DosenPengampu :
Kelompok 8:
1. Roudhotul Hasanah (202169100118)
2. Hindun Hilmiyah (202169100127)
UNIVERSITAS YUDHARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul analisis tentang safety inventori dalam
pengelolaan ketidakpastian dalam SCini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Nur
Rokhmad Nuzil, S. SOS, M. AB pada mata kuliah Retail&Supply Chain Management. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Retail&Supply Chain
Managementpembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami ketik ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi pengembangan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis tentang safety inventory (persediaan keselamatan) dalam pengelolaan ketidakpastian
dalam rantai pasokan (supply chain) merupakan suatu aspek penting dalam manajemen
persediaan yang bertujuan untuk menjaga kelancaran operasi bisnis dalam situasi ketidakpastian,
seperti fluktuasi permintaan, keterlambatan dalam pengiriman, dan ketidakpastian lainnya. Dalam
konteks manajemen persediaan, safety inventory merujuk pada persediaan tambahan yang
disimpan di luar persediaan normal untuk mengatasi ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam
proses rantai pasokan.
Dalam rangka mengelola ketidakpastian dalam supply chain, organisasi perlu menggabungkan
data historis, analisis tren, dan perencanaan ketidakpastian untuk menentukan tingkat safety
inventory yang optimal. Analisis ini harus mengambil kira faktor-faktor yang disebutkan di atas
dan memastikan bahwa persediaan keselamatan yang dikelola memenuhi tujuan utama: menjaga
kelancaran operasi bisnis dalam situasi ketidakpastian tanpa mengakibatkan biaya penyimpanan
yang tidak perlu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peranan Safety Inventory Dalam SupplyChain
2. Bagaimana Mengukur KetidakpastianDemand, Pengukuran KetersediaanProduk
3. Apa itu Kebijakan Replenishment
4. Apa itu Fill Rate, Dampak ketersediaanprodukdan ketidakpastian terhadap safety inventory
5. Apa itu Dampak ketidakpastianSupply terhadap SafetyInventory, Dampak Agregasi
terhadapsafety inventory
6. Apa itu Pengelolaan safety inventory pada Multi echelon SupplyChain
7. Bagaimana Peran IT dalammanajemen inventory
8. Bagaimana Perkiraan danPengelolaan Praktek safetyInventory
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang Peranan Safety Inventory Dalam SupplyChain
2. Untuk mengetahui tentang Mengukur KetidakpastianDemand, Pengukuran
KetersediaanProduk
3. Untuk mengetahui tentang apa itu Kebijakan Replenishment
4. Untuk mengetahui tentang apa itu Fill Rate, Dampak ketersediaanprodukdan ketidakpastian
terhadap safety inventory
5. Untuk mengetahui tentang apa itu Dampak ketidakpastianSupply terhadap SafetyInventory,
Dampak Agregasi terhadapsafety inventory
6. Untuk mengetahui tentangPengelolaan safety inventory pada Multi echelon SupplyChain
7. Untuk mengetahui tentang Peran IT dalammanajemen inventory
8. Untuk mengetahui tentang Perkiraan danPengelolaan Praktek safetyInventory
BAB II
PEMBAHASAN
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu metode tunggal yang bisa mengukur ketidakpastian
demand secara sempurna. Biasanya, kombinasi dari beberapa pendekatan di atas diperlukan
untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang ketidakpastian dalam permintaan.
Ini penting untuk perencanaan persediaan yang efektif, manajemen rantai pasokan yang
adaptif, dan kepuasan pelanggan yang lebih baik.
PENGUKURAN KETERSEDIAANPRODUK
Pengukuran ketersediaan produk (product availability) adalah salah satu indikator kunci dalam
manajemen rantai pasokan yang mengukur sejauh mana produk-produk yang diinginkan oleh
pelanggan tersedia dan dapat diakses oleh mereka. Ketersediaan produk yang baik adalah
penting untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga kepuasan pelanggan. Berikut
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur ketersediaan produk:
1. Rasio Ketersediaan (Availability Rate): Ini adalah metode yang paling sederhana. Rasio
ketersediaan dihitung dengan membagi jumlah waktu di mana produk tersedia dengan total
waktu. Dalam konteks e-commerce, ini bisa berarti berapa banyak waktu produk tersedia
di situs web dibandingkan dengan total waktu yang mungkin. Dalam toko fisik, ini bisa
berarti berapa banyak waktu produk tersedia di rak dibandingkan dengan waktu
operasional toko.
2. Persentase Persediaan yang Tersedia: Ini adalah metode yang lebih rinci yang
melibatkan menghitung persentase dari total persediaan yang tersedia untuk dijual pada
suatu waktu. Misalnya, jika toko memiliki 100 unit produk A di persediaan dan pada saat
tertentu hanya 80 unit yang tersedia, persentase persediaan yang tersedia adalah 80%.
3. Waktu Tunggu Pelanggan (Customer Wait Time): Ini mengukur berapa lama
pelanggan harus menunggu sebelum mendapatkan produk yang mereka inginkan. Semakin
lama waktu tunggu, semakin rendah ketersediaan produk.
4. Pemenuhan Pesanan (Order Fulfillment Rate): Ini mengukur sejauh mana pesanan dari
pelanggan dipenuhi dan dikirim dalam waktu yang dijanjikan. Pemenuhan pesanan yang
cepat dan akurat adalah indikasi ketersediaan produk yang baik.
5. Nilai Persediaan yang Hilang (Lost Sales Value): Mengukur jumlah penjualan yang
hilang karena produk tidak tersedia. Ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah
penjualan yang hilang dengan nilai produk tersebut.
6. Jumlah Rencana Pemesanan yang Tidak Dapat Dipenuhi: Mengukur berapa banyak
pesanan yang harus dibatalkan atau tidak dapat dipenuhi karena ketidaktersediaan produk.
7. Tingkat Kehabisan Persediaan (Stockout Rate): Mengukur berapa sering produk
menjadi tidak tersedia. Ini dapat dihitung sebagai jumlah kali produk menjadi tidak
tersedia dibagi dengan total waktu atau jumlah kali produk dipesan.
8. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction): Kepuasan pelanggan adalah indikator
akhir yang dapat mencerminkan ketersediaan produk. Pelanggan yang puas biasanya
menunjukkan bahwa produk yang mereka inginkan selalu tersedia.
Pengukuran ketersediaan produk sangat penting dalam manajemen rantai pasokan karena
dapat membantu perusahaan mengidentifikasi masalah dan peluang untuk meningkatkan
ketersediaan produk, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan
profitabilitas perusahaan.
3. KEBIJAKAN REPLENISHMENT
Kebijakan replenishment (kebijakan pengisian kembali) adalah serangkaian aturan dan
prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola proses pengisian kembali atau
pengadaan persediaan dalam rantai pasokan. Kebijakan ini memiliki dampak besar pada
kelancaran operasi perusahaan, efisiensi persediaan, dan pelayanan pelanggan. Berikut adalah
beberapa aspek penting dalam kebijakan replenishment:
1. Frekuensi Pengisian Kembali: Menentukan seberapa sering persediaan akan diisi
kembali. Beberapa perusahaan memilih untuk mengisi kembali persediaan secara harian,
mingguan, bulanan, atau bahkan berdasarkan permintaan atau permintaan pelanggan.
2. Jumlah Pengisian Kembali: Menentukan jumlah produk atau bahan yang akan diisi
kembali setiap kali proses pengisian kembali dilakukan. Jumlah ini dapat bervariasi
tergantung pada tingkat permintaan, tingkat persediaan, dan faktor-faktor lain.
3. Metode Peramalan: Menggunakan metode peramalan untuk memprediksi tingkat
permintaan di masa depan. Peramalan ini digunakan untuk menentukan kapan dan
seberapa banyak produk yang harus diisi kembali.
4. Titik Pengisian Kembali (Reorder Point): Ini adalah tingkat persediaan minimum yang
harus ada sebelum proses pengisian kembali dilakukan. Ketika persediaan mencapai atau
turun di bawah titik pengisian kembali, pesanan baru dipicu.
5. Jumlah Pesanan (Order Quantity): Jumlah produk yang akandiorder atau diisi kembali
setiap kali pesanan dilakukan. Metode seperti Economic Order Quantity (EOQ) digunakan
untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal.
6. Manajemen Permintaan Darurat: Kebijakan ini mencakup tindakan darurat yang akan
diambil jika permintaan tiba-tiba meningkat atau jika terjadi masalah dalam rantai
pasokan. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki pemasok cadangan atau persediaan
darurat.
7. Stok Keselamatan (Safety Stock): Jumlah persediaan tambahan yang dijaga di luar
tingkat normal untuk mengatasi ketidakpastian dalam permintaan atau ketidakpastian
dalam pengiriman.
8. Proses Pemesanan dan Pengiriman: Bagaimana pesanan ditempatkan dan diterima dari
pemasok, serta bagaimana produk diantar ke pelanggan. Ini mencakup metode komunikasi
dengan pemasok, waktu pengiriman yang diharapkan, dan prosedur penerimaan dan
inspeksi.
9. Kinerja Pemasok: Mengukur dan memantau kinerja pemasok dalam hal ketepatan waktu,
kualitas produk, dan pengiriman yang konsisten. Ini dapat memengaruhi kebijakan
pengisian kembali, terutama dalam hal penentuan persediaan keselamatan.
10. Perangkat Lunak dan Teknologi: Penggunaan sistem perangkat lunak dan teknologi
seperti perangkat lunak manajemen rantai pasokan (supply chain management) untuk
mendukung proses kebijakan pengisian kembali.
Kebijakan replenishment harus dirancang untuk memastikan bahwa persediaan selalu tersedia
untuk memenuhi permintaan pelanggan, tetapi juga harus meminimalkan biaya penyimpanan
dan risiko kelebihan persediaan. Kebijakan ini sering kali harus disesuaikan dengan
karakteristik bisnis, produk, dan pasar tertentu, serta dengan analisis ketidakpastian
permintaan dan efisiensi rantai pasokan.
FILL RATE
Fill rate adalah metrik yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pesanan pelanggan
dipenuhi oleh perusahaan. Metrik ini penting dalam manajemen rantai pasokan dan pelayanan
pelanggan karena dapat memberikan wawasan tentang sejauh mana perusahaan mampu
memenuhi permintaan pelanggan dalam waktu yang dijanjikan. Fill rate diukur sebagai
persentase dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Fill Rate (%) = (Jumlah Pesanan Dipenuhi/Jumlah Pesanan yang Diterima) x 100%
Jadi, fill rate mengukur jumlah pesanan yang berhasil dipenuhi atau diisi lengkap
dibandingkan dengan jumlah pesanan yang diterima. Semakin tinggi fill rate, semakin baik
kinerja perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan. Berikut adalah beberapa poin
penting tentang fill rate:
1. Kepuasan Pelanggan: Fill rate yang tinggi cenderung menghasilkan kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi. Pelanggan cenderung puas ketika mereka dapat memperoleh produk
yang mereka pesan dalam waktu yang dijanjikan.
2. Efisiensi Rantai Pasokan: Fill rate yang baik dapat mencerminkan efisiensi rantai
pasokan perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki proses pengadaan,
pengelolaan persediaan, dan manajemen persediaan yang baik.
3. Manajemen Persediaan: Fill rate yang rendah bisa menjadi tanda adanya masalah dalam
manajemen persediaan. Ini bisa berarti persediaan yang kurang, masalah dalam
pengiriman, atau masalah lain yang menghambat kemampuan perusahaan untuk
memenuhi pesanan.
4. Biaya Pengiriman Darurat: Fill rate yang rendah dapat mengakibatkan biaya pengiriman
darurat, di mana perusahaan harus mengirim produk dengan biaya lebih tinggi untuk
memenuhi pesanan yang terlambat.
5. Analisis Kinerja Pemasok: Fill rate juga digunakan dalam menganalisis kinerja pemasok.
Kinerja pemasok yang baik biasanya mencerminkan dalam fill rate yang baik.
6. Peramalan dan Persediaan Keselamatan: Manajemen persediaan yang baik, termasuk
peramalan yang tepat dan penggunaan persediaan keselamatan yang memadai, dapat
membantu meningkatkan fill rate.
7. Sesuaikan dengan Industri: Standar fill rate dapat bervariasi berdasarkan industri dan
jenis bisnis. Dalam beberapa industri, fill rate yang sangat tinggi mungkin diperlukan
(misalnya, dalam industri kesehatan), sementara dalam industri lain fill rate yang lebih
rendah mungkin dapat diterima.
Penting untuk memantau dan mengukur fill rate secara berkala, serta mengidentifikasi
penyebab ketidakpenuhannya. Dengan pemahaman yang baik tentang fill rate, perusahaan
dapat mengambil langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan,
mengoptimalkan rantai pasokan, dan mengurangi biaya yang terkait dengan ketidakpenuhan
pesanan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation.
Pearson.
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2008). Designing and Managing the Supply
Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies. McGraw-Hill
Snyder, L. V., & Mabin, V. J. (2004). Production and Inventory Management Journal, 45(4), 45-49
Silver, E. A., Pyke, D. F., & Peterson, R. (1998). Inventory management and production planning
and scheduling. Wiley