Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS KENYAMANAN FISIK INTERIOR LOBBY HOTEL THE

ROYALE SURAKARTA HERITAGE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ergonomi

Disusun Oleh:

Richard Pratama (NIM. 201501033)

Dina Bening Larasati (NIM. 221501022)

Inge Prihatiningrum (NIM. 221501040)

Tunjung Bayu Aji (NIM. 221501055)

Hafidz Fatna Fadillah (NIM. 221501061)

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

2023
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Hotel secara umum merupakan bangunan yang memiliki banyak kamar yang
disewakan sebagai tempat untuk menginap dalam jangka pendek atau sebagai tempat
penampungan bagi para pendatang.1 Selain itu hotel adalah bentuk akomodasi yang
biasanya dikelola secara komersil dan memiliki berbagai fasilitas penunjang untuk
para penyewa atau penginap, seperti restoran, spa, kolam renang, dan ruang
pertemuan.
Desain sebuah lobby hotel merupakan salah satu aspek pertama yang mampu
menentukan impresi pengunjung saat pertama kali datang, baik terhadap citra hotel
terhadap khalayak umum maupun pengalaman yang akan dirasakan oleh pengunjung
ketika menginap. Secara umum, lobby dalam sebuah hotel menjadi titik pertemuan
antara pengunjung terhadap pegawai hotel, maupun sebagai area resepsionis.2 Namun,
di sisi lain, lobby hotel juga menjadi wajah kedua bagi hotel selain fasad bangunan.
Sehingga pada praktiknya, sebuah hotel akan menawarkan lobby dengan desain yang
tidak hanya mampu memberikan gambaran terhadap identitas visual sebuah hotel,
tetapi juga mampu menjadi pratinjau bagi pengunjung terhadap fasilitas dan
kenyamanan yang nantinya akan ditawarkan, termasuk kamar yang menjadi fasilitas
utama sebuah hotel. Lobby merupakan titik pusat dalam sebuah hotel yang
selanjutnya mampu menentukan suasana keseluruhan bangunan.3
Sehingga, pada sebuah ruang publik seperti lobby hotel, kenyamanan menjadi
salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menyediakan fasilitas, sekaligus
dalam upaya membangun impresi dan pengalaman yang baik bagi pengunjung. Oleh
karenanya, dalam konteks ini, kenyamanan dapat dipahami sebagai asesmen lengkap
manusia terhadap area disekitarnya.4 Dengan demikian, tingkat kenyamanan sebuah

1
Putra. (2022). PENGERTIAN HOTEL : fungsi, sejarah, dan
klasifikasi
2
Braun, R. (2011). The lobby as a living room: What interior design innovations and products do luxury hotels
implement to attract guests to their lobby. Zavrsni rad. Modul University Bee.
3
Kilburn, H. (2018). Spotlight on: Storytelling in the Hotel Lobby.
4
Satwiko, P. (2009). Pengertian kenyamanan dalam suatu
bangunan. Yogyakarta, Wignjosoebroto.
lobby hotel terhadap pengunjung mampu menjadi parameter awal dalam menentukan
keberhasilan sebuah hotel dalam memberikan fasilitas.
Tingkat kenyamananan dalam suatu ruang sendiri dapat dikategorikan menjadi
dua, yakni kenyamanan fisik bangunan (ergonomic) maupun kenyamanan psikologis.
Kedua aspek ini dapat menentukan tingkat kenyamanan sebuah area dengan
memperhatikan elemen yang ada di area tersebut. Pada kenyamanan fisik,
karakteristik sebuah ruangan menjadi faktor utama, termasuk kenyamanan spasial,
kenyamana akustik, penghawaan, maupun pencahayaan.5 Hal ini kemudian berkaitan
erat dengan ilmu ergonomi yang merupakan landasan awal dalam merancang suatu
ruangan maupun bangunan. Ergonomi dapat dipahami sebagai metode dalam
mendalami hubungan manusia terhadap alat atau benda yang digunakan maupun
lingkungannya.6
Dengan demikian, proses analisis tingkat kenyamanan lobby hotel perlu
berlandaskan data fisik tubuh manusia terhadap lingkungan maupun respon psikologis
manusia terhadap elemen yang ada di lingkungan tersebut. Data dan penelitian
mengenai tubuh manusia termuat dalam ilmu antroprometri, yairu cabang ilmu
ergonomic yang berkaitan dengan dimensi fisik tubuh manusia, seperti ukuran,
kekuatan, maupun aspek lain dari gerakan tubuh manusia.7 Nurmianto8 juga
memahami bahwa antroprometri merupakan sekumpulan data angka karakteristik
fisik tubuh manusia hingga implementasinya data tersebut terhadap penyelesaian
masalah desain. Berdasarkan hal tersebut, aspek fisik yang berkaitan langsung dengan
tubuh manusia dapat dibandingkan langsung dengan komponen desain interior yang
melengkapi lobby hotel guna menentukan tingkat kenyamanan pengguna. Komponen
desain interior terdiri dari lantai, dinding, langit-langit, jendela, pintu, mebel, hingga
aksesoris.9

5
Hendrarto, T., Sulastio, O., & Afrinaldi, D. (2013). Kajian Proporsi Ruang-Dalam Bangunan Baru Hotel
Concordia Bandung. Reka Karsa: Jurnal Arsitektur, 1(1).
6
Pulat, B. M. (1997). Fundamentals of industrial ergonomics.
Waveland PressInc.
7
Wijaya, M. A., Siboro, B. A. H., & Purbasari, A. (2016). Analisa Perbandingan Antropometri Bentuk Tubuh
Mahasiswa Pekerja Galangan Kapal Dan Mahasiswa Pekerja Elektronika the Comparative Analysis of
Anthropometry Between Student of Shape Vessel Shipyard Workers and Students of Workers Electronic.
PROFISIENSI: Jurnal Program Studi Teknik Industri, 4(2).
8
Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Jurusan Teknik Industri ITS,
PT. Candimas Metropole.
9
Wicaksono, A. A., & Tisnawati, E. (2014). Teori interior. Griya
Kreasi.
Untuk menentukan hasil analisis tingkat kenyamanan hotel, diperlukan tidak
hanya data ukuran tubuh manusia saja. Namun, diperlukan pula data standar ukuran
ruang dan pengisinya untuk dibandingkan dengan komponen desain interior pada
lobby hotel. Proses analisis ini akan melibatkan pengukuran komponen pengisi ruang,
dan komparasinya terhadap standar ukuran ruang yang bertujuan untuk mengevaluasi
kondisi ruangan apakah telah sesuai dengan kebutuhan manusia berdasarkan dimensi
ukuran tubuh manusia. Hasil akhir berupa data pengukuran komponen lobby hotel dan
perbandingan terhadap standar ukuran desain interior untuk menentukan tingkat
kenyamanan fisik.
Pada proses analisis tingkat kenyaman lobby hotel, The Royale Surakarta
Heritage yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Kec. Pasar Kliwon, Kota Solo
menjadi lokasi observasi guna mendukung kegiatan analisis ini. Dalam proses
analisis ini, data fisik ukuran tubuh manusia, standar ukuran ruang dan furniture
menjadi landasan dalam menentukan tingkat kenyamanan lobby hotel. Proses analisis
ini bertujuan untuk melihat peran ergonomi dan antroprometri pada desain interior
terhadap kenyamanan pengunjung dan pegawai pada lobby hotel The Royale
Surakarta Heritage.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi fisik dan suasana lobby hotel The Royale Surakarta Heritage?
2. Bagaimana tingkat kenyamanan fisik lobby hotel The Royale Surakarta Heritage
berdasarkan pendekatan ergonomi dan antroprometri?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi fisik dan suasana lobby hotel The Royale Surakarta
Heritage
2. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan fisik lobby hotel The Royale Surakarta
Heritage berdasarkan pendekatan ergonomi dan antroprometri
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Ergonomi
Ergonomi adalah teknologi perancangan kerja yang didasarkan pada ilmu-ilmu
biologi manusia, anatomi, fisiologi, dan psikologi. 10 Ergonomi merupakan disiplin
ilmu yang fokus mempelajari interaksi antara manusia dengan mesin maupun faktor
yang mempengaruhi interaksi tersebut sebagai meningkatkan kinerja dengan
meningkatkan kualitas interaksi manusia dengan mesin tersebut. 11 Salah satu upaya
yang umumnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas bekerja adalah dengan
mendesain sistem yang sesuai dalam mendukung pekerjaan manusia.
Secara etimologi, ergonomi dapat dipahami sebagai suatu aturan atau norma
dalam sistem kerja yang mengacu pada kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni
“ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti hukum alam”.12 Ergonomi
sendiri mentitik beratkan pada interaksi antara manusia dengan mesin melalui
perantara antarmuka yang menghubungkan kedua aspek tersebut.
2.2 Teori Antropometri
Teori antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia, proporsi,
dan variasi dalam populasi manusia. Ini melibatkan pengumpulan data pengukuran
fisik manusia, seperti tinggi, berat badan, panjang lengan, lingkar kepala, dan fitur
lainnya, untuk memahami variasi dalam dimensi tubuh manusia.13
Antropometri adalah bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari
ukuran tubuh, meliputi dimensi linear, isi, dan juga meliputi ukuran, kekuatan,
kecepatan, serta aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri dinyatakan sebagai suatu
pembelajaran yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri,
10
Panero, J. (1979). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Erlangga.
11
Bridger, R. (2008). Introduction to ergonomics. Crc Press.
12
Sokhibi, A. (2017). Perancangan kursi ergonomis untuk memperbaiki posisi kerja pada proses packaging
Jenang Kudus. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 3(1), 61-72.
13
Soebroto, S. W. (2000). Prinsip-Prinsip Perancangan Berbasiskan Dimensi Tubuh (Antropometri) Dan
Perancangan Stasiun Kerja. Paper. Disampaikan pada Lokakarya IV “Methods Engineering: Adaptasi
ISO/TC159 (Ergonomic) dalam Standar Nasional Indonesia”. Bandung (ITB), 17-19.
merupakan suatu kumpulan data yang berhubungan dengan ciri khas fisik tubuh
manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain.14
2.3 Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan
dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk
perkara dan sebagainya).15 Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.16

2.4 Kenyamanan
Kenyamanan adalah perasaan aman para konsumen atas pelayanan yang baik
kepada pelanggan yang diberikan oleh bandara, yang dapat berupa perasaan senang
yang dirasakan para konsumen atas jasa yang mereka dapatkan berupa pendingin
ruangan AC, lingkungan yang bersih, sejuk dan nyaman.17

2.5 Lobby
Lobby hotel bukan semata-mata sebagai lingkungan fisik atau tempat
berlangsungnya bermacam-macam kcgiatan, lobby juga merupakan ruangan yang
bersifat publik yang tcrdapat pada hotel yang para tamu bisa bcrkumpul, mengerjakan
berbagai kcgiatan atau mengadakan interaksi antara satu dengan yang lain. Pada lobby
terjadi berbagai kegiatan yang bcrhubungan dengan kebutuhan setiap kegiatan, maka,
umumnya pada lobby disediakan fasilitas yang menunjang kegiatan seperti meja
resepsionis, menerima tamu, kios dan toko-toko, ruang duduk atau tunggu, ruang
sekretaris dan pelayanan untuk usahawan, serta kamar mandi dan petugas umum.18

2.6 Hotel
Asal kata, "holel' bcrasal dari bahasa latin "hospes" yang mempunyai
pengertian untuk mengudentifikasi orang asing yang menginap pada rumah seseorang
(teman, kenalan, ataupun musafir yang dihormati), kemudian dalam
14
Stevenson, D. (2003). Cities and urban cultures. McGraw-Hill
Education (UK).
15
Suharso, A. R., & Retnoningsih, D. A. (2005). Kamus besar bahasa
indonesia. Widya Karya.
16
Suharso, A. R., & Retnoningsih, D. A. (2005). Kamus besar
bahasa indonesia. Widya Karya.
17
Saragih, R. P., & Utami, S. S. (2016). PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN
TERHADAP KEPERCAYAAN DENGAN KEPUASAN NASABAH SEBAGAI VARIABEL
MEDIASI. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol, 16(3), 354-363.
18
Putra, P. S. U., & Setiawan, I. N. A. F. (2016). Analisis Desain Lobby Bali Sani Suites Hotel. S@ CIES, 6(2),
119-125
perkembangannya kata hospes menjadi "hoste?' dalam bahasa Perancis dan
selanjutnya menjadi "hotef' dengan pengertian sebagai tempat peristirahatan yang
dikomersialkan. Jadi definisi hotel adalah sejenis akomodasi, penginapan, makan dan
minum serta jasa-jasa lainnya untuk tamu yang tinggal sementara dan dikelola
secara komersial.19

2.7 Kenyamanan Fisik


Kenyamanan fisik berdasarkan latar belakang ergonomi menggambarkan
konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan, dan
kondisi perasaan itu sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut.
Kita tidak dapat mengetahui tingkat kenyamanan yang dirasakan orang lain secara
langsung maupun dengan melakukan pengamatan luar terhadap orang tersebut, tetapi
untuk mengetahuinya harus menanyakan langsung kepada orang tersebut mengenai
seberapa nyaman diri mereka, dan biasanya menggunakan istilah-istilah yang kontinu,
seperti agak tidak nyaman, mengganggu, nyaman ,sangat tidak nyaman hingga
mengkhawatirkan.

Kenyamanan seseorang dalam menggunakan sebuah produk atau rancangan


mungkin berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu fungsi
fisik maupun persepsi masing-masing menegaskan dalam membentuk kenyamanan
sebuah produk atau rancangan, perhatian pada faktor manusia (human factor)
berperan penting dalam menciptakan desain yang ergonomis, yang dapat
menciptakan kenyamanan bagi penggunanya.20

2.8 Desain Interior


Desain berasal dari kata bahasa Inggris design, dalam bahasa Indonesia sering
digunakan padanan katanya, yaitu rancangan, pola atau cipta. Desain merupakan
suatu proses pengorganisasian unsur garis, bentuk ukuran, warna, tekstur, bunyi,
cahaya, aroma dan unsur-unsur desain lainnya, sehingga tercipta suatu
hasil karya tertentu.21 Desain interior merupakan suatu sistem dengan perencanaan
dan pengaturan ruang ataupun tata letak di dalam suatu bangunan, sehingga mampu
memenuhi nilai kehidupan dan estetika, serta meningkatkan psikologi dan spiritual
19
Putra, P. S. U., & Setiawan, I. N. A. F. (2016). Analisis Desain Lobby Bali Sani Suites Hotel. S@ CIES, 6(2),
119-125.
20
McCormick, E. J., & Sanders, M. S. (1982). Human factors in engineering and design. McGraw-Hill
Companies.
21
Nurhayati. (2004). Penataan Tanaman di Rumah Tinggal. Jakarta:
Gramedia.
penggunanya. Desain interior berdasar dengan hal merencanakan, menata, dan
merancang ruangan agar menjadi tatanan fisik untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam hal penyediaan sarana tempat tinggal. 22

Desain adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan pola susunan, kerangka


bentuk suatu bangunan, motif bangunan, pola bangunan, corak bangunan. Sedangkan
menurut Sjafi'i (2001: 18), desain adalah terjemahan fisik mengenai aspek sosial,
ekonomi, dan tata hidup manusia, serta merupakan cerminan budaya zamannya.23
Desain interior berarti suatu sistem atau cara pengaturan ruang dalam yang mampu
memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, kepuasan kebutuhan fisik dan
spiritual bagi penggunanya tanpa mengabaikan faktor estetika.24

Interior adalah bagian dalam gedung atau ruang, tatanan perabot atau hiasan di
dalam ruang bagian dalam gedung. Bila diartikan, desain interior adalah gagasan awal
yang diperuntukkan bagi suatu ruangan atau suatu perencanaan dari bagian dalam
suatu bangunan sehingga ruangan tersebut memiliki nilai kehidupan (estetika).25

1. Pencahayaan

Pencahayaan (iluminasi) yaitu kepadatan dari suatu berkas cahaya yang


mengenai suatu permukaan. Cahaya mempunyai panjang gelombang yang
berbeda-beda dalam spektrum yang tampak (cahaya tampak), yaitu kira-kira 380-
780. Sebenarnya tidak ada batasan yang tepat dari spektrum cahaya tampak. Mata
normal manusia dapat menerima spektrum cahaya tampak dengan panjang
gelombang sekitar 400-700 am.26 Cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua
macam, yaitu:

a. Cahaya Alami

22
Muchlisin Riadi. (2020). Desain Interior (elemen, komponen,
aspek, prinsip dan model)
23
Suharso, A. R., & Retnoningsih, D. A. (2005). Kamus besar
bahasa indonesia. Widya Karya.
24
Suptandar, Pamudji. 1995. Manusia dan Ruang dalam Proyeksi Desain Interior. Jakarta: UPT Penerbitan
Universitas Tarumanegara
25
Suharso, A. R., & Retnoningsih, D. A. (2005). Kamus besar
bahasa indonesia. Widya Karya.
26
Clayton, G. D., & Clayton, F. E. (1981). Patty's industrial hygiene and toxicology. Vol. 2A. Toxicology. John
Wiley & Sons, Inc., Baffins Lane, Chichester, Sussex PO19 1DU.
Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari atau
kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila
masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan.27
Cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari alam, misalnya
matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, kunang-kunang, dan bulan
yang merupakan sumber cahaya alami skunder, karena sebenarnya bulan
hanya memantulkan cahaya matahari.28 Berikut ini adalah beberapa
keuntungan dan kelemahan dari penggunaan cahaya alami :
1. Keuntungan29
a) Bersifat alami. tersedia melimpah dan terbaharui
b) Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya
c) Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki
d) Daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi
e) Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda,
bahkan kadang-kadang sangat memuaskan.
2. Kelemahan30
a) Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena
dipengaruhi oleh waktu dan cuaca
b) Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia
c) Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di
dalam ruang perpustakaan. Apabila terkena matahari secara langsung
kertas akan segera lapuk, tuloisannya memudar, dan warnanya menjadi
kuning kecoklatan
d) Perubahan kekuatan yang besar dari terang ke gelap dan sebaliknya.
kurang memenuhi kebutuhan pembaca, karena mata sangat peka
terhadap perubahan tersebut
e) Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan
biaya tambahan yang cukup tinggi.

b. Cahaya Buatan
27
Lasa, H. S. (2005). Manajemen perpustakaan.
28
Satwiko, Prasasto. (2005). Fisika Bangunan I. Ed. 2, Yogyakarta:
Andi
29
Satwiko, Prasasto. (2005). Fisika Bangunan I. Ed. 2, Yogyakarta:
Andi ko (2005:86)
30
Lasa, H. S. (2005). Manajemen perpustakaan.
Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang
bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar.lilin,
lampu minyak tanah.31 Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yagn
dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar.32
2. Layout
Layout atau tata letak menjadi acuan pada saat proses penyusunan
halaman sebuah desain. Layout ini menjadi tujuan penting dalam memulai sebuah
desain yang terstruktur, karena hal ini dapat mempermudah penyampaian
informasi dengan cara yang logis dari isi sebuah desain. Layout juga merupakan
perhitungan posisi objek dalam ruang desain, penataan ruang desain harus
mengutamakan komposisi dari elemen atau unsur yang dibuar agar tercipta
susunan yang artistik dan tertata.33
Layout merupakan keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah
operasi dalam jangka panjang.34 Layout memiliki makna penataan fisik atau
terminal kerja dengan perlengkapan yang berhubungan dengan proses produksi.35
Desain layout adalah perancangan tata letak mencakup desain atau konfigurasi
dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan
dari bahan mentah menjadi bahan jadi.36
3. Penghawaan
Penghawaan berasal dari kata dasar hawa. Penghawaan memiliki makna
kata benda sehingga penghawaan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat,
atau semua benda dan segala yang dibendakan.37
Ventilasi adalah upaya penghawaan udara di dalam ruangan melalui
penghawaan buatan dan penghawaan alami dengan sebaik-baiknya, dengan
harapan adanya capaian kesehatan dan kenyamanan di dalam ruangan. Jumlah
udara segar yang diinginkan masuk akal untuk mengurangi kandungan uap air di
udara. Menghilangkan bau dan gas karbondioksida. Dan jumlah atau kapasitas

31
Satwiko, Prasasto. (2005). Fisika Bangunan I. Ed. 2, Yogyakarta:
Andi
32
Lasa, H. S. (2005). Manajemen perpustakaan.
33
Yunita Setyaningsih (2023) Pengertian Layout Desain, prinsip,
elemen, tujuan dan manfaat
34
Heizer, J., & Render, B. (2008). Operations Management, Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
35
Sumayang. (2003). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
36
Eddy, Herjanto. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi terbaru. Grasindo.
37
Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/
udara segar tergantung dari aktivitas penghuninya, untuk setiap penambahan
jumlah Sivitas udara yang disuplai lebih besar.38
Penghawaan juga terbagi menjadi 2, yaitu alami dan buatan. penghawaan
alami memanfaatkan sistem cross ventilation. Sedangkan penghawaan buatan
bersumber dari kipas atau AC. Dalam pasaran umum kita mengenal 3 (tiga) jenis
AC yaitu:
1) AC window. Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada salah satu
dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan
udara tidak menganggusi pemakai.
2) AC central biasa digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel supermarket
dengan pengkontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat.
3) AC split hampir sama bentuknya dengan AC window, bedanya hany terletak
pada konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang.
Pertimbangan pada penentuan jenis AC yang akan digunakan dengan
memperhatikan besaran dan segi-segi ekonomis. AC window lebih cocok untuk
ruang kecil untuk menghemat energi bias dimatikan bilamana ruang tidak
terpakai. Jenis AC split banyak disukai karena kelembutan suara mesin yang tidak
berisik sehingga menjamin ketenangan.39
4. Sirkulasi
Sirkulasi udara atau ventilasi alami akan terjadi jika terdapat perbedaan
tekanan antara lingkungan luar dengan ruang dalam suatu bangunan, yang
disebabkan oleh angin atau perbedaan temperatur. Pengudaraan alami dalam
rumah tinggal juga perlu direncanakan. Untuk bisa mengalirkan udara ke dalam
bangunan di dalam sistem sirkulasi udara ini diperlukan bukaan sebagai
medianya. Dalam merencanakan bukaan perlu dipertimbangkan mengenai
seberapa besar bukaan yang diperlukan untuk sebuah ruangan agar diperoleh
pengudaraan ruangan yang ideal. Bentuk bukaan untuk sirkulasi udara dapat
berupa kisi-kisi, ataupun jendela yang bisa dibuka atau yang memiliki kisi-kisi
pada daun jendelanya.
Sistem Cross Ventilation atau vetilasi silang meruapakan sistem
pengudaraan ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam
38
Suptandar, Pamudji. 1995. Manusia dan Ruang dalam Proyeksi Desain Interior. Jakarta: UPT Penerbitan
Universitas Tarumanegara
39
Pamuji, J., & Supriyatna, E. (1999). Desain Interior: Pengantar merencana interior untuk mahasiswa desain
dan arsitektur. Jakarta: Supstandar.
ruangan melalui bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar melalui
bukaan yang lain. Sistem ini bertujuan agar selalu terjadi pertukaran udara di
dalam ruangan sehingga ruangan tidak menjadi pengap.40
Suatu ruangan akan terasa nyaman apabila udara di dalam ruangan itu
mengandung oksigen (O2) yang cukup. Selain itu juga tidak ada bau yang
mengganggu pernapasan, seperti asap pembakaran, sampah, dan gas-gas yang
berbahaya bagi manusia, seperti karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2).41
5. Furniture
Furniture merupakan perlengkapan yang berfungsi untuk duduk,tidur,
menyimpan barang baik yang gampang untuk dipindah ataupun yang tetap
(builting). Aspek desain furnitur yaitu bentuk, fungsi, konstruksi, dan bahan. 42
Perabotan atau mebel merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam sebuah
kelengkapan desain interior.

40
Susanta, G., & Aditama, H. (2007). Agar rumah tidak gelap dan tidak pengap. Penebar Swadaya. Depok.
41
Lasa, H. S. (2005). Manajemen perpustakaan.
42
Sholahuddin, M. (2014). Proses perancangan desain mebel. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan
analisis deskriptif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan yang dilakukan
dengan menguji suatu teori secara objektif melalui proses analisis yang berkaitan
antar variabel. Variabel-variabel ini dapat diuji melalui pengukuran tertentu, sehingga
memperoleh data yang dapat dianalisis dengan menggunakan metode statistik. 43
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.44
Sementara analisis deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan
mengumpulkan data yang sesungguhnya untuk disusun, diolah, serta dianalisis guna
memberikan kesimpulan tertentu.45 Adapun penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek maupun objek yang
diteliti secara tepat.46
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Guna mendukung proses analisis, penelitian dilaksanakan di Hotel Royale
Surakarta Heritage yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi Nomor 6, Kel. Kampung
Baru, Kec. Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Penilitian ini dilakukan pada
hari Sabtu, 20 Mei 2023 dan pada hari Minggu, 28 Mei 2023.
3.3 Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,
43
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches (4th ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
44
Siyoto, S. & Sodik, M.A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.
45
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
46
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara.
dapat berupa informasi maupun penjelasan tertentu yang dinyatakan dengan bilangan
maupun berbentuk angka.47 Sehingga pada penelitian ini, data kuantitatif yang
diperlukan adalah data ukuran ruang lobby Hotel Royale Surakarta Heritage maupun
ukuran furnitur yang ada di dalamnya.

Sedangkan bagaimana dan jenis data yang diperoleh termuat pada sumber
data. Sumber data merupakan subjek dari mana data yang diperlukan diperoleh.
Sumber data sendiri terbagi menjadi dua yakni data primer maupun data sekunder.
Pada penelitian ini sumber data primer merupakan sekumpulan data yang diperoleh
melalui proses observasi, yakni data lapangan melalui proses pengukuran keseluruhan
bagian dari lobby Hotel Royale Surakarta Heritage maupun melalui proses
dokumentasi . Sementara data sekunder merupakan data pendukung. Pada penelitian
ini, data sekunder bersumber dari artikel, jurnal, maupun literatur terkait topik
penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara


mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada suatu
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dari
pengamatan, akan mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pamahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.48

Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama penelitian untuk


mengoptimalkan data mengenai kenyamanan fisik dan psikologi para pengunjung
Hotel The Royal Surakarta Haritage.

2. Dokumentasi

47
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
48
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan
dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber.49
Dokumen yang dikumpulkan adalah berupa foto-foto terkait interior lobby hotel.

49
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Analisis


4.1.1 Pengertian Judul
Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kenyamanan Fisik Dan Kenyamanan
Psikologis Desain Interior Lobby Hotel The Royale Surakarta Heritage
dengan penjelasan sebagai berikut:

Analisis Analisis merupakan penyelidikan


terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya).50
Kenyamanan Kenyamanan merupakan suatu
keadaan seseorang merasa sejahtera
atau nyaman baik secara mental,
fisik maupun sosial.51
Kenyamanan Fisik Kenyamanan fisik berkaitan dengan
sensasi tubuh yang dirasakan oleh
individu itu sendiri.52
Kenyamanan Psikologis Kenyamanan Psikologis dengan
kesadaran internal diri, yang
meliputi konsep diri, harga diri,
makna lebih tinggi.53
Desain Interior Desain interior merupakan sebuah

50
Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/analisis
51
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. edisi 10). Jakarta: EGC.
52
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and research. Springer
Publishing Company.
53
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and research. Springer
Publishing Company.
perancangan tata ruang bangunan
untuk mewadahi dan kebutuhan
penghuninya agar merasa nyaman
dan aman.
Lobby Lobby merupakan pusat kegiatan
hotel yang merupakan akses utama
menuju semua fasilitas hotel
terrnasuk akses ke kamar, termasuk
sebagai pusat penerimaan informasi
dan kasir.54
Hotel The Royale Surakarta Heritage Hotel Royale Surakarta Heritage
yang merupakan salah satu hotel
bintang tingga yang mengadopsi
kebudaayaan jawa dan berlokasi di
Jalan Slamet Riyadi Nomor 6, Kel.
Kampung Baru, Kec. Pasar Kliwon,
Kota Surakarta, Jawa Tengah. 55

Berdasarkan penjelasan di atas maka judul adalah Analisis Kenyamanan Fisik


Dan Kenyamanan Psikologis Desain Interior Lobby Hotel The Royale
Surakarta Heritage dapat dipahami sebagai kegiatan penyelidikan tingkat
kenyaman fisik maupun kenyaman psikologis pada interior lobby Hotel The
Royale Surakarta Heritage sebagai akses utama pada sebuah hotel untuk
mengetahui sejauh desain interior lobby hotel ini mampu membuat
pengunjung maupun pengunjung dapat merasa nyaman baik secara fisik
maupun psikologis.

54
Ali, Z. (2007). City Hotel di Pekalongan Dengan Langgam Batik Jlamprang Sebagai Citra Bangunan.
55
Booking.com. The Royale Surakarta Heritage. https://www.booking.com/hotel/id/the-royal-surakarta-
heritage.id.html.
4.1.2 Site Plan

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

Hotel Royale Surakarta Heritage yang merupakan salah satu hotel bintang
tingga yang mengadopsi kebudaayaan jawa dan berlokasi di Jalan Slamet
Riyadi Nomor 6, Kel. Kampung Baru, Kec. Pasar Kliwon, Kota Surakarta,
Jawa Tengah.

4.2 Analisis Kenyamanan Fisik


4.2.1 Layout

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

Layout Hotel Royale Surakarta Heritage memiliki luas area sebesar 98.85 m²,
serta dilengkapi beberapa furniture seperti: (1) 3 meja pengunjung bundar; (2) 2 meja
pengunjung persegi; (3) 1 meja petugas keamanan; (4) 3 meja dekorasi; (5) 6 kursi
pengunjung; (7) 1 kursi petugas keamanan; (8) 4 arm chair; (9) 1 meja resepsionis;
(10) 4 kursi resepsionis.

Ukuran lobby pada umumnya menyesuaikan dengan jumlah kamar, sementara


standar ukuran lobby yaitu ukuran moderat dengan asumsi / kamamya adalah 0,4-0,9
m2 atau minimal lobby mempunyai luasan 100 m².56 Sehingga, secara luas, lobby
Hotel Royale Surakarta Heritage belum sepenuhnya memenuhi ukuran minimum luas
sebuah lobby hotel. Sementara itu, terdapat aspek penting lain yang perlu dihadirkan
dalam sebuah lobby hotel guna mendukung kegiatan pengunjung maupun pegawai.
Berdasarkan peraturan DIRJEN Pariwisata No. 14 th 1988, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada sebuah lobby hotel yaitu sirkulasi, arah, front desk,
hingga lounge.

Rute sirkulasi utama perlu mengarah ke front desk, serta sirkulasi perlu dibuat
tanpa ada penghambat maupun pembatas, dengan minimal lebar sirkulasi yaitu 2,1
m.57 Pada lobby Hotel Royale Surakarta Heritage, pintu utama mengarah langsung ke
front desk sehingga memudahkan bagi tamu untuk menemukan area resepsionis.
Namun, sayangnya, terdapat sebuah meja bundar yang berada di tengah area.
Sehingga terkadang mengganggu arus pengunjung, terutama ketika ramai. Sementara
lounge atau area duduk bagi tamu pada lobby Hotel Royale Surakarta Heritage telah
melampaui standar minimal luas sebesar 10% dari luas utama lobby, yaitu sekitar
9,885 m².

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

4.2.2 Analisis Furniture dan Sirkulasi


a. Area Duduk Pengunjung

56
Ali, Z. (2007). City Hotel di Pekalongan Dengan Langgam Batik Jlamprang Sebagai Citra Bangunan.
57
Ali, Z. (2007). City Hotel di Pekalongan Dengan Langgam Batik Jlamprang Sebagai Citra Bangunan.
Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo
(Sumber: maps.google.com)

No Data Ukuran Standar


1. Tinggi Dudukan (Tanpa Sandaran) 47 40.6–43.2
2. Diameter Dudukan 49 40.6–43.2
3 Kemiringan Sandaran 100-105 103

Kursi bagi pengunjung merupakan general seating dengan arm rest


yang cukup pendek, sehingga tidak begitu nyaman untuk meletakkan lengan.
Kursi ini memiliki dudukan dengan diameter 49 cm, sehingga melampui
maksimum standar lebar dudukan sebuah general seating yaitu 43 cm.58 Selain
itu, kursi ini juga memiliki tinggi dudukan sebesar 47 cm yang melebihi
maksimum standar tinggi dudukan sebuah general seating yaitu 43 cm.59

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

No Data Ukuran Standar


1. Tinggi Meja 75 73.7-76.2

58
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
59
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
2. Diameter Meja 60 61-76.2

Meja bagi pengunjung merupakan general table yang memiliki bentuk


bundar dengan diameter 60 cm belum sepenuhnya memenuhi standar
sebagai meja yang diperuntukkan untuk aktivitas umum bagi 2 orang, yaitu
dengan minimal diameter 61 cm.60 Sementara tinggi 75 cm meja telah
memenuhi standar tinggi sebuah meja dengan tinggi minimal 73.7 cm.61

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

No Data Ukuran
1 Jarak Kursi-Meja 45
2 Ujung Meja-Ujung Kursi 133
3 Zona Berdiri 45
4 Zona Sirkulasi 103
5 Jarak Kursi 37
6 Jarak Antar Meja 100

Sementara untuk sirkulasi area duduk, kursi dapat ditarik hingga 45 cm


dari meja sehingga telah memenuhi standar jarak antara kursi ke meja. 62 Selain
itu jarak antara satu meja ke meja lainnya yaitu sebesar 100 cm, sehingga telah
memenuhi standar tinggi sebuah meja.63

60
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
61
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
62
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
63
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
b. Area Petugas Keamanan

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

No Data Ukuran Standar


1. Tinggi Meja 75 73.7-76.2
2. Panjang Meja 160 152.4–182.9
3 Lebar Meja 75 76.2–91.4

Meja bagi petugas keamanan merupakan meja kerja dengan tinggi


meja 75 cm, panjang 160 cm, serta lebar 75 cm yang sudah cukup
mengakomodasi pekerjaan.64

4.2.3 Analisis Pencahayaan


a. Pencahayaan Alami

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

64
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space: A source book of design reference
standards. Watson-Guptill.
Pada area lobby terdapat kaca cukup besar di sepanjang bagian depan
yang mengizinkan cahaya matahari pada siang hari untuk masuk dan
menerangi sebagian area. Dengan demikian, interior lobby Hotel The
Royale Surakarta Heritage telah mampu menyediakan sumber cahaya alami
sebagai pencahayaan tambahan.
b. Pencahayaan Buatan

Gambar 2. Lokasi Bangunan Eks Rumah Dinas Manajer Pabrik Es Saripetojo


(Sumber: maps.google.com)

Pada area resepsionis, terdapat LED strip dengan warna putih


kekuningan yang diletakkan di sepanjang area sebagai general lighting
untuk area ini. General lighting umumnya dapat digunakan pada ruangan
yang membutuhkan pencahayaan yang baik maupun ruangan yang menjadi
tempat bagi banyak pengguna melakukan aktivitas-aktivitas yang beragam,
seperti ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, dan masih banyak
lagi. Dengan demikian, fungsi LED strip sebagai sumber general lightning
telah diaplikasikan dengan baik untuk membantu pengunjung melakukan
kegiatan mereka dengan nyaman. Mengingat lobby merupakan area bagi
pengunjung untuk melakukan kegiatan yang cukup beragam dan sederhana,
tanpa melakukan kegiatan yang membutuhkan tingkat fokus yang tinggi.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan observasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa
penerapan tingkat ergonomi berdasarkan antroprometri belum sepenuhnya memenuhi
kebutuhan pengunjung berdasarkan standar ukuran tubuh manusia dan standar ukuran
ruang lobby maupun furniture pada Hotel The Royale Surakarta Heritage, walaupun
terdapat beberapa aspek telah mampu mengakomodasi kegiatan pengunjung. Hal ini
kemudian memengaruhi tingkat kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam
lobby itu sendiri, seperti general seating dan general table yang belum sepenuhnya
mengakomodasi ukuran tubuh manusia. Di sisi lain, luas ruang lobby hotel ini belum
sepenuhnya memenuhi standar kebutuhan ruang sebuah hotel untuk menyediakan
tempat bagi banyak pengunjung. Sementara itu, beberapa placement furniture dirasa
kurang begitu tepat sehingga mengurangi space untuk mobilisasi pengunjung maupun
pegawai hotel itu sendiri, terutama ketika membawa barang.
5.2 Saran
1. Beberapa ukuran furniture perlu disesuaikan kembali agar mampu
mengakomodasi kegiatan pengunjung dengan nyaman
2. Placement elemen dekorasi yang perlu diatur ulang kembali agar tidak
mengganggu dan membatasi sirkulasi pengujung
BAB VI

PENUTUP

Putra. (2022). PENGERTIAN HOTEL : fungsi, sejarah, dan klasifikasi


Braun, R. (2011). The lobby as a living room: What interior design innovations and products
do luxury hotels implement to attract guests to their lobby. Zavrsni rad. Modul University
Bee.
Kilburn, H. (2018). Spotlight on: Storytelling in the Hotel Lobby.
Satwiko, P. (2009). Pengertian kenyamanan dalam suatu bangunan. Yogyakarta,
Wignjosoebroto.
Hendrarto, T., Sulastio, O., & Afrinaldi, D. (2013). Kajian Proporsi Ruang-Dalam Bangunan
Baru Hotel Concordia Bandung. Reka Karsa: Jurnal Arsitektur, 1(1).
Pulat, B. M. (1997). Fundamentals of industrial ergonomics. Waveland PressInc.
Wijaya, M. A., Siboro, B. A. H., & Purbasari, A. (2016). Analisa Perbandingan Antropometri
Bentuk Tubuh Mahasiswa Pekerja Galangan Kapal Dan Mahasiswa Pekerja
Elektronika the Comparative Analysis of Anthropometry Between Student of Shape
Vessel Shipyard Workers and Students of Workers Electronic. PROFISIENSI: Jurnal
Program Studi Teknik Industri, 4(2).
Nurmianto, E. (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Jurusan
Teknik Industri ITS, PT. Candimas Metropole.
Wicaksono, A. A., & Tisnawati, E. (2014). Teori interior. Griya Kreasi.
Bridger, R. (2008). Introduction to ergonomics. Crc Press.
Sokhibi, A. (2017). Perancangan kursi ergonomis untuk memperbaiki posisi kerja pada proses
packaging Jenang Kudus. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 3(1), 61-72.
Wignjosoebroto (2000). Teori antropometri
Stevenson (2003)
Heimstra, N.W., & Mc Farling, L.H (1982). Enviromental Psychology
Bernadet Maress (2018) Hubungan psikologi dengan ergonomi
Winona Katyusha (2021). Psikologi warna mempelajari pengaruh warna terhadap emosi
manusia
KBBI karangan Suharso dan Ana Retnoningsih (2005) Pengertian analisis
KBBI Departemen Pendidikan Nasional (2005) Pengertian analisis
Setyaningsih Sri Utami (2016) Pengertian kenyamanan
Putu satria dan Nyonya Anom (2015) Analisis desain Lobby Bali Sani Suites Hotel
Putu satria dan Nyonya Anom (2015) Analisis desain Lobby Bali Sani Suites Hotel
Mc Cormick dan Ernest (1993) Pengertian kenyamanan fisik
Nurhayati (2004)
Muchlisin Riadi (2020). Desain Interior (elemen, komponen, aspek, prinsip dan model)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
Menurut Suptandar (1995)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
Patty Et Al (1967).
Lasa (2005: 56)
Satwiko (2005: 88)
Satwiko (2005:86)
Lasa (2005: 170)
Satwiko (2005: 88)
Lasa (2005: 170)
Yunita Setyaningsih (2023) Pengertian Layout Desain, prinsip, elemen, tujuan dan manfaat
Render dan Heizer, (2007: 450)
Sumayang, (2003: 133)
Eddy Harjanto (2003: 36)
KBBI (2020)
Suptandar (1982: 150)
Suptandar (1999: 275)
Sutanta (2007: 31)
Lasa, 2005: 168)
M. Sholahuddin, (2014) pengertian dan aspek furniture
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods
Approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Siyoto, S. & Sodik, M.A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Nana Syaodih,(2013: 220)
Nana Syaodih, 2013: 221)

Anda mungkin juga menyukai