REVIEW
UNIVARIAT
Kategorik ⇒ frequencies (di SPSS)
1. N
2. %
Numerik ⇒ explore (di SPSS - sekalian cek normalitas)
1. Mean (SD)
2. Min-Max
3. Median (P25 ; P75) 🡺 jika, data tidak normal
BIVARIAT
KATEGORIK-KATEGORIK
1. Chi square (normal)
a. Row : variabel independent (yg mempengaruhi)
b. Column : variabel dependent (yg dipengaruhi)
KATEGORIK – NUMERIK
2. Berpasangan :
● paired t test (normal)
○ Berpengaruh (p Value <0.05)
○ Tidak Berpengaruh (p Value >0.05)
● Wilcoxon (tidak normal)
○ Berpengaruh (p Value <0.05)
○ Tidak Berpengaruh (p Value >0.05)
3. Tidak berpasangan :
a. 2 kelompok :
● Independent t test (normal)
○ Homogen (sig >0.05) ⇒ assumed ⇒ sig 2 tailed ⇒ pengaruh/tidak
○ Heterogen (sig <0.05)⇒ not assumed ⇒ sig 2 tailed ⇒ pengaruh/tidak
● mann whitney (tidak normal)
○ Berpengaruh (p Value <0.05)
○ Tidak Berpengaruh (p Value >0.05)
b. > 2 kelompok :
● one way anova (normal)
➔ Berpengaruh (p Value <0.05) ⇒ multiple comparison
➔ Tidak berpengaruh (p Value >0.05) ⇒ stop
● kruskall wallis (tidak normal)
NUMERIK – NUMERIK
1. Korelasi
a. Spearman ⇒ tidak normal
i. Berpengaruh (p Value <0.05) ⇒ lanjut correlation coefficient
1. + : sama2 naik
2. - : satu naik, yang lainnya turun
ii. Tidak berpengaruh (p Value >0.05)
b. Pearson ⇒ normal
Langkah
1. Kenali kategorik / numerik
a. Data yang dicoding bukan numerik, tapi tetap kategorik
2. Kenali deskriptif : menggambar atau inferensial
3. Bivariat 🡺 numerik-numerik atau bukan 🡺 berpasangan atau bukan
UJI NORMALITAS
UJI HOMOGENITAS
p Value > 0.05 = Homogen
p Value < 0.05 = Heterogen
UJI PENGARUH
p Value < 0.05 = berpengaruh
p Valuen > 0.05 = tidak berpengaruh
YANG TIDAK DI SPLIT FILE
1. Pertanyaan karakteristik responden
2. Pertanyaan chi square
JENIS DATA
Numerik
1. Usia ⇒ interval
2. Tekanan darah ⇒ interval
3. Skor pengetahuan⇒ interval
4. Skor persepsi⇒ interval
5. BB ⇒ rasio
6. TB⇒ rasio
7. lama menderita diabetes ⇒ rasio
8. Skala nyeri ⇒ interval
Kategorik
Cara : TIDAK SI SPLIT >> analyze >> frequencies >> pilih jenis kelamin, pendidikan, status
pasangan, diabetes
Tabel 1.1 Karakteristik Jenis Kelamin, Pendidikan Dan Status Pasangan Lansia Pada Kelompok
Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit
Variabel n %
Jenis Kelamin
Pendidikan
SD 125 28.4%
SMA 85 19.3%
Diploma 54 12.3%
S1 56 12.7%
Status Pasangan
Masih memiliki istri/suami 253 57.5%
Diabetes
Ya 353 80.2%
Tidak 87 19.8%
Berdasarkan table 1.1, mengenai gambaran karakteristik responden di Pasangan Lansia Pada
Kelompok Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit
berjumlah 440 orang. Pada kedua kelompok intervensi, didapatkan mayoritas responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 254 dari 440 orang (57.7%), tingkat Pendidikan responden
mayoritas Pendidikan SD sebanyak 125 orang (28.4%%) dari tingkat SMP, SMA, Diploma dan
S1, status pasangan responden mayoritas Duda/Janda (cerai hidup/cerai mati) sebanyak 253
orang (57.5%) dan mayoritas responden memiliki diabetes sebanyak 353 orang (80.2%)
Karakteristik Usia
Cara :
1. TIDAK DI SPLIT FILE 2 KELOMPOK
2. Ketahui data normal atau tidak normal : analyze >> explore >> usia, TD sebelum
sesudah, pengetahuan sebelum sesudah, persepsi >> statistics : descriptive ;
percentiles >> plots : normality plot with test
Kolmogrov Smirnov (Sample > 50)
Shapiro Wilk (Sample < 50)
a. Normal (P>0,05) : Tabel 🡺 Mean (SD), Min-Max
b. Tidak Normal (P<0,05): Tabel 🡺 Mean (SD), Median (P25, P75), Min-Max
Tabel 1.2 Karakteristik Usia Lansia Pada Kelompok Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20
Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit
SOAL NO 2 : Mengetahui gambaran tekanan darah sistolik lansia sebelum dan sesudah
intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
UJI : Descriptive
ALASAN :
Gambaran umum 🡺 mean(SD), median, min-max 🡺 uji descriptive
tekanan darah sistolik lansia sebelum dan sesudah 🡺 data tidak normal
mean (SD), median (P25 ; P75), Min-Max
Penjelasan
1. Tidak ada hipotesis
2. Ini adalah univariat
3. Kerjakan dengan analisi numerik
Cara :
1. Split file 2 kelompok
2. Ketahui data normal atau tidak normal : analyze >> explore >> usia, TD sebelum
sesudah, pengetahuan sebelum sesudah, persepsi >> statistics : descriptive ;
percentiles >> plots : normality plot with test
Kolmogrov Smirnov (Sample > 50)
Shapiro Wilk (Sample < 50)
a. Normal (P>0,05) : Tabel 🡺 Mean (SD), Min-Max
b. Tidak Normal (P<0,05): Tabel 🡺 Mean (SD), Median (P25, P75), Min-Max
Tabel 2. Gambaran Tekanan Darah Sistolik Lansia Sebelum Dan Sesudah Intervensi Relaksasi
Otot Progresif 20 Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit
Group Variabel Tekanan darah sistolik lansia
Mean (SD) Median (P25 ; P75) Min-Max
Jalan Pagi 30 Sebelum 149.75 (7.180) 149.50 (144.00 ; 155.00) 132 – 168
Menit Sesudah 129.10 (6.059) 129.00 (125.00 ; 134.00) 113 – 147
Relaksasi otot Sebelum 149.27 (8.031) 148.00 (143.00 ; 155.00) 123 – 171
progresif 15 Sesudah 129.67 (6.040) 130.00 (126.00 ; 134.00) 112 - 146
menit
Berdasarkan table 2, mengenai Gambaran Tekanan Darah Sistolik Lansia Sebelum Dan
Sesudah Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit. Pada
kelompok Intervensi Jalan Pagi 30 Menit, didapatkan penurunan angka rata-rata antara sebelum
dan sesudah intervensi yaitu dari 149.75 mmHg (SD = 7.180) menjadi 129.10 mmHg (SD =
6.059), penurunan angka nilai tengah antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 149.50
mmHg (144.00 ; 155.00) menjadi 129.00 mmHg (125.00 ; 134.00) serta penurunan angka
tertinggi antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 168 mmHg menjadi 147 mmHg
Kemudian keadaan tersebut terjadi pada kelompok lainnya yaitu kelompok Intervensi
Relaksasi Otot Progresif 20 Menit, didapatkan penurunan angka rata-rata antara sebelum dan
sesudah intervensi yaitu dari 149.27 mmHg (SD=8.031) menjadi 129.67 mmHg (SD=6.040),
penurunan angka nilai tengah antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 148.00 mmHg
(143.00 ; 155.00) menjadi 130.00 mmHg (126.00 ; 134.00) serta penurunan angka tertinggi
antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 171 mmHg menjadi 146 mmHg
Tabel 3. Gambaran Skor Pengetahuan Lansia Sebelum Dan Sesudah Intervensi Pendidikan
Berdasarkan table 3, mengenai Gambaran Skor Pengetahuan Lansia Sebelum Dan Sesudah
Intervensi Pendidikan. Pada kelompok Intervensi Jalan Pagi 30 Menit, didapatkan peningkatan
angka rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 53.47 (SD=9.399) menjadi
61.60 (SD=9.450), serta peningkatan angka tertinggi antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu
dari 72 menjadi 81
Kemudian keadaan tersebut terjadi pada kelompok lainnya yaitu kelompok Intervensi Relaksasi
Otot Progresif 20 Menit, didapatkan peningkatan angka rata-rata antara sebelum dan sesudah
intervensi yaitu 51.99 (SD=5.316) menjadi 60.80 (SD=5.507), serta peningkatan angka tertinggi
antara sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 73 menjadi 82
SOAL NO 4 : Mengetahui hubungan usia lansia dengan tekanan darah sebelum dilakukan
intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit
UJI : spearman
Syarat uji korelasi spearman
1. Dua-duanya berdata ordinal
2. ordinal dan nominal / rasio
3. data tidak normal
usia lansia : numerik 🡺 normal
tekanan darah sebelum : numerik 🡺 tidak normal
Penjelasan
1. Cek uji normalitas
2. Usia lansia : numerik 🡺 tidak normal
3. Tekanan darah sebelum : numerik 🡺 tidak normal
4. Pakai korelasi spearman
a. Kalau data pearson 🡺 data normal, numerik
CARA Spearman
● Cara : split 2 kelompok >> analyze >> correlate >> bivariat >> masukkan data numerik
(USIA dan TD SEBELUM) >> spearman
● Tabel penyajian spearman
variabel mean (SD) median (P25 ; P75) p value r
CARA Pearson
● Cara : split 2 kelompok >> analyze >> correlate >> bivariat >> masukkan data numerik
>> pearson
● Tabel penyajian pearson
variabel mean (SD) p value r
UJI PENGARUH
● P Value > 0.05 🡺 TIDAK ADA PENGARUH Ha ditolak
● P value < 0.05 🡺 ADA PENGARUH Ha diterima
Berdasarkan table 4, mengenai hubungan usia lansia dengan tekanan darah sebelum dilakukan
intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit. Pada kelompok
Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit, didapatkan rata-rata usia sebesar 62.01 tahun
(SD=2.688) dengan nilai tengah 62.00 (60.00 ; 64.00). Sedangkan tekanan darah sistolik sebelum
intervensi, memiliki rata-rata sebesar 149.27 mmHg (SD=8.031) dengan nilai tengah sebesar
148.00 mmHg (143.00 ; 155.00). Setelah dilakukan uji korelasi spearman didapatkan bahwa P
Value sebesar 0.000 (P Value < 0.05), maka terdapat hubungan usia lansia dengan tekanan darah
sebelum Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit. Hubungan ini digambarkan dengan
semakin bertambah usia, maka semakin rendah tekanan darah sistolik sebelum intervensi.
Terdapat hubungan yang sempurna/kuat/sedang/lemah/tidak ada korelasi antara dua variabel
yang dibuktikan dengan nilai r sebesar -0.031
Pada kelompok intervensi Jalan Pagi 30 Menit, didapatkan rata-rata usia sebesar 61.97 tahun
(SD=3.141) dengan nilai tengah 62.00 (60.00 ; 64.00). Sedangkan tekanan darah sistolik sebelum
intervensi, memiliki rata-rata sebesar 149.27 mmHg (SD=8.031) dengan nilai tengah sebesar
149.75 mmHg (SD=7.180). Setelah dilakukan uji korelasi spearman didapatkan bahwa P Value
sebesar 0.383 (P Value < 0.05), maka terdapat hubungan usia lansia dengan tekanan darah
sebelum Intervensi Jalan Pagi 30 Menit. Setelah dilakukan uji korelasi spearman didapatkan
bahwa P Value sebesar 0.000 (P Value < 0.05), maka terdapat hubungan usia lansia dengan
tekanan darah sebelum Intervensi Jalan Pagi 30 Menit. Hubungan ini digambarkan dengan
semakin bertambah usia, maka semakin tinggi tekanan darah sistolik sebelum intervensi.
Terdapat hubungan yang sempurna/kuat/sedang/lemah/tidak ada korelasi antara dua variabel
yang dibuktikan dengan nilai r sebesar 0.059
SOAL NO 5 : Mengetahui hubungan jenis kelamin lansia dengan skor persepsi lansia terhadap
manajemen hipertensi pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi
jalan pagi 30 menit.
UJI : independent t test
Jenis kelamin : nominal
Skor persepsi : numerik 🡺 data normal
🡺 tidak berpasangan, 2 kelompok, normal
Alasan
1. Tidak berpasangan 🡺 jenis kelamin (nominal) dan skor persepsi (numerik)
2. Data normal (independent t test) , kalau tidak normal (mann whitney)
Cara : split file 2 kelompok >> uji normalitas (normal / tidak normal >> normal >> independent
t test) >> analyze >> compare means >> independent sample t test >> masukkin numerik (skor
persepsi) dan kategorik yang sudah dicoding (jenis kelamin)
● Cek lavene’s test 🡺 homogen / tidak homogen
UJI HOMOGENITAS
o P Value > 0.05 🡺 HOMOGEN 🡺cek sig 2 tailed di equal variances assumed
o P value < 0.05 🡺 TIDAK HOMOGEN 🡺 cek sig 2 tailed di equal variances not assumed
● sig 2 tailed di equal variances assumed 🡺 cek sig 2 tailed 🡺 berpengaruh / tidak
UJI PENGARUH
o P Value > 0.05 🡺 TIDAK ADA PENGARUH Ha ditolak
o P value < 0.05 🡺 ADA PENGARUH Ha diterima
Jenis Kelamin
Jalan Pagi 30
Laki-laki 48.51 (9.524)
Menit -1.142 0.255
Perempuan 49.93 (8.783)
Berdasarkan table 5, mengenai hubungan jenis kelamin lansia dengan skor persepsi
lansia terhadap manajemen hipertensi pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit
dan intervensi jalan pagi 30 menit. Pada kelompok Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit,
didapatkan nilai rata-rata skor persepsi lebih besar pada perempuan yaitu 51.28 (SD=7.286).
Setelah dilakukan uji independent t test, didapatkan nilai p Value 0.766 (p Value > 0.05), maka
tidak terdapat hubungan jenis kelamin lansia dengan skor persepsi lansia terhadap manajemen
hipertensi pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit.
Kemudian, pada kelompok intervensi jalan pagi 30 menit, didapatkan nilai rata-rata skor
persepsi lebih besar pada perempuan yaitu 49.93 (SD=8.783). Setelah dilakukan uji independent
t test, didapatkan nilai p Value 0.255 (p Value > 0.05), maka tidak terdapat hubungan jenis
kelamin lansia dengan skor persepsi lansia terhadap manajemen hipertensi pada kelompok
intervensi jalan pagi 30 menit.
SOAL NO 6: Mengetahui penyakit diabetes melitus dengan tekanan darah sebelum dilakukan
intervensi jika tekanan darah sistolik dikelompokan menjadi <160 mmHg dan >=160 mmHg
pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
UJI : Uji beda proporsi chi square
Diabetes mellitus : nominal
Tekanan darah < 160 mmHg dan >=160 mmHg : nominal
🡺 uji beda proporsi
Cara :
Variabel independent ada di row 🡺 diabetes
Variabel dependent ada di column 🡺 TD
Yang dibaca yang within diabetes
Tabel 6. Hubungan Diabetes dengan Tingkat Tekanan Darah Sistolik Sebelum Intervensi
pada Kelompok Lansia
No Diabetes Tekanan Darah Sistolik Jumlah Nilai p
< 160 mmhg ≥160 mmhg
n % n % N %
1 Ya 318 90,1 35 9,9 353 100 0,840
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak
118 dari 150 orang ( 78.7%). Didapatkan mayoritas kelompok jenis kelamin laki-laki memiliki
skor tinggi sikap kepatuhan sebanyak 23 orang (71.9%). Sedangkan, mayoritas kelompok jenis
kelamin perempuan memiliki skor rendah sebanyak 62 orang (52.5%). Hasil analisis statistik
dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p (p-value) sebesar 0.014 (p<0,05), dapat
diartikan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin dengan sikap kepatuhan terhadap diet
responden. Kemudian didapatkan kelompok jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan
mendapat skor tinggi sikap kepatuhan sebesar 2.829 kali lebih besar dibandingkan kelompok
jenis kelamin laki-laki dan diperoleh selang kepercayaan [(1.208 – 6.627).
SOAL NO 7: Mengetahui hubungan status pasangan dengan tekanan darah lansia sebelum
pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
UJI : Mann whitney
Alasan :
Status pasangan : nominal
Tekanan darah sebelum : numerik 🡺 Tidak normal
🡺 tidak berpasangan, tidak normal, 2 kelompok
Tabel penyajian data : Mean sd median P25 ; P 75 z P value
Cara : split file 2 kelompok >> uji normalitas (Tidak normal >> Mann Whitney) >> Analyze>>
Non parametric test >> Legacy dialogs >> 2 independent samples >> masukkin data numerik
(TDS sebelum) dan data nominal (status pasangan) >> options ceklis descriptive dan quartiles >>
ceklis mann whitney
Cara dapat mean TDS per status pasangan : explore >> factor : status pasangan dan numerik :
TDS Sebelum >> ceklis descriptive dan percentiles
Tabel 7. Hubungan Status Pasangan Dengan Tekanan Darah Lansia Sebelum Pada
Kelompok Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit Dan Intervensi Jalan Pagi 30 Menit.
Tekanan Darah Lansia Sebelum Intervensi
Group Variabel Median (P25;
Mean (sd) Z p Value
P75)
Status Pasangan
Duda/Janda 151.00
Relaksasi (cerai (143.00;157.00)
149.91 (8.607)
Otot Progresif hidup/cerai
20 Menit mati) 1.207 0.804
Masih 148.00
memiliki 148.51 (7.263) (143.50;154.00)
istri/suami
Status Pasangan
Duda/Janda 149.00 (144.00;
(cerai 155.25)
Jalan Pagi 30 149.87 (7.468)
hidup/cerai
Menit mati) 0.249 0.227
Masih 150.00
memiliki 149.56 (6.747) (145.00;154.25)
istri/suami
Masih memiliki
istri/suami
Masih memiliki
istri/suami
Masih memiliki
istri/suami
Masih memiliki
istri/suami
SOAL NO 8: Mengetahui hubungan pendidikan lansia dengan pengetahuan sebelum
dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20
menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
UJI : ANOVA
Alasan:
Pendidikan : nominal >2 kelompok pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma, S1)
Pengetahuan sebelum : numerik 🡺 data normal
🡺 tidak berpasangan, normal, >2 kelompok
Cara :split file 2 kelompok >> uji normalitas (Normal >> ANOVA) >> Analyze >> compare
means >> one way ANOVA >>> dependent : data numerik PENGETAHUAN SEBELUM dan
Factor : data kategorik PENDIDIKAN BARU >> klik POST HOC (ceklis TUKEY’S-B) >> klik
options (ceklis DESCRIPTIVE) >> OK
Berdasarkan Tabel 8, Analisis hubungan pendidikan lansia yaitu SD, SMP, SMA,
Diploma dan S1 dengan pengetahuan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada
kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit. Hasil
analisis menggunakan ANOVA didapatkan tidak terhadap hubungan yang signifikan antara
kelompok Jalan Pagi dalam 30 Menit terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1),
dibuktikan dengan nilai P Value = 0,544 (P > 0,05). Kemudian pada kelompok Relaksasi otot
progresif dalam 15 menit terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1) diketahui tidak
tidak terhadap hubungan yang signifikan, dibuktikan dengan nilai P Value = 0,787 (P>0,05).
Maka, berdasarkan hasil analisis ANOVA dinyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Pendidikan lansia (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1) dengan
pengetahuan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi
relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
Berdasarkan Tabel 8, Analisis hubungan pendidikan lansia yaitu SD, SMP, SMA, Diploma dan
S1 dengan pengetahuan sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok
intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit. Hasil analisis
menggunakan ANOVA didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok Jalan
Pagi dalam 30 Menit terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1), dibuktikan dengan
nilai P Value = 0,000 (P < 0,05). Dilakukan uji multiple comparison, didapatkan
SD>SMP<SMA>DIPLOMA>S1. Berdasarkan uji tersebut, didapatkan tingkat Pendidikan yang
paling baik terhadap pengetahuan sebelum intervensi adalah Diploma
Mean SD F P Value
Berdasarkan Tabel 9, Analisis hubungan pendidikan lansia yaitu SD, SMP, SMA,
Diploma dan S1 dengan pengetahuan sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada
kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit. Hasil
analisis menggunakan ANOVA didapatkan tidak terhadap hubungan yang signifikan antara
kelompok Jalan Pagi dalam 30 Menit terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1),
dibuktikan dengan nilai P Value = 0.529 (P > 0,05). Kemudian pada kelompok Relaksasi otot
progresif dalam 15 menit terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1) diketahui tidak
tidak terhadap hubungan yang signifikan, dibuktikan dengan nilai P Value = 0.654 (P>0,05).
Maka, berdasarkan hasil analisis ANOVA dinyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Pendidikan lansia (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1) dengan
pengetahuan sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi
relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30 menit.
Median (P25,
Variabel Mean (sd) Z p Value
P75)
Cara : split file 2 kelompok >> Uji normalitas (tidak normal >> WILCOXON) >> Analyze >>
non parametric test >> legacy dialogs >> 2 related samples >> masukkin data numerik TDS sebelum
dan sesudah >> klik options (ceklis descriptive dan quartiles) >> OK
Tabel 10. Analisis Efektifitas Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit Dasn Intervensi Jalan
Pagi 30 Menit Terhadap Tekanan Darah Sistolik Lansia
Groups Variabel Mean (sd) Median Z p Value
(P25, P75)
ROP
Berdasarkan table 10, menunjukan bahwa baik pada kelompok jalan pagi 30 menit dan
Relaksasi Otot Progresif 20 menit didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah kedua
intervensi tersebut mengalami penurunan secara signifikan. Pada kelompok sebelum intervensi
jalan pagi 30 menit didapatkan nilai rata-rata 149,75 dan memiliki standar deviasi sebesar 7,180,
serta nilai median yang didapatkan sebesar 149,50 dengan rentang persentil antara 144 dan 155.
Sedangkan, pada kelompok sesudah intervensi jalan pagi 30 menit didapatkan nilai rata-rata
129,10 dan memiliki standar deviasi sebesar 6,059, serta nilai median yang didapatkan sebesar
129,00 dengan rentang persentil antara 125 dan 134. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan bahwa intervensi jalan pagi 30 menit terbukti efektif
secara signifikan dalam menurunkan tekanan darah sistolik pada lansia di Kota Depok.
Efektivitas terbukti melalui nilai P Value = 0,00 (P < 0.05).
Berdasarkan table 10, pada kelompok lainnya yaitu kelompok Relaksasi Otot Progresif
20 menit didapatkan sebelum intervensi didapatkan nilai rata-rata 149,27 dan memiliki standar
deviasi sebesar 8,031, serta nilai median yang didapatkan sebesar 148,00 dengan rentang
persentil antara 143 dan 155. Sedangkan, pada kelompok sesudah intervensi Relaksasi Otot
Progresif 20 menit didapatkan nilai rata-rata 129,67 dan memiliki standar deviasi sebesar 6,040,
serta nilai median yang didapatkan sebesar 130,00 dengan rentang persentil antara 126 dan 134.
Berdasarkan hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan bahwa
intervensi kelompok Relaksasi Otot Progresif terbukti efektif secara signifikan dalam
menurunkan tekanan darah sistolik pada lansia di Kota Depok. Efektivitas terbukti melalui nilai
P Value = 0,00 (P < 0.05).
Tabel 11
Groups Perbedaan Mean Median
Variabel Mean (sd) p Value
(sd) (P25, P75)
Jalan Pagi
Sebelum 53,47 (9,399) 8,132 (0,464) - 0,00 t
Sesudah 61,60 (9,450)
Pengetahuan
ROP
Sebelum 51,99 (5,316) 8,818 (1,210) - 0,00 t
Sesudah 60,80 (5,507)
Berdasarkan table 11, menunjukan bahwa baik pada kelompok pendidikan Kesehatan
jalan pagi 30 menit dan Relaksasi Otot Progresif 20 menit didapatkan rata-rata tingkat
pengetahuan setelah kedua intervensi Pendidikan Kesehatan tersebut mengalami peningkatan
secara signifikan. Pada kelompok sebelum intervensi pendidikan kesehatan jalan pagi 30 menit
didapatkan nilai rata-rata 53,47 dan memiliki standar deviasi sebesar 9,399. Sedangkan, pada
kelompok sesudah intervensi pendidikan kesehatan jalan pagi 30 menit didapatkan nilai rata-rata
61,60 dan memiliki standar deviasi sebesar 9,450. Didapatkan nilai beda mean antara sebelum
dan sesudah intervensi sebesar 8,132, dengan standar deviasinya 0,464. Berdasarkan hasil
analisis statistic dengan menggunakan uji Paired T Test didapatkan bahwa intervensi Pendidikan
Kesehatan jalan pagi 30 menit terbukti memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat
pengetahuan lansia di Kota Depok. Efektivitas terbukti melalui nilai P Value = 0,00 (P < 0.05).
Berdasarkan table 11, pada kelompok lainnya yaitu kelompok Pendidikan Kesehatan
Relaksasi Otot Progresif 20 menit didapatkan sebelum intervensi didapatkan nilai rata-rata
tingkat pengetahuan sebesar 51,99 dan memiliki standar deviasi sebesar 5,316. Sedangkan, pada
kelompok sesudah intervensi pendidikan kesehatan Relaksasi Otot Progresif 20 menit didapatkan
nilai rata-rata 60,80 dan memiliki standar deviasi sebesar 5,507. Didapatkan nilai beda mean
antara sebelum dan sesudah intervensi sebesar 8,818, dengan standar deviasinya 1,210.
Berdasarkan hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Paired T Test didapatkan bahwa
intervensi Pendidikan Kesehatan Relaksasi Otot Progresif 20 menit terbukti memberikan
pengaruh yang signifikan pada tingkat pengetahuan lansia di Kota Depok. Efektivitas terbukti
melalui nilai P Value = 0,00 (P < 0.05).
SOAL NO 12 : Mengetahui hubungan skor persepsi lansia terhadap tekanan darah sesudah
dilakukan intervensi pada kelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi
jalan pagi 30 menit
UJI : pearson
Skor persepsi : numerik 🡺 data normal
Tekanan darah sesudah : numerik
Syarat uji korelasi spearman
1. Dua-duanya berdata ordinal
2. ordinal dan nominal / rasio
3. data tidak normal
Syarat uji korelasi Pearson
1. Dua-duanya berdata ordinal
2. numerik
3. data normal
Tabel 4. hubungan skor persepsi lansia terhadap tekanan darah sesudah dilakukan intervensi
padakelompok intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30
menit
Berdasarkan table 12, mengenai hubungan skor persepsi lansia terhadap tekanan darah
sesudah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif 20 menit dan intervensi jalan pagi 30
menit. Pada kelompok Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit, didapatkan rata-rata skor
persepsi sebesar 51.16 (SD=7.029). Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah intervensi,
memiliki rata-rata sebesar 129.67 mmHg (SD=6.040). Setelah dilakukan uji korelasi pearson
didapatkan bahwa P Value sebesar 0.267 (P Value > 0.05), maka tidak terdapat hubungan skor
persepsi lansia terhadap tekanan darah sesudah Intervensi Relaksasi Otot Progresif 20 Menit.
Pada kelompok intervensi Jalan Pagi 30 Menit. didapatkan rata-rata skor persepsi sebesar
49.35 (SD=9.096). Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah intervensi, memiliki rata-rata
sebesar 129.10 (SD=6.059). Setelah dilakukan uji korelasi spearman didapatkan bahwa P Value
sebesar 0.006 (P Value < 0.05), maka terdapat hubungan skor persepsi lansia terhadap tekanan
darah sesudah Intervensi Jalan Pagi 30 Menit. Hubungan ini digambarkan dengan semakin
bertambah skor persepsi, maka semakin tinggi tekanan darah sistolik sesudah intervensi.
Terdapat hubungan yang tidak ada korelasi antara dua variabel yang dibuktikan dengan nilai r
sebesar 0.184
DATA SOAL UTS 2023 : Mengetahui hubungan pendidikan terakhir responden dengan
kepatuhan diet Di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2023
UJI : Kruskall Wallis
Alasan:
- nominal (>2 kelompok = Pendidikan) dengan numerik (kepatuhan diet)
- data tidak normal 🡺 kepatuhan diet
Cara :
1. split Pendidikan
2. explore >> kepatuhan diet numerik >> buat dapet nilai mean SD, median P25 ; P75
3. splitnya dimatiin
4. uji kruskall wallis >> masukkin kepatuhan diet dan Pendidikan
5. liat nilai H dan asym sig (P value)
KEPATUHAN DIET
Variabel
Median (P25,
Mean (sd) H p Value
P75)
25.00 (21.00 ;
SD 24.53 (3.923)
27.25)
26.00 (21.50 ;
SMP 25.31 (5.044)
28.00)
24.00 (21.00 ;
SMA 24.78 (4.182) 0.639 0.959
27.00)
25.00 (21.50 ;
DIPLOMA 24.76 (2.818)
27.00)
25.00 (21.00 ;
S1 24.87 (3.758)
27.00)
Berdasarkan Tabel 13, Analisis hubungan pendidikan lansia yaitu SD, SMP, SMA,
Diploma dan S1 dengan kepatuhan diet. Didapatkan rata-rata tertinggi skor kepatuhan diet pada
Pendidikan terakhir SMP yaitu 25.31 (SD=5.044), dengan nilai tengah 26.00 (21.50 ; 28.00) dan
rata-rata terendah skor kepatuhan diet pada Pendidikan terakhir SD yaitu 24.53 (SD=3.923),
dengan nilai tengah 25.00 (21.00 ; 27.25). Hasil analisis menggunakan kruskall wallis didapatkan
nilai P Value = 0.959 (P > 0,05), maka tidak terhadap hubungan yang signifikan antara skor
kepatuhan diet terhadap Pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma dan S1)
Interpretasi :
Berdasarkan table 1.1, didapatkan nilai tekanan darah sistolik sebelum intervensi terhadap Pendidikan
lansia di kota Depok. Pada kelompok intervensi jalan pagi 30 menit didapatkan rata-rata tekanan darah
sistolik pada tingkat Pendidikan lansia tampak serupa, kecuali tingkat Pendidikan SMP memiliki rata-rata
tekanan darah terendah dibanding tingkat Pendidikan lain. Sementara pada kelompok Relaksasi otot
progresif 15 menit, rata-rata tekanan darah sistolik pada tingkat Pendidikan lansia tampak serupa, kecuali
tingkat SD memiliki rata-rata tekanan darah tertinggi dibanding tingkat Pendidikan lain.
Didapatkan nilai rata-rata dan median tekanan darah sistolik sebelum intervensi pada kelompok
intervensi jalan pagi 30 menit sesuai tingkat pendidikannya yaitu SD (Mean = 150.68, SD =8.142,
Median =148 (145.00 , 156)) , SMP (Mean = 148.24 , SD = 6.953, Median = 148 (142 , 153)), SMA
(Mean = 150.18, SD=6.516, Median =151 (144 , 155)), Diploma (Mean = 150.10 SD = 6.630, Median =
150 (144 , 155)) dan S1 (Mean = 150.16, SD = 6.793, Median = 151 (145 , 156)). Sementara itu, pada
kelompok Relaksasi otot progresif 15 menit yaitu SD (Mean = 150.75, SD= 6.827, Median = 151 (144 ,
156)), SMP (Mean = 148.00, SD = 8.970, Median = 146 (141.50 , 155)), SMA (Mean = 148.69, SD =
8.415, Median = 148 (142 , 155)), Diploma (Mean = 149.17, SD = 8.580, Median = 148.50 (143.25 ,
152)) dan S1 (Mean = 149.52, SD = 7.465, Median = 148 (145 , 155))
Setelah dilakukan Uji Kruskall Wallis didapatkan tidak terdapat hubungan Pendidikan terhadap
Tekanan Darah Sistolik Sebelum Intervensi jalan pagi 30 menit pada kelompok lansia, hal ini berdasarkan
nilai P Value = 0.600 (P Value >0.05). Kemudian, pada kelompok lain dinyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan Pendidikan terhadap Tekanan Darah Sistolik Sebelum Intervensi relaksasi otot progresif 15
menit pada kelompok lansia, hal ini berdasarkan nilai P Value = 0.330 (P Value >0.05).