Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN RUANG DALAM PADA LOBBY HOTEL

ULTIMA HORIZON ENTROP JAYAPURA


Mahasiswa
Yisry Ary, NIM: 2205290019
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ir. James E.D. Rilatupa, M.Si.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Jayapura, Papua merupakan salah satu kota yang cukup maju dan sangat ramai
di wilayah Papua. Menjadi Ibu Kota Provinsi Papua, Jayapura tentu harus memiliki
perkembangan yang lebih baik dibanding kota lain di berbagai bidang, termasuk dalam
bidang akomodasi komersial seperti hotel. Terlebih dengan statusnya sebagai Ibu Kota
Provinsi, permintaan akan fasilitas penginapan (hotel) akan meningkat, baik itu oleh
wisatawan, pekerja yang melakukan perjalanan dinas atau urusan bisnis, dan lain
sebagainya. Tingginya permintaan akan layanan penginapan tentu harus sebanding dengan
tingkat pelayanan yang baik agar memenuhi kebutuhan kenyamanan bagi pelanggan hotel.
Namun pada kenyataanya, pembangunan hotel terkadang tidak begitu memperhatikan
standar dimensi ruang karena berbagai faktor, seperti memaksimalkan penggunaan ruang
untuk memperbanyak ruang kamar sehingga mengurangi dimensi/luasan untuk ruang lain
(Hendrarto dkk, 2013), salah satunya adalah lobby hotel. Padahal, lobby hotel sebagai
tempat yang biasa digunakan pelanggan untuk menunggu adalah ruang yang mencerminkan
isi keseluruhan hotel itu sendiri. Sehingga menjadi sangat penting untuk memperhatikan
kondisi ruang dalam lobby hotel, baik dari segi dimensi ruang, maupun desain interor untuk
memberikan kesan pertama yang baik baik pelanggan yang memasuki hotel tersebut.
Hotel Ultima Horizon Entrop adalah salah satu hotel yang ada di kota Jayapura.
Hotel ini merupakan hotel Bintang 4 dengan 121 kamar dan suite, kolam renang, sakeca
Lounge, restoran, 10 ruang pertemuan, spa, gym, sauna dan sky 360 rooftop lounge. Hotel
ini cukup terkenal di Jayapura dan termasuk dalam salah satu dari 10 hotel terbaik di kota ini
(tripadvisor.com). Dengan citra ini, semestinya hotel ini dapat memberikan kepuasan
pelayanan dan kenyamanan pada pelanggan yang datang, baik dari segi pelayanan, bahkan
pada kualitas ruang yang ada. Namun dilihat dari segi proporsi pada lobby hotel, proporsi
antara luasan ruang dengan dimensi kolom memiliki perbandingan yang kurang tepat
sehingga terkesan mengurangi fungsi ruang dan mempersempit dimensi ruang yang ada.
Padahal sejatinya, sebuah lobby semestinya didesain dengan proporsi yang tepat agar
pengunjung lebih leluasa dan hotel juga dapat memberikan kesan yang baik terhadap
pelanggan hotel.
Selain dari segi proporsi, ada berbagai aspek yang juga sangat penting untuk
meningkatkan kualitas ruang dalam lobby hotel, seperti skala, pola, tekstur, irama,
komposisi,
keseimbangan, dan juga warna. Beberapa aspek ini sangat penting untuk diperhatikan secara
matang karena aspek-aspek inilah yang mempengaruhi fungsi ruang pada bangunan,
memberikan nilai estetika pada ruang, dan mampu mengembangkan aspek psikologis, yang
akan berdampak pada terciptanya kenyamanan dan kepuasan pada pengguna ruang. Oleh
karena ini, penelitian ini berusaha mengkaji ruang lobby Hotel Ultima Horizon Entrop dari
beberapa aspek tersebut, untuk nantinya dapat diketahui aspek-aspek yang perlu untuk
ditingkatkan atau dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas ruang dalam dan
pelayanan pada hotel ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas lingkungan ruang dalam pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
ditinjau dari skala dan proporsi ruang?
2. Bagaimana kualitas lingkungan ruang dalam pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
ditinjau dari pola dan tekstur ruang?
3. Bagaimana kualitas lingkungan ruang dalam pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
ditinjau dari irama dan komposisi ruang?
4. Bagaimana kualitas lingkungan ruang dalam pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
ditinjau dari keseimbangan ruang?
5. Bagaimana kualitas lingkungan ruang dalam pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
ditinjau dari warna ruang?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji dan memberi gambaran mengenai kualitas lingkungan ruang dalam
pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop ditinjau dari skala dan proporsi ruang.
2. Untuk mengkaji dan memberi gambaran mengenai kualitas lingkungan ruang dalam
pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop ditinjau dari pola dan tekstur ruang.
3. Untuk mengkaji dan memberi gambaran mengenai kualitas lingkungan ruang dalam
pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop ditinjau dari irama dan komposisi ruang.
4. Untuk mengkaji dan memberi gambaran mengenai kualitas lingkungan ruang dalam
pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop ditinjau dari keseimbangan ruang.
5. Untuk mengkaji dan memberi gambaran mengenai kualitas lingkungan ruang dalam
pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop ditinjau dari warna ruang.

D. Manfaat Penelitian
Berdasar pada tujuan di atas, penelitian ini diharapkan mampu mengkaji aspek-aspek
kualitas lingkungan ruang dalam pada objek yang diteliti untuk kemudian mengetahui aspek-
aspek yang belum atau kurang terpenuhi. Dengan demikian maka dapat dilakukan perbaikan
dan peningkatan guna mencapai kualitas ruang yang baik, fungsi ruang yang terpenuhi,
memberi
nilai estetik pada ruang dan mengembangkan aspek psikologis pada pengunjung. Selain itu,
dengan kajian ini maka diharapkan mampu memberi pengetahuan akan pentingnya kualitas
lingkungan ruang dalam bagi suatu bangunan, sehingga pada proses pembangunan bangunan
baru ataupun proses rehab dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek tersbut.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

Kualitas lingkungan ruang dalam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan
suatu bangunan. Bangunan tidak hanya memperhatikan desain eksterior saja, namun desain
ruang dalam juga sangat penting untuk mencapai tujuan tertentu, baik dari segi estetis,
keamanan, kenyamanan, bahkan pada fungsi ruang. Beberapa aspek penting yang dapat
mempengaruhi kualitas lingkungan ruang dalam yaitu: skala dan proporsi, pola dan tekstur,
irama dan komposisi, keseimbangan, dan warna.
A. Skala dan Proporsi
Skala dalam desain arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau
ruang, dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Skala penting
dalam kaintaanya dengan penggunaan ruang oleh manusia karena skala merupakan suatu
gagasan tentang kesesuaian dan cara melihat sesuatu dalam konteks lingkungannya. Ada 3
jenis skala yaitu skala manusia, skala dalam arsitektur, dan skala ruang dalam lingkungan
kota.
1. Skala manusia
Skala manusia atau human scale merujuk pada dimensi tubuh manusia terhadap suatu
ruang. Skala manusia dalam dunia arsitektur dapat digunakan dalam merancang sebuah
bangunan atau ruang dengan tujuan dan fungsi yang diinginkan. Adapun skala manusia
memiliki beberapa macam yaitu skala akrab, skala normal, skala megah, dan skala
monumental.
2. Skala dalam arsitektur
Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk
membandingkan bangunan atau ruang. Pada ruang yang masih terjangkau manusia skala
ini dapat langsung dikaitkan dengan ukuran manusia, sedangkan pada ruang yang
melebihi jangkauan manusia, penentuan skala harus didasarkan pada pengamatan visual
dengan membandingkannya dengan ketinggian manusia sebagai tolak ukurnya.
3. Skala ruang dalam lingkungan kota
Dalam skala ini, lebih banyak digunakan skala manusia dan skala genetik, diantaranya
skala ruang intim, skala ruang monumental, skala ruang kota, dan skala ruang
menakutkan.
Gambar 1. Sketsa Jenis-Jenis Skala

Proporsi adalah hubungan perbandingan yang tepat atau harmonis dari satu bagian ke
bagian lainnya secara keseluruhan berkenaan dengan besaran, kuantitas, atau tingkat.
Proporsi membentuk rasio karakteristik, kualitas permanen yang disalurkan dari satu rasio
ke rasio lainnya sehingga membentuk suatu hubungan visual yang konsisten antara bagian-
bagian bangunan seperti halnya antara komponen bangunan degan bangunan secara
menyeluruh. Proporsi menekankan hubungan yang sebenarnya atau yang harmonis dari satu
bagian dengan bagian lainnya, mengenai besar dan banyaknya atau tingkatannya. Dalam
proporsi terdapat dua teknik, yaitu proporsi modular dan proporsi dalam bentuk golden

section rasio.
Gambar 2. Proporsi Modular dan Golden Section Rasio
(sumber: https://www.uyepedia.net/2020/11/skala-dan-proporsi-dalam-arsitektur.html)

Skala dan proporsi mengacu pada bagaimana elemen dalam sebuah hunian saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga menciptakan sebuah rasa pada sebuah hunian secara
utuh. Proporsi berarti mempertimbangkan keberadaan sebuah objek sebagai bagian dari
keseluruhan. Sedangkan Skala yang berarti ukuran tidak selalu berbanding lurus dengan
ukuran ruang ketika sedang berbicara mengenai seni desain interior.
B. Pola dan Tekstur
Pola adalah desain dekoratif yang digunakan secara berulang pada elemen visual, seperti
garis, bentuk, atau warna. Pola juga dapat disebut sebagai susunan dari sebuah desain yang
sering ditemukan pada sebuah objek. Pola dapat menambah energi dan gerakan ke ruangan,
dan dapat menciptakan fokus visual. Pola secara langsung mempengaruhi ukuran ruangan,
bisa membuat ruangan terlihat kecil atau terlihat lebih besar dan sebaliknya. Pola diciptakan
dari penggunaan desain yang repetitif dan bisa ditemukan pada wallpaper, furnitur, karpet,
dan kain. Pola memiliki berbagai tipe seperti contohnya garis-garis, geometris, organik,
motif, dan print.
Tekstur adalah nuansa, penampilan, ataupun konsistensi permukaan atau zat. Tekstur
juga berkaitan dengan material dan bahan yang digunakan. Tekstur merujuk pada
permukaan taktil pada sebuah objek . Tekstur memiliki hubungan yang erat dengan kualitas
ruang dalam, dimana tekstur dapat membawa dimensi unik pada ruangan, memperdalam
kesan yang diberikan, juga dapat menambahkan detail dan fokus terhadap furnitur, aksesori,
dan kain yang ada di dalam ruangan sehingga lebih enak dipandang. Sehingga secara umum,
tekstur memberikan perasaan pada ruangan.
Dilihat dari definisinya, pola atau pattern berarti pengulangan unsur-unsur yang
membentuk suatu pola visual tertentu yang signifikan. Sementara tekstur atau texture
mengacu pada permukaan objek yang bisa dirasakan dengan indera peraba (kulit) sehingga
kita mengetahui adanya tekstur kasar dan halus dengan hanya melihat pola yang ada pada
tekstur tersebut. Inilah perbedaan mendasar antara pola dan tekstur yang perlu dipahami.
Dilihat dari efek visual yang ditimbulkan, pola Ini merupakan sebuah bentuk visual dari
elemen yang berulang dan sepenuhnya memberikan nuansa visual yang variatif. Sementara
tekstur memberikan gambaran visual dan rasa sentuhan karena adanya perbedaan permukaan
yang halus dan kasar masing-masing memiliki ciri visual yang pasti. Efek visual keduanya
berbeda, pola memberi bentuk sedangkan tekstur memberi nuansa. Namun efek visual pada
tekstur tidak terlalu signifikan seperti pada pola.

C. Irama dan Komposisi


Irama dalam desain interior adalah adanya urutan dan penataan yang harmonis. Irama
juga Sesuatu pergerakan yang ditampakkan/diakibatkan oleh adanya elemen-elemen lain
misalnya: garis bentuk dan pola, arus pergerakan yang diperlihatkan melalui bayangan-
bayangan sinar yang terjadi, dan penekanan yang ada, mirip seperti irama musik yang
diulang- ulang. Inti dari ritme dalam desain interior adalah pengulangan visual bentuk. Irama
didefinisikan sebagai pengulangan atau gerakan yang terorganisir. Untuk mencapai efek
ritme dalam desain, perlu memikirkan elemen desain atau dekorasi dalam pengulangan,
perkembangan, transisi, atau kontras.
Komposisi dalam desain arsitektur merupakan penataan elemen secara keseluruhan agar
alur dapat menjadi lebih nyaman. Adapun contoh penerapan komposisi pada desain
arsitektur yang paling mudah dipahami yaitu penataan denah komposisi ruangan seperti
ketika ingin
menata interior pada ruang. Adapun tujuan penerapan prinsip komposisi dalam desain
arsitektur adalah untuk membawa seseorang/pengunjung ke tempat yang dituju. Untuk itu,
pengaturan komposisi harus diatur sesuai alur dan fungsinya.

D. Keseimbangan
Keseimbangan dalam desain interior adalah suatu kualitas nyata dari setiap objek di
mana perhatian visual dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan atau pusat
perhatian terlihat sama. Keseimbangan menggambarkan keharmonisan atau kesesuaian
dalam pengaturan atau proporsi dari bagian suatu elemen di dalam desain atau komposisi
suatu situasi, atau keadaan yang seimbang diantara bagian-bagian yang berlainan.
Keseimbangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keseimbangan formal
(simetris) dan keseimbangan informal (asimetris)
1. Keseimbangan simetris, Keseimbangan jenis ini memiliki pusat keseimbangan yang
berada di tengah sehingga lebih mudah untuk mengatur keseimbangan yang diinginkan.
2. Keseimbangan asimetris. Keseimbangan ini terjadi jika ada daya tarik keindahan yang
sama pada setiap sisi pusat keseimbangan walau bentuknya tidak sama. Dalam
keseimbangan jenis ini, pusat keseimbangan harus ditonjolkan, disebabkan pengamat
relative sukar mencari pusat keseimbangan dibandingkan pada bentuk yang memiliki
keseimbangan simetris. Dalam keseimbangan asimetris ini perlu adanya penekanan yang
kuatpada pusat keseimbangannya. (Adi Prananto, 2011)

Gambar 3. Keseimbangan Simetris dan Keseimbangan Asimetris


(sumber: https://www.komunikasipraktis.com/2018/09/pengertian-prinsip-dan-unsur-desain.html)

E. Warna
Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari Cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda
yang dikenainya (KBBI, 2022). Dalam dunia desain interior, warna merupakan hal yang
harus diperhatikan saat merancang sebuah ruangan, karena warna yang digunakan akan
mempengaruhi citra tema yang diterapkan pada ruangan tersebut.
Selain itu, desainer interior harus mempertimbangkan intensitas warna.
Intensitas warna berkaitan dengan kecerahan atau kegelapan suatu warna. Warna dengan
intensitas yang tinggi dapat memberikan efek energik dan ceria, sedangkan warna dengan
intensitas yang rendah memberikan efek tenang dan lembut.
Salah satu teori warna kompenten yang banyak digunakan adalah teori Brewster 1831
(Brewster dalam Johana, dkk:2023). Brewster membagi warna menjadi beberapa kelompok
berdasarkan letaknya dalam Color Wheel, kelompok warna tersebut yaitu :
1. Warna Primer Warna dasar yang tidak bukan berasal dari percampuran warna-warna
lainnya, mencangkup warna biru, merah, dan kuning.
2. Warna Sekunder Merupakan percampuran dari warna primer dengan perbandingan 1:1,
contohnya warna oranye, hijau, dan ungu.
3. Warna Tersier Merupakan hasil percampuran antara satu warna primer dengan satu
warna sekunder, 4 aksen Volume 7 Nomor 2 April 2023 misalnya warna hijau
kekuningan, hijau kebiruan, dll. d. Warna Netral atau Natural Merupakan hasil
percampuran ketiga warna primer dengan perbandingan 1:1:1 dan sering digunakan
sebagai penyeimbang warna kontras, diantaranya warna hitam, putih, cokelat, dan abu –
Abu.

Gambar 4. Pengelompokan Warna


(sumber: Brewster dalam Johana, dkk:2023)

Secara umum sifat khas dari warna terdiri dari dua golongan, yaitu warna hangat dan
dingin (gambar 4). Warna hangat merupakan warna yang bisa menciptakan suasana menjadi
semangat, riang, dan mendatangkan keceriaan. Warna ini bisa membuat ruangan terasa
menarik dan berani sebab terdapat energi alami yang menyenangkan di dalamnya. ruangan
yang dilengkapi dengan warna hangat karakter penghuninya lebih aktif. Warna hangat pada
interior sebuah ruangan dihubungan dengan jiwa muda sang pemilik ruangan atau desainer
yang aktif dan penuh semangat. Selain mengungkapkan kegembiraan, warna ini juga
menyiratkan amarah, optimisme, bahkan kekuatan. Jika ingin menurunkan tingkat kekuatan
dari warna hangat, kamu bisa menghaluskannya dengan versi warna hangat yang ringan.
Misalnya merah muda, salem, dan kuning pucat.
Warna dingin memberikan makna menenangkan, sejuk, dan lembut. Dalam hal interior,
warna dingin dipadukan dengan benda yang bersifat dingin. Misalnya air mancur dengan
latar dinding alam atau dicat menggunakan warna dingin, sehingga akan menciptakan
nuansa tenang dan dingin.
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Peneltitian kuanlitatif
bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi, dalam hal ini fokus
penelitian ada pada 5 (lima) aspek kualitas lingkungan ruang dalam yang dikaji meliputi skala dan
proporsi, pola dan tekstur, irama dan komposisi, keseimbangan, dan warna.
B. Lokasi Penelitian
Subjek penelitian ini adalah lobby Hotel Ultima Horizon Entrop yang terletak di Jalan
Kelapa Dua, Entrop, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini berfokus pada 5 (lima) aspek yang dikaji pada kualiras lingkungan ruang dalam meliputi
skala dan proporsi, pola dan tekstur, irama dan komposisi, keseimbangan, dan warna.
D. Teknik Pengumpulan dan Anaslisi Data
Data dalam penelitian ini berupa dokumentasi objek penelitian, sumber pustaka yang relevan dengan
subjek penelitian. Data-data yang ada kemudian dikaji dari 5 (lima) aspek yang diteliti untuk
kemudian digambarkan dan disekripsikan pada masing-masing aspek.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh dari analisis data yang diperoleh melalui dokumentasi dan
sumber pustaka yang relevan, kemudian dikaji dan dideskripsikan bagaimana kualitas
lingkungan ruang dalam pada lobby Hotel Ultima Horizon Entrop meliputi aspek skala dan
proporsi, pola dan tekstur, irama dan komposisi, keseimbangan, dan warna. Adapun hasil dan
pembahasannya sebagai berikut:

A. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam Pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
Ditinjau Dari Skala Dan Proporsi Ruang.
Seperti yang telah diketahui bahwa skala dalam skala manusia (human scale) terdapat 4
(empat) macam skala yaitu skala akrab, skala normal, skala megah, dan skala monumental.
Dalam hal ini, jenis skala pada lobby Hotel Ultima Horizon Entrop pada skala manusia
adalah skala normal (gambar 5). Ketinggian dari lantai hingga langit-langit ruang dengan
ketinggian rata-rata manusia berada pada skala sekitar 1:3. Oleh sebab itu, ruang ini
termasuk ke dalam jenis skala normal. Dalam hal ini, skala normal atau suasana normal
terjadi karena adanya penyesuaian yang wajar antara ukuran ruang dan kegiatan di
dalamnya.

Gambar 5. Skala Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop


Untuk proporsi ruang, perbandingan antara bagian-bagian dalam ruang dalam hal ini
objek-objek dalam ruang seperti meja, kursi/sova, dan kolom pada ruang. Pada gambar 6,
dibuat sketsa sederhana untuk menggambarkan proporsi antar objek-objek dalam ruang.
Dapat terlihat bahwa untuk objek 1, memiliki proporsi yang kurang harmonis dengan luasan
ruang, hal ini menyebabkan pengurangan luasan ruang dan membuat ruang terlihat lebih
sempit. Sedangkan untuk objek 3 dan 4, memiliki proporsi yang sama, untuk objek ke 2
memiliki proporsi yang berbeda dengan objek 3 dan 4. Hal ini memberikan variasi bentuk
terhadap objek yang ada pada ruang. Selain untuk variasi, perbandingan proporsi ini juga
memiliki
tujuan untuk pemanfaatan fungsi kepada masing-masing objek dan juga untuk penghematan
penggunaan ruang.

Gambar 6. Gambar dan Sketsa Proporsi Objek

Skala dan proporsi kualitas ruang dalam berkaitan dengan bagaimana elemen-elemen desain
dalam suatu ruangan menciptakan kesan atas kualitas atau kelas dari ruang tersebut. Ini
mencakup penggunaan bahan, furnitur, dekorasi, dan elemen desain lainnya yang
memberikan kesan kualitas yang tinggi atau rendah. Skala kualitas berkaitan dengan
bagaimana elemen- elemen desain dalam suatu ruangan menciptakan kesan atas kualitas atau
kelas dari ruang tersebut. Ini mencakup penggunaan bahan, furnitur, dekorasi, dan elemen
desain lainnya yang memberikan kesan kualitas yang tinggi atau rendah.

B. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam Pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
Ditinjau Dari Pola Dan Tekstur Ruang.
Tekstur dan pola adalah dua elemen penting dalam desain interior yang dapat
menambah kedalaman dan minat visual ke ruangan. Keduanya dapat membantu
menyeimbangkan ruangan, menambahkan kehangatan dan kenyamanan, dan menciptakan
fokus visual. Pola diciptakan dari penggunaan desain yang repetitif dan bisa ditemukan pada
wallpaper, furnitur, karpet, dan kain. Pola memiliki berbagai tipe seperti contohnya garis-
garis, geometris, organik, motif, dan print.
Pada gambar 7 ini, memperlihatkan pola dan tekstur pada objek dalam ruang subjek
penelitian. Pada gambar (a) Pola ukiran pada dinding yang terbuat dari kayu, memiliki
Tekstur Nyata (actual texture) yaitu tekstur kayu yang dapat dirasakan secara fisik ketika
menyentuk permukaan ukiran tersebut. Pada gambar (b) Rak aksesoris memiliki pola
persegi dan persegi panjang tersusun secara rapi, serta memiliki tekstur kayu yang halus.
Pada gambar (c) Tekstur kaca bening yang halus ,memiliki sifat transparan, rata
permukaannya, bersih. Pada gambar
(d) Pola yang menyerupai marmer pada lantai dan dinding, memiliki tekstur yang halus.
Pada bagian ini, penggunaan lebih dari satu pola, dimana pola yang berukuran besar
sebaagai dominan, dan pola sedang/kecil sebagai aksen.
Gambar 7. Pola dan Tekstur pada Objek
Pola yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas lingkungan ruang dalam, dimana
penggunaan pola yang cocok baik dari segi warna dan garis kontras akan membuat ruangan
lebih hidup. Ukuran pola pun juga memiliki pengaruh, seperti penggunaan pola dengan
ukuran besar dapat terlihat menarik pada ruangan yang luas, sedangkan untuk ruangan yang
kecil, disarankan agar tidak terlalu banyak menggunakan pola agar tidak terkesan
berlebihan. Pola dapat menciptakan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menambah
kesan luas pada ruangan. Dan juga pola dapat menggambarkan karakter ruangan, baik itu
ruangan dengan gaya tradisonal maupun gaya kontemporer.
Tekstur memiliki peran pada setiap benda di dalam ruangan, sehingga akan lebih baik
jika kita dapat menyeimbangkan tekstur ruangan mulai dari lantai hingga atap. Penempatan
setiap objek dan perbandingannya dengan tekstur objek lain juga dapat menonjolkan kontras
pada desain akhirnya. Tekstur memiliki dua bentuk yaitu tekstur visual (dapat dilihat oleh
mata) dan tekstur aktual (dapat dilihat. Diraba, dan memiliki karakteristik tiga dimensi.

C. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam Pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
Ditinjau Dari Irama Dan Komposisi Ruang.
Salah satu jenis irama adalah pengulangan.. pengulaangan dalam irama adalah
penggunaan elemen yang sama dalam ruang lebih dari satu kali. Ini dapat dilakukan dengan
mengulangi pola, warna, tekstur, garis, atau elemen lainnya, atau bahkan beberapa elemen.
Dalam hal ini, pada gambar 8 terlihat adanya pengulangan pada kolom dan juga
pengulangan bentuk persegi dan persegi panjang pada rak aksesoris
Gambar 8. Irama pengulangan pada objek

Sedangkan untuk komposisi ruang, terdapat komposisi simetris dan komposisi


asimetris. Pada gambar 9(a), terdapat komposisi simetris, yaitu penataan yang memiliki
susunan sama pada kedua sisi bidang desain. Misalnya, penataan di bidang kiri sama dengan
penataan di bidang kanan, atau penataan di bidang bawah mirip seperti penataan di bidang
atas. Dan untuk gambar 9(b), terdapat komposisi asimetris yaitu pola penataan ruangan yang
dilakukan secara acak (peletakan kursi dan meja). Meskipun begitu, kita tetap harus
memperhatikan keseimbangan desain di dalam ruangan tersebut.

Gambar 9. Komposisi Simetris dan Komposis Asimetris

Irama sangat penting dalam meningkatkan keindahan dan kenyamanan, misalnya pada
dekorasi dinding dengan jarak dan peletakan yang berurutan secara rapi. Irama dapat
diterapkan pada pada setiap unsur desain, mulai dari garis, bidang, bentuk, warna, dan
seterusnya. Prinsipnya adalah jangan selalu membuat setiap elemen tersebut ukuran dan
jarak yang sama. Berikan variasi terhadap ukuran, posisi, dan jarak. Jika ingin menggunakan
objek yang sama, maka berikan variasi pada posis dan warnanya.
Komposisi dalam desain juga berguna untuk menciptakan harmonisasi antara
tekstur, warna, bentuk, dan corak. Dalam desain interior, dikenal empat macam komposisi
penataan ruangan yaitu simetris, asimetris, kontras, dan ritme.
1. Penataan berpola simetris merupakan penataan yang memiliki susunan sama pada kedua
sisi bidang desain., teknik ini bertujuan untuk menciptakan ruangan bersuasana formal
dan desain bergaya klasik.
2. Penataan berpola asimetris adalah pola penataan ruangan yang dilakukan secara acak
yang bisa digunakan baik untuk menghasilkan suasana formal maupun informal
3. Penataan model kontras ditandai dengan kombinasi beberapa elemen dekorasi yang
sejatinya bersifat berlawanan. Cara ini biasanya digunakan untuk menciptakan suatu
focal point karena terbukti efektif mampu menyita perhatian mata dalam sekejap
4. Komposisi pengulangan atau ritme merupakan penataan ruangan di mana elemen desain
seperti warna, bentuk, rupa, dan tekstur diatur secara diulang-ulang. Teknik ini cocok
diterapkan pada ruangan yang ingin dibentuk secara formal dan informal. Dengan
komposisi ritme ini, ruangan pun terasa lebih dinamis.

D. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam Pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
Ditinjau Dari Keseimbangan Ruang.
Terdapat dua jenis keseimbangan pada ruang lobby ini, yaitu keseimbangan simetris
(formal) dan keseimbangan asimetris (informal). Pada gambar 10(a) menunjukkan
keseimbangan simetris pada ruang. Contoh keseimbangan simetris/formal misalnya
peletakan bangunan dengan bobot dan jarak visual sama terhadap titik pusat imajiner.
Dengan keseimbangan formal, ruangan berkesan luas atau suasana resmi, dan tenang. Agar
kesan monoton dan kaku dapat dihilangkan, dapat digunakan perbedaan warna, bentuk, atau
ukuran pada benda yang disimetriskan. Selain itu, ada pada gambar 10(b) menunjukkan
keseimbangan asimetris pada ruang. Contoh keseimbangan asimetris/informal misalnya
peletakan benda yang berbeda bobot visualnya di sekitar titik pusat atau sumbu (dalam hal
ini peletakan kursi dan meja). Perimbangan benda berat, dengan meletakkan benda ringan
dengan jarak jauh dari sumbu (tekstur kasar, warna hangat, ukuran besar dan motif ramai
akan berkesan berat).

Gambar 10. Keseimbangan Simetris dan Keseimbangan Asimetris


Dalam kondisi tertentu, yang tidak bisa dihindarkan, keseimbangan dapat dibuat dengan cara
perabot berat dikombinasi dengan warna dan tekstur ringan, atau perabot ringan dikombinasi
dengan warna dan tekstur berat. Adapun keseimbangan dapat memberi dampak pada ruang
yaitu:
1. Keseimbangan membuat ruangan lebih nyaman
2. Keseimbangan membuat ruangan lebih indah
3. Kesembangan dapat mengefektifkan fungsi ruang

E. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam Pada Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop
Ditinjau Dari Warna Ruang.
Memilih warna pada ruangan bukan hanya berdasarkan warna favorit dan warna yang
tampilannya menarik saja, namun juga kesesuaian tema dengan ruangan, menyesuaikan
fungsi ruang, hingga pertimbangan mood atau suasana yang ingin dibangun. Pada gambar
11, terlihat penggunaan warna pada lobby Hotel Horizon Jayapura tidak begitu
menampilkan warna yang kontras. Warna yang ditampilkan didominasi oleh warna abu-abu,
kemudian hitam dan coklat, dimana warna-warna ini masuk ke dalam kategori warna tersier
(teori Brewster). Selain itu, ada warna primer yang ditampikan pada ornamen ukiran pada
dinding (gambar burung cendrawasih dan tifa) berwarna kuning keemasan.

Gambar 11. Warna pada Objek

Ada beberapa warna yang memberikan kesan pada ruangan sebagai berikut:
1. Warna putih, identik dengan kesan bersih. Putih juga dapat memberikan kesan ruangan
yang lebih lapang. Dengan menggunakan warna ini, penghuni rumah terbebas dari rasa
sesak sehingga perasaan jadi lebih tenang.
2. Warna abu-abu, memberikan sifat ketenangan serta keseimbangan bagi suatu ruangan.
Secara psikologis, warna ini juga akan memberikan kesan damai bagi penghuninya.
Selain itu juga dipercaya mampu memberikan mood boster kepada penghuni rumah dan
memberikan efek tenang, aman, dan kesederhanaan.
3. Warna kuning dapat membangkitkan energi dan semangat. Dalam hal ini, penggunaan
warna kuning pada lukisan yang ingin ditonjolkan sebagai bagian dari identitas hotel
(icon Papua)
4. Warna hitam, pada kursi dan meja, menghilangkan kesan pucat yang biasanya muncul
apabila putih atau abu-abu dipilih menjadi warna utama. Warna hitam di ruangan ini
malah menguatkan kesan terang dan bersih yang selama ini identik dengan warna putih.
Terasa sederhana tapi tetap memberi kesan berwibawa pada ruangan
5. Warna biru, yang biasanya menciptakan suasana kalem dan lembut yang mampu
menciptakan suasana rileks
6. Warna hijau, yang memberi kesan alami dan segar
7. Warna pink atau merah muda yang memberi suasana romantis dan hangat
8. Warna merah tua atau merah pekat yang memberi suasana semangat dan hangat
9. Warna ungu yang memberi kesan mewah dan romantis
BAB 5

KESIMPULAN

Dari hasil kajian yang telah dilakukan pada kualitas lingkungan ruang dalam lobby Hotel
Ultima Horizon Entrop, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kajian kualitas lingkungan ruang dalam ditinjau dari skala dan proporsi ruang, pada
Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop memiliki skala normal dimana suasana normal terjadi
karena adanya penyesuaian yang wajar antara ukuran ruang dan kegiatan di dalamnya,
sedangkan proporsi pada ruang ini memiliki proporsi yang beragam pada beberapa objek
dalam ruang, yang memberikan variasi tatanan yang juga disesuaikan dengan fungsi fnitur
masing-masing.
2. Pada kajian kualitas lingkungan ruang dalam ditinjau dari pola dan tekstur ruang, pada Lobby
Hotel Ultima Horizon Entrop memiliki pola ukiran, persegi, persegi Panjang, dan pola
menyerupai marmer, sedangkan untuk tekstur, pada ruang ini yaitu tekstur kayu dan tekstur
halus pada kaca, lantai, dan dinding.
3. Pada kajian kualitas lingkungan ruang dalam ditinjau dari irama dan komposisi ruang, pada
Lobby Hotel Ultima Horizon Entrop memiliki irama pengulangan (bentuk) pada beberapa
elemen ruang, serta memiliki komposisi simetris dan asimetris pada ruangan ini.
4. Pada kajian kualitas lingkungan ruang dalam ditinjau dari keseimbangan ruang, pada Lobby
Hotel Ultima Horizon Entrop memiliki keseimbangan simetris/formal dan keseimbangan
asimetris/informal.
5. Pada kajian kualitas lingkungan ruang dalam ditinjau dari warna ruang, pada Lobby Hotel
Ultima Horizon Entrop tidak begitu menampilkan warna yang kontras tetapi yang ditampilkan
didominasi oleh warna abu-abu, kemudian hitam dan coklat, dimana warna-warna ini masuk
ke dalam kategori warna tersier.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, J. Sensitivitas Skala Dan Proporsi Pada Desain Area Campuran.

Hendrarto, T., Sulastio, O., & Afrinaldi, D. (2013). Kajian Proporsi Ruang-Dalam Bangunan Baru

Hotel Concordia Bandung. Reka Karsa: Jurnal Arsitektur, 1(1).

https://www.arsimedia.com/2021/01/penjelasan-jenis-jenis-skala-dalam.html

https://www.blogernas.com/2016/08/pengertian-irama-pada-prinsip-desain.html

https://www.komunikasipraktis.com/2018/09/pengertian-prinsip-dan-unsur-desain.html

https://www.uyepedia.net/2020/11/skala-dan-proporsi-dalam-arsitektur.html

Kumala, J. E. R., Darmayanti, T. E., & Chandrahera, Y. (2023). STUDI DESKRIPTIF DAN

DAMPAK PENERAPAN WARNA PADA DESAIN INTERIOR STARLAND

PRESCHOOL & KINDERGARTEN DI BANDUNG. Aksen: Journal of Design and

Creative Industry, 7(2).

Prananto, A. (2010). Keindahan Dalam Arsitektur. Jurnal Ilmiah Arsitektur, 7(2), 37-40.

Prasetya, R. D. (2007). Pengaruh komposisi warna pada ruang kerja terhadap stres kerja. LINTAS

RUANG: Jurnal Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior, 1(1).

Sari, S. M. (2003). Peran warna pada interior rumah sakit berwawasan healing environment

terhadap proses penyembuhan pasien. Dimensi interior, 1(2), 141-156.

Anda mungkin juga menyukai