Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

BIOSTATISKA

1. Judul Penelitian : “Hubungan Demografi Dengan Terjadinya Stress”

2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen :
1. Jenis Kelamin
Variabel Dependen :
2. Umur
Stress
3. Pendapatan Keluarga
Perbulan

4. Pendidikan

5. Status Kerja

6. Kepemilikan ASKES

Uji Chi-Square
a. Tabel 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Terjadinya Stress

PR
Jenis Kelamin Stress Tidak Stress Total P value
(95%CI)
N % n % n %
Pria 26 29,5 62 70,5 88 100 0,770
0.247
(0.516-1.147)
Wanita 43 38,4 69 61,6 112 100

Hasil analisis dari jenis kelamin dengan terjadinya stress diperoleh bahwa proporsi
terjadinya stress lebih banyak terjadi pada responden wanita (38,4 %) dibandingkan dengan
responden pria (29,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,247 (>0,05) maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Nilai PR = 0,770 artinya responden
wanita mempunyai peluang (berisiko) 1 kali untuk mengalami stress, namun nilai 95%CI =
0,516-1,147 menunjukkan bahwa hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

b. Tabel 2. Hubungan Umur dengan Terjadinya Stress

PR
Umur Stress Tidak Stress Total P value
(95%CI)
N % n % n %
Lansia awal, <= 55 57 35,2 105 64,8 162 100 1,114
0.817
tahun (0,667-1.860)

Lansia Akhir > 55 12 31,6 26 68,4 38 100


tahun
Hasil analisis dari umur dengan terjadinya stress diperoleh bahwa proporsi terjadinya stress
lebih banyak terjadi pada responden lansia awal <= 55 tahun (35,2 %) dibandingkan
dengan responden lansia akhir > 55 tahun (31,6 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value= 0,817 (>0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Nilai
PR = 1,114 artinya responden lansia awal mempunyai peluang (berisiko) 1,1 kali untuk
mengalami stress, namun nilai 95%CI = 0,667-1,860 menunjukkan bahwa hubungan ini
tidak bermakna secara statistik.
c. Tabel 3. Hubungan Penghasilan keluarga perbulan dengan Terjadinya Stress

Penghasilan PR
Stress Tidak Stress Total P value
Keluarga perbulan (95%CI)
N % n % n %
Penghasilan rendah 42 42,4 57 57,6 99 100 1,587
0.029
< Rp. 1.000.000 (1,068-2,358)

Penghasilan Tinggi 27 26,7 74 73,3 101 100


>= Rp. 1.000.000
Hasil analisis dari penghasilan keluarga per bulan dengan terjadinya stress diperoleh bahwa
proporsi terjadinya stress lebih banyak terjadi pada responden penghasilan rendah < Rp.
1.000.000 (nilai median) (42,4 %) dibandingkan dengan responden penghasilan tinggi >=
Rp. 1.000.000 (26,7 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,029 (< 0,05) maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna. Nilai PR = 1.587 artinya responden
penghasilan rendah < Rp. 1.000.000 (nilai median) mempunyai peluang (berisiko) 1,5 kali
untuk mengalami stress, namun nilai 95%CI = 1,068-2,358 menunjukkan bahwa hubungan
ini bermakna secara statistik.

d. Tabel 4. Hubungan Pendidikan dengan Terjadinya Stress

PR
Pendidikan Stress Tidak Stress Total P value
(95%CI)
N % n % n %
Pendidikan rendah < 47 35,3 86 64,7 133 100 1,076
0.846
SMA (0.712-1.626)

Pendidikan tinggi 22 32,8 45 67,2 67 100


>= SMA
Hasil analisis dari pendidikan dengan terjadinya stress diperoleh bahwa proporsi terjadinya
stress lebih banyak terjadi pada responden pendidikan rendah < SMA (35,3 %)
dibandingkan dengan responden pendidikan tinggi >= SMA (32,8 %). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value= 0,846 (>0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang
bermakna. Nilai PR = 1,076 artinya responden pendidikan rendah < SMA mempunyai
peluang (berisiko) 1 kali untuk mengalami stress, namun nilai 95%CI = 0,712-1,626
menunjukkan bahwa hubungan ini tidak bermakna secara statistik.
e. Tabel 5. Hubungan Status Kerja dengan Terjadinya Stress

PR
Status Kerja Stress Tidak Stress Total P value
(95%CI)
N % n % n %
Tidak 4 21,1 15 78,9 19 100 0,586
0.297
(0,241-1,431)
Ya 65 35,9 116 64,1 181 100

Hasil analisis dari status kerja dengan terjadinya stress diperoleh bahwa proporsi terjadinya
stress lebih banyak terjadi pada responden yang bekerja (35,9 %) dibandingkan dengan
responden tidak bekerja (21,1 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,297 (>0,05)
maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Nilai PR = 0,586 artinya
responden yang bekerja mempunyai sedikit peluang (berisiko) 0,5 kali untuk mengalami
stress, namun nilai 95%CI = 0,241-1,431 menunjukkan bahwa hubungan ini tidak
bermakna secara statistik.

f. Tabel 6. Hubungan Kepemilikan Asuransi dengan Terjadinya Stress

PR
ASKES Stress Tidak Stress Total P value
(95%CI)
N % n % n %
Tidak 50 37 85 63 135 100 1,267
0,353
(0,818-1,963)
Ya 19 29,2 46 70,8 65 100
Hasil analisis dari Kepemilikan ASKES dengan terjadinya stress diperoleh bahwa proporsi
terjadinya stress lebih banyak terjadi pada responden yang tidak memiliki ASKES (37 %)
dibandingkan dengan responden yang memiliki ASKES (29,2%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value= 0,353 (>0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang
bermakna. Nilai PR = 1,267 artinya responden yang tidak memiliki ASKES mempunyai
peluang (berisiko) 1,2 kali untuk mengalami stress, namun nilai 95%CI = 0,818-1,963
menunjukkan bahwa hubungan ini tidak bermakna secara statistik.
Uji Logistik Regresi Sederhana

a. Tabel 1. Umur dengan Terjadinya Stress

Umur OR (faktor resiko Stres) 95% CI


Dewasa awal (<= 35 tahun) 0
Dewasa akhir (36-45 tahun) 1,1 0,539-2,566
Lansia awal (>= 46 tahun) 1,1 0,571-2,343
Dari analisis tabel 1, didapatkan :
1. Pada kelompok responden dewasa akhir berisiko mengalami stress sebesar 1,1 kali
lebih tinggi darpada kelompok dewasa awal. Namun risiko ini tidak bermakna
secara statistik karna nilai 95% CI = 0,5-2,5.
2. Pada kelompok responden lansia awal berisiko mengalami stress sebesar 0,6 kali
lebih tinggi darpada kelompok dewasa awal. Namun risiko ini tidak bermakna
secara statistik karna nilai 95% CI = 0,5-2,3

b. Tabel 2. Pendidikan dengan terjadinya stres

Pendidikan OR (faktor resiko Stres) 95% CI


Pendidikan Tinggi (SMA-PT) 0
Pendidikan Menengah (SD-
0,8 0,458-1,726
SMP)
Pendidikan Rendah (tidak
0,9 0,398-2,074
sekolah-tidak tamat SD)
Dari analisis tabel 2, didapatkan :
1. Pada kelompok responden pendidikan rmenengaj berisiko mengalami stress sebesar
0,8 kali lebih tinggi darpada kelompok responden pendidikan tinggi. Namun risiko
ini tidak bermakna secara statistik karna nilai 95% CI = 0,45-1,7.
2. Pada kelompok responden pendidikan rendah berisiko mengalami stress sebanyak 0,9
kali lebih tinggi darpada kelompok pendidikan tinggi. Namun risiko ini tidak
bermakna secara statistik karna nilai 95% CI = 0,3-2,0

Uji Korelasi
a. tabel 1. Umur dengan terjadinya Stress

Variabel Stress
Uji korelasi person Nilai r hitung = -0,019
Umur
Sig (p-value) = 0,793
Nilai r tabel, pada df = 198 Pada alpha 1% = 0,116
Pada alpha 5% = 0,164
Pada tabel 1 tampak bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,019 (p-value =0,793),
menunjukkan tidak terdapat hubungan positif yang bermakna antara umur dengan
terjadinya stress yaitu semakin bertambahnya umur belum tentu meningkatkan
terjadinya stress. Jika dilihat dari nilai r tabel dengan kemaknaan 1% ataupun 5%
menunjukkan nilai r hitung (-0,019) lebih kecil dari nilai r tabel 1% yaitu 0,116 dan
0,164

Anda mungkin juga menyukai