Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STASE II
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF MASA KEHAMILAN

DI SUSUN OLEH

1. Aryati Rahmaini
2. Arnita
3. Eka Juni Narmi
4. Dessi Afrianti
5. Iba sri wahyuni
6. Nur Aswita
7. Romei Sri Atika

DOSEN PEMBIMBING
LIA ARTIKA SARI,S.ST.,Bdn.,M.Keb

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

I. PENGANTAR
Hari/Tanggal : Kamis, 5 Oktober 2023
Jam : 09.00 Wib
Waktu : 35 Menit
Pembimbing : Lia Artika Sari,S.ST.,Bdn.,M.Keb
Topik : Antenatal
Care Subtopik : Emesis dan Hiperemesis Gravidarum
Sasaran : Ibu Hamil di Puskesmas Muara Bungo I

Penyuluh : Romei Sri Atika

Moderator : Iba sri wahyuni


Tugas : Memimpin jalannya acara dan proses penyuluhan
Penyaji :- Eka Juni Narmi

- Dessi Afrianti

Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan


Notulen : Arnita
Tugas : Mencatat pertanyaan dari peserta
Fasilitator : Aryati Rahmaini
Tugas : Menyediakan fasilitas pendukung proses penyuluhan

Konsumsi : Nur Aswita


Tugas : Menyediakan konsumsi bagi peserta
II. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari data epidemiologi, mual dan muntah dalam kehamilan, atau sering
disebut nausea dan emesis gravidarum adalah hal yang wajar dan sering
ditemukan dalam kehamilan terutama dalam trimester pertama kehamilan,
sedangkan Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berkelanjutan
sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan
dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Emesis maupun Hiperemesis
merupakan keadaan yang fisiologis terjadi pada setiap kehamilan. Kurangnya
informasi dan pengetahuan mengenai emesis dan hiperemesis dapat
mempengaruhi kesiapan kondisi fisik maupun psikis seorang ibu hamil. Karena
dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur eso
fagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan kehamilan,yang mengakibatkan peredaraan darah janin
berkurang, oleh karenanya perlu adanya peningkatan informasi dan pengetahuan
terutama bagi ibu-ibu hamil mengenai emesis dan hiperemesis gravidarum, hal
inilah yang mendorong pengkaji untuk memberikan penyuluhan sebagai upaya
peningkatan informasi.

III. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui
secara spesifik mengenai emesis dan hiperemesis gravidarum serta tatalaksana
yang harus dilakukan.

IV. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu-ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian emesis dan hiperemesis gravidarum.
2. Menjelaskan penyebabnya.
3. Menyebutkan klasifikasinya, gejala klinis, dan komplikasinya.
4. Menyebutkan Pencegahannya.
5. Menyebutkan Penatalaksanaannya.
V. MATERI (TERLAMPIR)
1. Pengertian emesis dan hiperemesis gravidarum.
2. Penyebabnya Emesis dan Hiperemesis Gravidarum.
3. Klasifikasi, gejala klinis, komplikasi Emesis dan Hiperemesis Gravidarum.
4. Pencegahan yang dilakukan.
5. Penatalaksanaan Emesis dan Hiperemesis Gravidarum.

VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. Media
1. Materi SAP
2. PPT
3.
VIII. Kegiatan Pembelajaran

KEGIATAN PENYULUH AUDIENCE MEDIA METODE


Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam Menjawab Mikrofon Ceramah
dan memperkenalkan salam dan
diri. mendengarkan
 Menjelaskan Tujuan
Umum dan Tujuan
Khusus.
 Menjelaskan cakupan
materi yang akan
disampaikan.
 Penyajian materi  Menjelaskan pengertian  Menyimak Materi, Ceramah
20 menit emesis dan hiperemesis dan SAP,
 Tanya Jawab 5 gravidarum. mendenga Mikrofon
menit  Menjelaskan penyebab rkan
emesis dan hiperemesis  Bertanya
gravidarum. secara
 Menjelaskan klasifikasi, aktif
gejala klinis, dan
komplikasi emesis dan
hiperemesis
gravidarum.
 Menjelaskan
pencegahan hiperemesis
gravidarum.
 Menjelaskan
penatalaksanaan emesis
dan hiperemesis
gravidarum.
 Menjawab pertanyaan
Penutup 5 menit  Menyimpulkan kegiatan Menjawab Mikrofon Ceramah
penyuluhan yang telah salam
dilaksanakan
 Mengucapkan
terimakasih dan
permohonan maaf bila
ada kesalahan Memberi
salam

IX. Sumber

DA, Rini. 2021. “Asuhan Gizi Pada Hiperemesis Gravidarum.” 9(1): 44–52.
Indrayani, Iluh Meta, Rialike Burhan, and Desi Widiyanti. 2018. “Efektifitas
Pemberian Wedang Jahe Terhadap Frekuensi Mual Dan Muntah Pada Ibu
Hamil Trimester I Di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017.” Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kesehatan 5(2): 201–11.
Irianti, Bayu, and Farid Husin. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. 1st ed.
Jakarta: Sagung Seto.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. eds. Abdul Bari Saifuddin,
Trijatmo Rachimhadh, and Gulardi H. Wiknjosastro. Jakarta: Bina Pustaka.
Rusman, Ayu Dwi Putri, Dewi Andiani, and Usman Fakultas Ilmu Kesehatan.
2017. “Efektifitas Pemberian Jahe Hangat Dalam Mengurangi Frekuensi Mual
Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.” Prosiding Seminar Nasional: 978–79.

X. Pengesahan

Bungo, 5 Oktober 2023

Pembimbing Praktik

Lia Artika Sari,S.ST.,Bdn.,M.Keb


Pauline Kusmaryati,SST,M.Bmd
LAMPIRAN MATERI

EMESIS DAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian Emesis dan Hiperemesis Gravidarum.


Mual dan muntah dalam kehamilan, atau sering disebut nausea dan emesis
gravidarum adalah hal yang wajar dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama
dalam trimester pertama kehamilan. Menurut penelitian, 60% sampai 80% dari wanita
yang pertama kali mengandung (primigravida) dan 40% sampai 60% dari wanita yang
sudah pernah mengandung (multigravida) mengaku mengalami masalah mual muntah
ini (Manuaba 2010).
Emesis gravidarum merupakan perasaan pusing, perut kembung dan badan
terasalemas disertai keluarnya isi perut melalui mulut dengan frekuensi kurang dari 5
kali sehari pada ibu hamil trimester 1 (Manuaba 2010).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berkelanjutan sehingga
menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan
terganggunya keseimbangan elektrolit (Prawirohardjo 2018).

B. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis
Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil
mola hidatidosa. Sebagai kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan koreonik gonadotropin , sedangkan pada hamil ganda dan
mola hidahdosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya Hiperemesis Gravidarum.
2. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum belum
jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian
Hiperemesis Gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit
penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
3. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk
kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan
terjadinya Hiperemesis Gravidarum.
4. Patofisiologi
Peranan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus
dapat menyebabkan clehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida
urine, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke
jaringan dan menyebabkan tertimbun nya zat toksik. Pemakaian cadangan
karbohidrat dan lemak mennyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga
terjadi ketosis hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar selaput lendir
esophagus dan lambung dapat robek (sindrom malory weiss) sehingga terjadi
perdarahan gastro Intestinal (Prawirohardjo 2018).

C. Klasifikasi dan gejala klinis


Berdasarkan berat ringanya, gejala Hiperemesis dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan
yaitu :
1. Tingkat I (Hiperemesis Gravidarum ringan)
2. Tingkat II (Hiperemesis Gravidarum sedang)
3. Tingkat III (Hiperemesis Gravidarum berat)
Gambaran gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis sesuai dengan tingkatan
Hiperemesis Gravidarum, yaitu :
1. Hiperemesis Gravidarum tingkat I : Ringan
a. Muntah terus menerus lebih dari 10 x / hari
b. Keadaan umum lemah
c. Tidak mau makan
d. Berat badan menurun
e. Nyeri di darah epigastrium
f. Turgor kulit mengunang / tonusnya lemah
g. Nadi meningkat sekitar 100 x / menit dan tekanan darah menurun.
h. Lidah mengering dan mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum tingkat II : Sedang
a. Mual dan muntah yang hebat
b. Keadaan umum lebih lembah dan apatis
c. Turgor kulit lebih berkembang
d. Lidah menyaring dan tampak kotor
e. Nadi kecil dan cepat serta tekanan darah turun.
f. Suhu kadang-kadang naik.
g. Mata sedikit ikterik / ikterik ringan
h. Berada badan turun.
i. Hiperemesis Gravidarum, oliguria dan konstipasi.
j. Nafas berbau aseton.
3. Hiperemesis Gravidarum tingkat III : Berat
a. Muntah berkurang atau berlebih
b. Keadaan umum makin menurun, tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat, keadaan dihidarasi makin jelas
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk, samnolen sampai koma
4. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur eso
fagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaraan darah janin
berkurang. (Manuaba 2010).

D. Penanganan
1. Farmakologi :
a. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah memberikan tablet
vitamin B6 1,5 mg/hari untuk meningkatkan metabolisme serta mencegah
terjadinya enchepalopaty.
b. Ondansentron 10 mg pada 50 ml intravena memiliki efektifitas yang hampir
sama untuk mengurangi hiperemesis gravidarum dengan pemberian
antiistamin Promethazine 50 mg dalam 50 ml intravena. Studi Ferreira (2010)
menunjukkan bahwa tidak terjadi efek teratogenik akibat penggunaan
Ondansentron. (Irianti and Husin 2014).
c. Bila perlu berikan 10 mg doksilamin dengan 10 mg vitamin B6 hingga 4
tablet/hari(misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan 1 tablet saat
siang).
d. Bila belum teratasi tambahkan demenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoriaberikan 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4
tablet doksilamin/piridoksin) atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral
atau supositoria (Kemenkes, 2016) .
2. Non Farmakologi
a. Melakukan pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi jumlah dan
ukuran makanan. Makan dengan jumlah kecil dan minum cairan yang
mengandung elektrolit atau suplemen lebih sering. Mengkonsumsi makanan
yang tinggi protein dapat mengurangi mual dan melambatkan aktivitas
gelombang dysrhytmic pada lambung terutama pada trimester pertama
dibandingkan dengan makanan yang didominasi oleh karbohidrat atau lemak.
b. Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stress dan mengganggu
istirahat tidur.
c. Meminum air jahe dapat mengurangi mual dan muntah secara signifikan
karena dapat meningkatkan mortilitas saluran cerna, yaitu dengan
menggunakan 1gr jahe sebagai minuman selama 4 hari.
d. Melakukan akupuntur atau hypnosis yang dapat menurunkan mual dan muntah
secara signifikan.
e. Menghindari mengkonsumsi kopi/kafein, tembakau dan rokok, karena selain
dapatmenimbulkan mual dan muntah juga dapat memiliki efek yang
merugikan untuk embrio, serta menghambat sintesis protein (Irianti and Husin
2014).
3. Diet
a. Tujuan Diet:
1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat Diet:
1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energy total.
2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energy total.
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan
dalam porsi kecil.
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam
selingan malam.
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam diet dan indikasi pemberian:
1) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan ini
kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.
Secara berangsur mulai diberika bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali
kebutuhan energy.
3) Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan.
Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup energy dan semua zat gizi. (DA 2021).
4. Pengobatan Tradisional dengan Wedang Jahe
Jahe merupakan tanaman obat dan juga rempah-rempah yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Jahe hampir tersebar diseluruh daerah tropika
basah di Kawasan Asia. Jahe dapat mengendurkan dan melemahkan otot-otot
saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang (Indrayani,
Burhan, and Widiyanti 2018).
Mekanisme jahe memiliki efek langsung dalam saluran pencernaan dengan
meningkatkan pergerakan lambung, serta absorbsi racun dan asam. Jahe dipercaya
sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dapat mengatasi mual
muntah karena kandungan minyak Atsiri Zingiberena, Zingiberol, Bisabilena,
Kurkuman, Gingerol, Flandrena, vit A dan resin pahit. Kandungan zat-zat tersebut
dapat memblok serotonin yaitu suatu neurotransmitter sistem saraf pusat dan sel-
sel enterokromafin dalam saluran pencernaan dengan menghambat induksi HCG
ke lambung (Indrayani, Burhan, and Widiyanti 2018).
Penelitian yang dilakukan (Rusman, Andiani, and Fakultas Ilmu Kesehatan
2017) sebelum diberi intervensi rata-rata responden mengalami frekuensi mual
muntah sebanyak 13 kali dalam sehari, setelah diberi intervensi minuman jahe
hangat rata-rata frekuensi mual muntah menurun menjadi 3,18 kali dalam sehari.
Hasil penelitian (Indrayani, Burhan, and Widiyanti 2018) menunujukkan bahwa
ada perbedaan rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah intervensi
wedang jahe sebesar 2,45. Dapat disimpulkan, pemberian wedang jahe efektif
dalam mengurangi frekuensi mual dan muntah pada ibu hamil trimester I.
a. Alat dan Bahan
1) Gula merah
2) Jahe
3) Air Panas
b. Penatalaksanaan
1) Jahe dibentuk pipihan dan dicampurkan dengan air panas.
2) Diberikan gula merah sebagai pemanis.
3) Diminum pada pagi hari dan sore hari.

Anda mungkin juga menyukai