MODUL 6.3 SKENARIO 2

TUTOR PEMBIMBING

dr. Enny Probosari, M.Si.Med, Sp.GK

DISUSUN OLEH

Airiza Fatma Yossineura (22010117140106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
SKENARIO 2

KONFUSIO AKUT

Pak Sastro, usia 80 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sejak 2 hari jika diajak bicara
kadang tidak nyambung . Pasien mengeluh sesak nafas, nafas kadang berbunyi mengi disertai
batuk dengan dahak banyak. 1 hari ini pasien lebih banyak tidur. Sesekali membuka mata
jika dipanggil oleh anaknya. Pasien tidak demam dan tidak mau makan minum karena mual.
Pada bokong terdapat luka borok dengan diameter 4 cm , dengan dasar otot. Sejak jatuh 2
bulan yang lalu, pasien terus berbaring di tempat tidur karena adanya tungkai kiri nyeri saat
digerakkan dan tampak lebih pendek dibandingkan tungkai kanannya. Pada saat itu sudah
dilakukan pemeriksaan x foto panggul dan tungkai kiri, hasilnya berupa fraktur collum
femoris sinistra. Sejak sakit ini Pak Sastro memakai popok dewasa karena kadang-kadang
ngompol dan BAB tidak terasa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
lemah, kesadaran somnolen GCS E3M4V4. Tanda vital TD 100/60 mmHg, Nadi 105
x/menit, RR 28 X/menit, suhu 36,5. Pemeriksaan paru didapatkan ronki basah kasar dan
eksperium diperpanjang pada kedua paru. Pemeriksaan jantung dan abdomen dalam batas
normal. Panjang anatomi tungkai kiri < dibandingkan tungkai kanan.

STEP 1 Terminologi

1. Kesadaran somnolen GCS E3M4V4


 Kesadaran somnolen atau letargi didefinisikan sebagai kondisi dimana pasien
mengalami kantuk yang berat dan dapat terbangun ketika diberikan rangsang
sedang dan kembali dalam keadaan tidur.
GCS E3M4V4
E3: menandakan mata terbuka ketika diberikan rangsang suara
M4: reaksi motorik menjauhi rangsang nyeri
V4: mengalami kebingungan saat melakukan pembicaraan.

(Tindall SC. Level of Consciousness. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW,
editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990.)
2. Konfusio akut
 Konfusio adalah akibat dari gangguan menyeluruh fungsi kognitif, tandanya
ada beberapa:
- Penurunan derajat kesadaran dan kewaspadaan secara mendadak
- Terganggu prosesn berpikir
- Terjadinya proses disorientasi
3. Luka borok
 Luka borok merupa luka terbuka pada kulit dan muncul nanah. Nanah muncul
akibat adanya infeksi yg timbul.

STEP 2 Rumusan Masalah

1. Apa pengaruh kebiasaan pasien berbaring di tempat tidur terhadap keadaan


kesehatannya?
2. Mengapa bapak tidak berasa saat BAK dan BAB?
3. Kenapa muncul luka borok?
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
5. Apakah hubungan riwayat jatuh 2 bulan lalu dengan keluhan tidak nyambung saat
bicara?
6. Mengapa pasien mengalami sesak napas?

STEP 3 Hipotesis

1. Apa pengaruh kebiasaan pasien berbaring di tempat tidur terhadap keadaan


kesehatannya?
 Karena pasien terus berbaring di tempat tidur selama 2 bulan, dapat terjadi
ulkus dekubitus yang disebabkan oleh tekanan terus menerus pada kulit yang
sama yang akan mengakibatkan terjadinya anoksia jaringan dan nekrosis

(Sumber: Faswita, Wirda. 2017. Hubungan Pengetahuan Pasien Tirah Baring


yang Terlalu Lama dengan Kejadian Dekubitus di Rumah Sakit Bangkatan
PTPN 2 Binjai Tahun 2017.)
2. Mengapa bapak tidak berasa saat BAK dan BAB?
 Dikarenakan pasien terkena konfusio akut sehingga tidak bisa mengontrol
BAB dan BAK. Dari riwayat penyakitnya terdapat sesak nafas, batuk batuk
dan cedera tungkai, ini kemungkinan dapat menekan dari organ urologi yang
akhirnya menyebabkan tidak terkontrolnya pengeluaran BAB dan BAK.
Pasien berusia 80 tahun, pada lansia biasa terjadi inkontinensia urin dan alvi.
Fisiologisnya terjadi penurunan otonom saraf sehingga tidak ada saraf yang
dapat menahan BAB dan BAK. Yang berperan dalam menahan BAK biasanya
simpatis, pada kasus ini simpatisnya tidak berperan maksimal, sehingga
parasimpatisnya berperan dan menyebabkan inkontinensia urin

(Sumber: Faswita, Wirda. 2017. Hubungan Pengetahuan Pasien Tirah Baring


yang Terlalu Lama dengan Kejadian Dekubitus di Rumah Sakit Bangkatan
PTPN 2 Binjai Tahun 2017.)
3. Kenapa muncul luka borok?
 Ditinjau dari kondisi pasien, luka borok dalam skenario kemungkinan besar
merupakan ulkus dekubitus.
Ulkus dekubitus disebabkan oleh tekanan dan gesekan pada kulit yang
menghambat aliran darah ke kulit. Kondisi ini umum terjadi pada seseorang
yang tidak dapat mengubah posisi tubuh ataupun bergerak dalam waktu yang
lama sehingga muncul luka-luka di area tubuh yang tertekan.
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
 Interpretasi Pemeriksaan fisik
- KU lemah, GCS 11 (delirium)
- Denyut nadi : takikardia
- RR : takipnea (karena atrofi otot pernapasan, penurunan komplians paru
dan dinding dada, penurunan kekuatan otot nafas, perubahan interstitium
paru, penurunan permukaan alveolar)
- Suhu normal
- Bunyi suara nafas mengi
- Auskultasi ronkhi basa karena sekret
- Tungkai kiri < kanan akibat fraktur.

(Sumber : Barkauskas V, Stoltenberg-Allen K, Baumann L, et al. Health and


Physical Assessment, 3rd ed. St. Louis: Mosby-Year Book, 2002)
5. Apakah hubungan riwayat jatuh 2 bulan lalu dengan keluhan tidak nyambung saat
bicara?
 Jadi jatuh yang dialami oleh pasien itu dapat disebabkan oleh drop attack. Itu
merupakan salah satu penyebab dari konfusio akut. Pada konfusio, seseorang
mengalami gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh kesadaran yang turun,
gangguan berpikir hingga terjadi disorientasi. Salah satu gejala yang muncul
di skenario adalah bicara yang tidak nyambung.
6. Mengapa pasien mengalami sesak napas?
 Jadi untuk keluhan sesak nafas bisa terjadi mungkin dikarenakan terjadinya
aspirasi dikarenakan pasien terus berbaring sehingga mengakibatkan
pneumonia atau bisa disebabkan hal lain seperti pasien mengidap asma atau
terjadi inflamasi.

STEP 4 Skema

STEP 5 Sasaran Belajar

1. Definisi dan penyebab dari konfusio akut


2. Tanda dan gejala infeksi pada usia lanjut
3. Definisi dan penyebab ulkus dekubitus
4. Tatalaksana konfusio
5. Edukasi untuk pasien dan prognosis

STEP 6 Belajar Mandiri

1. Definisi dan penyebab dari konfusio akut


a. Definisi Konfusio Akut
Konfusio Akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
kognitif yang ditandai dengan memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat
terjadinya diorientasi.
b. Penyebab Konfusio Akut

Terdapat 3 kelompok yang bisa dikatakan sebagai penyebab terjadinya


Konfusio Akut yaitu keadaan patologik intraserebral, keadaan patologik
ekstraserebral dan penyebab iatrogenik. Kehilangan / gangguan sensorik dan
depresi juga dapat memicu terjadinya Konfusio Akut.

1) Konfusio yang disebabkan oleh intraserebral yaitu Ensefalopati


Hipertensi, Oedema Serebral, Hydrosefalus, Defisiensi Vitamin B12,
Meningitis, serangan Iskemi otak sepintas dan yang disebabkan akibat
penurunan pasokkan nutrisi serebral adalah penyebab kardiovaskuler
(seperti infark miokard, iskemik koroner akut, gagal jantung,
endokarditis), penyebab respiratorik (seperti infeksi paru, emboli paru,
penyakit obstruktif paru) dan iatrogenik serta sebab lainnya seperti
perdarahan dan anemia, hipoglikemia dan keracunan.
2) Konfusio yang disebabkan oleh ekstraserebral terdiri dari penyebab toksik
(seperti infeksi misalnya infeksi paru, endokarditis bakterialis subakut,
toksemia, alkoholisme), kegagalan mekanisme homeostatik (seperti DM,
gagal hati, hipotermia, dehidrasi, gangguan elektrolit) dan gangguan
lainnya seperti insomnia, depresi, ileus paralitik, nyeri hebat, retensi urine
dan obat-obatan.
3) Konfusio yang disebabkan iatrogenik terdiri dari obat-obatan yang
dihubungkan oleh konfusio akut (seperti amantadin, anti depresan, anti
histamine, anti hipertensif, anti parkinsonisme, atropik, analgesik kerja
sentral, kortikosteroid, sedatif, anti kolinergik, anti konvulsan, figoksin,
opiat dan obat penenang) dan obat-obat yang dihubungkan dengan
gangguan memori (seperti anti kolinergik, anti konvulsan tertentu, anti
hipertensi tertentu, benzo-diazepin, kortikosteroid, fenotiazin, obat
psikotropik dan sedatif).

2. Tanda dan gejala infeksi pada usia lanjut

 Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya


tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi pada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.

 Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.

 Jika infeksi terjadi, lansia sering menunjukkan gejalagejala infeksi yang tidak
seperti biasanya, yang berupa anoreksia, nausea, muntah, dan gangguan mental.
 Kelainan fisik dan laboratorium sering sulit untuk menginterpretasikannya, karena
banyak lansia telah mengalami kelainan pada paru dan saluran kemih, seperti
ronkhi, bakteriuria, piuria. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara
lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada
pasien usia lanjut.

 Gejala tidak khas biasanya berdasarkan adanya kecurigaan atas adanya infeksi.
Penurunan kemampuan fisik dan nafsu makan yang cepat,takhipnu, perubahan
status mental dan kegelisahan dapat merupakan kecurigaan akan adanya tanda
infeksi

3. Definisi dan penyebab ulkus dekubitus


 Definisi
Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan
karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol
(bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang
lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan suplai darah pada
daerah yang tertekan. Apabila berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan
insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia jaringan dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian sel.
Walaupun semua bagian tubuh bisa mengalami dekubitus, bagian
bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan
perhatian khusus.
 Penyebab
- Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi


tubuh, sedangkanaktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah
posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor
yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.

- Penurunan sensori persepsi

Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan


untuk merasakansensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol.
Bila ini terjadi dalam durasiyang lama, pasien akan mudah terkena luka
tekan.

- Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat


mengakibatkan terjadinyamaserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalamierosi. Selain itu kelembaban
juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction)
danperobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.

- Tenaga yang merobek (shear)


Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek
jaringan, pembuluh darahserta struktur jaringan yang lebih dalam yang
berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari
tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi
semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot
kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun
kulitnya masihtertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh
darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun
hanya menimbulkan sedikit kerusakan padapermukaan kulit.

- Pergesekan ( friction)

Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang


berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak
permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian
sprei pasien yang tidak berhati-hati.

- Nutrisi

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya


diidentifikasi sebagaifaktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan
pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya
kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.

- Usia

Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat
kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan
tenaga yang merobek.

- Tekanan arteriolar yang rendah


Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit
terhadap tekanan sehinggadengan aplikasi tekanan yang rendah sudah
mampu mengakibatkan jaringan menjadiiskemia. Studi yang dilakukan
menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah
berkontribusi pada perkembangan luka tekan.

- Stress emosional

Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik


juga merupakanfaktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.

- Merokok

Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksikterhadap endotelium pembuluh. Beberapa penelitian
menunjukkan adahubungan yang signifikan antara merokok dengan
perkembangan terhadap luka tekan.

- Temperatur kulit

Peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan


risiko terjadinya luka tekan

4. Tatalaksana konfusio
Penatalaksanaan konfusio di rumah sakit meliputi pencegahan, diagnosis
awal, pencarian dengan seksama dan tatalaksana faktor-faktor pencetus, tindakan
suportif dan, bila perlu, pengobatan. Secara garis besar obat-obatan yang dapat
diberikan untuk mengurangi konfusio akut pada lansia adalah : amantadin, anti
depresan, anti histamin, anti parkinsoniasme, anti kolinergik, anti konvulsan, fikogsin,
opiat, dan obat penenang.
Walaupun tindakan suportif, penatalaksanaan farmakologik konfusio
untuk mengurangi kecemasan dan agitasi mungkin diperlukan untuk meyakinkan
keamanan pasien dan pegawai. Pasien dengan konfusio hipoaktif biasanya tidak
membutuhkan sedasi, meskipun dosis rendah antipsikotik mungkin diperlukan apabila
ada bukti distress halusinasi.
Meskipun terdapat banyak pengobatan yang tersedia untuk pengobatan
konfusio, terdapat beberapa kaidah yang hendaklah diterapkan untuk semua
obat. Obat obat diharapkan diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian
dosis lebih besar bila diperlukan. Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah
diawasi ketat. Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali
perlu meninjau kembali respon pasien, efek samping, dan kelanjutan kebutuhan
pengobatan. Haloperidol popular karena awitan kerjanya cepat, keampuhan dan
rendah efek samping, meskipun ia mungkin tidak cocok untuk pasien dengan
kecenderungan gangguan gaya berjalan atau keseimbangan ekstrapiramidal.
Pengawasan kardiak adalah sangat esensial apabila dibutuhkan infus
berlanjutan.
Droperidol merupakan pilihan cadangan untuk pemakaian parenteral. Ia
bekerja lebih cepat, lebih sedatif, mempunyai waktu paruh lebih pendek, dan
kemungkinan lebih ampuh daripada haloperidol dengan lebih sedikit efek samping.
Biasanya dosis mulai pada lansia adalah 2 mg. Tetapi, sedasi mungkin menjadi suatu
masalah pada pasien lebih tua, dan terdapat resiko lebih tinggi hipotensi, khususnya
apabila diberikan secara intravena.
Fenotiazin lain, misalnya tioridazin dan klorpromazin, pada dosis awal 12,5-
25 mg, juga telah digunakan karena keampuhan mereka dan khasiat sedatif-nya,
meskipun ketenaran mereka mundur oleh karena kardiotoksis.

5. Edukasi untuk pasien dan prognosis


 Edukasi
a) Terapi pencegahan ulkus dekubitus
o Membuat kulit tetap bersih dan kering.
o Melindungi kulit dengan krim pelembab untuk melindungi kulit
dari urine dan feses. Mengubah posisi bedding dan pakaian
secara frekuensi jika dibutuhkan.
o Inspeksi kulit secara berkala apakah ada warning sign dari
ulkus dekubitus.
b) Repositioning
Mempertimbangkan rekomendasi terkait reposisi pada tempat tidur atau
kursi :
o Menggunakan matras yang dapat meringankan tekanan
sehingga dapat memastikan tubuh dalam posisi yang baik.
o Redistribusi tekanan
Bertujuan agar tidak ada tekanan yang diaplikasikan sehingga
menyebabkan ulkus dekubitus. Frekuensi reposisi bergantung
pada derajat risiko individu terdampak.
c) Asuhan Nutrisi
Kecukupan intake protein dan kalori sangat penting. Vitamin C
telah dibuktikan dapat mengurangi risiko terjadinya ulkus dekubitus.
Individu dengan intake vitamin C lebih tinggi memiliki frekuensi lebih
rendah terjadinya ulkus pada yang menjalani aktivitas sehari-hari
berbaring di tempat tidur. Mempertahankan nutrisi yang tepat pada
newborn juga sangat penting dalam pencegahan ulkus.

 Prognosis
Konfusio sebelumnya dipercaya sebagai kondisi yang sembuh
sendiri (self limiting), sekarang nyata bahwa konfusi mempunyai
prognosis buruk, meningkatkan biaya rawat, peningkatan kebutuhan
institusional, rehabilitasi dan perawatan rumah. Meskipun secara
tradisional dianggap sebagi keadaan yang hilang sendiri, sekarang jelas
diketahui bahwa terdapat banyak keluaran yang menyimpang yang
berhubungan dengan perkembangan konfusio. Selama masuk di rumah
sakit penyakit ini menunjukkan bertanggung jawab terhadap
penurunan fungsional, peningkatan resiko komplikasi dapatan rumah sakit
seperti jatuh, luka tekanan dan inkontinensia urinari dan tinggal dirumah sakit
yang lama. Peneltian menunjukkan terdapat peningkatan resiko penurunan
fungsional pada aktifitas hidup sehari-hari, peningkatan pendaftaran
masuk fasilitas perawatan jangka lama, dan peningkatan resiko masuk
kembali. Jauh dari hidup singkat yang tak menyenangkan yang sebelumnya
telah dipertimbangkan, banyak penelitian yang mempertunjukkan konfusio
menetap pasca pemberhentian. Konfusio juga mempunyai hubungan dengan
peningkatan mortalitas, meskipun ini tidak jelas apakah ini karena dasar
penyakit medisnya dan ko-morbiditasnya atau karena konfusio itu sendiri.
Keseluruhan mortalitas konfusio mendekati 30%, dengan mortalitas 12-
bulanan 35-40% dan mortalitas 5-tahunan 50%.

STEP 7 Daftar Pustaka

1. Ditjen Yankes [Internet]. [cited 2020 May 14]. Available from:


http://yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-4884.html
2. Mahmuda INN. Pencegahan Dan Tatalaksana Dekubitus Pada Geriatri. Biomedika.
2019;11(1):11.
3. Risk reduction and management of delirium : a national clinical guideline. Scottish
Intercollegiate Guidelines Network., Scotland. Healthcare Improvement Scotland.
Edinburgh. 2019.
4. Pressure ulcers. Merck Manual Professional Version.
http://www.merck.com/mmpe/sec10/ch126/ch126a.html. Accessed Dec. 16, 2016.

Anda mungkin juga menyukai