Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS TENTANG SAFETY INVENTORI DALAM

PENGELOLAAN KETIDAKPASTIAN DALAMSC


(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Retail&Supply Chain Management)

DosenPengampu :

Nur Rokhmad Nuzil, S.SOS,M.AB

Kelompok 8:
1. Roudhotul Hasanah (202169100118)
2. Hindun Hilmiyah (202169100127)

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS YUDHARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul analisis tentang safety inventori dalam
pengelolaan ketidakpastian dalam SCini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Nur
Rokhmad Nuzil, S. SOS, M. AB pada mata kuliah Retail&Supply Chain Management. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Retail&Supply Chain
Managementpembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada BapakNur Rokhmad Nuzil, S. SOS, M. ABselaku


dosen bidang studi Retail&Supply Chain Managementyang telah memberikan RPS beserta tugas
kelompok ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami ketik ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi pengembangan makalah ini.

Purwosari, 10 Oktober 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Peranan Safety Inventory Dalam SupplyChain 6


2. Mengukur KetidakpastianDemand, Pengukuran KetersediaanProduk 7
3. Kebijakan Replenishment 9
4. Fill Rate, Dampak ketersediaan 10
5. Dampak Ketidakpastian, Dampak Agregasi 12
6. Pengelolaan Safety Inventory 13
7. Peran IT DalamManajemen Inventory
8. Perkiraan danPengelolaan Praktek SafetyInventory
BAB III PENUTUP

Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis tentang safety inventory (persediaan keselamatan) dalam pengelolaan ketidakpastian
dalam rantai pasokan (supply chain) merupakan suatu aspek penting dalam manajemen
persediaan yang bertujuan untuk menjaga kelancaran operasi bisnis dalam situasi ketidakpastian,
seperti fluktuasi permintaan, keterlambatan dalam pengiriman, dan ketidakpastian lainnya. Dalam
konteks manajemen persediaan, safety inventory merujuk pada persediaan tambahan yang
disimpan di luar persediaan normal untuk mengatasi ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam
proses rantai pasokan.
Dalam rangka mengelola ketidakpastian dalam supply chain, organisasi perlu menggabungkan
data historis, analisis tren, dan perencanaan ketidakpastian untuk menentukan tingkat safety
inventory yang optimal. Analisis ini harus mengambil kira faktor-faktor yang disebutkan di atas
dan memastikan bahwa persediaan keselamatan yang dikelola memenuhi tujuan utama: menjaga
kelancaran operasi bisnis dalam situasi ketidakpastian tanpa mengakibatkan biaya penyimpanan
yang tidak perlu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peranan Safety Inventory Dalam SupplyChain
2. Bagaimana Mengukur KetidakpastianDemand, Pengukuran KetersediaanProduk
3. Apa itu Kebijakan Replenishment
4. Apa itu Fill Rate, Dampak ketersediaanprodukdan ketidakpastian terhadap safety inventory
5. Apa itu Dampak ketidakpastianSupply terhadap SafetyInventory, Dampak Agregasi
terhadapsafety inventory
6. Apa itu Pengelolaan safety inventory pada Multi echelon SupplyChain
7. Bagaimana Peran IT dalammanajemen inventory
8. Bagaimana Perkiraan danPengelolaan Praktek safetyInventory

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang Peranan Safety Inventory Dalam SupplyChain
2. Untuk mengetahui tentang Mengukur KetidakpastianDemand, Pengukuran
KetersediaanProduk
3. Untuk mengetahui tentang apa itu Kebijakan Replenishment
4. Untuk mengetahui tentang apa itu Fill Rate, Dampak ketersediaanprodukdan ketidakpastian
terhadap safety inventory
5. Untuk mengetahui tentang apa itu Dampak ketidakpastianSupply terhadap SafetyInventory,
Dampak Agregasi terhadapsafety inventory
6. Untuk mengetahui tentangPengelolaan safety inventory pada Multi echelon SupplyChain
7. Untuk mengetahui tentang Peran IT dalammanajemen inventory
8. Untuk mengetahui tentang Perkiraan danPengelolaan Praktek safetyInventory
BAB II

PEMBAHASAN

1. PERANAN SAFETY INVENTORY DALAM SUPPLYCHAIN

Inventaris keselamatan memainkan peran penting dalam mengelola ketidakpastian dalam


rantai pasokan. Berikut adalah beberapa peran penting inventaris keselamatan dalam
manajemen rantai pasokan:
1. Memenuhi permintaan yang bergantung pada fluktuasi permintaan yang tidak
dapat diprediksi: Persediaan keselamatan dilakukan untuk memenuhi permintaan yang
bergantung pada fluktuasi permintaan yang tidak dapat diprediksi dan untuk mengurangi
kekurangan produk. Ini memberikan cadangan jika penjualan berfluktuasi tanpa
pemberitahuan dan pasokan tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan
2. Meningkatkan ketersediaan produk: Stok pengaman dapat membantu manajer rantai
pasokan meningkatkan ketersediaan produk di tengah ketidakpastian. Laporan ini
membahas contoh dimana persediaan pengaman memungkinkan kita mengatasi fluktuasi
permintaan dalam beberapa kasus. Namun, dalam kasus lain, terdapat simpanan (backlog)
— pesanan tidak terpenuhi dari stok yang ada.
3. Mengurangi frekuensi kehabisan persediaan: Persediaan pengaman adalah persediaan
yang disimpan untuk melindungi dari kesalahan perkiraan, serta fluktuasi permintaan atau
pasokan. Jenis stok ini, juga dikenal sebagai stok penyangga atau stok cadangan,
dimaksudkan untuk mengurangi frekuensi kehabisan stok dan, pada gilirannya,
memungkinkan perusahaan memberikan layanan pelanggan yang lebih baik.
4. Pertahankan pemenuhan pesanan: Stok pengaman memungkinkan Anda
mempertahankan pemenuhan pesanan sambil menunggu rantai pasokan kembali ke
keadaan normal dan jadwal yang teratur. Sebaiknya Anda meninjau kembali formula stok
pengaman Anda sesering mungkin karena formula ini memiliki peran penting dalam
inventaris pengaman.
5. Melindungi dari gangguan rantai pasok: Persediaan pengaman lebih dari sekedar
“sesuatu yang menyenangkan untuk dimiliki”; itu suatu keharusan. Hal ini membantu
mencegah gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh kejadian tak terduga seperti
penutupan pemasok, gangguan pesanan, dan kelangkaan sumber daya atau pemasok.
Secara keseluruhan, inventaris keselamatan merupakan komponen penting dari manajemen
rantai pasokan yang membantu mengelola ketidakpastian dan menjaga kepuasan pelanggan.

2. MENGUKUR KETIDAKPASTIANDEMAND, PENGUKURAN


KETERSEDIAANPRODUK

MENGUKUR KETIDAKPASTIAN DEMAND


Untuk mengukur ketidakpastian permintaan dalam rantai pasokan, ada beberapa metode dan
indikator yang dapat digunakan. Ketidakpastian permintaan adalah ukuran seberapa sulitnya
memprediksi dan mengelola fluktuasi permintaan pelanggan. Berikut adalah beberapa cara
untuk mengukur ketidakpastian demand:
1. Analisis Historis: Melihat data historis permintaan dapat memberikan wawasan tentang
seberapa fluktuatif permintaan telah menjadi dalam periode waktu tertentu. Jika fluktuasi
besar, itu menunjukkan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
2. Analisis Statistik: Menggunakan metode statistik seperti deviasi standar (standard
deviation) atau variansi (variance) untuk mengukur sejauh mana data permintaan
bervariasi dari rata-rata. Semakin besar nilai ini, semakin besar ketidakpastian.
3. Analisis Musiman: Menganalisis pola musiman dalam data permintaan dapat membantu
memahami fluktuasi musiman yang mungkin ada dalam permintaan.
4. Teknik Peramalan: Menggunakan teknik peramalan untuk memprediksi permintaan di
masa depan dan kemudian membandingkan hasil aktual dengan perkiraan. Jika hasil aktual
seringkali jauh dari perkiraan, itu menunjukkan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
5. Survei Pelanggan: Meminta umpan balik dari pelanggan mengenai perubahan dalam
preferensi atau kebutuhan mereka dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi permintaan.
6. Analisis Kejadian Luar Biasa: Melacak peristiwa luar biasa yang dapat memengaruhi
permintaan, seperti perubahan dalam kebijakan pemerintah, peristiwa alam, atau
perubahan tren pasar.
7. Penggunaan Kualitatif: Mengumpulkan informasi kualitatif dari pemasok, pelanggan,
dan ahli industri mengenai faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi permintaan dan
tingkat ketidakpastian.
8. Model Analisis Ketidakpastian: Menggunakan model matematis atau simulasi untuk
mengukur ketidakpastian dalam permintaan berdasarkan berbagai variabel dan asumsi.
9. Monitoring Real-Time: Memantau data permintaan secara real-time dan merespons
dengan cepat terhadap fluktuasi yang tidak terduga.

Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu metode tunggal yang bisa mengukur ketidakpastian
demand secara sempurna. Biasanya, kombinasi dari beberapa pendekatan di atas diperlukan
untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang ketidakpastian dalam permintaan.
Ini penting untuk perencanaan persediaan yang efektif, manajemen rantai pasokan yang
adaptif, dan kepuasan pelanggan yang lebih baik.

PENGUKURAN KETERSEDIAANPRODUK
Pengukuran ketersediaan produk (product availability) adalah salah satu indikator kunci dalam
manajemen rantai pasokan yang mengukur sejauh mana produk-produk yang diinginkan oleh
pelanggan tersedia dan dapat diakses oleh mereka. Ketersediaan produk yang baik adalah
penting untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga kepuasan pelanggan. Berikut
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur ketersediaan produk:
1. Rasio Ketersediaan (Availability Rate): Ini adalah metode yang paling sederhana. Rasio
ketersediaan dihitung dengan membagi jumlah waktu di mana produk tersedia dengan total
waktu. Dalam konteks e-commerce, ini bisa berarti berapa banyak waktu produk tersedia
di situs web dibandingkan dengan total waktu yang mungkin. Dalam toko fisik, ini bisa
berarti berapa banyak waktu produk tersedia di rak dibandingkan dengan waktu
operasional toko.
2. Persentase Persediaan yang Tersedia: Ini adalah metode yang lebih rinci yang
melibatkan menghitung persentase dari total persediaan yang tersedia untuk dijual pada
suatu waktu. Misalnya, jika toko memiliki 100 unit produk A di persediaan dan pada saat
tertentu hanya 80 unit yang tersedia, persentase persediaan yang tersedia adalah 80%.
3. Waktu Tunggu Pelanggan (Customer Wait Time): Ini mengukur berapa lama
pelanggan harus menunggu sebelum mendapatkan produk yang mereka inginkan. Semakin
lama waktu tunggu, semakin rendah ketersediaan produk.
4. Pemenuhan Pesanan (Order Fulfillment Rate): Ini mengukur sejauh mana pesanan dari
pelanggan dipenuhi dan dikirim dalam waktu yang dijanjikan. Pemenuhan pesanan yang
cepat dan akurat adalah indikasi ketersediaan produk yang baik.
5. Nilai Persediaan yang Hilang (Lost Sales Value): Mengukur jumlah penjualan yang
hilang karena produk tidak tersedia. Ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah
penjualan yang hilang dengan nilai produk tersebut.
6. Jumlah Rencana Pemesanan yang Tidak Dapat Dipenuhi: Mengukur berapa banyak
pesanan yang harus dibatalkan atau tidak dapat dipenuhi karena ketidaktersediaan produk.
7. Tingkat Kehabisan Persediaan (Stockout Rate): Mengukur berapa sering produk
menjadi tidak tersedia. Ini dapat dihitung sebagai jumlah kali produk menjadi tidak
tersedia dibagi dengan total waktu atau jumlah kali produk dipesan.
8. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction): Kepuasan pelanggan adalah indikator
akhir yang dapat mencerminkan ketersediaan produk. Pelanggan yang puas biasanya
menunjukkan bahwa produk yang mereka inginkan selalu tersedia.

Pengukuran ketersediaan produk sangat penting dalam manajemen rantai pasokan karena
dapat membantu perusahaan mengidentifikasi masalah dan peluang untuk meningkatkan
ketersediaan produk, yang pada gilirannya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan
profitabilitas perusahaan.

3. KEBIJAKAN REPLENISHMENT
Kebijakan replenishment (kebijakan pengisian kembali) adalah serangkaian aturan dan
prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola proses pengisian kembali atau
pengadaan persediaan dalam rantai pasokan. Kebijakan ini memiliki dampak besar pada
kelancaran operasi perusahaan, efisiensi persediaan, dan pelayanan pelanggan. Berikut adalah
beberapa aspek penting dalam kebijakan replenishment:
1. Frekuensi Pengisian Kembali: Menentukan seberapa sering persediaan akan diisi
kembali. Beberapa perusahaan memilih untuk mengisi kembali persediaan secara harian,
mingguan, bulanan, atau bahkan berdasarkan permintaan atau permintaan pelanggan.
2. Jumlah Pengisian Kembali: Menentukan jumlah produk atau bahan yang akan diisi
kembali setiap kali proses pengisian kembali dilakukan. Jumlah ini dapat bervariasi
tergantung pada tingkat permintaan, tingkat persediaan, dan faktor-faktor lain.
3. Metode Peramalan: Menggunakan metode peramalan untuk memprediksi tingkat
permintaan di masa depan. Peramalan ini digunakan untuk menentukan kapan dan
seberapa banyak produk yang harus diisi kembali.
4. Titik Pengisian Kembali (Reorder Point): Ini adalah tingkat persediaan minimum yang
harus ada sebelum proses pengisian kembali dilakukan. Ketika persediaan mencapai atau
turun di bawah titik pengisian kembali, pesanan baru dipicu.
5. Jumlah Pesanan (Order Quantity): Jumlah produk yang akandiorder atau diisi kembali
setiap kali pesanan dilakukan. Metode seperti Economic Order Quantity (EOQ) digunakan
untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal.
6. Manajemen Permintaan Darurat: Kebijakan ini mencakup tindakan darurat yang akan
diambil jika permintaan tiba-tiba meningkat atau jika terjadi masalah dalam rantai
pasokan. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki pemasok cadangan atau persediaan
darurat.
7. Stok Keselamatan (Safety Stock): Jumlah persediaan tambahan yang dijaga di luar
tingkat normal untuk mengatasi ketidakpastian dalam permintaan atau ketidakpastian
dalam pengiriman.
8. Proses Pemesanan dan Pengiriman: Bagaimana pesanan ditempatkan dan diterima dari
pemasok, serta bagaimana produk diantar ke pelanggan. Ini mencakup metode komunikasi
dengan pemasok, waktu pengiriman yang diharapkan, dan prosedur penerimaan dan
inspeksi.
9. Kinerja Pemasok: Mengukur dan memantau kinerja pemasok dalam hal ketepatan waktu,
kualitas produk, dan pengiriman yang konsisten. Ini dapat memengaruhi kebijakan
pengisian kembali, terutama dalam hal penentuan persediaan keselamatan.
10. Perangkat Lunak dan Teknologi: Penggunaan sistem perangkat lunak dan teknologi
seperti perangkat lunak manajemen rantai pasokan (supply chain management) untuk
mendukung proses kebijakan pengisian kembali.

Kebijakan replenishment harus dirancang untuk memastikan bahwa persediaan selalu tersedia
untuk memenuhi permintaan pelanggan, tetapi juga harus meminimalkan biaya penyimpanan
dan risiko kelebihan persediaan. Kebijakan ini sering kali harus disesuaikan dengan
karakteristik bisnis, produk, dan pasar tertentu, serta dengan analisis ketidakpastian
permintaan dan efisiensi rantai pasokan.

4. FILL RATE, DAMPAK KETERSEDIAANPRODUKDAN KETIDAKPASTIAN


TERHADAP SAFETY INVENTORY

FILL RATE
Fill rate adalah metrik yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pesanan pelanggan
dipenuhi oleh perusahaan. Metrik ini penting dalam manajemen rantai pasokan dan pelayanan
pelanggan karena dapat memberikan wawasan tentang sejauh mana perusahaan mampu
memenuhi permintaan pelanggan dalam waktu yang dijanjikan. Fill rate diukur sebagai
persentase dan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Fill Rate (%) = (Jumlah Pesanan Dipenuhi/Jumlah Pesanan yang Diterima) x 100%

Jadi, fill rate mengukur jumlah pesanan yang berhasil dipenuhi atau diisi lengkap
dibandingkan dengan jumlah pesanan yang diterima. Semakin tinggi fill rate, semakin baik
kinerja perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan. Berikut adalah beberapa poin
penting tentang fill rate:
1. Kepuasan Pelanggan: Fill rate yang tinggi cenderung menghasilkan kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi. Pelanggan cenderung puas ketika mereka dapat memperoleh produk
yang mereka pesan dalam waktu yang dijanjikan.
2. Efisiensi Rantai Pasokan: Fill rate yang baik dapat mencerminkan efisiensi rantai
pasokan perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki proses pengadaan,
pengelolaan persediaan, dan manajemen persediaan yang baik.
3. Manajemen Persediaan: Fill rate yang rendah bisa menjadi tanda adanya masalah dalam
manajemen persediaan. Ini bisa berarti persediaan yang kurang, masalah dalam
pengiriman, atau masalah lain yang menghambat kemampuan perusahaan untuk
memenuhi pesanan.
4. Biaya Pengiriman Darurat: Fill rate yang rendah dapat mengakibatkan biaya pengiriman
darurat, di mana perusahaan harus mengirim produk dengan biaya lebih tinggi untuk
memenuhi pesanan yang terlambat.
5. Analisis Kinerja Pemasok: Fill rate juga digunakan dalam menganalisis kinerja pemasok.
Kinerja pemasok yang baik biasanya mencerminkan dalam fill rate yang baik.
6. Peramalan dan Persediaan Keselamatan: Manajemen persediaan yang baik, termasuk
peramalan yang tepat dan penggunaan persediaan keselamatan yang memadai, dapat
membantu meningkatkan fill rate.
7. Sesuaikan dengan Industri: Standar fill rate dapat bervariasi berdasarkan industri dan
jenis bisnis. Dalam beberapa industri, fill rate yang sangat tinggi mungkin diperlukan
(misalnya, dalam industri kesehatan), sementara dalam industri lain fill rate yang lebih
rendah mungkin dapat diterima.

Penting untuk memantau dan mengukur fill rate secara berkala, serta mengidentifikasi
penyebab ketidakpenuhannya. Dengan pemahaman yang baik tentang fill rate, perusahaan
dapat mengambil langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan,
mengoptimalkan rantai pasokan, dan mengurangi biaya yang terkait dengan ketidakpenuhan
pesanan.

DAMPAK KETERSEDIAANPRODUKDAN KETIDAKPASTIAN TERHADAP


SAFETY INVENTORY
Ketersediaan produk dan ketidakpastian permintaan mempunyai dampak yang signifikan
terhadap keselamatan persediaan dalam rantai pasok. Berikut beberapa dampaknya:
1. Peningkatan inventaris keselamatan: Inventaris keselamatan dilakukan untuk
memenuhi permintaan yang bergantung pada fluktuasi permintaan yang tidak dapat
diprediksi dan untuk mengurangi kekurangan produk. Oleh karena itu, peningkatan
ketidakpastian permintaan atau penurunan ketersediaan produk akan menyebabkan
peningkatan persediaan pengaman
2. Biaya lebih tinggi: Mempertahankan inventaris keselamatan memerlukan biaya. Tingkat
ketersediaan produk yang tinggi memberikan tingkat daya tanggap yang tinggi namun
meningkatkan biaya karena banyak persediaan yang disimpan tetapi jarang digunakan.
Sebaliknya, tingkat ketersediaan produk yang rendah akanmenurunkan biaya
penyimpanan persediaan, namun menghasilkan lebih banyak pelanggan yang tidak
dilayani tepat waktu.
3. Manajemen inventaris yang optimal: Tujuan utama manajemen inventaris adalah
menemukan keseimbangan antara volume stok produk yang optimal dan kepuasan
pelanggan. Stok pengaman dapat membantu manajer rantai pasokan meningkatkan
ketersediaan produk di tengah ketidakpastian. Oleh karena itu, penting untuk menghitung
safety stock dalam rantai pasokan untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara
investasi inventaris dan kepuasan pelanggan.
4. Peningkatan respons rantai pasokan: Inventaris keselamatan dapat membantu
meningkatkan respons rantai pasokan dengan memastikan bahwa produk tersedia saat
pelanggan membutuhkannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan.
Secara keseluruhan, ketersediaan produk dan ketidakpastian permintaan mempunyai
dampak signifikan terhadap keselamatan persediaan dalam rantai pasokan. Dengan
memahami dampak ini, manajer rantai pasokan dapat membuat keputusan yang lebih tepat
mengenai manajemen dan pengendalian inventaris untuk memastikan bahwa produk
tersedia saat pelanggan membutuhkannya.

5. DAMPAK KETIDAKPASTIANSUPPLY TERHADAP SAFETYINVENTORY,


DAMPAK AGREGASI TERHADAPSAFETY INVENTORY

DAMPAK KETIDAKPASTIANSUPPLY TERHADAP SAFETYINVENTORY


Ketidakpastian pasokan berdampak signifikan terhadap keselamatan inventaris dalam rantai
pasokan. Berikut beberapa dampaknya:
1. Peningkatan inventaris keselamatan: Ketidakpastian pasokan muncul karena banyak
faktor, termasuk penundaan produksi, penundaan transportasi, dan masalah kualitas. Oleh
karena itu, peningkatan ketidakpastian pasokan akan menyebabkan peningkatan
persediaan pengaman untuk memastikan produk tersedia saat pelanggan
membutuhkannya.
2. Biaya lebih tinggi: Mempertahankan inventaris keselamatan memerlukan biaya.
Peningkatan persediaan pengaman karena ketidakpastian pasokan akan menyebabkan
biaya penyimpanan persediaan yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan biaya rantai
pasokan secara keseluruhan.
3. Manajemen inventaris yang optimal: Tujuan utama manajemen inventaris adalah
menemukan keseimbangan antara volume stok produk yang optimal dan kepuasan
pelanggan. Stok pengaman dapat membantu manajer rantai pasokan meningkatkan
ketersediaan produk di tengah ketidakpastian. Oleh karena itu, penting untuk menghitung
safety stock dalam rantai pasokan untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara
investasi inventaris dan kepuasan pelanggan.
4. Peningkatan respons rantai pasokan: Inventaris keselamatan dapat membantu
meningkatkan respons rantai pasokan dengan memastikan bahwa produk tersedia saat
pelanggan membutuhkannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan, bahkan ketika menghadapi ketidakpastian pasokan
Secara keseluruhan, ketidakpastian pasokan mempunyai dampak yang signifikan terhadap
keselamatan inventaris dalam rantai pasokan. Dengan memahami dampak-dampak ini,
manajer rantai pasokan dapat membuat keputusan yang lebih tepat mengenai manajemen
dan pengendalian inventaris untuk memastikan bahwa produk tersedia saat pelanggan
membutuhkannya, bahkan dalam menghadapi ketidakpastian pasokan.

DAMPAK AGREGASI TERHADAPSAFETY INVENTORY


Dampak agregasi terhadap keselamatan inventaris dalam rantai pasokan merupakan
pertimbangan penting untuk manajemen inventaris. Berikut beberapa dampaknya:
1. Mengurangi inventaris keselamatan: Agregasi dapat membantu mengurangi inventaris
keselamatan dengan menggabungkan inventaris di satu lokasi dibandingkan memiliki
beberapa inventaris di lokasi berbeda. Hal ini dapat membantu mengurangi biaya
penyimpanan inventaris secara keseluruhan dan meningkatkan efisiensi manajemen
inventaris.
2. Perkiraan permintaan yang lebih baik: Agregasi dapat membantu meningkatkan
akurasi perkiraan permintaan dengan menggabungkan data permintaan dari beberapa
lokasi. Hal ini dapat membantu mengurangi ketidakpastian permintaan dan meningkatkan
efisiensi manajemen inventaris.
3. Peningkatan respons rantai pasokan: Agregasi dapat membantu meningkatkan respons
rantai pasokan dengan memastikan bahwa produk tersedia saat pelanggan
membutuhkannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
4. Peningkatan pengendalian inventaris: Agregasi dapat membantu meningkatkan
pengendalian inventaris dengan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang tingkat
inventaris dan pola permintaan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kehabisan stok
dan meningkatkan efisiensi manajemen inventaris
Secara keseluruhan, dampak agregasi terhadap inventaris keselamatan dalam rantai
pasokan dapat menjadi signifikan. Dengan memahami dampak ini, manajer rantai pasokan
dapat membuat keputusan yang lebih tepat mengenai manajemen dan pengendalian
inventaris untuk memastikan bahwa produk tersedia saat pelanggan membutuhkannya,
sekaligus mengurangi biaya penyimpanan inventaris dan meningkatkan efisiensi
manajemen inventaris.

6. PENGELOLAAN SAFETY INVENTORY PADA MULTI ECHELON SUPPLYCHAIN


Mengelola inventaris keselamatan dalam rantai pasokan multi-eselon memerlukan pendekatan
komprehensif terhadap manajemen inventaris. Berikut adalah beberapa praktik terbaik untuk
mengelola inventaris keselamatan dalam rantai pasokan multi-eselon:
1. Pengoptimalan inventaris multi-eselon: Optimalisasi inventaris multi-eselon adalah
pendekatan strategis terhadap manajemen inventaris yang melibatkan optimalisasi tingkat
inventaris di seluruh eselon rantai pasokan. Pendekatan ini membantu mengurangi
inventaris keselamatan dengan menggabungkan inventaris di satu lokasi dibandingkan
memiliki banyak inventaris di lokasi berbeda. Hal ini juga membantu meningkatkan
akurasi perkiraan permintaan dengan menggabungkan data permintaan dari berbagai
lokasi.
2. Komunikasi dan kolaborasi yang efektif: Manajemen inventaris multi-eselon
memerlukan komunikasi dan kolaborasi yang efektif di seluruh rantai pasokan. Hal ini
dapat menjadi sulit ketika setiap tingkatan memiliki kebijakan dan kontrol inventarisnya
sendiri, sehingga sulit untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan yang tepat. Oleh
karena itu, penting untuk membangun saluran komunikasi dan alat kolaborasi yang efektif
untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan selaras dan bekerja menuju tujuan
yang sama.
3. Berbagi informasi: Manajemen inventaris multi-eselon memerlukan pembagian
informasi yang efektif di seluruh rantai pasokan. Hal ini dapat menjadi tantangan ketika
setiap tingkatan memiliki kebijakan dan kontrol inventarisnya sendiri. Oleh karena itu,
penting untuk membangun mekanisme pertukaran informasi yang efektif untuk
memastikan bahwa semua pemangku kepentingan mempunyai akses terhadap informasi
yang mereka perlukan untuk membuat keputusan yang tepat.
4. Pengoptimalan stok pengaman: Optimalisasi stok pengaman merupakan aspek penting
dalam pengelolaan inventaris pengaman dalam rantai pasokan multi-eselon. Hal ini
melibatkan penghitungan tingkat stok pengaman di setiap eselon rantai pasokan untuk
memastikan bahwa produk tersedia saat pelanggan membutuhkannya, sekaligus
meminimalkan biaya penyimpanan inventaris.
5. Perbaikan berkelanjutan: Mengelola inventaris keselamatan dalam rantai pasokan
multi-eselon memerlukan perbaikan berkelanjutan. Hal ini melibatkan pemantauan tingkat
inventaris, pola permintaan, dan kinerja rantai pasokan untuk mengidentifikasi peluang
perbaikan dan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan.
Secara keseluruhan, pengelolaan inventaris keselamatan dalam rantai pasokan multi-
eselon memerlukan pendekatan komprehensif terhadap manajemen inventaris yang
melibatkan optimalisasi inventaris multi-eselon, komunikasi dan kolaborasi yang efektif,
berbagi informasi, optimalisasi stok pengaman, dan perbaikan berkelanjutan. Dengan
mengikuti praktik terbaik ini, manajer rantai pasokan dapat memastikan bahwa produk
tersedia saat pelanggan membutuhkannya, sekaligus meminimalkan biaya penyimpanan
inventaris dan meningkatkan efisiensi manajemen inventaris.

7. PERAN IT DALAM MANAJEMEN INVENTORY


TI memainkan peran penting dalam manajemen inventaris. Berikut adalah beberapa cara TI
dapat membantu mengelola inventaris:
1. Menghasilkan informasi inventaris dan keuangan : TI dapat digunakan untuk
menghasilkan informasi tentang inventaris dan keuangan. Hal ini dapat dilakukan melalui
penggunaan sistem manajemen persediaan yang berbasis teknologi informasi.
2. Memastikan ketersediaan stok : TI dapat membantu memastikan stok tersedia saat
dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak manajemen
inventaris yang melacak tingkat inventaris dan memperingatkan manajer ketika stok
hampir habis.
3. Mengoptimalkan biaya persediaan : TI dapat membantu mengoptimalkan biaya persediaan
dengan menyediakan data real-time mengenai tingkat persediaan, yang dapat membantu
manajer membuat keputusan yang tepat mengenai kapan harus memesan stok baru dan
berapa banyak yang harus dipesan.
4. Meningkatkan efisiensi : TI dapat membantu meningkatkan efisiensi dengan
mengotomatiskan tugas-tugas manajemen inventaris, seperti melacak tingkat inventaris
dan menghasilkan pesanan pembelian. Hal ini dapat membantu mengurangi waktu dan
upaya yang diperlukan untuk mengelola inventaris.
.
5. Mencegah kelebihan penimbunan dan kehabisan stok : TI dapat membantu mencegah
kelebihan penimbunan dan kehabisan stok dengan menyediakan data real-time mengenai
tingkat inventaris. Hal ini dapat membantu manajer membuat keputusan yang tepat
mengenai kapan harus memesan stok baru dan berapa banyak yang harus dipesan.
6. Mengelola pesanan dan pengiriman : TI dapat digunakan untuk mengelola pesanan dan
pengiriman. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak manajemen
inventaris yang melacak pesanan dan pengiriman serta menyediakan data real-time
mengenai statusnya
Secara keseluruhan, TI dapat membantu meningkatkan manajemen inventaris dengan
menyediakan data real-time mengenai tingkat inventaris, mengotomatisasi tugas manajemen
inventaris, dan mengoptimalkan biaya inventaris. Dengan menggunakan TI untuk mengelola
inventaris, bisnis dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
8. PERKIRAAN DANPENGELOLAAN PRAKTEK SAFETYINVENTORY
Stok pengaman adalah aspek penting dari manajemen inventaris yang membantu bisnis
mempertahankan cadangan inventaris untuk melindungi dari kehabisan stok. Berikut adalah
beberapa langkah untuk memperkirakan dan mengelola stok pengaman:
1. Memperkirakan stok pengaman : Untuk memperkirakan stok pengaman, bisnis perlu
mempertimbangkan faktor-faktor seperti penggunaan harian maksimum, waktu tunggu
maksimum, dan waktu tunggu rata-rata. Rumus safety stock dapat digunakan untuk
menghitung jumlah stok ideal pada setiap SKU. Rumusnya memperhitungkan variabilitas
permintaan dan waktu tunggu, serta tingkat layanan yang diinginkan.
2. Mengelola persediaan pengaman : Setelah tingkat persediaan pengaman diperkirakan,
bisnis perlu mengelola inventaris mereka untuk memastikan bahwa mereka memiliki
persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak manajemen inventaris yang melacak tingkat inventaris dan
memperingatkan manajer ketika stok hampir habis. Bisnis juga dapat menggunakan data
permintaan historis untuk memperkirakan permintaan di masa depan dan menyesuaikan
tingkat persediaan pengaman.
3. Menyeimbangkan biaya : Meskipun persediaan pengaman penting untuk mencegah
kehabisan stok, hal ini juga dapat mengikat modal dan meningkatkan biaya inventaris.
Dunia usaha perlu menyeimbangkan biaya penyimpanan stok pengaman dengan risiko
kehabisan stok. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan biaya inventaris dan
menggunakan data untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kapan harus
memesan stok baru dan berapa banyak yang harus dipesan.
Secara keseluruhan, bisnis dapat memperkirakan dan mengelola stok pengaman dengan
menggunakan perangkat lunak manajemen inventaris, memperkirakan permintaan, dan
menyeimbangkan biaya. Dengan mempertahankan tingkat stok pengaman yang tepat, bisnis
dapat mencegah kehabisan stok, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi biaya
inventaris.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Analisis tentang safety inventory (persediaan keselamatan) dalam pengelolaan ketidakpastian


dalam rantai pasokan (supply chain) merupakan suatu aspek penting dalam manajemen persediaan
yang bertujuan untuk menjaga kelancaran operasi bisnis dalam situasi ketidakpastian, seperti
fluktuasi permintaan, keterlambatan dalam pengiriman, dan ketidakpastian lainnya.
Secara keseluruhan, inventaris keselamatan memainkan peran penting dalam mengelola
ketidakpastian dalam rantai pasokan dengan memastikan ketersediaan bahan dan melindungi dari
potensi gangguan. Penggunaan metode manajemen inventaris yang tepat, seperti EOQ, dapat
membantu mengoptimalkan tingkat inventaris dan mengurangi biaya.
DAFTAR PUSTAKA

Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation.
Pearson.

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2008). Designing and Managing the Supply
Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies. McGraw-Hill

Snyder, L. V., & Mabin, V. J. (2004). Production and Inventory Management Journal, 45(4), 45-49

Silver, E. A., Pyke, D. F., & Peterson, R. (1998). Inventory management and production planning
and scheduling. Wiley

Ramawisari, Ica. ANALISIS BIAYA LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP


SUPPLY CHAINMANAGEMENT (SCM) PADAPRODUK TIKAR HASIL OLAHAN
MENDONG. Diss. Perpustakaan Pascasarjana, 2019

JANNAHA, Urnika Mudhifatul; RAHMAWATIB, Zurriat Nyndia. Analisis Perencanaan Supply


Chain Management (SCM) Pada Produksi Minuman Sari Buah UKM Larasati. Dialektika Jurnal
Ekonomi dan Ilmu Sosial, 2020, 5: 173-184.

Anda mungkin juga menyukai