PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal
merupakan pengobatan yang sangat mahal. Dialisis adalah suatu tindakan terapi
yang dilakukan pada penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering disebut
sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal.
Terapi pengganti yang sering di lakukan rumah sakit adalah hemodialisis dan
peritoneal dialisis. Diantara kedua jenis terapi tersebut, yang menjadi pilihan
utama dan metode perawatan yang umum dilakukan oleh penderita gagal ginjal
adalah terapi hemodialisis (Arliza 2019).
Prevalensi gagal ginjal kronik (GGK) setiap tahun di Amerika Serikat
dengan jumlah penderita selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 jumlah
penderita sekitar 131.600 orang, dan sedang mengalami pengobatan sekitar
780,600 orang di amerika sendiri, sedangkan Di indonesia prevalensi penderita
gagal ginjal kronik pada tahun 2018 jumlah pasien mencapai 713.784 orang,
penderita dengan angka tertinggi di duduki oleh provinsi jawa barat dengan
jumlah 131,846 penderita dan angka terendah berada di kalimantan utara dengan
1.838 penderita GGK (Riskesdas, 2018).
hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisis lebih rendah dibanding penyakit
yang lain. Kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani terapi
hemodialisis juga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani terapi
hemodialisis di rumah sakit.
Rumah sakit Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny.R.A Habibie merupakan
rumah sakit kelas c dan sudah lulus KARS pada tingkat paripurna . Selain itu
rumah sakit Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny.R.A Habibie adalah rumah sakit yang
menjadi rumah sakit rujukan dari berbagai rumah sakit yang pertama di kota
Bandung khusus ginjal dan dialisis pertama kali sehingga banyak pasien yang
melakukan pengobatan dan teraphy dialisis dirumah sakit tersebut, pasien
penderita gagal ginjal kronik yang melakukan terapi hemodialisis diruang
hemodialisa. Jumlah alat yang sangat banyak dibandingkan ruamh sakit lainya.
Community Acquired Pneumonia (CAP) merupakan penyebab terbesar
morbiditas dan mortalitas karena infeksi di rumah sakit (Ilma, Wahyono, & Sari,
2019). Pneumonia komunitas merupakan infeksi komorbid yang sering dijumpai
pada pasien dengan gagal ginjal. Luaran klinis pasien yang menderita gagal ginjal
dan infeksi lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa gagal ginjal (Rini,
Taruna, & Kurniawaty, 2016).
Gagal ginjal kronik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ginjal dan
penurunan progresif dan irreversible dari laju filtrasi glomerulus (GFR) (Rini et
al., 2016). Pneumonia komunitas adalah salah satu sumber infeksi yang paling
umum morbiditasnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD).
Pneumonia komunitas pada pasien dengan CKD dikaitkan dengan peningkatan
rawat inap, kejadian kardiovaskular dan mortalitas. Tingkat kematian terkait
pneumonia komunitas pada pasien dengan CKD adalah 14 hingga 16 kali lipat
lebih tinggi dari pada populasi umum. Risikonya pneumonia komunitas rawat
inap dan mortalitas dalam waktu 30 hari meningkat seiring dengan penurunan
fungsi ginjal pada pasien CKD (Chou et al., 2014).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
TINJAUAN TEORI
1. Definisi CKD
CKD Secara definisi, penyakit ginjal kronik disebut juga sebagai Chronic
Kidney Disease (CKD). Penyakit ginjal kronik atau penyakit gagal ginjal
stadium akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible
dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia yaitu
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer and Bare, 2014).
Menurut Haryono (2013) CKD memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
e. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
b. Urinalisasi Dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi ginjal atau
perdarahan aktif akibat infamasi pada jaringan ginjal.
1. Definisi hemodialisis
Tujuan dari hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah klien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ketubuh klien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis
yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita penyakit ginjal kronis,
hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak
menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan
ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup klien
(Pardede, 2016)
2. Prinsip hemodialisis
a) Proses Difusi
b) Proses Ultrafiltrasi
c) Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya perbedaan
tekanan osmotik (osmolaritas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak
ditemukan pada peritoneal dialysis.
3. Indikasi Hemodialisis
Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisis pada penyakit ginjal kronis
adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut
dibawah :
4. Komplikasi Hemodialisis
1) Komplikasi Akut
2) Komplikasi kronik
1. Definisi
2. Patogenesis
a. inokulasi langsung,
b. penyebaran melalui,
3. Gejala
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas dengan suara napas bronchial kadang-kadang melemah.
Didapatkan ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar
pada stadium resolusi.
3) Gambaran radiologik
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Penatalaksaan
6. Antibiotik
2. Resistensi Antibiotic
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. A
Umur : 55 tahun
Agama : islam
Dialisis ke : 439
NAMA : Tn. T
HUBUNGAN : Suami
PEKERJAAN : Wiraswasta
3. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama
Klien mengatakan sesak napas
2) Riwayat keluhan
Klien mengatakan saat berbaring ia merasa sesak.
1. Penyebab/faktor pencetus: Klien mengatakan
penyebab sesak karena penyakitnya
2. Sifat keluhan: Nyeri seperti tertusuk-tusuk
3. Lokasi dan penyebarannya: Klien mengatakan bagian
dada
4. Skala keluhan: Skala nyeri 3
5. Mulai lamanya keluhan: 3 hari yang lalu
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat: Hal yang
meringankan dengan meminum obat dan yang
memperberat saat makan dan minum
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan punya riwayat hipertensi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan pasien
Pengkajian genogram sebagai berikut.
Genogram
1. Genogram :
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
: Meninggal dunia
: Hubungan perkawinan
9) Abdomen
Hasil pengkajian abdomen diperoleh warna kulit abdomen sawo
matang, tidak ada distensi abdomen, ostomy tidak ada, tanda
jejas dan massa. Peristaltik 16x/mnt, suara perkusi abdomen
timpani dan tidak ada nyeri tekan.
10) Pengkajian sistem saraf diperoleh tingkat kesadaran compos
mentis,, koordinasi baik, memori mampu mengingat dengan
baik, orientasi baik, keseimbangan nampak baik serta tidak ada
konfusi, kelumpuhan, gangguan sensasi dan kejang-kejang.
11) Pengkajian oksigenasi
Dasar pada kebutuhan oksigenasi didapatkan bahwa klien batuk,
klien tidak mampu mengeluarkan sputum, ada produksi sputum,
dispnea adanya sesak napas, dan ortopnea, tidak bisa baring
karena sesak, menggunakan otot bantu pernafasan dan sianosis
adanya sianosis berwarna ke abu-abuan.
12) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Pada pengkajiuan kebutuhan cairan dan elektrolit frekuensi
minum sehari sebelum sakit 2 liter perhari dan sesudah sakit
satu liter perhari,jenis minuman yang tidak disukai sebelum
sakit tidak ada dan sesudah sakit tidak ada,jenis minuman yang
disukai sebelum sakit teh dan sesudah sakit tidak ada, persaan
haus sebelum sakit tidak ada dan sesudah sakit haus, kelemahan
sebelum sakit tidak lemah dan sesudah sakit lemah, program
pembatasan cairan sebelum sakit tidak ada dan sesudah sakit
ada pembatasan.
4. PRESKRIPSI HEMODIALISA
1. Dialisis ke : 439
Conductivity : 14,0 Ms
2. Heparinisasi
Dosis sirkulasi : 5000 IU
4. Program HD
BB pre HD : 30,70 kg
BB post HD : 30,30 kg
BB kering : 28.5 kg
QB : 150
QD : 300
TMP :0
UF Goal : 1200
Base Na : 138
Status Gizi
Bb :Tb(m)xTb(m)
28,5 :1,40x1.40
= 14,5
6. TERAPI
1. Amlodipin : 1 x 10 mg
2. Concor : 1 x 2,5 mg
3. Spironilaktone : 1 x 25 mg
4. Bicnat : 3 x 1 tab
5. Calos : 3x1
6. As. Folat : 3x1
7. Calcitrol : 2 x 0,25 mg
8. Lansoprazole : k/p
B. ANALISA DATA
No Diagnosa Etiologi Masalah
1. DS: Gagal ginjal Penuerunan fungsi Pola napas tidak
ginjal
- Klien mengatakan mengatakan efektif
batuk Retensi Na
- Klien mengatakan tidak
mampu batuk karena
Total CES, tekanan kapiler, volume intertisial naik
sesak
- Klien mengatakan sulit
Udema pada proload naik
berbicara karena
sesaknya
- Klien mengatakan ia Beban jantung naik
tidak bisa baring
karena sesak
Hipertrofi ventrikal kiri terjadi payah
DO:
- Nampak klien tidak bisa baring
karena sesak jantung kiri
- Nampak klien terpasang (02) 3
liter/menit
Bendungan atrium kiri naik
- Nampak klien tidak mampu
batuk
- Nampak sputum berlebihan
Tekanan vena pulmonalis
- Nampak klien gelisah Stimulus kronis pada ginjal
- Nampak bunyi napas menurun
- Nampak frekuensi napas Fungsi ginjal abnormal
berubah
- Nampak pola napas berubah
Penurunan eksresi natrium dan air
- TTV:
Edema
TD: 130/90 Mmhg
P: 22 X/M
N: 90X/menit Kapiler paru naik terjadi odema paru
S:36 °C
Ekspansi paru menurun
Sesak
2 Retensi natrium dan air karena proses dialisis penurunan curah
DS:
jantung
Klien mengatakan sesak napas dan
nyeri dada dan berdebar
vasopresin dan aldosteron
DO :
- Nampak membran mukosa kering Regangan dinding ventrikel semakin berat dan
- Nampak tekanan darah dilatasi (remodelling)
DO :
rasa yang tidak nyaman
- Nampak lemas saat pengkajian
- BB post Hd yang lalu :
29,9 kg nafsu makan menurun
- BB pre HD :
gangguan nutrisi
30,70 kg
- BB post HD :
30,30 kg
- BB kering :
28.5 kg
Bb :Tb(m)xTb(m)
28,5 :1,40x1.40
= 14,5
C. Diagnosa kepearwatan
1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan
D. Intervensi keperawatan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
makanan dibuktikan dengan berat badan menurun 10% dari berat badan
komplikasi lainnya.
B. Saran
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat
Inap 3Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin.
Jakarta: EGC.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, et al., 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing2015 : 1035-1040.
Suryono. (2011). Metodelogi penelitian kesehatan. Jogjakarta: Mitra
Cendikia. Saputra, 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Yogyakarta : Numed
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Jakarta. Salemba Medika.
Chen, C. you, Hsu, S. chang, Hsieh, H. ling, Suk, C. won, Hsu, Y. pin, Sue, Y.
mou, … Liu, C. te. (2019). Microbial etiology of pneumonia in patients
with decreased renal function. PLoS ONE, 14(5), 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pon e.0216367
Chou, C. Y., Wang, S. M., Liang, C. C., Chang, C. T., Liu, J. H., Wang, I. K., …
Wang, R. Y. (2014). Risk of
pneumonia among patients with chronic kidney disease in outpatient and inpatient
settings. Medicine (United States), 93(27), 1–4.
https://doi.org/10.1097/MD.00000 00000000174
Harun, S., Sujianto, U., & Johan, A. (2022). Pengkajian Resiko Jatuh Skala
MORSE DAN STRATIFY. Jurnal Ilmiah, 17(1), 1–13.
Ilma, D. L., Wahyono, D., & Sari, I. P. (2019). Perkiraan Kadar Seftazidim dalam
Darah pada Pasien Pneumonia dengan Gangguan Fungsi Ginjal. Jurnal
Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal of Management and
Pharmacy Practice), 9(3), 143–150. https://doi.org/10.22146/jmpf.3762 4
Loho, I. K. A., Rambert, G. I., & Wowor, M. F. (2016). Gambaran kadar ureum
pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Jurnal E-
Biomedik, 4(2), 2–7. https://doi.org/10.35790/ebm.4.2.2 016.12658
Michael, O. A., Gbadebo, A. O., & AT, A. (2018). Prevalence, pattern and
determinants of myths and misconceptions among patients with diabetes
mellitus in South West Nigeria. Annals of Medical and Health Sciences
Research, 8(2), 62–67.