NAMA : ESHTER.M
NIM : 836047372
ABSTRAK
Kata Kunci : hasil Belajar Matematika, Penerapan Problem Based Learning (PBL).
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan soal cerita hitung
campuran dengan pendekatan Problem Based Learning Pada Siswa kelas
5SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur
dapat meningkat ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
2
BABII
KAJIAN PUSTAKA
Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar
psikologi, antara lain:
2. Hakikat pembelajaran
3
b. Teori Dienes
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif. Kemudian Ruseffendi
juga berpendapat, sebaiknya mengajarkan sesuatu konsep diusahakan melalui
berbagai media dan berbagai cara mengajar agar lebih dapat dipahami.
Hasil belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur.
Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya.
Dalam belajar matematika terjadi proses berfikir dan terjadi kegiatan mental dalam
kegiatan menyusun hubungan - hubungan antara bagian-bagian informasi yang
diperoleh sebagai pengertian. karena itu orang menguasai hubungan-hubungan
tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan
bahan yang dipelajari tersebut. Gagne mengelompokkan hasil belajar menjadi
lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik, dan sikap.
4
1. Kegiatan belajar dimulai dengan pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disuguhkan masih berkaitan dengan kehidupan nyata para
siswa.
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan disiplin ilmu.
4. Siswa diberi tanggung jawab maksimal dalam menjalankan proses belajar
secara langsung.
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terjadi kolaborasi.
6. Siswa harus mendemonstrasikan kinerja yang sudah dipelajari.
Pertama, sampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin Anda
capai. Kemudian, sajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah
digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga
inisiatif. Pastikan setiap anggota paham berbagai istilah serta konsep yang ada
dalam masalah. Sebagai guru, Anda juga berperan sebagai pemberi motivasi agar
setiap siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa
2. Membimbing penyelidikan
Mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan, melaksanakan
eksperimen, hingga mendapat insight untuk pemecahan masalah.
5
3. Mengembangkan hasil karya
Arahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses
yang dijalankan dalam penyelidikan. Kelompokkan bagian yang sudah dianalisis
keterkaitannya satu dengan lain. Manakah yang paling menunjang,
bertentangan, dan lain-lain.
6
Apa saja kelebihan dari metode pembelajaran problem based learning
(PBL)?
7
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 250
Wasuponda yang beralamatkan Desa Wasuponda,kecamatan
Wasuponda,Kabupaten Luwu Timur. Adapun pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada kelas V tahun pelajaran 2021/2022 dengan jumlah
siswa 20 anak.
8
Gambar 3.1 : alur pelaksanaan PTK model kemmis dan taggart
1. Siklus I
Pada siklus ini terdiri dari beberapa hal yang dapat menunjang
tercapainya belajar mengajar yaitu :
a. perencanaan (planing)
1) Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran
dengan pendekatan Problem Based Learning menggunakan kartu
mainan
2) Menyiapkan alat Bantu mengajar dan mengumpulkan data
3) Menyiapkan alat peraga gambar persegi panjang dan segitiga.
4) Menyusun alat evaluasi.
b. Tindakan (acting)
9
1) Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang
penjumlahan dan pengurangan dengan tujuan:
a) mengingat kembali konsep penjumlahan
b) agar siswa memehami materi dengan tepat
c) pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan
d) memusatkan perhatian pada situasi belajar.
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan
diajarkan
3) Proses tranformasi materi
a) Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan
hitung campuran dengan media kartu mainan .
b) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yang mengandung Volume balok.
c) Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk
menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru
siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi yang
sedang dipelajari.
d) Guru memberi tes siklus
a. Observasi (observing)
1) Teknik pengumpulan data
a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.
b) Observer mengamati dan memberikan penilaian proses
pembelaran dari awal hingga akhir.
2) Alat pengumpulan data
a) Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data
kuantitatif di akhir siklus I
b) Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas
2. Refleksi (reflecting)
Hasil refelksi merupakan landasan untuk menentukan tindakan pada
siklus meliputi :
a) Mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
b) Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dengan pendekatan Problem Based Learning.
10
3. Siklus II
1. Perencanaan ( planing)
Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya
materinya diganti dengan pembagian dan perkalian
2. Tindakan (acting)
11
6. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan pembahasannya. Kegiatan
ini untuk melihat sejauh mana efektivitas kegiatan belajar dengan
menggunakan alat peraga kartu mainan dengan pendekatan Problem besic
learning pada pokok bahasan soal cerita hitung campuran serta untuk
mengetahui perubahan - perubahan yang terjadi baik pada siswa, suasana kelas,
maupun guru.
C. Indikator keberhasilan
1. Tes.
Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal meliputi skor hasil
tes pengetahuan pra syarat yang diberikan sebelum tindakan, hasil tes
setiap akhir tindakan, dan hasil pekerjaan siswa dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa.
Salah satu contoh penggunaan rumus prosentase ketuntasan klasikal adalah:
%X= 100%
%X = Persentase ketuntasan klasikal.
X1 = Jumlah siswa yang
tuntas individu. N =
Jumlah siswa seluruh kelas.
Nilai ketercapain hasil belajar/pemahaman siswa mempunyai rentang antara
0 –100 yang diketegorikan dalam lima taraf keberhasilan yaitu:
0 – 24 = Sangat kurang 65 – 79 = Baik
25 – 49 = Kurang 80 – 100 = Sangat baik
50 – 64 = Cukup
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksud untuk
mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan
serta untuk menjaring data aktifitas siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti
dan teman sejawat/observer dengan menggunakan lembar observasi. Kriteria
keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi
12
yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi dapat dimasukkan dalam
rumus fleksibel:
75% < NR ≤ 100% : Sangat baik, 25% < NR ≤ 50% : Cukup baik
50% < NR ≤ 75% : Baik, 0% < NR ≤ 25% : Kurang baik
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk dapat menyajikan data hasil penelitian, maka peneliti
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:
b. Pelaksanaan Tindakan.
Sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan terlebih dahulu Di
dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Rabu , 1 juni 2022.
Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan (pada bilangan positif
dan negatif). Pada saat guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa kelihatan
tegang. Apabila guru memberikan pertanyaan secara lesan kepada siswa
15
terlihat beberapa siswa diam dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru hal itu dilihat dari data yang terangkum mengenai partisipasi siswa,
dalam pembelajaran siswa antara lain ;
1) Banyak siswa yang aktif 25 % dari jumlah siswa
2) Banyak siswa yang kurang terlibat dan tidak aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran 25% atau 5 siswa.
3) Siswa yang memperoleh nilai > 7,5 sebanyak 11 dari 20 siswa.
(berdasarkan nilai pada tes kelompok).
c. Hasil pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap
ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai
observer adalah guru kelas IV SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda
Kabupaten Luwu Timur.
1. Observasi untuk guru
Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:
1) Guru kurang jelas dalam penyampaian materi.
2) Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas belum
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:
1. Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru (kurang antusias).
2. Siswa ramai dan bermai dengan teman sebangkunya.
3. Siswa masih malas dalam membuat rangkuman.
d. Refleksi
Hasil analisis mengunakan metode Problem besic Learning. Hasil observasi
pembelajaran di kelas selama proses belajar mengajar pada siklus I
Analisa Data Observasi Siswa.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama
proses pembelajaran pada siklus I disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.2: Data hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses
16
pembelajaran pada siklus I
Keterangan
Nilai
No. ketuntasan Individual
Nama Responden
Sebelum Sebelum
Siklus I
Siklus Siklus
1. Belinda Agnesia 40 80 TT T
2. Calista Priscilla Allorante 60 80 TT T
3. Dasha Arsenio Dzaky.W 60 80 TT T
4. Dede Rafisqy.A.W 40 60 TT TT
5. Divran Pratama Pongtuluran 40 40 TT TT
6. Edita Cikita Kusno 70 80 T T
7. Fidel Ignasa Marcello 70 80 T T
8. Fitra Ramadhan 50 80 TT T
9. Gheisha Sopy Filadelfia.M 60 80 TT T
10. Ihsan Khalid Rifai Salam 50 40 TT TT
17
13. Jennifer Lagamu 40 40 TT TT
14. Lucky Setiawan 60 60 TT TT
15. Muhammad Fadjar 70 80 T T
16. Shira 60 80 TT T
17. Sefanya 40 40 TT TT
18. Jennifer lagamu 60 60 TT TT
19. Arifah lasampa 70 80 T T
20. Nayla salsabila 70 80 T T
TT = 13 TT = 7
Jumlah 1150 1380 T = 13
T =7
Rata-rata 57,5 69
Ketuntasan kelas 35 % 65%
Tabel 4.3 : Data hasil test siswa pada sebelum siklus dan siklus I Keterangan: KKM ≥
65
TT = Tidak Tuntas
T = Tuntas
18
Persentase ketuntasan kelas yang diperoleh:
1) Sebelum siklus
Persentase ketuntasan kelas berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak
Tuntas (TT)”
2) Siklus I
Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka nilai
test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”.
3. Refleksi
Dari pengamatan dan analisa data selama pelaksanaan siklus I dapat
direfeksikan sebagai berikut:
a. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil penilaian partisipan
terhadap 14 butir pengamatan terhadap ketrampilan guru yang perlu dicermati, ada
beberapa butir yang tidak terlaksana dengan baik.
b. Kemampuan Volume Kubus dan Balok siswa kelas V SDN 250 Wasuponda pada
siklus I masih rendah, ketuntasan kelas 75 % dari siswa yang telah ditetapkan
belum tercapai.
Hasil refleksi pada siklus I ini akan direfeksikan pada siklus II, dengan lebih
memusatkan pada aspek-aspek yang belum terlaksana dengan baik disamping tetap
mempertahankan yang sudah terlaksana dengan baik dan peningkatan prestasi belajar
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2) Siklus II
a. Perencaan tindakan
Berdasarkan refleksi pada siklus I disusunlah rencana tindakan perbaikan atas
kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Rencana tindakan ini merupakan persiapan
untuk melakukan tindakan sehingga pada saat melaksanakan tindakan tidak mengalami
hambatan dan kesulitan. Adapun rencana tindakan 2 adalah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat soal post tes, menyiapkan lembar obsevasi guru dan lembar
observasi siswa. (terlampir)
b. Pelaksanaan tindakan
Di dalam pelaksanaan siklus II terdapat satu kali pertemuan yaitu pada hari Jumat,
19
01 Oktober 2010. Pada pertemuan ini peneliti tetap menggunakan metode PBL. Yaitu
permasalahan yang diberikan adalah permasalahan yang akrap dengan siswa dan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ini, peneliti melaksanakan
tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas
IV SDN 250 Wasuponda Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.
(a) Observasi untuk guru
Dari hasil observasi yang dilakukan terlihat bahwa:
(1) Guru agak jelas dalam penyampaian materi Volume Kubus dan Balok.
(2) Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas sudah menghubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.(kontektual)
(b) Observasi untuk siswa.
Dari hasil observasi yang tekah dilakukan terlihat bahwa:
(1) Pada siklus II ini siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru.
(2) Siswa sudah menunjukkan antusias dalam belajar.
(3) Siswa mau membuat rangkuman.
d. Refleksi
1. Hasil analisis penggunaan metode Problem Based Learning
Hasil observasi proses pembelajaran di kelas selama porses belajar mengajar pada
Skor yang Presentase taraf Taraf
Skor maks.
diperoleh keberhasilan(%) keberhasilan si
k 56 48 85,71 Sangat Baik l
u s
II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yang dikemas dalam lembar observasi.
Lembar observasi ini terdiri dari dua lembar observasi yaitu observasi untuk guru dan
observasi untuk siswa. Dalam siklus II ini lembar observasi secara ringkas dipaparkan
dalam tabel berikut : (data terlampir
Persentase Nilai Rata-rata (NR) == 85,71%
20
2. Hasil Analisis Ketuntasan Kelas dan Tingkat Pemahaman(data terlampir)
Ketuntasan kelas dan tingkat pemahaman ini dapat diukur dengan cara menganalisis
hasil tes, hasil tes itu terdapat dua macam yaitu post tes pada siklus I dan post tes pada
siklus II. Hasil post tes tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami kenaikan 25 %. Meskipun begitu nilai dari tes akhir (Post Test) siklus II sudah
memuaskan karena ketuntasan kelas sebesar 85 %, di atas standar ketuntasan klasikal
yang ditentukan yaitu 75%.
Analisa Hasil Tes Siswa
Seperti pada pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini sebelum melaksanakan tes, guru
juga menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai batas
pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 70 dengam persentase ketuntasan
kelas yang ingin dicapai sebesar 70% dari jumlah siswa. Hasil tes evaluasi siswa pada
siklus I dan setelah dilaksanakannya siklus II disajikan pada tabel berikut:
Keterangan ketuntasan
Nilai
Individual
No. Nama Responden
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1. Belinda Agnesia 80 80 T T
8. Fitra Ramadhan 80 80 T T
21
10. Ihsan Khalid Rifai S 40 100 TT T
16. Shira 80 80 T T
17. Sefanya 40 80 TT T
Tabel 4.7: Data hasil test siswa pada siklus I dan siklus II
Keterangan: TT = Tidak Tuntas, T = Tuntas
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode pendekatan Problem Based Learning pada
materi Opersi Hitung Bilangan Bulat telah mampu membawa perubahan pada motivasi dan
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari data peningkatan persentase ketuntasan klasikal
dan rata – rata nilai, meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penerapannya.
Dalam keadaan sebelum diberi tindakan pelaksaan siklus I dan siklus II terjadi
peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sikap semangat dan
antusias siswa dalam mengikutu proses pembelajaran Problem Based Learning ini.
Selain itu dilihat dari hasil wawancara dan data angket yang diberikan kepada siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning ini,
siswa banyak yang sangat senang dan menyukai model pembelajaran ini.
1. Siklus I.
Pada siklus I guru kurang jelas dalam penyampaian materi, guru kurang dapat
memberikan motivasi pada siswa, guru kurang memberi waktu siswa untuk
22
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan guru belum dapat mengatur alokasi
waktu dengan baik. Selain itu pada siklus I masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa ramai dan bermain dengan teman sebangkunya,
siswa masih malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas, siswa
sulit jika disuruh untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya, siswa masih malas dalam
membuat rangkuman juga masih ragu untuk menjawab pertanyaan guru jika guru
bertanya kepada siswa.
Mengenai kurangnya kurangnya aktifitas dan antusias siswa saat proses diskusi
kelompok karena tidak terbiasa belajar kelompok, dan terkadang ada siswa yang tidak
senang dengan teman kelompoknya.
Berdasarkan hasil observasi mengenai penggunaan Problem Based Learning yang
diamati selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I keberhasilan yang diperoleh
peneliti (guru) adalah 67,85% yang dikategorikan “baik”. Dan keberhasilan yang
diperoleh siswa adalah 65,38% dengan kategori “baik”.
2. Siklus II
Pada siklus II terjadi peningkatan kebehasilan yang diperoleh peneliti (guru) adalah
85,71% dengan kategori “sangat baik”. Dan keberhasilan yang diperoleh siswa adalah
92,30 % dengan kategori “sangat baik”.
Berdasarkan refleksi pada siklus I diperoleh bahwa adanya siswa yang belum tuntas
belajar disebabkan siswa belum termotivasi untuk belajar melalui pembelajaran Problem
Based Learning, dan siswa kurang memahami materi secara keseluruhan karena masih
bingung dengan pelaksanaan metode Problem Based Learning yaitu siswa secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok,
diskusi dan saling mengoreksi, ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Pada siklus II peneliti (guru) berusaha untuk menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning dan menjelaskan pelaksanaan
metode pendekatan Problem Based Learning yaitu siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri dengan pantauan guru.
23
BAB V
24
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, dkk. 1988. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo
Harapan Masa.
Andayani. Dkk. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta.
Universitas Terbuka.2022
Dasna, I.W. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru dan Praktisi. Jember:
UPTD Balai Pengembangan Pendidikan BPP Dinas Pendidikan Kabupaten
Jember.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5786780/mengenal-metode-pembelajaran-problem
based-learning-guru--siswa-harus-tahu
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F123dok.com%2Fdocument
%2Fyngrn4kz-laporan-pkp-mtk-v-
ctl.html&psig=AOvVaw2r3lg0Xwh6Hq3aEUeb0DeP&ust=1654601643427000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCPi4q87dmPgCFQAAAAAdAAAAABAR
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
UnversitasTerbuka.
Gagne and Berliner dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)
25