Anda di halaman 1dari 3

Analisis Permasalahan Kesulitan Belajar Anak Kelas 2 SD

Dalam pembelajaran matematika di kelas 2 ini, beliau selalu menggunakan metode ceramah
plus untuk menerangkan atau menjelaskan sebuah materi terhadap peserta didik. Metode
ceramah plus yaitu metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode
ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus,
namun yang beliau gunakan dalam mengajar anak kelas 2 yaitu metode ceramah plus
demonstrasi dan latihan (CPDL). Metode ini merupakan gabungan dari penyampaian matei
dengan memperagakan atau latihan percobaan.
Untuk bahan ajar/sumber belajar yang biasanya digunakan dikelas untuk mata pelajaran
Matematika dikelas ini menggunakan bahan ajar seperti Buku Kurikulum 2013. Dan untuk
media pembelajaran yang digunakan guru yaitu berupa gambar-gambar yang memuat informasi
mengenai suatu materi, serta menggunakan benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa.
Dengan menggunakan metode CPDL guru tidak hanya menyampaikan materi saja, guru
mengajak siswa untuk mendemonstrasikan bagaimana cara kerja atau praktiknya secara langsung
agar ada gambaran langsung untuk anak-anak agar mudah memahami materi pembelajarannya.
Pada kelas 2 ini, guru menganggap wajar jika anak mengalami kesulitan dalam pelajaran
matematika, karena memang daya tangkap anak berbeda-beda. Tapi, untuk kelas ini lebih dari
separuh anak dapat dikatakan bisa atau mampu dalam hal mengerjakan soal. Dari 22 orang siswa
hanya ada 5 orang siswa yang lumayan parah dalam segi menangkap pembelajaran dikarenakan
faktor internal.
Guru mengungkapkan bahwa kesulitan belajar pada siswa kelas 2 di SDN Kuin Selatan 4
terhadap mata pelajaran matematika yaitu pada materi pengukuran panjang dan berat dalam
satuan baku. Walaupun masih tergolong sederhana, namun materi tersebut belum bisa dipahami
siswa kelas 2. Jika soal dalam bentuk 200cm = …m masih bisa dipahami siswa. Namun jika soal
dalam bentuk desimal (misal 2,5m = … cm) atau bentuk angka ribuan (misal 2 kg= 2000 g),
mereka akan kesusahan mengerjakannya. Kesulitan yang dialami siswa selanjutnya yaitu jika
diberikan soal kemudian guru mengkonversi/membolak-balik satuan baku (gram ke ons dan
sebaliknya, sentimeter ke kilometer dan sebaliknya), mungkin hanya 50% anak yang paham.
Kemudian jika soal diberikan dalam bentuk soal cerita, siswa juga mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Ada siswa yang paham konsep materi pengukuran tetapi ketika soal disajikan
dalam bentuk soal cerita, mereka tidak paham.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan menghitung satuan baku panjang
dan berat, yaitu sebagai berikut.
1) Belum menguasai bilangan cacah 1-1000 dan bilangan bentuk desimal
2) Belum lancar membaca
3) Termasuk siswa yang lambat dalam menerima pembelajaran
4) Waktu pembelajaran yang dirasa guru masih belum cukup untuk mengajarkan materi
tersebut.
5) Faktor keluarga. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kebiasaan belajar anak di
rumah, dan kurangnya pengetahuan orang tua (tingkat pendidikan orang tua).
Solusi Untuk Kesulitan Belajar terhadap Materi Pengukuran Panjang dan Berat dalam
Satuan Baku:
Berdasarkan hasil obervasi yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar siswa sekolah dasar (SD) dapat disimpulkan yaitu kesulitan belajar siswa bisa
disebabkan karena beberapa faktor, bisa dari faktor internal dan faktor eksternal dari siswa.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kurang minat dalam
belajar, memiliki gangguan terhadap kognitif ataupun psikomotorik, dan tidak memiliki motivasi
belajar. Kemudian faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Adapun solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan
pengukuran panjang dan berat dalam satuan baku sesuai dengan hasil wawancara dengan guru
untuk meningkatkan pengetahuan awal dan pemahaman konsep siswa. Sebaiknya, ketika guru
menjelaskan materi, guru dapat menjelaskan secara perlahan sehingga siswa tidak merasa
penjelasan yang diberikan oleh guru terlalu cepat dan siswa dapat memahami konsep pengukuran
panjang dan berat dengan baik. Kemudian guru bisa mengemas pembelajaran agar lebih
bervariasi lagi yaitu menggunakan media pembelajaran dengan benda konkret yang ada di sekitar
siswa, seperti meteran dan penggaris (alat ukur panjang), serta timbangan berat badan (alat ukur
berat). Tidak hanya itu, guru juga menyediakan gambar/poster yang menarik yang memuat
informasi mengenai panjang dan berat dalam satuan baku. Sehingga penggunaan media benda
konkret membuat siswa lebih bersemangat dan tertarik untuk belajar.
Guru juga dapat menerapkan metode CPDL yaitu dengan memberikan pemahaman awal
tentang materi pengukuran panjang dan berat dalam satuan baku. Kemudian dilanjutkan dengan
aktivitas guru mengajak siswa untuk melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan alat
ukur yang telah tersedia (meteran atau penggaris, timbangan berat badan). Dari praktik
pengukuran panjang dan berat, siswa akan mengetahui bahwa ada satuan yang bernama
sentimeter, meter, gram, kilogram. Dari pembelajaran yang dilakukan, siswa akan sangat tertarik
untuk belajar karena pembelajaran yang dilakukan menyenangkan dan medianya menggunkan
benda-benda yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan untuk mengukur pemahaman
siswa, guru memberikan latihan/tes dengan cara menyuruh siswa mengukur tinggi badan dan
menimbang berat badan mereka masing-masing. Siswa mencatat hasil pengukuran yang telah
dilakukan dan dikumpulkan di akhir pembelajaran.
Kondisipada anak usia 7 sampai 11 tahun di sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkrit, dimana dikondisi tersebut terjadi peningkatan kemampuan berpikir logispada diri anak.
Menurut Heruman (2017:1-2) pada titik ini, anak sekolah dasar masih belum mampu
menginterpretasikan konsep yang abstrak, sehingga membutuhkan alat bantu berupa media
pembelajaran untuk memahami konsep materi pembelajaran. Melalui dasar inilah yang membuat
pemahaman bahwa media pembelajaran yang relevan untuk memahami materi pengukuran
satuan panjang dan berat terutama mengenai materi konversi satuan-satuannya yang masih
bersifat abstrak ini sangat dibutuhkan. Penggunaan media akan membantu proses belajar siswa
dalam membuat konsep-konsep abstrak menjadi konkrit sehingga lebih mudah dipahami dan
dapat digunakan pada tingkat kelas yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai