Anda di halaman 1dari 35

PERTANYAAN KOMPRE RAYA AUDIT

1. Jelaskan pengertian audit


Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan, ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, audit adalah pemeriksaan
secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan
tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan atau
organisasi tersebut.
2. Jelaskan jenis- jenis audit (bagaimana sifat laporan auditnya masing”)
- Audit Laporan Keuangan
Audit ini mempunyai tujuan utama untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan
entitas telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Asersi yang diaudit: Laporan keuangan
Kriteria yang telah ditetapkan: Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU)
Sifat laporan auditor: Pendapat atas kewajaran laporan keuangan
Contoh: Audit laporan keuangan tahunan dari PT AAA Tbk.
- Audit Kepatuhan
Audit ini mempunyai tujuan utama untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau
operasi suatu entitas telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau
peraturan tertentu.
Asersi yang diaudit: Klaim atau data berkenaan dengan kepatuhan kepada kebijakan,
perundangan, peraturan, dan sebagainya.
Kriteria yang telah ditetapkan: Kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau persyaratan
lain dari pihak ketiga.
Sifat laporan auditor: Ringkasan temuan atau keyakinan tentang derajat kepatuhan.
Contoh: Audit kepatuhan atas penerapan upah minimum regional yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah daerah.
- Audit Operasional
Audit ini mempunyai tujuan utama untuk mengukur efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Asersi yang diaudit: Data operasional atau kinerja
Kriteria yang telah ditetapkan: Tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen
atau pihak yang berwenang.
Sifat laporan auditor: Tingkat efisiensi dan efektivitas dari operasi yang diamati serta
rekomendasi untuk peningkatan kinerja.
Contoh: Audit operasional atas efisiensi dan efektifitas pembagian kupon makanan.
- Audit Pengendalian Internal
Audit ini mempunyai tujuan utama untuk menentukan kecukupan sistem pengendalian
internal untuk menjamin tercapainya kehandalan pelaporan keuangan, efisiensi dan
efektifitas operasi, dan kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan.
Asersi yang diaudit: Kecukupan pengendalian internal
Kriteria yang telah ditetapkan: Kriteria COSO (Committee of Sponsoring Organizations of
the Treadway Commission) untuk mengevaluasi pengendalian internal
Sifat laporan auditor: Pendapat atas kecukupan sistem pengendalian internal
Contoh: Audit sistem pengendalian internal pada PT BBB Tbk.
3. Jenis2 auditor
Auditor merupakan profesi seseorang yang berfokus kepada kegiatan auditing. Auditor
biasa bekerja untuk mengaudit berbagai laporan yang berkaitan dengan keuangan dari
suatu lembaga, instansi, atau perusahaan. Pemeriksaan atas kewajaran suatu laporan
keuangan merupakan tanggung jawab seorang auditor, dan auditor juga harus memeriksa
apakah setiap laporan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi atau tidak.
Adapun berbagai tugas setiap auditor menurut The Auditing Practice Committee pada
tahun 1980 adalah sebagai berikut:
 Merencanakan, mengendalikan, dan mencatat setiap pekerjaannya.
 Memahami sistem akuntansi.
 Mendapatkan bukti audit agar mampu memberikan kesimpulan secara rasional.
 Memastikan dan mengevaluasi pengendalian intern serta melakukan compliance test.
 Meninjau ulang laporan keuangan yang relevan.
Jenis-jenis Auditor
- Auditor Internal
Auditor internal adalah seorang auditor yang bekerja untuk suatu instansi atau
perusahaan. Adapun beberapa tugas dari auditor internal adalah memeriksa dokumen
keuangan internal perusahaan namun hanya dalam ruang lingkup yang cukup terbatas,
dan juga bekerja untuk meningkatkan akurasi data keuangan perusahaan.
- Auditor Independen
Auditor independen adalah anggota kantor akuntan publik yang bekerja secara eksternal
untuk melayani masyarakat publik yang sedang membutuhkan jasa audit. Auditor
independen tidak boleh dipengaruhi oleh pihak luar atau pihak mana pun. CPA adalah
julukan untuk auditor independen di luar negeri.
- Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah seorang auditor yang bekerja melayani lembaga-lembaga atau
perusahaan milik pemerintah. Beberapa tugas yang harus dikerjakan bagi auditor
pemerintah antara lain adalah untuk mengawasi aliran keuangan dan praktek di lembaga
atau instansi pemerintahan.
- Auditor Forensik
Auditor forensik merupakan auditor yang bekerja di bidang spesialisasi dalam bidang
kriminal keuangan. Pekerjaan yang biasa mereka lakukan adalah cenderung di dalam
pemeriksaan dokumen-dokumen terkait dengan berbagai tindakan kriminal, seperti money
laundry dan pelacakan sumber uang berasal.
- Auditor Pajak
Auditor Pajak merupakan auditor di bawah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian
Keuangan Republik Indonesia. Auditor ini memiliki tugas khusus untuk melakukan audit
terhadap para wajib pajak tertentu apakah telah melakukan kewajibannya sesuai
peraturan perundangan yang berlaku atau belum.
4. Apa bedanya auditor eksternal dan auditor internal? Dan apa outputnya
- Perbedaan Misi
Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas kewajaran
pelaporan keuangan organisasi, terutama dalam penyajian posisi keuangan dan hasil
operasi dalam suatu periode. Mereka juga menilai apakah laporan keuangan organisasi
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum, diterapkan
secara konsisten dari periode ke periode, dan seterusnya. Opini ini akan digunakan para
pengguna laporan keuangan, baik di dalam organisasi terlebih di luar organisasi, antara
lain untuk melihat seberapa besar tingkat reliabilitas laporan keuangan yang disajikan oleh
organisasi tersebut.
Sementara itu, tanggung jawab utama auditor internal tidak terbatas pada pengendalian
internal berkaitan dengan tujuan reliabilitas pelaporan keuangan saja, namun juga
melakukan evaluasi desain dan implementasi pengendalian internal, manajemen risiko,
dan governance dalam pemastian pencapaian tujuan organisasi. Selain tujuan pelaporan
keuangan, auditor internal juga mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta kepatuhan
aktivitas organisasi terhadap ketentuan perundang-undangan dan kontrak, termasuk
ketentuan-ketentuan internal organisasi.
- Perbedaan Organisasional
Auditor Internal merupakan bagian integral dari organisasi di mana klien utama mereka
adalah manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris, termasuk komite-komite yang
ada. Biasanya auditor internal merupakan karyawan organisasi yang berasngkutan.
Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini dimungkinkan untuk dilakukan
outsourcing atau co-sourcing internal auditor, namun sekurang-kurangnya penanggung
jawab aktivitas audit internal (CAE) tetaplah bagian integral dari organisasi.
Sebaliknya, auditor eksternal merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi.
Mereka melakukan penugasan berdasarkan kontrak yang diatur dengan ketentuan
perundang-udangan maupun standar profesional yang berlaku untuk auditor eksternal.
- Perbedaan Pemberlakuan
Secara umum, fungsi audit internal tidak wajib bagi organisasi. Namun demikian untuk
perusahaan yang bergerak di industri tertentu, seperti perbankan, dan juga perusahaan-
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk memiliki auditor internal.
Perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) juga diwajibkan untuk memiliki auditor
internal.
Sementara itu, pemberlakuan kewajiban untuk dilakukan audit eksternal lebih luas
dibandingkan audit internal. Perusahaan-perusahaan yang listing, badan-badan sosial,
hingga partai politik dalam keadaan-keadaan tertentu diwajibkan oleh ketentuan
perundang-undangan untuk dilakukan audit eksternal,
- Perbedaan Fokus dan Orientasi
Auditor internal lebih berorientasi ke masa depan, yaitu kejaidan-kejadian yang
diperkirakan akan terjadi, baik yang memiliki dampak positif (peluang) maupun dampak
negatif (risiko), serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala kemungkinan
pencapaian tujuannya.
Sedangkan auditor eksternal terutama berfokus pada akurasi dan bisa dipahaminya
kejadian-kejadian historis sebagaimana terefleksikan pada laporan keuangan organisasi.
- Perbedaan Kualifikasi
Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor internal tidak harus seorang akuntan,
namun juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi, serta personil yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi sehingga memenuhi
syarat untuk melakukan audit internal.
Auditor Eksternal harus memiliki kualifikasi akuntan yang mampu memahami dan menilai
risiko terjadinya errors dan irregularities, mendesain audit untuk memberikan keyakinan
memadai dalam mendeteksi kesalahan material, serta melaporkan temuan tersebut. Pada
kebanyakan negara, termasuk di Indonesia, auditor perusahaan publik harus menjadi
anggota badan profesional akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-undangan.
- Perbedaan Timing
Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas organisasi secara berkelanjutan,
sedangkan auditor eksternal (audit keuangan/KAP) biasanya melakukan secara
periodik/tahunan.
5. Apa tujuan audit.
Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang
diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang
berlaku.
6. Jelaskan manfaat audit
- untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dicatat dalam log diklasifikasikan menurut
jenis transaksi.
- untuk memastikan bahwa operasi dicatat sesuai dengan tanggal yang benar, informasi
dalam saldo akun sesuai dengan jumlah buku besar dan neraca umum dilakukan dengan
benar.
- untuk memastikan bahwa semua transaksi di dekat tanggal pelaporan dicatat pada
periode yang relevan. Registrasi transaksi pada akhir periode pelaporan kemungkinan
akan terdistorsi.
- untuk memastikan bahwa semua transaksi yang telah terjadi telah dicatat atau dicatat
dengan semua perincian.
- untuk memastikan bahwa semua transaksi dan saldo penilaian didokumentasikan dengan
baik, perhitungannya benar, jumlahnya benar dan diklasifikasikan sesuai dengan jenis
transaksi.
- Selama audit, semua aset dan liabilitas dicatat sesuai dengan tanggal tertentu. Adapun
nilai lainnya, semua transaksi yang terdaftar sesuai dengan peristiwa aktual.
- untuk memastikan penerapan yang benar dari semua prinsip akuntansi yang diterima
secara umum.
7. Kenapa audit perlu?
Proses audit akan membantu perusahaan mengidentifikasi masalah, risiko, dan
kelemahan sistem yang berpotensi membahayakan aset perusahaan. Berbekal temuan
itu, perusahaan dapat mengambil tindakan preventif maupun perbaikan.
8. Kenapa perlu dilakukan audit laporan keuangan?
Audit laporan keuangan atau lebih sering disebut financial audit merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk menguji keandalan dari transaksi-transaksi keuangan, catatan
akuntansi, dan laporan keuangan. Audit laporan keuangan ini penting dilakukan karena,
pertama, adanya oknum-oknum tertentu yang dapat melakukan atau membuat transaksi
fiktif yang dapat merugikan perusahaan. Kedua itu audit laporan keuangan diperlukan
karena adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan antara
pembuat laporan keuangan (accounting) dengan para stakeholder. Ketiga, apabila
perusahaan ingin mengajukan kredit atau pun investasi, para investor maupun kreditor
mengandalkan laporan keuangan yang valid untuk memutuskan pemberian pinjaman atau
investasi. Keempat, selain itu dengan dipublikasikannya laporan keuangan yang telah
diaudit maka semakin banyaknya calon-calon investor yang semakin yakin dengan
kualitas laporan keuangan dan dapat dijadikan sebagai lahan untuk investasi. Kelima,
ketika para stakeholder ingin memeriksa laporan keuangan untuk dapat memastikan
kesesuaiannya dengan informasi yang sebenarnya, para stakeholder memiliki akses yang
terbatas karena adanya kendala waktu, ketelitian, dan tenaga sehingga dibutuhkanlah
seorang auditor.
9. Sebutkan manfaat ekonomi audit!
- Akses ke pasar modal bagi entitas pembuat laporan keuangan
Adanya laporan keuangan yang diaudit adalah salah satu syarat utama untuk
mendapatkan akses ke pasar modal.
- Biaya modal yang lebih rendah
Laporan keuangan yang diaudit mempunyai resiko salah saji yang lebih rendah daripada
laporan keuangan yang tidak diaudit. Dengan adanya resiko salah saji yang lebih rendah,
pemberi modal akan meminta tingkat bunga yang lebih rendah.
- Pencegah ketidakefisienan dan penipuan
Adanya audit mendorong penurunan pada kesalahan pelaporan keuangan dan membuat
manajemen enggan dalam melakukan penipuan pada pelaporan keuangan.
- Mengembangkan pengendalian dan kegiatan operasional
Dalam proses audit, auditor sering kali memberikan saran-saran kepada manajemen
berkaitan dengan sistem pengendalian internal dan kegiatan operasional. Hal ini sangat
membantu manajemen untuk mengembangkan pengendalian dan kegiatan operasional.
10. Standar audit
Standard audit yang di pakai di Indonesia ada tiga yaitu SA (Standar Auditing)/Standard
Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang di gunakan oleh auditor kantor akuntan publik (KAP)
dan auditor internal perusahaan, selain itu ada standar audit Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) yang di gunakan oleh Pemerintah Daerah ataupun lembaga dan
instansi Pemerintah Pusat, dan yang terakhir adalah Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) yang di gunakan lembaga independen audit di Indonesia yaitu Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
11. Standar akuntansi yg berlaku di Indonesia
PSAK
12. Apa itu auditor independen?
Auditor yang dalam pelaksanaan tugas auditnya tidak dapat dipengaruhi ataupun
diintervensi dengan tetap memegang teguh kode etiknya sebagai auditor serta
berintegritas
13. Jelaskan bagaimana pendapatmu tentang auditor internal
Auditor internal merupakan fungsi yang memastikan bahwa setiap aktivitas keuangan
maupun operasional perusahaan berjalan sesuai dengan SOP yang berlaku dan
memberikan rekomendasi terkait perbaikan dalam pengendalian internal perusahaan.
14. Kapan sebaiknya auditor melakukan konfirmasi positif dan negatif, jelaskan
Konfirmasi positif biasa dilakukan untuk jumlah sampel kecil dengan saldo yang besar.
Bentuk konfirmasi positif, biasanya menyebutkan informasi yang dibutuhkan auditor dan
responden menjawab setuju atau tidak. Namun, terkadang pada konfirmasi positif auditor
mengkosongkan informasi yang hendak ditanyakan dan pihak responden lah yang
mengisikan informasi tersebut. Konfirmasi positif dapat dijadikan sebagai bukti audit jika
responden membalas konfirmasi yang diberikan. Konfirmasi negatif biasa dilakukan
untuk sampel dalam jumlah besar dengan saldo kecil. Bentuk konfirmasi ini juga
mencantumkan informasi yang hendak ditanyakan kepada pihak responden. Namun, pada
konfirmasi negatif dapat dijadikan alat bukti audit meski tidak mendapatkan jawaban. Hal
ini dikarenakan, pada konfirmasi negatif, responden tidak perlu menjawab jika informasi
yang tercantum sudah sesuai.
15. Proses akhir pekerjaan lapangan?
- Melakukan Review Peristiwa – peristiwa Kemudian
Tanggung jawab auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan klien tidak
terbatas pada pemeriksaan atas kejadian dari transaksi yang terjadi sampai dengan
tanggal neraca. SA 560 tentang Peristiwa Kemudian menyatakan bahwa auditor
mempunyai tanggung jawab tertentu atas kejadian dan transaksi-transaksi yang:
 Mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan.
 Terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan
laporan auditor.
- Tipe Peristiwa Kemudian
Ada dua tipe peristiwa kemudian:
 Peristiwa Kemudian tipe 1. Meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap
taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
 Peristiwa Kemudian tipe 2. Meliputi peristiwa – peristiwa yang menyediakan tambahan
bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang
dilaporkan namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
- Prosedur Pengauditan dalam Periode Kemudian
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai peristiwa kemudian sampai dengan tanggal
laporan yang biasanya sama dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Tanggung
jawab ini dilakukan dengan dua cara berikut: (1) pada saat melaksanakan pengujian
substantif akhir tahun, seperti melakukan pengujian pisah batas dan mencari utang yang
tidak dicatat, auditor harus waspada terhadap kemungkinan adanya peristiwa kemudian,
dan (2) dengan melaksanakan prosedur-prosedur pengauditan pada tanggal akhir
pemeriksaan lapangan atau menjelang berakhirnya pekerjaan lapangan:
1) Membaca laporan keuangan interim yang terakhir; membandingkan laporan keuangan
interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan; dan membuat berbagai
perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi yang
ada.
2) Mengajukan pertanyaan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang
bertanggung jawab atas masalah keuangan dan akuntansi tentang:
a) Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi pada tanggal
neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.
b) Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang jangka panjang,
atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.
c) Status sekarang mengenai unsur, dalam laporan keuangan yang dilaporkan, yang
dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data yang tidak
konklusif.
d) Apakah penyesuaian (adjustment) yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama periode
dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.
3) Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya; apabila
notulen rapat tidak tersedia, auditor meminta keterangan mengenai masalah yang
dibicarakan dalam rapat tersebut.
4) Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan
hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
5) Mendapatkan surat representasi dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah
presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal laporan
audit, tentang apakah setiap peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang
dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para eksekutif tersebut akan
memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.
- Pengaruh atas Laporan Auditor
Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian. Tergantung pada materialitasnya, auditor harus memberi pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
- Membaca Notulen Rapat
Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, komite – komitenya, sepertinya komite
keuangan dan komite audit, mungkin berisi hal – hal penting bagi suatu audit. Auditor
harus memastikan bahwa semua notulen hasil rapat yang diselenggarakan selama
periode diperiksa dan selama periode sejak tanggal neraca sampai dengan akhir
pekerjaan lapangan telah disediakan klien untuk direview. Pembacaan notulen-notulen
rapat biasanya dilakukan segera setelah auditor menerimanya, agar auditor mempunyai
waktu yang cukup untuk mempelajari dan menilai signifikansinya terhadap audit.
- Mendapatkan Bukti tentang Tuntutan Hukum, Klaim, dan Keputusan Pengadilan
FASB mendefinisikan kontingensi (contingency) sebagai adanya kondisi, situasi, atau
sejumlah keadaan yang tidak pasti, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang
merugikan yang kepastiannya akan tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau
lebih kejadian di masa datang. Tergantung pada tingkat kemungkinan pembayaran di
masa datang, prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan kontingensi merugikan
untuk diperlakukan sebagai salah satu dari kemungkinan berikut: (1) dicatat sebagai utang
bersyarat, (2) diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan (3) diabaikan.
- Pertimbangan Audit
Auditor harus mendapatkan bukti tentang:
 Adanya suatu kondisi, situasi, atau sejumlah keadaan yang mengindikasikan
ketidakpastian tentang kemungkinan kerugian terhadap perusahaan yang berasal dari
tuntutan hukum, klaim, atau keputusan pengadilan.
 Periode terjadinya penyebab tindakan hukum.
 Tingkat kemungkinan terjadinya hasil yang tidak menguntungkan.
 Jumlah atau perkiraan kerugian potensial.
 Berhubung tentang tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan berada dalam
pengetahuan langsung manajemen, maka manajemen merupakan sumber informasi
dalam hal ini. Oleh karena itu, auditor harus:
 Mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan manajemen tentang cara untuk
mengidentifikasikan tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
 Mendapatkan deskripsi dan evaluasi dari manajemen tentang tuntutan hukum, klaim, dan
keputusan pengadilan yang ada pada tanggal neraca.
 Mendapatkan jaminan dari manajemen mengenai keberadaan klaim yang belum ada
keputusannya.
- Surat Kepada Penasehat Hukum Klien
Auditor pada umumnya tidak mempunyai pengetahuan hukum yang cukup untuk bisa
membuat pertimbangan tentang segala macam dengan tuntutan hukum , klaim, dan
keputusan pengadilan. Surat penasehat hukum klien bisa menjadi cara yang paling
diandalkan dalam mendapatkan bukti penguat tentang informasi yang berkaitan dengan
tuntutan hukum , klaim, dan keputusan pengadilan yang diberikan manajemen.
- Pengaruh Jawaban terhadap Laporan Auditor
Jawaban dari penasehat hukum mungkin tidak memiliki dampak terhadap laporan auditor.
Dalam hal demikian, maka auditor bisa menerbitkan laporan standar dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian. Hal ini bisa terjadi apabila jawaban menunjukkan bahwa
berdasarkan penyelidikan yang masuk akal atas persoalan yang dihadapi disimpulkan hal-
hal berikut:
1) Kemungkinan besar hasil akhirnya akan menguntungkan klien.
2) Persoalan yang dihadapi tidak material.
- Mendapatkan Surat Pernyataan dari Klien
Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan ketiga auditor harus mendapatkan surat
pernyataan dari manajemen.
Manfaat surat pernyataan dari manajemen adalah:
1) Mengkonfirmasi pernyataan lisan yang telah diberikan kepada auditor.
2) Mendokumentasikan ketepatan pernyataan tersebut secara berkelanjutan.
3) Mengurangi kemungkinan terjadinya salah pengertian tentang pernyataan manajemen.
- Isi Surat Pertanyaan Manajemen
Ada empat kategori pernyataan yang seyogyanya dimasukkan dalam surat pernyataan
manajemen, yaitu pernyataan tentang:
1) Laporan keuangan.
2) Kelengkapan informasi.
3) Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.
4) Peristiwa kemudian.
- Pengaruh terhadap Laporan Auditor
Apabila auditor mendapat surat pernyataan dari manajemen dan ia bisa mendapat
pendukung atas pernyataan manajemen tersebut, maka auditor bisa menerbitkan laporan
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Namun, akan terjadi pembatasan dalam
lingkungan audit seandainya auditor tidak bisa (1) mendapatkan surat pernyataan dari
manajemen, atau (2) mendapat pendukung atas pernyataan manajemen yang material
terhadap laporan keuangan melalui prosedur audit yang lain. Pembatasan lingkup akan
mengakibatkan auditor hanya bisa menerbitkan laporan dengan pendapat wajar dengan
pengecualian atau menolak memberi pendapat.
- Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis diperlukan dalam tahap penyelesaian suatu audit sebagai suatu review
menyeluruh (akhir) atas laporan keuangan. SA 329 tentang Prosedur Analitis menyatakan
bahwa tujuan prosedur analitis yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh suatu
audit adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam
mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan review menyeluruh, auditor membaca laporan keuangan beserta
catatan atas laporan keuangan dan mempertimbangkan kecukupan bukti yang diperoleh
sebagai tanggapan atas saldo-saldo yang tidak biasa atau di luar perkiraan serta
hubungan-hubungan (1) yang diantisipasi dalam perencanaan audit, atau (2) diidentifikasi
selama pelaksanaan pengujian substantif. Prosedur analitis kemudian diterapkan atas
laporan keuangan untuk menentukan apakah masih ada hubungan yang tidak biasa atau
tidak diharapkan. Apabila hubungan demikian masih ada, maka diperlukan prosedur audit
tambahan dalam tahap penyelesaian audit.
- Berbagai macam prosedur – prosedur Analitis yang bisa dilakukan:
Diterapkan pada bagian – bagian audit yang kritis yang ditemukan selama audit
berlangsung.
Berdasarkan data laporan keuangan setelah semua penyesuaian audit dan
reklasifikasikan diterima klien atau dicatat dalam pembukuan klien.
- EVALUASI TEMUAN AUDIT
Penilaian temuan dilakukan auditor dengan dua tujuan: (1) menetapkan jenis pendapat
yang akan diberikan dan (2) menentukan apakah standar auditing telah dipenuhi dalam
audit. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, auditor melakukan langkah-langkah
berikut:
 Membuat penetapan akhir tentang materialitas dan risiko audit.
 Mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan
untuk melangsungkan usahanya (going concern).
 Melakukan review teknis atas laporan keuangan.
 Merumuskan pendapat dan membuat konsep laporan auditor.
 Melakukan review akhir terhadap kertas kerja.
 Membuat Penetapan Akhir tentang Materialitas dan Risiko Audit
Titik tolak dalam proses ini adalah menjumlahkan semua salah saji yang ditemukan dalam
pemeriksaan atas semua rekening yang tidak dikoreksi oleh klien. Langkah berikutnya
adalah menentukan pengaruh dari total salah saji terhadap laba bersih dan terhadap total-
total lainnya dalam laporan keuangan yang ada kaitannya dengan salah saji tersebut,
seperti misalnya total aktiva lancar atau total hutang lancar.
Penentuan salah saji dalam suatu rekening harus meliputi komponen-komponen berikut:
 Salah saji tidak dikoreksi yang secara spesifik ditemukan melalui pengujian substantif
detail atas transaksi dan saldo-saldo.
 Proyeksi salah saji tidak dikoreksi yang ditaksir melalui teknik sampling audit.
 Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi dengan
prosedur audit lainnya.
- Menilai Kelangsungan Hidup (Going Concern)
Auditor umumnya menilai apakah terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya berdasarkan hasil pelaksanaan
prosedur-prosedur audit yang normal baik dalam tahap perencanaan, pengumpulan bukti,
maupun penyelesaian audit. Apabila auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar
tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas, maka ia harus melakukan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan informasi
tentang rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi pengaruh dari kondisi atau
kejadian tersebut, dan (2) tentukan kemungkinan rencana tersebut akan dapat diterapkan
secara efektif.
Apabila setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor masih berkesimpulan terdapat
kesangsian besar tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, maka auditor harus (1) mempertimbangkan kecukupan pengungkapan tentang
ketidakmampuan perusahaan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu pantas, dan (2) mencantumkan paragraf penjelasan (di bawah
paragraf pendapat) dalam laporan auditor untuk mencerminkan kesimpulannya. Apabila
auditor berpendapat bahwa kesangsian bear sudah tidak ada, auditor masih harus
mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi yang perlu
diungkapkan meliputi:
 Kondisi atau kejadian yang bersangkutan yang telah memunculkan kesangsian besar
tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama
periode waktu pantas.
 Dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kondisi atau kejadian tersebut.
 Evaluasi manajemen mengenai signifikansi kondisi atau kejadian dan faktor-faktor yang
bisa mengurangi kesangsian tersebut.
 Kemungkinan terhentinya operasi.
 Informasi tentang kemungkinan pulihnya kembali keadaan perusahaan klien, atau
klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi hutang.
- Melakukan Review Teknis atas Laporan Keuangan
Kebanyakan kantor akuntan publik memiliki daftar pengecekan laporan keuangan detail
yang dikerjakan oleh auditor yang melakukan review atas laporan keuangan. Daftar
pengecekan yang telah dirampungkan selanjutnya direview kembali oleh manajer atau
partner yang ditunjuk dalam penugasan yang bersangkutan. Daftar pengecekan meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan bentuk dan isi setiap bagian pokok laporan keuangan
beserta pengungkapan-pengungkapannya.
- Merumuskan Pendapat dan Membuat Konsep Laporan Audit
Sebelum sampai pada keputusan akhir tentang opini yang akan diberikan, biasanya klien
menyelenggarakan pertemuan dengan auditor. Dalam pertemuan tersebut auditor
melaporkan temuan-temuan secara lisan dan memberikan alasan atas usulan
penyesuaian dan/atau tambahan pengungkapan. Sebaliknya, manajemen biasanya
bertahan dengan pendapat atas kemauannya. Apabila pada akhirnya dicapai kesepakatan
untuk melakukan perubahan, maka auditor bisa memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian. Namun apabila tidak dicapai kesepakatan, maka auditor harus memberi
pendapat lain selain pendapat wajar tanpa pengecualian.
- Melakukan Review Akhir atas Kertas Kerja
Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dimaksudkan untuk mendapat jaminan
bahwa:
 Pekerjaan yang dilakukan oleh para bawahan telah dilakukan dengan cermat dan teliti.
 Pertimbangan yang diberikan oleh bawahan cukup beralasan dengan tepat sesuai dengan
keadaan yang dihadapi.
 Penugasan audit telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian kerja.
 Semua persoalan akuntansi, pengauditan, dan pelaporan yang menimbulkan pertanyaan
yang signifikan selama audit berlangsung telah terpecahkan dengan memuaskan.
 Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
 Standar auditing dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu yang berlaku di kantor
akuntan publik yang bersangkutan telah terpenuhi.
16. Jelaskan perbedaan antara peristiwa kemudian dengan periode peristiwa
kemudian (pertanyaan lanjutan terkait contoh kasus)
Dalam penyelesaian proses audit, ada situasi dimana auditor harus memperhatikan
peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor.
Hal ini bertujuan untuk mencari bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan
auditor dapat menemukan bukti baru yang sebelum nya tidak dapat ditemukan. Karena
terdapat kemungkinan terjadi peristiwa penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah
tanggal neraca. Secara termonologis, “subsequent event” adalah peristiwa / transaksi
yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang
mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan
penyesuaian / pengungkapan dalam laporan tersebut. Kebutuhan akan pemahaman yang
memadai mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap kejadian yang terjadi kepada
perusahaan auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 46 terdapat dua
jenis subsequent event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian)
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
(Memerlukan pengungkapan)
Dapat dilihat bahwa terdapat peristiwa yang berhubungan dengan tanggal neraca dan
peristiwa yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal neraca.
Peristiwa seperti inilah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melakukan audit di
suatu perusahaan, karena bisa saja hal tersebut berdampak material bagi laporan
keuangan.
Berikut merupakan contoh peristiwa yang memerlukan penyesuaian dan pengungkapan:
1. Penyesuaian
Auditor perlu melakukan penyesuaian terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi pada
tanggal sesudah tanggal neraca, yang berkaitan dengan akun yang ada pada laporan
keuangan tanggal neraca. Hal ini dapat membuat terjadinya perbedaan angka antara
laporan keuangan dengan keadaan yang sebenarnya.
Contoh : “Pengakuan Penjualan”
Pada akhir Desember 2013 perusahaan melakukan penjualan kepada klien yang berada
di luar negeri. Di karenakan jarak tempuh yang jauh, barang tersebut diestimasikan baru
sampai sekitar awal januari. Dalam hal ini perusahaan “belum mengakui penjualan”
tersebut dalam buku besar atau tidak terjadi penjurnalan terhadap transaksi tersebut, di
karenakan barang yang dijual belum sampai di gudang pembeli. Awal Januari 2014,
barang tersebut baru tiba di gudang pembeli, dan perusahaan baru bisa mengakui nya
sebagai penjualan dan mencatat transaksi tersebut dalam jurnal. Disini terdapat
perbedaan nominal “penjualan” dan “persediaan barang dagang” antara laporan keuangan
tanggal neraca dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini lah yang menyebabkan
dibutuhkan “penyesuaian” terhadap peristiwa tersebut agar nominal yang tercantum di
dalam laporan keuangan sama dengan jumlah penjualan yang sebenarnya. Contoh
jurnalnya:
persediaan xxx –
penjualan – xxx
2. Pengungkapan
Auditor perlu melakukan pengungkapan terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi di
perusahaan auditee pada tanggal sesudah tanggal neraca. Di karenakan tidak adanya hal
tersebut dalam laporan keuangan tanggal neraca.
Contoh : “Debitor Bangkrut”
Di akhir tahun 2013, perusahaan X memiliki piutang dari perusahaan Y senilai Rp 100 juta.
Pada Januari 2014, terdapat kabar bahwa debitor (perusahaan Y) tersebut mengalami
“kebangkrutan” dan sudah diputuskan oleh pengadilan. Dari data kreditor yang harus di
dahulukan dalam pembayaran utang perusahaan, perusahaan X tidak termasuk dalam
daftar kreditor yang didahulukan dikarenakan asset perusahaan Y yang sedikit. Hal ini
menyebabkan piutang yang dimiliki perusahaan X senilai Rp 100juta tidak dapat ditagih
semuanya. Kejadian luar biasa seperti ini memerlukan “pengungkapan” di karenakan
peristiwa tersebut tidak terdapat dalam laporan keuangan tanggal neraca.
Contohnya: “Pada tanggal 20 Januari 2014, perusahaan y dinyatakan pailit oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara dikarenakan tidak dapat memenuhi kewajiban
perusahaannya. Sehingga seluruh aset perusahaan di jual untuk memenuhi kewajiban
yang harus dibayar. Akan tetapi hasil dari penjualan tersebut tidak dapat menutupi
sebagian besar kewajibannya, sehingga kewajiban perusahaan Y kepada perusahaan X
tidak dapat di bayarkan”.
17. Asersi manajemen
Asersi adalah pernyataan yang dibuat manajemen tentang pengelompokan dan
pengungkapan transaksi maupun akun yang terkait di dalam laporan keuangan yang
dibuat. Asersi manajemen dapat secara tersirat maupun tersurat (tertulis). Baik tertulis
maupun tidak tertulis (tersirat) tidak mempengaruhi jalan maupun hasil audit nantinya,
hanya bagaimana metode perusahaan mengungkapkannya.
5 Kategori Asersi menurut PSA 07 (SA 326):
1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian.
Asersi keberadaan atau kejadian adalah asersi mengenai apakah aktiva, kewajiban, dan
ekuitas yang tercantum dalam neraca benar- benar ada pada tanggal neraca serta apakah
pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi
selama periode akuntansi.
2. Asersi mengenai kelengkapan.
Asersi mengenai kelengkapan adalah asersi mengenai apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.
3. Asersi mengenai hak dan kewajiban.
Asersi hak dan kewajiabn adalah asersi mengenai kebenaran bahwa aktiva memang
menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi.
Asersi penilaian dan alokasi adalah asersi mengenai apakah aktiva, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-
angka yang wajar.
5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Asersi penyajian dan pengungkapan adalah asersi mengenai komponen-komponen
dalam laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dengan
sepantasnya.
18. Cash opname dan berita acaranya
Cash Opname adalah pemeriksaan fisik pada uang kas tunai antara saldo yang terdapat
pada Catatan Akuntansi dengan Uang kas yang ada di brankas/di tangan (cash on hand).
Untuk berita acara nanti latihan
19. Pengelompokan Opini audit
Opini yang diberikan dari asersi manajemen dari klien atau juga instansi peusahaan yang
diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa adanya pengecualian, wajar dengan
pengecualian, tidak memberikan pendapat, serta jjuga tidak wajar. Menurut Standar
Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri atas 5 jenis yakni:
OPINI NONMODIFIKASI
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat audit sudah dilaksanakan sesuai dengan
Standar Auditing (SPAP), auditor tersebut tidak menemukan adanya kesalahan material
secara keseluruhan laporan keuangan atau juga tidak terdapat penyimpangan dari adanya
prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan tersebut digunakan jika terdapat
keadaan berikut:
 Bukti audit yang dibutuhkan sudah terkumpul dengan secara mencukupi dan juga auditor
sudah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan kerja
lapangan tersebut sudah ditaati.
 Standar umum sudah diikuti sepenuhnya didalam perikatan kerja.
 Laporan keuangan yang di audit tersebut disajikan sesuai dengan adanya prinsip
akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan juga dengan secara
konsisten pada laporan-laporan yang sebelumnya.
 Demikian juga pada penjelasan yang mencukupi sudah disertakan pada catatan kaki serta
bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
 Tidak terdapat adanya ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties)
tentang perkembangan di masa mendatang yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya atau
juga dipecahkan dengan secara memuaskan.
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified
Opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat suatu keadaan tertentu yang tidak
berpengaruh secara langsung terhadap adanya pendapat wajar. Keadaan tertentu bisa
terjadi apabila , sebagai berikut:
 Pendapat auditor sebagian didasarkan dari pendapat auditor independen lain.
 Disebabkan karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan tersebut
dibuat menyimpang dari SAK.
 Laporan tersebut dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa atau kejadian masa yang akan
datang hasilnya belum bisa diperkirakan ditanggal laporan audit.
 Terdapat keraguan yang besar terhadap suatu kemampuan satuan usaha didalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
 Diantara 2 periode akuntansi terdapat suatu perubahan yang material didalam penerapan
prinsip akuntansi.
 Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tetapi tidak disajikan.
OPINI MODIFIKASI
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat laporan keuangan dikatakan wajar
didalam hal yang material, namun tetapi terdapat sesuatu penyimpangan atau juga kurang
lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dilakukan pengecualian . Dari pengecualian
tersebutlah yang bisa mungkin terjadi, apabila:
 Buktinnya kurang cukup
 Adanya pembatasan dalam ruang lingkup
 Terdapat suatu penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku secara
umum (SAK).
Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat tersebut diberikan apabila:
 Tidak adanya bukti kompeten yang cukup dan jelas atau juga adanya pembatasan dalam
lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi suatu laporan keuangan dengan
secara keseluruhan.
 Auditor yakin bahwa laporan keuangan tersebut berisikan suatu penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum yang berdampak material namun tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan dengan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut
bisa berupa suatu pengungkapan yang tidak memadai, ataupun perubahan didalam
prinsip akuntansi.
4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat laporan secara keseluruhan itu bisa
terjadi jika auditor harus memberi tambahan suatu paragraf untuk dapat menjelaskan
ketidakwajaran atas suatu laporan keuangan, yang disertai dengan dampak dari akibat
adanya ketidakwajaran tersebut, pada suatu laporan auditnya.
5. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat ruang lingkup pemeriksaan yang
dibatasi, sehingga auditor tidak melaksanakan suatu pemeriksaan sesuai dengan standar
auditing yang ditetapkan oleh IAI. Pembuatan laporannya auditor tersebut harus memberi
penjelasan mengenai pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor
tersebut tidak memberi pendapat.
Contoh:
Tidak Mematahui Gaap / PABU
Paragraf Penjelasan
“sebagaimana atelah dijelaskan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan
mencantumkan akun mesin dan ekuipmen pada nilai yang ditetapkan oleh manajemen,
dan menghitung penyusutannya berdasarkan niali tersebut. Prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia mengharuskan penyajian aktiva tetap pada kos atau nilai
revaluasi berdasarkan perundang-undangan, dikurangi dengan akumulasi penyusutan
yang dihitung berdasarkan nilai tersebut. Karena penyimpangan tersebut, aktiva tetap
disajikan lebih tinggi dibandingan jika disajikan atas dasar kosnya.”
Paragraf Pendapat
“ menurut pendapat kami, karena dampak hal yang kami uraikan dalam paragraf di atas,
laporan keuangan yang kami sebutkan dalam paragraf pertama tidak menyajikan secara
wajar…..”
20. Perbedaan laporan auditor independen dan auditor internal
Audit Internal memberikan pendapat tentang efektivitas kegiatan operasional organisasi.
Di sisi lain, Audit Eksternal memberikan pendapat tentang pandangan yang benar dan adil
dari laporan keuangan.
21. Knp laporan audit dikatakan wajar bukan benar
Karena dalam melakukan audit, auditor hanya melakukan sampel transaksi tidak secara
menyeluruh jadi tidak dapat ditarik kesimpulan benar atau salah melainkan wajar sesuai
standar berdasarkan sampel represantatif
22. Fungsi dan independensi auditor internal
Fungsi
a. Audit internal melaporkan langsung kepada para pemangku kepentingan, agar
perusahaan dapat memanfaatkan hasil laporan tersebut untuk mengidentifikasikan dan
memperbaiki kelemahannya sebagai persiapan untuk audit eksternal di mana hasilnya
akan dibagikan kepada publik.
b. Meningkatkan lingkungan pengendalian perusahaan, agar proses tata kelola internal bisa
berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya.
c. Mengidentifikasi redundansi dalam prosedur operasional dan pengendalian serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
d. Berfungsi sebagai sistem peringatan dini jika terjadi kendala, sehingga setiap masalah
yang mungkin terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki tepat waktu.
e. Meningkatkan akuntabilitas dalam sebuah organisasi perusahaan.
auditor internal dikatakan independen apabila dapat melaksanakan tugasnya secara
bebas dan obyektif. Seorang auditor internal mengandalkan kebebasannya untuk
melaksanakan tugasnya dengan tidak berpihak dan objektif. Independensi dan objektivitas
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam internal audit. Auditor internal
dapat bersikap objektif dengan mengandalkan independensinya. Demikian juga, sikap
objektif mencerminkan independensi dari seorang auditor internal.
23. Apa yang dimaksud surat representasi klien?
Surat representasi adalah komunikasi tertulis dari klien ke auditor yang
meresmikanpernyataan bahwa klien telah dibuat tentang hal-hal yang berkaitan dengan
audit.
24. Isi surat representasi klien?
Isi Surat Representasi
AU 333.06 memberikan pedoman atas empat kategori utama dari representasi spesifi
harus termasuk dalam surat rep, yaitu harus mencakup representasi mengenai:
1. Laporan keuangan
2. Kelengkapan informasi
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
4. Peristiwa kemudian
25. Apa itu manajemen letter?
management letter adalah suatu laporan kepada manajemen yang berisi rekomendasi
untuk perbaikan kelemahan-kelemahan yang diungkapkan akuntan public setelah
mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern perusahaan.
26. Jelaskan resiko audit dan jenis”nya!
Risiko Audit atau Audit Risk (AR) adalah kemungkinan risiko salah saji bersifat material
dan/atau penggelapan (fraud) yang bisa lolos dari proses audit jika auditor tidak
melakukan tugasnya secara cermat.
1. Risiko Inherent – Atau ‘Inherent Risk’ (IR)
Risiko Inherent adalah risiko yang mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu
transaksi, entah karena:
 kompleksitas transaksi dan klas transaksi; atau (b) kompleksitas perhitungan; atau (c) aset
yg mudah tercuri/digelapkan; atau (d) ketiadaan informasi yang sifatnya obyektif.
 Sudah menjadi pemahaman publik bahwa inherent risk adalah diluar jangkauan auditor
dalam melakukan pencegahan. Bahkan, juga diluar kendali pihak auditee sendiri. Dengan
kata lain, auditor hanya bisa menemukan tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.
Ciri IR Tinggi
Beberapa ciri IR yg tinggi, antara lain:
 Terjadi profitabilitas (dan indikator kinerja kunci lainnya) yang terus menurun;
 Terjadi kekurangan modal kerja; dan
 Tingginya asset menganggur (tidak menghasilkan)
Contoh Pemeriksaan IR
Saat memeriksa “Pendapatan,” sebagai seorang auditor anda melihat 4 faktor penting
berikut ini dalam mengukur Risiko Inherent (Inherent Risk):
 Usaha Sejenis – Pertimbangkan persaingan di lingkungan usaha sejenis yang mungkin
mempengaruhi pendapatan dan aliran kas auditee. Misalnya: faktor persaingan
(mungkinkah auditee kalah dalam persaingan sehingga revenue nya menurun?)
 Kompleksitas Pengakuan Pendapatan – Periksa metode pengakuan pendapatannya,
apakah mengandung kompleksitas yang berpotensi menjadi risiko? Contoh pengakuan
pendapatan dengan perhitungan kompleks dan berpotensi mengandung risiko bawaan
adalah “metode persentase penyelesaian” yang biasa digunakan oleh jenis usaha real
estate atau developer ATAU metode pengakuan pendapatan atas kontrak lainnya yang
lamanya melewati satu tahun buku.
 Kesulitan dalam Menakar Akurasi Perhitungan Revenue – Periksa besarnya nilai revenue
dipengaruhi oleh perhitungan yang akurasinya sulit diukur? Misal: menggunakan
“Cadangan Bad Debt” dan yang angka persentasenya menggunakan estimasi (termasuk
write off nya).
 Salah Saji Pada Audit Sebelumnya – Anda juga dapat menggunakan laporan hasil audit
priode sebelumnya sebagai tambahan bahan pertimbangan; akun-akun yang kerap
mengandung salah saji pada periode-periode sebelumnya besar kemungkinannya
mengandung risiko inherent.
Faktor yang Memengaruhi Tingkat IR
Faktor berikut ikut menentukan tingginya tingkat IR:
 Penugasan audit pertama kalinya untuk klien yang sama oleh auditor dihitung sebagai
faktor IR yang penting. Misalnya PT AKL baru IPO tanggal 1 Juni 2015, maka audit yang
diselenggarakan pertama kali (untuk Laporan Keuang Per 31 Desember 2015)
diasumsikan mengandung IR yang tinggi, sebab auditor tidak memiliki informasi valid
mengenai kondisi keuangan PT AKL yang bisa dipercaya.
 Perusahaan yang memiliki anak/cabang dalam jumlah banyak dan melibatkan banyak
mata uang asing, diasumsikan mengandung IR yang tinggi. Sebab model perusahaan
seperti ini cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kompleks dan besar
kemungkinan terjadi banyak kesalahan dalam proses konsolidasi laporan yang
disebabkan oleh kompleksitas data transaksi yang terlibat di dalamnya.
2. Risiko Pengendalian – Atau ‘Control Risk’ (CR)
Risiko Pengendalian adalah risiko yang bisa timbul akibat kelemahan sistim pengendalian
intern (SPI) auditee, entah karena desainnya yang lemah atau pelaksanaanya yang tidak
sesuai desain—thus tidak mampu mencegah potensi salahsaji bersifat material dan/atau
penggelapan (fraud).
CR tidak bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh auditee jika
mereka mau. Karakter perusahaan ber CR tinggi, antara lain:
 Struktur Organisasi (SO), tidak jelas dengan pembagian tugas yang juga tidak jelas. Jika
ini terjadi maka bisa dipastikan CR nya tinggi;
 Lemahnya pengawasan manajemen (para manager) terhadap operasional perusahaan
(ciri ini bisa dilihat dari beberapa hal, misal: tidak ada level otorisasi transaksi yang jelas,
semua orang bisa mengakses semua data/informasi, tidak ada aktivitas supervisi, tidak
pernah ada audit fisik, tidak ada performance review, tidak ada budgeted financial
statement). Kalau ini yang terjadi maka angka persentase CR sudah pasti tinggi.
 Tidak memiliki auditor internal dan komite audit. Jika ini yang tejadi maka bisa dipastikan
angka CR juga tinggi.
 Sistim Pengendalian Internal lemah atau tidak efektif (semua aspek SPI perlu diperiksa
terlebih dahulu untuk menentukan faktor ini, perhatikan contoh dibawah.
 Contoh Pemeriksaan SPI: Yang paling klasik, anda memeriksa faktor “Pemisahan Tugas”
pada departemen-departemen yang berpotensi terjadi “Asset Fraud.” Dua jenis asset
dimana kerap terjadi fraud adalah wilayah “Persediaan” dan “Kas.”
Katakanlah anda sedang memeriksa Persediaan. Di sini anda memeriksa apakah ada 2
pekerjaan terkait atau lebih dirangkap oleh satu orang petugas? Misal:
Pegawai Purchasing merangkap sebagai petugas yang penerima barang atau pekerjaan
gudang persediaan lainnya (ini buruk); atau Pegawai Shipping merangkap sebagai
petugas gudang yang mengurus persediaan barang jadi (ini juga buruk).
Foreman di bagian produksi (yang biasa request persediaan untuk keperluan produksi)
diijinkan bebas keluar-masuk gudang persediaan bahan baku atau bahan penolong (ini
buruk).
Pegawai admin yang input Receipt of Goods (ROG) memiliki kemampuan akses ke dalam
data-data accounting terkait seperti Accounts Payable (Utang)
Pegawai admin yang input picking sheet di Shipping memiliki kemampuan akses ke dalam
data-data accounting terkait seperti Accounts Receivable (Piutang).
Selain aspek pemisahan tugas anda juga memeriksa akurasi saldo Persediaan yang
disajikan pada “Laporan Posisi Keuangan” (Neraca.) Ada 2 hal yang bisa anda lakukan di
sini, yaitu:
 Menelusuri dokumen penerimaan barang ‘masuk-dan-keluar’ gudang untuk tanggal-
tanggal yang mendekati tanggal tutup buku (jika tutup buku dilakukan tanggal 31
Desember misalnya, maka periksa dokumen barang masuk-dan-keluar tanggal 30 hingga
31). Dari hasil pemeriksaan ini mungkin anda menemukan barang persediaan yang
harusnya tidak diperhitungkan sebagai penambah saldo (atau pengurang saldo) akan
tetapi diikutkan oleh aduitee, atau sebaliknya.
 Melakukan perhitungan fisik secara acak (random physical counts). Hasil penghitungan ini
kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh auditee, apakah
sama? Jika beda, maka uji dengan physical count terus dilakukan.
Jika auditee menggunakan peralatan teknologi dalam mengelola persediaan misalnya
“Self-alarming antitheft tags” atau “Electronic Cash Register” (ECR), maka anda perlu
memeriksa apakah peralatan tersebut berfungsi dengan baik atau rusak atau tidak
konsisten?
Catatan:
Kombinasi IR dengan CR disebut “Risiko Salahsaji Bersifat Material” (material
misstatement risk)
Baik IR dan CR bisa diuji secara bersamaan atau terpisah.
3. Risiko Deteksi – Atau ‘Detection Risk’ (DR),
Risiko Deteksi adalah risiko yang bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi
adanya salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud). DR ada dalam kendali
auditor.
Karena DR sepenuhnya ada pada kendali auditor, maka sudah pasti mereka harus
berupaya untuk menekan risiko ini hingga ke tingkatakan yang paling minimal (tidak
mungkin menghilangkan risiko ini sepenuhnya).
Faktor yang Mempengaruhi DR
Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan DR yang tinggi, yaitu:
 Salah Mengaplikasikan Prosedur Audit – Contoh kesalahan fatal, misalnya: anda
menggunakan rasio untuk mengukur tingkat akurasi angka saldo, dan ternyata anda
menggunakan rasio yang salah.
 Salah Menginterpretasikan Hasil Audit – Contoh (lanjutan yang tadi): mungkin sudah
menggunakan rasio yang benar, namun anda salah dalam menginterpretasikan hasil
perhitungan (misal: anda menyatakan inventory sudah disajikan dengan semestinya
padahal sebenarnya mengandung salahsaji bersifat material).
 Salah Memilih Metod Uji – Setiap saldo akun yang disajikan pada Laporan Keuangan
seharusnya diuji dengan menggunakan metode yang paling sesuai dengan nature nya
masing-masing. Anda ingin memastikan apakah suatu penjualan memang seharusnya
diakui (atau tidak diakui), maka anda mengujinya dengan melihat tanggal transaksi yang
kemudian disandingkan dengan periodisasi pelaporan (bukan dengan menguji hitungan
matematisnya)
 Pengujian CR Yang Kurang Intensive – DR juga meningkat bila pengujian terhadap DR
kurang intensif (beberapa wilayah pengendalian lemah namun lolos dari pengujian karena
anda tidak tahu wilayah tersebut ternyata lemah), sehingga ada salahsaji atau fraud yang
tidak terdeteksi selama proses pengujian anda jalankan.
Agar hal itu tidak terjadi, maka auditor—pada fase perencanaan audit (audit planning)—
memperkirakan besaran angka DR yang akan dihadapi untuk kemudian diantisipasi
dengan prosedur, teknik dan mote audit yang akan diterapkan. Untuk lebih jelasnya, lanjut
ke paragraf berikut in
27. Apa yang di atur dalam kode etik akuntan
Ada beberapa kode etik dasar yang harus diperhatikan dan dipatuhi akuntan untuk
menjalan praktik yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan bisnis. Berikut adalah
daftarnya:
1. Integritas
Integritas merupakan elemen fundamental penting dari profesi akuntansi. Integritas
membutuhkan akuntan untuk jujur, terus terang, dan terus terang dengan informasi
keuangan klien.
Akuntan harus membatasi diri mereka sendiri dari keuntungan atau keuntungan pribadi
dengan menggunakan informasi rahasia. Sementara kesalahan atau perbedaan pendapat
mengenai penerapan hukum akuntansi memang ada, akuntan profesional harus
menghindari kesempatan yang disengaja untuk menipu dan memanipulasi informasi
keuangan.
Kantor akuntan publik atau perusahaan swasta seringkali mengembangkan kode etik atau
perilaku akuntan. Aturan etika dan perilaku ini memastikan semua akuntan bertindak
secara konsisten. Dengan tidak adanya aturan atau standar khusus, akuntan harus
meninjau tindakan mereka untuk memastikan mereka mengikuti prinsip yang diterima
secara umum.
Akuntan harus mematuhi prinsip integritas, yang mensyaratkan akuntan untuk bersikap
lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
Integritas menyiratkan berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Akuntan
tidak boleh secara sengaja dikaitkan dengan laporan, komunikasi, atau informasi lain
ketika Akuntan percaya bahwa informasi tersebut:
 Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;
 Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
 Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan,
sehingga akan menyesatkan.
2. Objektivitas dan Independensi
Objektivitas dan independensi merupakan nilai-nilai etika yang penting dalam profesi
akuntansi. Akuntan harus tetap bebas dari benturan kepentingan dan hubungan bisnis
yang meragukan lainnya ketika melakukan jasa akuntansi.
Kegagalan untuk tetap objektif dan independen dapat menghambat kemampuan akuntan
untuk memberikan pendapat yang jujur tentang informasi keuangan perusahaan.
Objektivitas dan independensi juga merupakan nilai etika yang penting bagi auditor.
Akuntan harus mematuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan Akuntan tidak
mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya bias, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
Akuntan tidak boleh melakukan aktivitas profesional jika suatu keadaan atau hubungan
terlalu memengaruhi pertimbangan profesionalnya atas aktivitas tersebut.
Industri akuntansi biasanya membatasi jumlah layanan kantor akuntan publik atau akuntan
publik bersertifikat (CPA) yang dapat ditawarkan kepada klien. Jasa akuntansi meliputi
jasa akuntansi umum, audit, pajak dan manajemen. Akuntan yang melakukan lebih dari
satu layanan ini untuk klien dapat membahayakan objektivitas dan independensi mereka.
Misalnya, individu yang menangani fungsi akuntansi umum dan kemudian mengaudit
informasi ini pada dasarnya meninjau pekerjaan mereka sendiri. Situasi ini memungkinkan
akuntan menyembunyikan informasi keuangan negatif perusahaan.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Kehati-hatian adalah nilai etika yang mengharuskan akuntan untuk mematuhi semua
standar akuntansi teknis atau etika.
Akuntan profesional sering diminta untuk meninjau prinsip akuntansi yang diterima secara
umum (PABU) dan menerapkan kerangka ini untuk informasi keuangan spesifik
perusahaan. Kehati-hatian mengharuskan akuntan untuk melatih kompetensi, ketekunan,
dan pemahaman yang tepat tentang informasi keuangan.
Kompetensi biasanya didasarkan pada pendidikan dan pengalaman individu. Dengan
demikian, kehati-hatian mungkin memerlukan akuntan senior untuk mengawasi dan
mengarahkan akuntan lain yang kurang berpengalaman dalam profesi akuntansi
Akuntan harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional yang
mensyaratkan akuntan untuk:
Mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini dan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku; dan
Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku.
Pemberian jasa kepada klien dan organisasi tempatnya bekerja dengan kompetensi
profesional mensyaratkan Akuntan untuk menggunakan pertimbangan yang baik dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional ketika melakukan aktivitas
profesional.
Menjaga kompetensi profesional mensyaratkan suatu kesadaran yang berkelanjutan dan
pemahaman atas perkembangan teknis, profesional, serta bisnis yang relevan.
Pengembangan profesional berkelanjutan memungkinkan Akuntan untuk
mengembangkan dan mempertahankan kemampuan bekerja secara kompeten dalam
lingkungan profesional.
Kesungguhan mencakup tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan persyaratan
penugasan, secara hati-hati, cermat, dan tepat waktu.
Dalam mematuhi prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional, Akuntan harus
mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa mereka yang
bekerja profesional di bawah pengawasannya telah memperoleh pelatihan dan supervisi
yang tepat.
Jika diperlukan, Akuntan harus membuat klien, organisasi tempatnya bekerja, atau
pengguna lain atas jasa atau aktivitas profesional Akuntan, untuk menyadari keterbatasan
yang melekat pada jasa atau aktivitas tersebut.
4. Kerahasiaan
Akuntan harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang mensyaratkan akuntan untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis.
Akuntan harus:
a) Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk
dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota keluarga inti,
atau keluarga dekat;
b) Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
c) Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
d) Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang memadai
dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya;
e) Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
f) Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun, baik yang diperoleh
atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun setelah
hubungan tersebut berakhir; dan
g) Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel yang
berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan bantuan
profesional, untuk menghormati kewajiban akuntan guna menjaga kerahasiaan informasi.
h) Dalam memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan informasi rahasia,
akuntan mempertimbangkan keadaan yang relevan termasuk:
- Apakah kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak ketiga yang kepentingannya
terpengaruh, jika klien atau organisasi tempatnya bekerja menyetujui pengungkapan
informasi tersebut?
- Apakah semua informasi yang relevan diketahui dan didukung bukti yang kuat, sepanjang
praktis. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan untuk mengungkapkan meliputi:
 Fakta tidak didukung bukti yang kuat.
 Informasi yang tidak lengkap.
 Kesimpulan yang tidak didukung bukti yang kuat.
- Komunikasi apa yang digunakan dan pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut?
- Apakah pihak-pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut merupakan penerima yang
tepat?
Akuntan harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya hubungan
antara Akuntan dan klien atau organisasi tempatnya bekerja.
Ketika berganti pekerjaan atau memperoleh klien baru, Akuntan berhak menggunakan
pengalaman sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan atau mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional
atau bisnis.
5. Perilaku Profesional
Akuntan harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang mensyaratkan akuntan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari perilaku apa
pun yang diketahui atau seharusnya diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi.
Akuntan tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa pun yang diketahui
merusak atau mungkin merusak integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan
hasilnya tidak sesuai dengan prinsip dasar etika.
Perilaku yang mungkin mendiskreditkan profesi termasuk perilaku yang menurut pihak
ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai, sangat mungkin akan
menyimpulkan bahwa perilaku tersebut mengakibatkan pengaruh negatif terhadap
reputasi baik profesi.
Ketika melakukan aktivitas pemasaran atau promosi, Akuntan dilarang mencemarkan
nama baik profesi. Akuntan harus bersikap jujur dan mengatakan yang sebenarnya, serta
tidak:
 Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
 Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak lain.
 Jika Akuntan memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu bentuk iklan atau
pemasaran lainnya, maka akuntan didorong untuk berkonsultasi dengan asosiasi
profesi yang relevan
28. Mengapa diperlukan pihak ketiga untuk melakukan audit
Agar hasil audit yang telah dilakukan dapat memberikan hasil yang valid dikarenakan telah
diperiksa oleh ahli yang bukan merupakan bagian dari perusahaan sehingga hasilnya
objektif
29. Apa itu konflik kepentingan dan siapa yang memiliki konflik tsb
Conflict of interest atau konflik kepentingan adalah setiap situasi yang berpotensi
mencegah ketidakberpihakan atau menimbulkan bias dalam diri seseorang. Kegagalan
objektivitas ini terjadi jika ada kemungkinan konflik antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bisnis atau publik. Dan yang memiliki konflik tersebut umumnya adalah
pengambil keputusan atau kebijakan dalam sebuah organisasi
30. Kapan dikatakan bukti audit cukup dan kompeten
 Relevansi (Relevance). bukti audit yang relevan haruslah sesuai jika digunakan untuk
maksud tertentu, yang dalam ini berarti harus berhubungan dengan tujuan auditor.
Jika tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan suatu persediaan, auditor
bisa mendapatkan buktinya dengan melakukan observasi langsung pada persediaan
tersebut.
 Sumber Perolehan (Sources), sumber informasi sangat berpengaruh pada
kompetensi bukti audit. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi
bukti adalah sbb: 1) Jika sumber informasi didapatkan dari sumber independen di luar
perusahan, 2) Semakin efektif struktur pengendalian internal perusahaan, maka
semakin besar jaminan yang diberikan atas keandalan data akuntansi dan laporan
keuangan, 3) Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung dari
pemeriksaan fisik, pengamatan, penghitungan, dan inspeksi lebih meyakinkan
daripada informasi yang didapat secara tidak langsung.
 Ketepatan Waktu (Timeliness), ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal
penggunaan bukti audit. Kriteria ini menjadi penting khususnya untuk memverifikasi
aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit karena bisa mengecek apakah
cut off sudah dilakukan dengan tepat.
 Objektivitas (Objectivity), bukti audit yang objektif dipandang lebih kompeten jika
dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif. Untuk menilai objektivitas
bukti audit, diperlukan juga penilaian atas kualifikasi personal yang memberikan bukti
tersebut.
31. Jenis Bukti Audit
 Pengujian fisik (physical examination), merupakan bukti yang diperoleh lewat
pemeriksaan secara fisik atau lewat perhitungan oleh auditor terhadap harta
perusahaan. Misalnya, uang tunai, surat berharga, barang persediaan.
 Konfirmasi, merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga
sebagai jawaban atas permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi
manajemen dan tujuan audit. Umumnya auditor lebih memilih konfirmasi tertulis
karena mudah di-review oleh supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan.
 Dokumentasi, merupakan pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen
dan catatan klien guna mendukung informasi yang telah tersaji. Dokumentasi
digunakan secara luas sebagai bukti audit karena biayanya yang relatif rendah dan
pada banyak kesempatan menjadi satu-satunya bukti audit yang tersedia dan layak.
 Prosedur analitis, dengan cara menggunakan perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar. Misalnya, auditor
melakukan perbandingan total beban gaji dengan jumlah tenaga kerja untuk
menunjukkan apakah ada pembayaran gaji yang tidak semestinya.
 Wawancara dengan klien, merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara
lisan ataupun tertulis dari klien yang menjadi bukti respon atas pertanyaan dari
auditor.
 Perhitungan ulang, merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien.
 Observasi, merupakan penggunaan alat indera untuk menilai aktivitas klien.
Misalnya, auditor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik untuk mengamati proses
produksi.
32. Tahap Audit
Mulyadi (2002:122) membagi tahapan pelaksanaan audit menjadi empat tahap yaitu:
1. Penerimaan perikatan audit
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjajian tersebut, klien menyerahkan
pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
2. Perencanaan Audit
Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah perencanaan
audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit
tentang efektifitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.
4. Pelaporan Audit
Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada dua langkah penting
yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit. 1) menyelesaikan audit dengan
meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan. 2) menerbitkan laporan audit.
33. Bagaimana auditor meyakinkan diri kalau ada piutang sebesar sekian
Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun
yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
34. Mengapa dilakukan audit independen dalam l/k
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
35. Acuan/Pedoman yang dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai