STASE II
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF MASA KEHAMILAN
DI SUSUN OLEH
1. Aryati Rahmaini
2. Arnita
3. Eka Juni Narmi
4. Dessi Afrianti
5. Iba sri wahyuni
6. Nur Aswita
7. Romei Sri Atika
DOSEN PEMBIMBING
LIA ARTIKA SARI,S.ST.,Bdn.,M.Keb
I. PENGANTAR
Hari/Tanggal : Kamis, 5 Oktober 2023
Jam : 09.00 Wib
Waktu : 35 Menit
Pembimbing : Lia Artika Sari,S.ST.,Bdn.,M.Keb
Topik : Antenatal
Care Subtopik : Emesis dan Hiperemesis Gravidarum
Sasaran : Ibu Hamil di Puskesmas Muara Bungo I
- Dessi Afrianti
VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. Media
1. Materi SAP
2. PPT
3.
VIII. Kegiatan Pembelajaran
IX. Sumber
DA, Rini. 2021. “Asuhan Gizi Pada Hiperemesis Gravidarum.” 9(1): 44–52.
Indrayani, Iluh Meta, Rialike Burhan, and Desi Widiyanti. 2018. “Efektifitas
Pemberian Wedang Jahe Terhadap Frekuensi Mual Dan Muntah Pada Ibu
Hamil Trimester I Di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017.” Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kesehatan 5(2): 201–11.
Irianti, Bayu, and Farid Husin. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. 1st ed.
Jakarta: Sagung Seto.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. eds. Abdul Bari Saifuddin,
Trijatmo Rachimhadh, and Gulardi H. Wiknjosastro. Jakarta: Bina Pustaka.
Rusman, Ayu Dwi Putri, Dewi Andiani, and Usman Fakultas Ilmu Kesehatan.
2017. “Efektifitas Pemberian Jahe Hangat Dalam Mengurangi Frekuensi Mual
Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.” Prosiding Seminar Nasional: 978–79.
X. Pengesahan
Pembimbing Praktik
D. Penanganan
1. Farmakologi :
a. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah memberikan tablet
vitamin B6 1,5 mg/hari untuk meningkatkan metabolisme serta mencegah
terjadinya enchepalopaty.
b. Ondansentron 10 mg pada 50 ml intravena memiliki efektifitas yang hampir
sama untuk mengurangi hiperemesis gravidarum dengan pemberian
antiistamin Promethazine 50 mg dalam 50 ml intravena. Studi Ferreira (2010)
menunjukkan bahwa tidak terjadi efek teratogenik akibat penggunaan
Ondansentron. (Irianti and Husin 2014).
c. Bila perlu berikan 10 mg doksilamin dengan 10 mg vitamin B6 hingga 4
tablet/hari(misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan 1 tablet saat
siang).
d. Bila belum teratasi tambahkan demenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoriaberikan 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4
tablet doksilamin/piridoksin) atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral
atau supositoria (Kemenkes, 2016) .
2. Non Farmakologi
a. Melakukan pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi jumlah dan
ukuran makanan. Makan dengan jumlah kecil dan minum cairan yang
mengandung elektrolit atau suplemen lebih sering. Mengkonsumsi makanan
yang tinggi protein dapat mengurangi mual dan melambatkan aktivitas
gelombang dysrhytmic pada lambung terutama pada trimester pertama
dibandingkan dengan makanan yang didominasi oleh karbohidrat atau lemak.
b. Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stress dan mengganggu
istirahat tidur.
c. Meminum air jahe dapat mengurangi mual dan muntah secara signifikan
karena dapat meningkatkan mortilitas saluran cerna, yaitu dengan
menggunakan 1gr jahe sebagai minuman selama 4 hari.
d. Melakukan akupuntur atau hypnosis yang dapat menurunkan mual dan muntah
secara signifikan.
e. Menghindari mengkonsumsi kopi/kafein, tembakau dan rokok, karena selain
dapatmenimbulkan mual dan muntah juga dapat memiliki efek yang
merugikan untuk embrio, serta menghambat sintesis protein (Irianti and Husin
2014).
3. Diet
a. Tujuan Diet:
1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat Diet:
1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energy total.
2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energy total.
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan
dalam porsi kecil.
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam
selingan malam.
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam diet dan indikasi pemberian:
1) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan ini
kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.
Secara berangsur mulai diberika bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali
kebutuhan energy.
3) Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan.
Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup energy dan semua zat gizi. (DA 2021).
4. Pengobatan Tradisional dengan Wedang Jahe
Jahe merupakan tanaman obat dan juga rempah-rempah yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Jahe hampir tersebar diseluruh daerah tropika
basah di Kawasan Asia. Jahe dapat mengendurkan dan melemahkan otot-otot
saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang (Indrayani,
Burhan, and Widiyanti 2018).
Mekanisme jahe memiliki efek langsung dalam saluran pencernaan dengan
meningkatkan pergerakan lambung, serta absorbsi racun dan asam. Jahe dipercaya
sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dapat mengatasi mual
muntah karena kandungan minyak Atsiri Zingiberena, Zingiberol, Bisabilena,
Kurkuman, Gingerol, Flandrena, vit A dan resin pahit. Kandungan zat-zat tersebut
dapat memblok serotonin yaitu suatu neurotransmitter sistem saraf pusat dan sel-
sel enterokromafin dalam saluran pencernaan dengan menghambat induksi HCG
ke lambung (Indrayani, Burhan, and Widiyanti 2018).
Penelitian yang dilakukan (Rusman, Andiani, and Fakultas Ilmu Kesehatan
2017) sebelum diberi intervensi rata-rata responden mengalami frekuensi mual
muntah sebanyak 13 kali dalam sehari, setelah diberi intervensi minuman jahe
hangat rata-rata frekuensi mual muntah menurun menjadi 3,18 kali dalam sehari.
Hasil penelitian (Indrayani, Burhan, and Widiyanti 2018) menunujukkan bahwa
ada perbedaan rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah intervensi
wedang jahe sebesar 2,45. Dapat disimpulkan, pemberian wedang jahe efektif
dalam mengurangi frekuensi mual dan muntah pada ibu hamil trimester I.
a. Alat dan Bahan
1) Gula merah
2) Jahe
3) Air Panas
b. Penatalaksanaan
1) Jahe dibentuk pipihan dan dicampurkan dengan air panas.
2) Diberikan gula merah sebagai pemanis.
3) Diminum pada pagi hari dan sore hari.