Anda di halaman 1dari 27

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED


LEARNING PADA SISWA KELAS V SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022
DI SDN 250 WASUPONDA
KECAMATAN WASUPONDA
KABUPATEN LUWU TIMUR

NAMA : ESHTER.M
NIM : 836047372

ABSTRAK

Eshter M.,Nim : 836047372,Email estarmalantyhasan@gmail.com. Upaya


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan Problem Based
Learning pada Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2021 – 2022 di SDN 250
Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 250 Wasuponda pada pokok
Volume Kubus dan Balok pada semester I I tahun ajaran 2021-2022 setelah
dianalisis mempunyai hasi yang rendah, hal ini diduga karena pendekatan
pembelajaran pada saat itu belum tepat, maka dalam penelitian kelas ini
digunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Learning yang menekankan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah apakah
pembelajaran matematika dengan pendekatan PBL pada pokok Volume Kubus
dan Balok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 250
Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur? Sedangkan
tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa pada pokok Volume Kubus dan Balok dengan pendekatan PBL.
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 250 Wasuponda
Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Negeri 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda
ii
Kabupaten Luwu Timur, guru kelas V SD Negeri 250 Wasuponda
Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur dan pengamat. Penelitian
dibagi menjadi 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sedangkan indikator keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa mempunyai nilai rata-rata
kelas minimal 6,5 dan ketuntasan belajar kelas diatas 75%. Pada siklus I siswa
mencapai nilai rata-rata kelas minimal 69 sedangkan ketuntasan belajarnya
adalah 65 %. Siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 84 dan ketuntasan
belajarnya adalah 85%.
Berdasarkan hasil belajar siswa diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu
Timur pada pokok bahasan Volume Kubus dan Balok, sehingga disarankan
agar dalam mengajar pada pokok Bahasan Volume Kubus dan Balok, guru
seyogyanya menggunakan pendekatan PBL.

Kata Kunci : hasil Belajar Matematika, Penerapan Problem Based Learning (PBL).

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam dunia


pendidikan, salah satunya metode problem based learning atau dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai model pembelajaran berbasis masalah. Melansir jurnal
'Pembelajaran Bebasis Masalah (Problem Based Learning)' karya Hardika
Saputra, problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengembangkan kemandirian belajar,
dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal
fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri (Diknas 2003 : 2). Melalui landasan
filosofi kontruktivisme, PBL siswa diharapkan belajar melalui”menganalisi”
bukan “menghapal”.

Bicara mengenai masalah, di dunia pendidikan ada metode pembelajaran


problem based learning (PBL). Umumnya, metode ini akan mengenalkan siswa
pada suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas.
Kemudian, siswa akan diminta agar mencari solusi untuk menyelesaikan
kasus/masalah tersebut. Selain itu, metode ini akan meningkatkan kecakapan
berpartisipasi dalam tim. (Depdiknas : 2002 : 1). Dalam upaya itu, mereka
memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Pada umumnya
siswa disekolah mempunyai kesan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit bagi mereka oleh karena itu guru – guru matematika
perlu memiliki strategi dan penguasaan yang baik tentang berbagai metode dan
pendekatan dalam proses pembelajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengadakan penelitian
dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Hitung
Campuran dengan Pendekatan Problem Besic Learning (PBL) Pada Siswa
kelas 5 SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu
Timur.
1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan soal cerita hitung
campuran dengan pendekatan Problem Based Learning Pada Siswa kelas
5SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur
dapat meningkat ?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa


dalam menyelesaikan soal hitung campuran dengan pendekatan Problem Based
Learning.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat

yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Bagi siswa

a. Siswa memperoleh motivasi belajar sehingga lebih giat belajar matematika


b. Meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa

2. Bagi guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi Volume Kubus


dan Balok.

b. Menambah wawasan guru tentang strategi pembelajaran matematika


yang membuat suasana kelas kondusif .
d. Meningkatkan kualitas guru
3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan mutu kualitas sekolah khususnya pelajaran matematika.


b. Memberi kontribusi yang lebih baik pada sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran khususnya pada pokok bahasan Volume Kubus dan Balok,
serta kemajuan sekolah pada umumnya.

2
BABII
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar
psikologi, antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner belajar merupakan proses dimana suatu


organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. belajar merupakan perubahan relatif permanen yang


terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

3. Menurut Slavin belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh


pengalaman.

4. Menurut Gagne belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan


manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan
perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Menurut Hamalik Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak


terpisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah menilai
melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus
mengembangkan dirinya, oleh karena belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal
dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia.

2. Hakikat pembelajaran

Hakikat pembelajaran adalah merupakan sebuah proses pembelajaran


dimana guru berfungsi sebagai tranformator dan siswa sebagai mediator dengan
menggunakan media dan alat peraga tertentu untuk memperjelas pemahaman siswa.

Selain itu mengajar dapat diartikan mengatur dan


mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkansiswa untuk melakukan kegiatan belajar.Dengan
demikian pemikiran antara para ahli yang satu dengan yang lainya berbeda
permasalahannya.

a. Teori William Brownell

Dalam mengajarkan matematika di pendidikan dasar sebaiknya juga menggunakan


alat peraga benda konkret.

3
b. Teori Dienes

Bagian ini Dienes berpendapat , sebaiknya konsep diajarkan melalui


penemuan , tidak melalui pemberitahuan dan siswa sebaiknya berpengalaman
memanipulasi benda konkrit . pengajaran dimulai dengan contoh-contoh yang
menuju pada suatu konsep, secara induktif.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif. Kemudian Ruseffendi
juga berpendapat, sebaiknya mengajarkan sesuatu konsep diusahakan melalui
berbagai media dan berbagai cara mengajar agar lebih dapat dipahami.

3. Pembelajaran matematika pendidikan dasar

Matematika sebagai sistem yang deduktif formal mengandung arti bahwa


matematika harus dikembangkan berdasarkan pola pikir atau penalaran edukatif
dan setiap prinsip,teori, dalil dalam matematika harus dibuktikan kebenarannya
secara formal berdasarkan konsistensi kebenaran. Namun perinsip dalam
matematika perlu dibuktikan dengan pola pikir deduktif hal ini dimaksudkan
agar matematika yang dibangun terhindar dari kontradiksi.

4. Hasil belajar Matematika

Hasil belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur.
Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya.
Dalam belajar matematika terjadi proses berfikir dan terjadi kegiatan mental dalam
kegiatan menyusun hubungan - hubungan antara bagian-bagian informasi yang
diperoleh sebagai pengertian. karena itu orang menguasai hubungan-hubungan
tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan
bahan yang dipelajari tersebut. Gagne mengelompokkan hasil belajar menjadi
lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik, dan sikap.

4. Pengertian Problem Besic Lerning

Metode ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha menerapkan


masalah yang terjadi di dunia nyata. Dengan ini, siswa akan dilatih berpikir kritis
serta menemukan solusi. Ada enam ciri, di antaranya:

4
1. Kegiatan belajar dimulai dengan pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disuguhkan masih berkaitan dengan kehidupan nyata para
siswa.
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan disiplin ilmu.
4. Siswa diberi tanggung jawab maksimal dalam menjalankan proses belajar
secara langsung.
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terjadi kolaborasi.
6. Siswa harus mendemonstrasikan kinerja yang sudah dipelajari.

1. Orientasi siswa pada masalah

Pertama, sampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin Anda
capai. Kemudian, sajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah
digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga
inisiatif. Pastikan setiap anggota paham berbagai istilah serta konsep yang ada
dalam masalah. Sebagai guru, Anda juga berperan sebagai pemberi motivasi agar
setiap siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi siswa

Setiap anggota dalam kelompok akan menyampaikan informasi yang sudah


dimiliki perihal masalah yang ada. Kemudian, akan terjadi diskusi yang
membahas informasi faktual, dan juga informasi yang dimiliki setiap siswa. Nah,
di sinilah brainstorming dilakukan. Peran Anda sebagai guru adalah membantu
siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang relevan dengan masalah yang
disajikan.

2. Membimbing penyelidikan
Mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan, melaksanakan
eksperimen, hingga mendapat insight untuk pemecahan masalah.

5
3. Mengembangkan hasil karya

Metode pembelajaran problem based learning. (Sumber: pinterest.com) 

Membantu siswa ketika proses perencanaan dan penyajian karya. Beberapa di


antaranya video, model, laporan, dan membagi tugas di antara anggota dalam
kelompok.

5. Analisis dan evaluasi

Arahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses
yang dijalankan dalam penyelidikan. Kelompokkan bagian yang sudah dianalisis
keterkaitannya satu dengan lain. Manakah yang paling menunjang,
bertentangan, dan lain-lain.

siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu bukan


ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil dan
dengan berbagai tes hanya salah satunya. itulah yang sebenarnya.

6
Apa saja kelebihan dari metode pembelajaran problem based learning
(PBL)?

Kelebihan dari metode problem based learning. (Sumber: weebly.com)

 Metode yang efektif untuk memahami isi pelajaran.


 Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
 Mengaplikasikan materi yang selama ini diajarkan ke dalam kehidupan
nyata.
 Mengembangkan pengetahuan baru hasil dari brainstorming.
 Belajar bertanggungjawab atas pembelajaran yang dilakukan.

7
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 250
Wasuponda yang beralamatkan Desa Wasuponda,kecamatan
Wasuponda,Kabupaten Luwu Timur. Adapun pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada kelas V tahun pelajaran 2021/2022 dengan jumlah
siswa 20 anak.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hasil pekerjaan siswa pada tes awal dan tes akhir.


2. Hasil observasi untuk mengamati kegiatan di kelas selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Rekaman hasil wawancara dengan subyek penelitian untuk
menggali pemahaman materi.
4. Hasil pencatatan lapangan selama proses pelaksanaan penelitian.
5. Angket digunakan untuk menelusuri sikap, minat, respon dan motivasi
siswa.

 Deskripsi Per Siklus


Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Tiap - tiap siklus direncanakan
berkesinambungan, artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti
dalam siklus 2. Prosedur penelitian tindakan kelas ini setiap siklus
meliputi; (1) Perencanaan (Planing); (2) Tindakan (acting); (3) Observasi
(observing); (4) Refleksi (reflecting) .Alur pelaksanaan tindakan kelas
diasajiakan seperti dalam bagan berikut:

8
Gambar 3.1 : alur pelaksanaan PTK model kemmis dan taggart
1. Siklus I
Pada siklus ini terdiri dari beberapa hal yang dapat menunjang
tercapainya belajar mengajar yaitu :
a. perencanaan (planing)
1) Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran
dengan pendekatan Problem Based Learning menggunakan kartu
mainan
2) Menyiapkan alat Bantu mengajar dan mengumpulkan data
3) Menyiapkan alat peraga gambar persegi panjang dan segitiga.
4) Menyusun alat evaluasi.
b. Tindakan (acting)
9
1) Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang
penjumlahan dan pengurangan dengan tujuan:
a) mengingat kembali konsep penjumlahan
b) agar siswa memehami materi dengan tepat
c) pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan
d) memusatkan perhatian pada situasi belajar.
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan
diajarkan
3) Proses tranformasi materi
a) Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan
hitung campuran dengan media kartu mainan .
b) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yang mengandung Volume balok.
c) Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk
menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru
siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi yang
sedang dipelajari.
d) Guru memberi tes siklus
a. Observasi (observing)
1) Teknik pengumpulan data
a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.
b) Observer mengamati dan memberikan penilaian proses
pembelaran dari awal hingga akhir.
2) Alat pengumpulan data
a) Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data
kuantitatif di akhir siklus I
b) Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas

2. Refleksi (reflecting)
Hasil refelksi merupakan landasan untuk menentukan tindakan pada
siklus meliputi :
a) Mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
b) Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dengan pendekatan Problem Based Learning.
10
3. Siklus II

1. Perencanaan ( planing)
Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya
materinya diganti dengan pembagian dan perkalian
2. Tindakan (acting)

a. Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang


pembagian dan perkalian dengan tujuan:
1. mengingat kembali konsep penjumlahan
2. agar siswa memahami materi dengan tepat
3. pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan
4. memusatkan perhatian pada situasi belajar.
b. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan
diajarkan .
c. Proses tranformasi materi
1. Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan
hitung campuran dengan media kartu mainan .
2. Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan
soal cerita yang mengandung pembagian dan perkalian.
3. Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk
menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan
guru siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi
yang sedang dipelajari.
4. Guru memberi tes siklus II

5. Observasi (observing)Tehnik pengumpulan data


a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.
b. Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelaran
dari awal hingga akhir.
c. Alat pengumpulan data
d. Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk
memperoleh data kuantitatif di akhir siklus I
e. Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas

11
6. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan pembahasannya. Kegiatan
ini untuk melihat sejauh mana efektivitas kegiatan belajar dengan
menggunakan alat peraga kartu mainan dengan pendekatan Problem besic
learning pada pokok bahasan soal cerita hitung campuran serta untuk
mengetahui perubahan - perubahan yang terjadi baik pada siswa, suasana kelas,
maupun guru.

C. Indikator keberhasilan

1. Tes.
Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal meliputi skor hasil
tes pengetahuan pra syarat yang diberikan sebelum tindakan, hasil tes
setiap akhir tindakan, dan hasil pekerjaan siswa dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa.
Salah satu contoh penggunaan rumus prosentase ketuntasan klasikal adalah:

%X= 100%
%X = Persentase ketuntasan klasikal.
X1 = Jumlah siswa yang
tuntas individu. N =
Jumlah siswa seluruh kelas.
Nilai ketercapain hasil belajar/pemahaman siswa mempunyai rentang antara
0 –100 yang diketegorikan dalam lima taraf keberhasilan yaitu:
0 – 24 = Sangat kurang 65 – 79 = Baik
25 – 49 = Kurang 80 – 100 = Sangat baik
50 – 64 = Cukup

1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksud untuk
mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan
serta untuk menjaring data aktifitas siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti
dan teman sejawat/observer dengan menggunakan lembar observasi. Kriteria
keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi
12
yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi dapat dimasukkan dalam
rumus fleksibel:

Nilai rata –rata (NR) = X 100%

4 = Sangat baik 2 = Cukup baik


3 = Baik 1 = Kurang baik
(Suharsimi Arikunto, 1997)
Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut:

75% < NR ≤ 100% : Sangat baik, 25% < NR ≤ 50% : Cukup baik
50% < NR ≤ 75% : Baik, 0% < NR ≤ 25% : Kurang baik

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Untuk dapat menyajikan data hasil penelitian, maka peneliti
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Tindakan.


Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti
mengadakan observasi awal yaitu untuk mengetahui tentang keadaan
pembelajaran Matematika dan aktifitas siswa selama pembelajaran
berlangsung di SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten
Luwu Timur. Oleh kerena itu pada hari selasa tanggal 31 Mei 2022 peneliti
meminta izin kepada Bapak Amiluddin, S.Ag selaku kepala SDN 250
Wasuponda untuk melakukan penelitian.
Ternyata setelah peneliti melakukan observasi diketahui bahwa siswa kelas
V mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran Matematika khususnya
materi Volume Kubus dan Balok. Untuk itu peneliti mencoba untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode pendekatan Problem
besic learning (PBL) untuk materi Volume Kubus dan Balok dengan harapan
terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
Selain itu, selama ini siswa dalam belajar lebih banyak secara individu dari
pada kelompok. Sehingga menyebabkan kurangnya interaksi dan komunikasi
siswa dengan teman maupun guru. Hal ini mengakibatkan siswa takut atau
enggan mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan maupun saran, dan kalaupun
ada yang berani itu hanya pada siswa tertentu saja, biasanya siswa-siswi
yang pandai dan menonjol dalam kelas tersebut.

2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang
dipaparkan sebagai berikut:
1) Siklus I
a. Perencanaan Tindakan.
Berdasarkan temuan pada tahap kegiatan pra tindakan, disusunlah
rencana tindakan dan perbaikan atas masalah-masalah yang ditemukan
dalam proses pembelajaran. Rencana dari tindakan ini disesuaikan
14
dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tempat penelitian. Adapun
rencana yang dilakukan pada perencanaan tindakan ini adalah:
1) Menyusun rencana tindakan berupa rencana pembelajaran.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disesuaikan
dengan metode yang akan digunakan yaitu pembelajaran melalui
pendekatan Problem Based Learning untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi Volume Kubus dan Balok.
2) Membuat lembar observasi.
Pada hari Rabu,1 juni 2022 peneliti membuat lembar observasi.
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan makan disusun dua
lembar observasi yaitu:
Lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan guru
pada waktu mengajar, sebagai observernya adalah guru kelas IV. Lembar
observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa pada
proses belajar mengajar. (lembar observasi terlampir).
3) Membuat LKS.
LKS ini dibuat untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tentang
materi operasi Volume Kubus dan Balok. Pembuatan LKS ini disesuaikan
dengan metode pembelajaran yang akan peneliti gunakan yaitu Problem
Based Learning. LKS ini diharapkan dapat membantu siswa mempermudah
pemahaman tentang materi Volume Kubus dan Balok.
4) Membuat Soal atau Tes
Pembuatan soal atau tes ini disesuaikan dengan metode pembelajaran
yang digunakan oleh peneliti yaitu PBL. Soal tes ini terdiri dari soal
kelompok dan soal tes indidu di akhir kegiatan.

b. Pelaksanaan Tindakan.
Sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan terlebih dahulu Di
dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Rabu , 1 juni 2022.
Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan (pada bilangan positif
dan negatif). Pada saat guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa kelihatan
tegang. Apabila guru memberikan pertanyaan secara lesan kepada siswa

15
terlihat beberapa siswa diam dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru hal itu dilihat dari data yang terangkum mengenai partisipasi siswa,
dalam pembelajaran siswa antara lain ;
1) Banyak siswa yang aktif 25 % dari jumlah siswa
2) Banyak siswa yang kurang terlibat dan tidak aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran 25% atau 5 siswa.
3) Siswa yang memperoleh nilai > 7,5 sebanyak 11 dari 20 siswa.
(berdasarkan nilai pada tes kelompok).

c. Hasil pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap
ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai
observer adalah guru kelas IV SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda
Kabupaten Luwu Timur.
1. Observasi untuk guru
Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:
1) Guru kurang jelas dalam penyampaian materi.
2) Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas belum
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:
1. Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru (kurang antusias).
2. Siswa ramai dan bermai dengan teman sebangkunya.
3. Siswa masih malas dalam membuat rangkuman.

d. Refleksi
Hasil analisis mengunakan metode Problem besic Learning. Hasil observasi
pembelajaran di kelas selama proses belajar mengajar pada siklus I
 Analisa Data Observasi Siswa.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama
proses pembelajaran pada siklus I disajikan pada tabel berikut :

No. Nama Observer Jumlah Skor Skor maks

1. Rosmin Podengge ,S.Pd K 34 52

Tabel 4.2: Data hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses
16
pembelajaran pada siklus I

Berdasarkan data observasi guru terdapat 12 aspek pengamatan sehingga


diperoleh skor maksimal adalah 52 ( 4 x 13 item aspek pengamatan Persentase
34
Nilai Rata-rata (NR ) = x 100% = 65,38%.
52
Nilai NR di atas jika dikonversikan ke dalam kriteria taraf keberhasilan
tindakan, maka aktivitas dan ketrlibatan siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan mendia manik yang dilaksanakan oleh guru termasuk
kriteria “Baik” ( kisaran NR : 50% < NR ≤ 75%).

 Analisa Hasil Tes Siswa :


Pada langkah perencanaan sebelum melaksanakan tes, guru telah
menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai
batas pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 65 dengam
persentase ketuntasan kelas minimal yang ingin dicapai sebesar 75% dari
jumlah siswa. Selain itu sebelum melakukan tindakan guru juga telah melakukan
tes, tujuannya untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
tindakan pada siklus I disajikan pada tabel berikut:

Keterangan
Nilai
No. ketuntasan Individual
Nama Responden
Sebelum Sebelum
Siklus I
Siklus Siklus
1. Belinda Agnesia 40 80 TT T
2. Calista Priscilla Allorante 60 80 TT T
3. Dasha Arsenio Dzaky.W 60 80 TT T
4. Dede Rafisqy.A.W 40 60 TT TT
5. Divran Pratama Pongtuluran 40 40 TT TT
6. Edita Cikita Kusno 70 80 T T
7. Fidel Ignasa Marcello 70 80 T T
8. Fitra Ramadhan 50 80 TT T
9. Gheisha Sopy Filadelfia.M 60 80 TT T
10. Ihsan Khalid Rifai Salam 50 40 TT TT

11. Jeont Oktofan Marisi 70 80 T T


12. Jeltiagnes Tappi 70 80 T T

17
13. Jennifer Lagamu 40 40 TT TT
14. Lucky Setiawan 60 60 TT TT
15. Muhammad Fadjar 70 80 T T
16. Shira 60 80 TT T
17. Sefanya 40 40 TT TT
18. Jennifer lagamu 60 60 TT TT
19. Arifah lasampa 70 80 T T
20. Nayla salsabila 70 80 T T
TT = 13 TT = 7
Jumlah 1150 1380 T = 13
T =7
Rata-rata 57,5 69
Ketuntasan kelas 35 % 65%

Tabel 4.3 : Data hasil test siswa pada sebelum siklus dan siklus I Keterangan: KKM ≥
65
TT = Tidak Tuntas
T = Tuntas

18
Persentase ketuntasan kelas yang diperoleh:

1) Sebelum siklus
Persentase ketuntasan kelas berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak
Tuntas (TT)”
2) Siklus I
Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka nilai
test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”.

3. Refleksi
Dari pengamatan dan analisa data selama pelaksanaan siklus I dapat
direfeksikan sebagai berikut:
a. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil penilaian partisipan
terhadap 14 butir pengamatan terhadap ketrampilan guru yang perlu dicermati, ada
beberapa butir yang tidak terlaksana dengan baik.
b. Kemampuan Volume Kubus dan Balok siswa kelas V SDN 250 Wasuponda pada
siklus I masih rendah, ketuntasan kelas 75 % dari siswa yang telah ditetapkan
belum tercapai.
Hasil refleksi pada siklus I ini akan direfeksikan pada siklus II, dengan lebih
memusatkan pada aspek-aspek yang belum terlaksana dengan baik disamping tetap
mempertahankan yang sudah terlaksana dengan baik dan peningkatan prestasi belajar
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2) Siklus II
a. Perencaan tindakan
Berdasarkan refleksi pada siklus I disusunlah rencana tindakan perbaikan atas
kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Rencana tindakan ini merupakan persiapan
untuk melakukan tindakan sehingga pada saat melaksanakan tindakan tidak mengalami
hambatan dan kesulitan. Adapun rencana tindakan 2 adalah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat soal post tes, menyiapkan lembar obsevasi guru dan lembar
observasi siswa. (terlampir)

b. Pelaksanaan tindakan

Di dalam pelaksanaan siklus II terdapat satu kali pertemuan yaitu pada hari Jumat,
19
01 Oktober 2010. Pada pertemuan ini peneliti tetap menggunakan metode PBL. Yaitu
permasalahan yang diberikan adalah permasalahan yang akrap dengan siswa dan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ini, peneliti melaksanakan
tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat

c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas
IV SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.
(a) Observasi untuk guru
Dari hasil observasi yang dilakukan terlihat bahwa:
(1) Guru agak jelas dalam penyampaian materi Volume Kubus dan Balok.
(2) Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas sudah menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.(kontektual)
(b) Observasi untuk siswa.
Dari hasil observasi yang tekah dilakukan terlihat bahwa:
(1) Pada siklus II ini siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru.
(2) Siswa sudah menunjukkan antusias dalam belajar.
(3) Siswa mau membuat rangkuman.
d. Refleksi
1. Hasil analisis penggunaan metode Problem Based Learning
Hasil observasi proses pembelajaran di kelas selama porses belajar mengajar pada
Skor yang Presentase taraf Taraf
Skor maks.
diperoleh keberhasilan(%) keberhasilan si
k 56 48 85,71 Sangat Baik l
u s
II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yang dikemas dalam lembar observasi.
Lembar observasi ini terdiri dari dua lembar observasi yaitu observasi untuk guru dan
observasi untuk siswa. Dalam siklus II ini lembar observasi secara ringkas dipaparkan
dalam tabel berikut : (data terlampir
Persentase Nilai Rata-rata (NR) == 85,71%

20
2. Hasil Analisis Ketuntasan Kelas dan Tingkat Pemahaman(data terlampir)
Ketuntasan kelas dan tingkat pemahaman ini dapat diukur dengan cara menganalisis
hasil tes, hasil tes itu terdapat dua macam yaitu post tes pada siklus I dan post tes pada
siklus II. Hasil post tes tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:

Jenis Tes Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Prosentase


yang tuntas Siswa Ketuntasan dan
Indivudual Pemahaman
Post Test Siklus I 13 20 65 %
Post Test Siklus II 17 20 85 %

Tabel 4.6 : Tabel ketuntasan kelas dan tingkat pemahaman(terlampir)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami kenaikan 25 %. Meskipun begitu nilai dari tes akhir (Post Test) siklus II sudah
memuaskan karena ketuntasan kelas sebesar 85 %, di atas standar ketuntasan klasikal
yang ditentukan yaitu 75%.
Analisa Hasil Tes Siswa
Seperti pada pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini sebelum melaksanakan tes, guru
juga menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai batas
pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 70 dengam persentase ketuntasan
kelas yang ingin dicapai sebesar 70% dari jumlah siswa. Hasil tes evaluasi siswa pada
siklus I dan setelah dilaksanakannya siklus II disajikan pada tabel berikut:

Keterangan ketuntasan
Nilai
Individual
No. Nama Responden
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1. Belinda Agnesia 80 80 T T

2. Calista Priscilla A 80 100 T T

3. Dasha Arsenio Dzaky.W 80 80 T T

4. Dede Rafisqy.A.W 60 100 TT T

5. Divran Pratama Pongtuluran 40 60 TT TT

6. Edita Cikita Kusno 80 100 T T

7. Fidel Ignasa Marcello 80 80 T T

8. Fitra Ramadhan 80 80 T T

9. Gheisha Sopy Filadelfia.M 80 80 T T

21
10. Ihsan Khalid Rifai S 40 100 TT T

11. Jeont Oktofan Marisi 80 100 T T

12. Jeltiagnes Tappi 80 80 T T

13. Jennifer Lagamu 40 60 TT TT

14. Lucky Setiawan 60 60 TT TT

15. Muhammad Fadjar 80 100 T T

16. Shira 80 80 T T

17. Sefanya 40 80 TT T

18. Jennifer lagamu 60 80 TT T

19. Arifah lasampa 80 100 T T

20. Nayla salsabila 80 100 T T

Jumlah 1380 1700


TT = 7 TT = 3
Rata-rata 69 85
T = 13 T = 17
Ketuntasan kelas 65% 85%

Tabel 4.7: Data hasil test siswa pada siklus I dan siklus II
Keterangan: TT = Tidak Tuntas, T = Tuntas

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode pendekatan Problem Based Learning pada
materi Opersi Hitung Bilangan Bulat telah mampu membawa perubahan pada motivasi dan
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari data peningkatan persentase ketuntasan klasikal
dan rata – rata nilai, meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penerapannya.
Dalam keadaan sebelum diberi tindakan pelaksaan siklus I dan siklus II terjadi
peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sikap semangat dan
antusias siswa dalam mengikutu proses pembelajaran Problem Based Learning ini.
Selain itu dilihat dari hasil wawancara dan data angket yang diberikan kepada siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning ini,
siswa banyak yang sangat senang dan menyukai model pembelajaran ini.
1. Siklus I.
Pada siklus I guru kurang jelas dalam penyampaian materi, guru kurang dapat
memberikan motivasi pada siswa, guru kurang memberi waktu siswa untuk
22
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan guru belum dapat mengatur alokasi
waktu dengan baik. Selain itu pada siklus I masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa ramai dan bermain dengan teman sebangkunya,
siswa masih malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas, siswa
sulit jika disuruh untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya, siswa masih malas dalam
membuat rangkuman juga masih ragu untuk menjawab pertanyaan guru jika guru
bertanya kepada siswa.
Mengenai kurangnya kurangnya aktifitas dan antusias siswa saat proses diskusi
kelompok karena tidak terbiasa belajar kelompok, dan terkadang ada siswa yang tidak
senang dengan teman kelompoknya.
Berdasarkan hasil observasi mengenai penggunaan Problem Based Learning yang
diamati selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I keberhasilan yang diperoleh
peneliti (guru) adalah 67,85% yang dikategorikan “baik”. Dan keberhasilan yang
diperoleh siswa adalah 65,38% dengan kategori “baik”.
2. Siklus II
Pada siklus II terjadi peningkatan kebehasilan yang diperoleh peneliti (guru) adalah
85,71% dengan kategori “sangat baik”. Dan keberhasilan yang diperoleh siswa adalah
92,30 % dengan kategori “sangat baik”.

Berdasarkan refleksi pada siklus I diperoleh bahwa adanya siswa yang belum tuntas
belajar disebabkan siswa belum termotivasi untuk belajar melalui pembelajaran Problem
Based Learning, dan siswa kurang memahami materi secara keseluruhan karena masih
bingung dengan pelaksanaan metode Problem Based Learning yaitu siswa secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok,
diskusi dan saling mengoreksi, ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Pada siklus II peneliti (guru) berusaha untuk menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning dan menjelaskan pelaksanaan
metode pendekatan Problem Based Learning yaitu siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri dengan pantauan guru.

23
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasanhasil penelitian siklus I dan siklus II dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga mobil – mobilan pada materi
Volume Kubus dan Balok hitung dengan pendekatan Problem Based Learning, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa hal ini terbukti: Pada siklus I jumlah siswa yang
Tuntas pada pokok operasi hitung bilangan bulat hitung (penjumlahan dan
pengurangan) dengan pendekatan Problem Based Learning adalah 65 % atau 13 dari 20
siswa.
Pada siklus II prosentase ketuntasan siswa mengalamai peningkatan dengan
pendekatan Problem Based Learning yaitu sebanyak 85 % atau 17 dari 20 siswa.
Setelah dilaksanakan PTK dikelas V SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda
Kabupaten Luwu Timur pada tahun pelajaran 2021/2022 bahwa salah satu cara
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep penjumlahan, pengurangan (operasi
bilangan bulat) dapat digunakan pembelajaran menggunakan alat peraga mobil -
mobilan atau papan operasi hitung, hal ini merupakan pembelajaran yang sangat
kontektual dengan dunia anak. Dengan pendekatan Problem Based Learning terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa khusunya materi bilangan bulat, maka dari pada
itu penggunaan alat peraga mobil – mobilan ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam
pembelajaran bilangan bulat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, dkk. 1988. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo
Harapan Masa.
Andayani. Dkk. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta.
Universitas Terbuka.2022
Dasna, I.W. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru dan Praktisi. Jember:
UPTD Balai Pengembangan Pendidikan BPP Dinas Pendidikan Kabupaten
Jember.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5786780/mengenal-metode-pembelajaran-problem
based-learning-guru--siswa-harus-tahu
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F123dok.com%2Fdocument
%2Fyngrn4kz-laporan-pkp-mtk-v-
ctl.html&psig=AOvVaw2r3lg0Xwh6Hq3aEUeb0DeP&ust=1654601643427000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCPi4q87dmPgCFQAAAAAdAAAAABAR
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
UnversitasTerbuka.
Gagne and Berliner dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)

25

Anda mungkin juga menyukai