Anda di halaman 1dari 7

oksidasi biologi dan senyawa berernergi tinggi

oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran electron dan reduksi sebagai penangkapan


electron, sebagaimana di lukiskan oleh oksidasi ion fero menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬
Fe3+ Dengan demikian, oksidasi selalu disertai reduksi aseptor electron. Prinsip ini osidasi –
reduksi ini berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang
melandasi pemahaman sifat oksidasi biologi. kita ketahui bahwa banyak oksidasi biologi
dapat berlangsung tanpa peran serta molekul oksigen, misalnya : dehidrogenasi. B. Hukum
termodinamika I dan II Kaidah pertama termodinamika: Kaidah pertama ini merupakan
hukum penyimpanan energi, yang berbunyi: energi total sebuah sistem, termasuk energi
sekitarnya adalah konstan. Ini berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak ada
energi yang hilang atau diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar bagian sistem atau
dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi
energi listrik, panas, mekanik dan sebagainya. Kaidah kedua termodinamika: Kaidah kedua
berbunyi: entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses ingin berlangsung spontan.
Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau keteracakan sistem. Entropi akan mencapai taraf
maksimal di dalam sistem seiring sistem mendekati keadaan seimbang yang sejati. Dalam
kondisi suhu dan tekanan konstan, hubungan antara perubahan energi bebas (ΔG) pada
sebuah sistem yang bereaksi, dengan perubahan entropi (ΔS), diungkapkan dalam persamaan:
ΔG = ΔH – TΔS Keterangan: ΔH adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu
absolut. Di dalam kondisi reaksi biokimia, mengingat ΔH kurang lebih sama dengan ΔE,
perubahan total energi internal di dalam reaksi, hubungan di atas dapat diungkapkan dengan
persamaan: ΔG = ΔE – TΔS Jika ΔG bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan
kehilangan energi bebas (reaksi eksergonik). Jika ΔG sangat besar, reaksi benar-benar
berlangsung sampai selesai dan tidak bisa membalik (irreversibel). Jika ΔG bertanda positif,
reaksi berlangsung hanya jika memperoleh energi bebas (reaksi endergonik). Bila ΔG sangat
besar, sistem akan stabil tanpa kecenderungan untuk terjadi reaksi. Peran senyawa fosfat
berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan energi Untuk mempertahankan
kehidupan, semua organisme harus mendapatkan pasokan energi bebas dari lingkungannya.
Organisme autotrofik melakukan metabolisme dengan proses eksergonik sederhana, misalnya
tumbuhan hijau menggunakan energi cahaya matahari, bakteri tertentu menggunakan reaksi
Fe2+  Fe3+. Sebaliknya organisme heterotrofik, memperoleh energi bebasnya dengan
melakukan metabolisme yaitu pemecahan molekul organik kompleks. Adenosin trifosfat
(ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas dari proses eksergonik ke proses
endergonik. ATP adalah nukleotida trifosfat yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus
fosfat (lihat Gambar 3.1). Dalam reaksinya di dalam sel, ATP berfungsi sebagai kompleks
Mg2+ Gambar 3.1 ATP diperlihatkan sebagai kompleks magnesium Gambar 3.2 ATP dan
ADP Energi bebas baku hasil hidrolisis senyawa-senyawa fosfat penting dalam biokimia
tertera pada Tabel 3.1. Terlihat bahwa nilai hidrolisis gugus terminal fosfat pada ATP terbagi
menjadi 2 kelompok. Pertama, fosfat berenergi rendah yang memiliki ΔG lebih rendah dari
pada ΔG0 pada ATP. Kedua, fosfat berenergi tinggi yang memiliki nilai ΔG lebih tinggi
daripada ΔG0 pada ATP, termasuk di dalamnya, ATP dan ADP, kreatin fosfat, fosfoenol
piruvat dan sebagainya. Senyawa biologik penting lain yang berenergi tinggi adalah tiol ester
yang mencakup koenzim A (misal asetil-KoA), protein pembawa asil, senyawa-senyawa ester
asam amino yang terlibat dalam sintesis protein, S-adenosilmetionin (metionin aktif), uridin
difosfat glukosa dan 5-fosforibosil-1-pirofosfat.Gugus fosfat berenergi tinggi oleh Lipmann
dilambangkan dengan ~℗. Simbol ini menunjukkan bahwa gugus yang melekat pada ikatan,
pada saat peralihan pada suatu akseptor yang tepat, akan mengakibatkan pemindahan
kuantitas energi bebas yang lebih besar. Oleh karena itulah sebagian ahli biokimia lebih
menyukai istilah potensial pemindahan gugus daripada ikatan berenergi tinggi. Berdasarkan
posisi ATP pada Tabel 3.1, maka ATP merupakan donor fosfat berenergi tinggi (donor energi
bebas) bagi senyawa-senyawa di bawahnya. Di sisi lain, ADP dapat menerima fosfat
berenergi tinggi untuk membentuk ATP dari senyawa yang berada di atas ATP dalam tabel.
Akibatnya siklus ATP/ADP menghubungkan proses-proses yang menghasilkan ~℗ dan
proses-proses yang menggunakan ~℗. Dengan demikian ATP terus dikonsumsi dan terus
diproduksi. Proses terjadi dengan kecepatan sangat tinggi, karena depot ATP/ADP sangat
kecil dan hanya cukup untuk mempertahankan jaringan aktif dalam beberapa detik saja. Ada
3 sumber utama ~℗ yang berperan dalam konservasi atau penangkapan energi. 1. Fosforilasi
oksidatif Fosforilasi oksidatif adalah sumber ~℗ terbesar dalam organisme aerobik. Energi
bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari oksidasi rantai respirasi di dalam
mitokondria dengan menggunakan oksigen. 2. Glikolisis Dalam glikolisis terjadi
pembentukan netto dua ~℗ yang terjadi akibat pembentukan laktat 3. Siklus asam sitrat
Dalam siklus asam sitrat satu C. ENZIM YANG TERLIBAT DALAM PROSES OKSIDASI
DAN REDUKSI DINAMAKAN OKSIDOREDUKTASE Dalam uraian berikut, enzim
oksidoreduktase dipilah menjadi 4 kelompok,yaitu: 1. Enzim okidase 2. Dehidrogenase 3.
Hidroperoksidase 4. Oksigenase  ENZIM OKSIDASE MENGGUNAKAN OKSIGEN
SEBAGAI AKSEPTOR HIDROGEN Enzim oksidase mengatalisis pengeluaran hydrogen
dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogennya. Enzim-enzim
tersebut membetuk air atau hydrogen peroksida sebagai produk reaksi. Sebagi Oksidase
Mengandung Tembaga Sitokrom oksidase merupakan hemoprotein yang tersebar luas dalam
banyak jaringan, dengan gugus prostetik heme yang secara khas ditemukan dalam mioglobin,
hemoglobin, serta sitrokom lain. Enzim ini merupakan komponem terakhir pada rantai
pembawa (carrier) respiratorik yang ditemukan dalam mitokondria dan dengan demikian
bertanggung jawab atas reaksi pemindahan elektron yang dihasilkan dari oksidasi molekul
substrat oleh dehidrogenase kepada akseptornya yang terakhir, yaitu oksigen. Gas karbon
monoksida, sianida, dan hydrogen sulfide merupakan racun bagi enzim sitokrom oksidase.
Sifat yang berlainan sehubungan dengan efek karbon monoksida serta sianida. Penelitian
yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa kedua sitokrom tersebut bergabung dengan sebuah
protein tunggal, dan kompleks tersebut dikenal sebagai sitokrom. Oksidase Lain Merupakan
Flavoprotein Enzim flavoprotein memiliki flavin mononukleotida (FMN) atau flavin adenin
dinukleotida (FAD) sebagai gugus prostetiknya. FMN dan FAD biasanya terikat erat-tetapi
tidak secara kovalen dengan masing-masing protein apoenzimnya.banyak enzim flavoprotein
mengandung satu atau lebih logam sebagai kofaktoresensial dan dikenal dengan nama
metaloflavoprotein. Enzim yang termasuk kedalam kelompok enzim oksidase ini mencakup
oksidase asam L-amino, suatu enzim terikat –FMN yang ditemukan dalam ginjal dengan
spesifisitas umum untuk deaminasi oksidatif asam L-amino yang terdapat dialam.Enzim
xantin oksidase tersebar luas dan terdapat didalam susu,usus halus, ginjal, serta hati. Enzim
ini mengandung molibdenum dan mempunyai peranan penting dalam konversi basa purin
menjadi asam urat sebagai produk nitrogenosa akhir utama, bukan saja dari metabolisme
purin, tetapi juga dari katabolisme protein dan asam amino.Aldehid dehidrogenase
merupakan enzim terikat-FAD yang terdapat didalam hati mamalia. Enzim ini merupakan
metaloflavoprotein yang mengandung molibdenum serta besi nonheme dan bekerja pada
senyawa aldehid serta substret N-heterosiklik.Mekanisme oksidase dan reduksi semua enzim
ini bersifat sangat kompleks.meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa reduksi
cincin isoaloksazin berlangsung dalam 2 yahap lewat intermediat. DEHIDROGENASE
TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN OKSIGEN SEBAGAI AKSEPTOR HIDROGEN Ada
sejumlah besar enzim didalam kelompok ini. Enzim-enzim tersebut melaksanakan 2 fungsi
utama: 1. pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang lain dalam reksi
oksidasi-reduksi berpasangan . enzi dehidrogenase ini bersifat sangat spesifik untuk
substratnya, tetapi sering memakai koenzim atau pembawa hidrogen yang sama seperti enzim
dehidrogenase lain, misal, NAD. Karena reaksi berlangsung reversibel, sifat-sifat ini
memudahkan senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara bebas didalam sel. 2. sebagai
komponem dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.  ENZIM
HIDROPEROKSIDASE MENGGUNAKAN HIDROGEN PEROKSIDA ATAU
PEROKSIDA ORGANIK SEBAGAI SUBSTRAT Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam
kategori ini : peroksidase dan katalase. Kedua tipe enzim ini ditemukan baik pada hewan
maupun tumbuhan. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa
peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkanradikal bebas
yang selanjutnya akan merusak membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker
serta aterosklerosis.  ENZIM OKSIGENASE MENGATALISIS PEMINDAHAN
LANGSUNG DAN INKORPORASI OKSIGEN KE DALAM MOLEKUL SUBSTRAT
Enzim oksigenase lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai tipe metabolit
dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan memberikan enegi pada sel.
Enzim-enzim dlam kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen kedalam
molekul substrat.peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap : 1. pengikatan oksigen dengan
enzim pada tapak aktif, 2. reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan kepada
substrat. D. RANTAI RESPIRASI DAN FOSFORILASI OKSIDATIF Mitokondria telah
mendapatkan nama yang tepat sebagai “pusat tenaga”sel karena di dalam organel inilah
berlangsung seagaian besar peristiwa penangkapan energy yang berasal dari oksidasi
respiratorik, system daam mitokondria yang memasangkan respirasi dengan proses
pembentukan intermediate berenergi tinggi,ATP di sebut Fosforilasi Oksidatif. 1. Sejumlah
Enzim Spesifik bertindak sebagai penanda bagi kompartemen yang dipisahkan oleh membran
Mitokondria Mitokondra mempunyai membran eksterna yang bersifat permeabel terhadap
sebagian besar Metabolit, membran eksterna yang permeabilitas nya selektif serta tersusun
dalam bentuk lipatan atau Krista, serta matriks di dalam membran interna tersebut. Membran
eksterna dapat di hilangkan melalui reaksi dengan digitonin dan dikarakterisasi oleh
keberadaan monoamine oksidase, asil – koA sintetase, gliserofosfat asiltransferase, serta
fosfolipase A¬2. Adenilkinase dan keratin kinase ditemukan dalam ruang antar membran.
Fosfolipid kardiolipid teronsentrasi di dalam merman interna. Enzim – enzim larut pada
siklus asm sitrat dan enzim – enzim pada reaksi β -oksidasi asam lemak berada dalam
amatkriks sehingga harus ada mekanisme bagi pengangkut metabolit dan nukleotida melintasi
membran interna. Enzim uksinat dehidrogenase ditemukan pada permukaan dalam membran
interna mitokondria tempat enzim tersebut mengangkut unsure ekuivalen pereduksi ke rantai
respirasi yang merupakan konstituen utama membran interna. 3-hidroksibutirat
dehidrogenase juga terikat paa sisi matrks membran mitikondria dalam. Gliserol-3-fosfat
dehidrogenase ditemukan pada permukaan luar membran interna, tempat enzim tersebut
berada pada sisi metrics membran mitokondria dalam. Gliserol-3-fosfat dehidrogenase
ditemukanpada permukaan luar merman interna, tempat enzim tersebut berada pada posisi
yang tepat untuk turut berperan dalam pergerakan ulang – alik (shuttle) gliserofosfat 2. Rantai
Respirasi Mengmpul Dan mengoksidasi Sejumlah Zat Ekvalen Pereduksi. Semua energy
bermanfaat yang di bebaskan selama oksidasi asam lemak serta asam amino, dan hampir
seluruh energy yang di lepaskan dari oksidasi karbohidratterdapat di dalam mitokondria
sebagai unsure ekivalen pereduksi (-H atau electron). Mitokondria mengandung seri
katalisator yang dikenal sebagai rantai respirasi. Yang mengumpulkan, Mengangkut unsure
ekivalen pereduksi dan mengarahkan kepada reaksi dengan oksigen untuk membentuk air.
Yang juga terdapat dalam mitokondria adalah rangkaian mesin untuk menangkap energy
bebas yang di lepas sebagai fosfat berenergi tinggi. Mitokondria juga mengandung berbagai
system enzim yang memang pada dasarnya bertanggaung jawab memproduksi sebagian besar
unsure ekuivalen pereduksi , yaitu enzim – enzim β – oksidasi dan siklus asam sitrat. Siklus
asam sitrat merupakan metabolism umum terakhir untuk oksidasi semua bahan mekanan
utama. Komponen rantai respirasi tersusun dengan urutan potensial redoks yang meningkat
Komponen utama rantai respirasi (lihat gambar ). Hydrogen dan electron mengalir melalui
rantai tersebut dalam langkah – langkah dari komponen yang memiliki komponen yang
memiliki potensial redoks lebih negative ke komponen dengan potensial redoks lebih
terhadap yang lebih positif lewat suatu rentang redoks (redoks span) sebesar 1,1 v dari
NAD+/NADH. Rantai respirasi dalam mitokondria terdiri atas sejumlah pembawa (carier)
redoks yang berjalan dari system dehidrogenase spesifik NAD, lewat semua substrat
berhubungan dengan rantai respirasi melalui dehidrogenase spesifik NAD; sebagian substrat
karena potensial redoksnya lebih positif (missal, fumarat/suksinat) berhubungan
langsungdengan protein flavoprotein dehidrogenase, yang pada giliranya akan berhubungan
dengan enzim sitikrom pada rantai respirasi. Telah jelas bahwa terdapat sesuatu pembawa
tambahan dalam rantai respirasi yang merangkaikan flavoprotein ke sitokrom b, anggota
rantai sitokrom yang memiliki potensial redoks paling rendah. Zat ini yang di namakan
ubikuinon atau Q (koenzim Q) terdapat di dalam mitokondria dalam bentuk kuinon
teroksidasi pada keadaan aerob dan dalam bentuk kuinon tereduksi pada keadaan anaerob. Q
merupakan konstituen lipid mitokondria: lipit lipit iterutama terdapat dalam bentuk fosfolipit
yang menjadi bagian mitokondria. Rumus bangun Q sangat mirip dengan rumusan bangun
vitamin K dan vitamin enzim. Ubikoinon juga menyerupai plastokuinon yang ditemukan
dalam kloroplas. Semua zat ini dicirikan oleh rantai sampaipoliisoprenoid. Di dalam
kloroplas. Semua zat ini dicirikan oleh rantai sampai piliisoprenoid. Didalam mitokondria, Q
terdapat dalam jumlah sitoikimetrik berlebihan jauh lebih besar disbanding anggota lain
respirasi, hal ini sesuai dengan fungsi Q yang bekerja sebagai komponen mobil rantai
respirasi yang mengumpulkan unsure ekivalen pereduksi kompleks flavoprotein yang lebih
terfiksasi dan mengantarkan kepada sitokrom. Komponen tambahan yang ditemukan dalam
sediaan rantai respirasi adalah protein besi – sulfur (FeS ; besi nonhem) Unsur ini berikatan
dengan flavonprotein (metaloplavoprotein) dan dengan sitokrom b. sulfur dan za besi
dianggap berperan dalam mekanisme oksidoreduksi antara flavin dengan Q yang melibatkan
perubahan pada hanya satu e’ tunggal dengan atom besi menjalani oksidoreduksi antara Fe2+
dan Fe3+.enzim dehidrogenase menganalisis proses perpindahan electron dari substrat
kepada NAD rantai tersebut. Terdapat beberapa perbedaan dalam menyelenggarakan proses
ini asam α – ketopiruvat keteloglutara ,mempunyai system dehidrogenase kompleks yang
melibatkan lipoat dan FAD, sebelum electron dipindah kepada NAD rantai respirasi.
Pemindahan electron dari enzim dehidrogenase lain seperti L(+)-3-hidroksiasil-KoA. D(-)-3-
hidrosibutirat, prolin, glutamat, malat dan isositrat dehidrogenase berPasangan langsung
dengan NAD ‘pada rantai respirasi. NADH (reduksi) pada rantai respirasi selanjutnya
diksidasidasikan oleh enzim metaloflavoprotein – NADH dehidrogenase. Enzim ini
mengandung FeS dan FMN,terikat erat pada rantai respirasi dan menghantarkan unsure
ekivalen pereduksi kepada Q. Q juga merupakan titik pengumpulan dalam rantai respirasi
bagi unsur – unsur ekivalen pereduksi yang berasal dari substrat lain yang berikatan langsung
dengan rantai respirasi lewat enzim flavoprotein dehodrogenase. Substrat ini mencangkup
suksinat, kolin, gliserol 3-fosfat, sarkosin, dimetiglisi, dan asil – KoA. Moietas (moiety)
flavin semua enzim dehidrogenase ini adalah FAD. Elektron mengalir dari Q, melalui
rangkaian sitokrom yang terlihat dalam ke molekul oksigen. Sitokrom tersusun dalam urutan
poensial redoks yang meningkat. Gugus terminal sitokrom aa3 (sitokrom oksidase)
bertanggung jawab atas penggabungan terakhir sejumlah unsu ekivalen pereduksi dengan
molekul oksigen. System enzim ini ternyata mengandung tembaga, suatu komponen yang
ditemukan dalam beberapa enzim oksidase. Sitokrom oksedase mempunyai afinitas sangat
tinggi terhadap oksigen sehingga memungkinkan rantai respirasi berfungsi dengan kecepatan
maksimal sampai benar benar – benar kehabisan o₂. Karena bersifat irefersibel (satu –
satunya seaksi ireversibel dalam rantai respirasi), reaksi ini menentukan arah pergerakan
ekuivalen pereduksi dalam rantai respirasi serta arah proses produksi ATP yang terangkai
padanya. 3. Rantai respirasi menyediakan sebagian besar energy yang di tangkap di dalam
metabolisme ADP merupakan molekul yang ditangkap sebagian energy bebas dalam bentuk
fosfat berenergi tinggi, yang di lepas oleh proses katabolisme. ATP yang dihasilkan akan
menghanarkan energi. Jadi, ATP dapat disebut sebagai “penukar” energy pada sel. Pada
reaksi glikolisis , terjadi pengambilan netto langsung dan gugus fosfat berenergi tinggi , yang
setara dengan kurang lebih 103,2 kj/mol glukosa. (secara invivo, ΔG untuk sintesis ATP dari
ADP telah dihitung sebesar kurang lebih 51,6 kj/mol sehingga memungkinkan terdapatnya
reaktan dalam konsentrasi aktualdi dalam sel. Nilai ini lebih besar dari pada nilai ΔG0 untuk
hidrolisis ATP yang diperoleh dibawah konsentrasi standart 1,0 mol/L). karena 1 mol glukosa
menghasilkan kurang lebih 2870 kj pada pembakaran sempurna, energy kyang ditangkap
fosforilasi dalam proses glikolisis hana sedikit. Berbagai reaksi pada asam simsus asam sitrat
pada lintasan terakhir untuk oksidasi lengkap glukosa mencangkup satu tahap fosforilasi,
yaitu perubahan suksionil Ko-A menjadi suksinat kyang memungkinkan penangkapan
tambahan hanya dua fosfat berenergi tinggi permol glukosa. Semua reaksi fosforilasi yang di
uraikan terjadi pada tngkat substrat. Pemeriksaan terhadap mitokondria utuh yang melakukan
respirasi mengungkap bahwa kalau substrat teroksidasi lewat enzim dehidrogenase yang
terikat NAD dan rantai respirasi, kurang lebih 3 mol fosfat anorganik dan akan
diinkorporasikan ke dalam 3 mol ADP untuk membentuk 3 mol ATP per mol O₂ yang di
komsusi, yaitu rasio P : Oksidasi = 3. Sebaliknya kalau substrat dioksidasi melalui
dehidrogenase yang terikat flavoprotein , hanya 2 mol ATP yang terbentuk , yaitu P :
Oksidasi = 2. Kontrol Respiratorik Menjamn Pasokan ATP Yang Konstan Laju respiratorik
mitokondria dapat dikontrol oleh konsentrasi ADP. Hal ini terjadi karena terjadi oksidasi dan
fosforilasi berpasangan secara erat dengan kata lain, oksidasi tidak dapat berlangsung lewat
ranotai respirasi bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi berlangsung lewat rantai respirasi
bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi fosorilasi ADP. Chance dan wiliams
menyebutkan 5 keadaan yang dapat mengontrol laju respirasi dalam mitokondria. Umumnya,
kebanyakan sel dalam kondisi istirahat berada dalam status 4 dan respirasi di control oleh
ketersediaan ADP. Jika kita menyelenggarakan kerja, ATP di ubah menjadi ADP. Jika kita
menylenggarakan kerja, ATP diubah menjadi ADP ehingga memungkinkan terjadinya lebih
banyak resprasi yang pada gilirannya akan memperbaharui persimpanan ATP. Dalam kondisi
terentu akan terlihat bahwa konsentrasi fsfat anorganik dapat pula mempengaruhi kecepatan
kerja rantai respirasi. Dengan semakan meningkatnya respirasi (seperti terjadinya pada saat
olahraga), sel akan mendekati status 3 atau 5 jika kapasitas antai respirasi menjadi jenuh atau
jika PO₂ turun dibawah nilai Km untuk sitokrom a₃. terdapatpula kemungkinan bahwa
pengangkut ADP/ATP yangmemudahkan pemasukan ADP sitosol ke dalam dan ATP ke luar
mitokondria, menjadi suatu penentu kecepatan respirasi mitokondria. Dengan demi kian, cara
yang digunakan oleh proses – proses oksidatif biologic sehingga bebas yang dihasilkan dari
oksidasi bahan makanan dapat tersedia dan ditangkap merupakan cara langsung bertahap,
efisien (kurang lebih 68 %) , serta terkontrol – bukan mendadak, inefisien dan tidak
terkontrol seperti pada nonbiologik. Energy bebas lain yang tidak ditangkap sebagai fosfat
berenergi tinggi akan dibebaskan sebagai panas. Ini tidak harus dipandang “sebagai yang sia
– sia” mengingat hal ini memastikan bahwa system respiratorik sebagi keseluruhan
cukupaksergonik untuk dihilangkan dari keseimbangan , memungkinkan aliran satu arah
secara kontinu dan penyediaan ATP yang konstan. Pada hewan berdarah panas. Hal ini turut
berperan dalam mempertahankan suhu tubuh. 4. Banyak racun menghambat rantai respirasi
Sebagian besar informasi tantang rantai respirasi diperoleh dari penggunaan inhibitor, dan
sebaliknya, hal ini telah memberi pengetahan mengenai mekanisme kerja beberapa jenis
racun . untuk tujuan deskriptif, inhibitor dapat dibagi menjadi inhibitor untuk rantai respirasi
sendiri, inhibitor fosforilasi oksidatif, pemutus pasangan fosforilasi oksidatif. Inhibitor yang
menghentikan respirasi dengan menyekat rantai respirasi berkerja pada tiga tempat. Tempat
pertaa dihamba oleh olongan barbiturat seperti amobarbitual, anti biotic pirisidin A, dan
intektisida serta racun ikan rotenon. Semua inhibitor ini mencegah oksidasi substrat yang
berhubungan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim dehidrogenaseterikat NAD,
dengan menyekat pemindahandari FeS ke Q. dalam takaran yang cukup, pemberian inhibitor
ini secara in vivo akan berakibat fatal. Dimerkaprol dan antimisi A menghambat rantai
respirasi antara stokrom b dan sitokrom c. racun klasik seperti H₂S, karbon monoksida serta
sianida menghambat sitokrom oksidase dengan demikian dapat menghentikan respirasi secara
total. Karboksin dan TCA secara spesifik menghambat dehidrogenase ke Q, sedangkan
manolat merupakan inhibitor kompentitif enzim suksinat dehidrogenase. Anti biotic
oligomisin menyebabkan penyekatan (blockade) seluruhproses oksidasi dan fosforilasi dalam
mitokondria utuh. Meskipun demikian, dengan adanya unsur pemutus pasangan
membuktikan bahwa preparat olgomisin tidak bekerja langsung pada rantai respirasi, tetapi
bekerja kemudian pada satu tahap dalam fosforilasi. Pemutusan pasangan (uncoupler) bekerja
memisahkan proses oksidasi dalam rantai respirasi dari proses fosforilasi, dan hal ini dapat
menjelaskan kerja toksik senyawa – senyawa in vivo. Pemisah kedua proses tersebut akan
membuat respirasi tidak terkontrol karena konsentrasi ADP atau P₁ tidak lagi membatasi laju
respirasi. Preparat pemutus pasangan yang paling sering di gunakan adalah 2,4 dinitrofenol,
tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrofenol,
tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrokresol,
petakklofenol dan CCCP (in – klorokarbonil sianida fenilhidrazon). Senyawa terakhir ini
dimiliki keaktifan sekitar 100 kali lebih besar dari pada keaktifan dinitrofenol. 5. Enzim ATP
Sintase Yang Terletak Pada Membran Membentuk ATP Selisih potensial elektro kimia
digunakan untuk menggerakkan enzim ATP sintase dimembran yang akan membentuk ATP
pada adanya P1 + ADP dengan demikian tidak ada intermediate berenergi tinggi yang
digunakan bersama, baik oleh proses oksidasi maupun fosforilasi seperti di syaratkan dalam
hipotesis kimiawi. Tersebar pada permukaan membran interna adalah kompleks yang
melaksanakan fosforilasi dan bertanggung jawab atas produksi ATP. Pada Gambar 3.8, kotak
biru (gelap) di bawah menunjukkan reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi pada masing-masing
kompleks enzim. Singkatan-singkatan diuraikan sebagai berikut: FMN: flavin
mononukleotida, Fe2+S: besi tereduksi-sulfur, Fe3+S: besi teroksidasi-sulfur, cyt: sitokrom,
CoQ: koenzim Q. 1. Kompleks I Pada tahap ini, masing-masing molekul NADH
memindahkan 2 elektron berenergi tinggi ke FMN, kemudian ke protein besi-sulfur dan
terakhir ke koenzim Q (ubiquinon) 2. Kompleks II FADH2 dihasilkan oleh suksinat
dehidrogenase dalam siklus asam sitrat, memindahkan elektron ke CoQ melalui kompleks II.
FADH2 dihasilkan oleh asil KoA dehidrogenase dalam oksidasi beta asam lemak,
memindahkan elektron ke CoQ melalui kompleks yang sama. 3. Kompleks III CoQ
memindahkan elektron ke serangkaian sitokrom dan protein besi-sulfur. Sitokrom terdiri atas
kelompok heme seperti hemoglobin dan besi dengan heme menerima elektron. 4. Kompleks
IV Penerima terakhir dari rantai transport elektron adalah kompleks besar terdiri atas 2 heme
dan 2 atom tembaga. 5. Kompleks V Pada tahap ini, protein kompleks yang mengkatalisis
konversi ADP menjadi ATP, diisikan oleh gradien kemiosmotik. Proton mengalir kembali ke
matriks mitokondria melalui kompleks ATP sintase dan energi berasal dari penurunan
gradien pH digunakan untuk membentuk ATP. Pada fosforilasi oksidatif, pelibatan NADH
menghasilkan pembentukan 3 molekul ATP, sedangkan pelibatan FADH2 menghasilkan
pembentukan 2 molekul ATP. Tabel 3.2 Informasi tentang enzim yang berperan dalam
fosforilasi oksidatif Nama Penyusun kDa Polypeptides Kompleks I NADH dehydrogenase
(or) NADH-coenzyme Q reductase 800 25 Kompleks II Succinate dehydrogenase (or)
Succinate-coenzyme Q reductase 140 4 Kompleks III Cytochrome C – coenzyme Q
oxidoreductase 250 9-10 Kompleks IV Cytochrome oxidase 170 13 Kompleks V ATP
synthase 380 12-14 E. KESIMPULAN 1. Reaksi berlangsung spontan bila terjadi pelepasan
energi bebas (tG negatif) yaitu reaksi tersebut bersifat eksergonik, dan jika tG positif, reaksi
hanya berlangsung bila diperoleh energi bebas, reaksi ini bersifat endergonik. 2. ATP adalah
zat perantara penukar energi bebas, yang merangkaikan proses-proses yang bersifat
eksergonik dengan proses-proses yang bersifat endergonik. 3. Enzym oksidase dan
dehidrogenase memiliki peran utama dalam proses rantai pernapasan. 4. Komplek-komplek
enzym dalam rantai pernapasan menggunakan potensial energi dari gradien proton untuk
mensintesa ATP dari ADP dan Pi. Dengan demikian jelas terlihat bahwa rangkaian reaksi
oksidasi terangkai erat dengan fosforilasi. 5. Terdapat sejumlah senyawa kimia yang dapat
menghambat rangkaian reaksi oksidasi dan peristiwa fosforilasi atau memutus rangkaian
oksidasi dan fosforilasi. 6. Terdapat protein pengangkut khusus untuk perlintasan beberapa
ion dan metabolit pada membran mitokondria

Anda mungkin juga menyukai