Anda di halaman 1dari 8

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kode/Nama MK : ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik


Tugas : 3
1. A. Sebuah mesin memiliki masa waktu peralatan beroperasi yaitu 9.860 jam, jumlah waktu
ketika suatu peralatan tidak dapat beroperasi/waktu berhenti yaitu 600 jam dan non use time
yaitu 300 jam.
Berdasarkan data yang ada mesin tersebut telah mengalami kerusakan sebanyak 8 kali.
Tentukan waktu rata-rata antara kerusakan satu dan kerusakan selanjutnya (Mean Time
Between Failure (MTBF))!
B. Jika mesin tersebut digunakan 7 hari dalam seminggu dengan durasi pemakaian 20 jam/hari,
maka dalam kurun satu tahun berapa kali terjadi kerusakan?
C. Tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rencana pemeliharaan agar laju
kerusakan turun!

Jawaban :

A. Untuk menghitung Mean Time Between Failure (MTBF), kita perlu menggunakan rumus
berikut:

MTBF = (Masa waktu peralatan beroperasi - Jumlah waktu berhenti - Non use time) / Jumlah
kerusakan

Dalam kasus ini, masa waktu peralatan beroperasi adalah 9.860 jam, jumlah waktu berhenti
adalah 600 jam, dan non use time adalah 300 jam. Jumlah kerusakan adalah 8 kali.

MTBF = (9.860 - 600 - 300) / 8

MTBF = 8.960 / 8

MTBF = 1.120 jam

Jadi, waktu rata-rata antara kerusakan satu dan kerusakan selanjutnya (MTBF) adalah 1.120
jam.

B. Jika mesin tersebut digunakan 7 hari dalam seminggu dengan durasi pemakaian 20 jam/hari,
maka terdapat 7 x 20 = 140 jam penggunaan mesin dalam seminggu. Dalam kurun satu tahun,
terdapat sekitar 52 minggu.

Jumlah pemakaian dalam satu tahun = 140 jam/minggu x 52 minggu/tahun = 7.280 jam/tahu

MTBF yang telah dihitung sebelumnya adalah 1.120 jam. Jadi, dalam satu tahun, terdapat
sekitar 7.280 jam / 1.120 jam/kerusakan = 6,5 kali kerusakan.Jadi, dalam kurun satu tahun,
terjadi kerusakan sebanyak 6,5 kali.
C. Untuk menurunkan laju kerusakan, sejumlah langkah pemeliharaan yang dapat dilakukan
antara lain:

1. Pemeliharaan Preventif: Melakukan pemeriksaan dan perawatan rutin secara berkala untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan. Hal ini dapat meliputi pembersihan, pelumasan,
penggantian komponen yang aus, dan penyesuaian ulang.

2. Pelatihan dan Pengawasan Operator: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator


dalam penggunaan dan perawatan mesin agar mereka dapat mengoperasikan mesin dengan
benar dan menghindari kesalahan yang dapat menyebabkan kerusakan.

3. Monitoring Suhu dan Getaran: Menggunakan alat pemantauan suhu dan getaran untuk
mendeteksi perubahan abnormal dalam suhu dan getaran mesin. Hal ini dapat membantu
dalam mendeteksi potensi kerusakan dan mengambil tindakan pemeliharaan sebelum
kerusakan terjadi.

4. Penggunaan Suku Cadang Berkualitas dan Asli: Menggunakan suku cadang yang asli dan
berkualitas tinggi untuk mengganti komponen yang rusak atau aus. Ini akan mengurangi risiko
kerusakan lebih lanjut dan memperpanjang umur mesin.

Sumber referensi:

- Modul ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik Universitas Terbuka

- Gibson, L., & Nachiappan, S. (2010). Final Equipment Schedules Physical Asset Management:
With an Introduction on Asset / Life Cycle Analysis. United Kingdom: Macquarie Publications.

- Yudi Triyono, dkk. (2019). Penggunaan Metode RCM (Reliability Centered Maintenance) pada
Sistem Pendingin Distribusi PT XYZ. Jurnal Teknik Industri, Vol. 19, No. 2, Hal. 116-124.

2. Pemerintah Kabupaten Maju memiliki rumah dinas golongan I, II dan III. Dalam rangka
optimalisasi pengelolaan aset, Pemerintah Kabupaten Maju hendak melakukan
pemindahtanganan dengan cara menjual rumah dinas.
A. Jelaskan pengertian setiap golongan rumah dinas
B. Uraikan kriteria rumah dinas yang dapat dijual oleh pemerintah daerah!
C. Golongan rumah dinas apa yang tidak dapat dijualbelikan?
D. Bagaimana prosedur penjualan yang harus ditempuh oleh pemerintah daerah?

Jawaban :
A. Golongan rumah dinas mengacu pada tingkatan atau kelas rumah dinas berdasarkan kriteria
yang ditetapkan. Setiap golongan memiliki karakteristik yang berbeda. Umumnya, rumah dinas
golongan I adalah yang paling besar dan memiliki fasilitas yang lebih lengkap, sementara rumah
dinas golongan II dan III memiliki ukuran dan fasilitas yang lebih sederhana.

B. Kriteria rumah dinas yang dapat dijual oleh pemerintah daerah dapat ditentukan
berdasarkan beberapa faktor, seperti kondisi fisik rumah dan lokasinya. Rumah dinas yang
dapat dijual biasanya adalah yang dalam kondisi baik, tidak memerlukan perbaikan atau
renovasi yang signifikan, dan terletak di daerah yang tidak lagi dibutuhkan oleh pemerintah
daerah. Kriteria ini dapat bervariasi tergantung pada kebijakan dan regulasi yang berlaku di
daerah tersebut.

C. Golongan rumah dinas yang biasanya tidak dapat dijualbelikan adalah rumah dinas golongan
I. Rumah dinas golongan I umumnya diperuntukkan bagi pejabat atau jabatan tertentu yang
memegang posisi dan tanggung jawab yang penting dalam pemerintahan. Oleh karena itu,
rumah dinas golongan I umumnya tidak dijual karena masih diperlukan untuk mendukung
kegiatan dan fungsi pemerintahan.

D. Prosedur penjualan rumah dinas oleh pemerintah daerah umumnya melibatkan beberapa
tahap, seperti:

1. Penetapan kebijakan: Pemerintah daerah perlu mengeluarkan kebijakan yang jelas terkait
penjualan rumah dinas, termasuk kriteria, prosedur, dan regulasi yang berlaku.

2. Penilaian aset: Rumah dinas yang akan dijual akan dinilai oleh tim penilai independen untuk
menentukan nilai pasar yang adil. Penilaian ini penting untuk menentukan harga jual yang
sesuai dengan kondisi dan lokasi rumah dinas.

3. Persiapan dokumen dan perizinan: Pemerintah daerah akan menyiapkan dokumen-dokumen


yang diperlukan, seperti surat keputusan, persetujuan legislatif, dan sertifikat rumah dinas.
Selain itu, perizinan dari berbagai instansi terkait juga harus diperoleh sebelum penjualan
dilakukan.

4. Proses penjualan: Proses penjualan melibatkan pengiklanan rumah dinas, penerimaan


tawaran, dan proses negosiasi harga. Setelah harga jual disepakati, pembayaran dilakukan, dan
transfer kepemilikan dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Sumber referensi:

- Modul ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik Universitas Terbuka

- Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota terkait pengelolaan aset daerah.


- Panduan Penyelenggaraan Penjualan Aset Pemerintah Daerah oleh Kementerian Keuangan RI
(www.kemenkeu.go.id).

3. Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cerdas memiliki sejumlah aset yang dapat
dioptimalkan seperti:
1) 5 unit alat pengolah makanan dalam kondisi baru
2) 5 unit alat perbengkelan dalam kondisi baru
3) 10 unit mesin jahit dalam kondisi baru
4) 2 mesin jahit dalam kondis rusak parah
5) Tanah dan bangunan yang tidak digunakan dan berada di tempat yang strategis

6) 5 unit mobil merk Ananza sebagai kendaraan operasional yang telah berumur 5 tahun dan 2
diantaranya jarang digunakan
7) 2 unit mobil merk Immofa yang digunakansebagai kendaraan operasional yang berumur 2
tahun
Tentukan:
A. Aset-aset yang dapat dihibahkan kepada kelompok UMKM di bidang kuliner, perbengkelan
dan jahit yang memerlukan bantuan peralatan untuk meningkatkan produktivitasnya!
B. Jelaskan tata cara hibah sesuai dengan ketentuan yang berlaku!

C. Aset yang dapat dijual guna meminimalisir biaya pemeliharaan dan kemukakan alasannya!

Jawaban :

A. Aset-aset yang dapat dihibahkan kepada kelompok UMKM di bidang kuliner, perbengkelan,
dan jahit yang memerlukan bantuan peralatan untuk meningkatkan produktivitasnya adalah:

1) 5 unit alat pengolah makanan dalam kondisi baru dapat dihibahkan kepada kelompok UMKM
di bidang kuliner.

2) 5 unit alat perbengkelan dalam kondisi baru dapat dihibahkan kepada kelompok UMKM di
bidang perbengkelan.

3) 10 unit mesin jahit dalam kondisi baru dapat dihibahkan kepada kelompok UMKM di bidang
jahit.

B. Tata cara hibah sesuai dengan ketentuan yang berlaku melibatkan proses administrasi dan
regulasi tertentu. Beberapa langkah yang mungkin diperlukan adalah:
1. Penyusunan perjanjian hibah: Pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cerdas dapat
menyusun perjanjian hibah yang mengatur hak dan kewajiban pihak penerima hibah serta
jangka waktu penggunaan aset.

2. Penilaian dan verifikasi kelompok penerima hibah: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Cerdas dapat melaksanakan proses penilaian dan verifikasi kelompok UMKM penerima hibah
yang memenuhi kriteria dan membutuhkan aset tersebut.

3. Penyerahan aset: Setelah pelaksanaan penilaian dan verifikasi kelompok penerima hibah,
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cerdas dapat melakukan penyerahan aset secara resmi
dengan mengadakan acara serah terima.

C. Aset yang dapat dijual guna meminimalisir biaya pemeliharaan adalah:

1) 2 mesin jahit dalam kondisi rusak parah dapat dijual karena biaya untuk memperbaikinya
mungkin lebih mahal daripada membeli mesin jahit baru.

2) Tanah dan bangunan yang tidak digunakan dan berada di tempat yang strategis juga dapat
dijual karena tidak memberikan manfaat bagi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cerdas.

Proses penjualan aset ini dapat membantu meminimalisir biaya pemeliharaan yang terkait
dengan aset tersebut, serta menghasilkan sumber daya yang dapat dialokasikan untuk
kepentingan lain.

Sumber referensi:

- Modul ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik Universitas Terbuka

- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

- Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 07/Per/M.KUKM/XII/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Pelepasan Aset Pemerintah untuk Dukungan
Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

- Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota terkait pengelolaan aset daerah.

- Panduan Penyelenggaraan Hibah Daerah oleh Kementerian Keuangan RI


(www.kemenkeu.go.id).
4. Desa Permai merupakan salah satu desa yang hampir tiap tahun terkena kekeringan. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Daerah setempat hendak melakukan
tahap kesiapsiagaan jika bencana kekeringan dialami kembali.
Berdasarkan kasus tersebut identifikasi hal-hal berikut:
A. Jelaskan hal apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian logistik serta
kemukakan tujuan pendistribusian logistik!
B. Jelaskan kategori logistik yang dapat diberikan kepada desa tersebut!
C. Jelaskan standar minimal peralatan penanggulangan bencana yang tersedia apabila terjadi
bencana kekeringan!

Jawaban :

A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian logistik dalam penanggulangan


bencana kekeringan adalah:

1) Koordinasi antarinstansi: Penting untuk melakukan koordinasi antara BPBD, dinas terkait,
relawan, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan pendistribusian logistik dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien.

2) Survei dan pemetaan wilayah: Survei dan pemetaan wilayah akan membantu dalam
mengidentifikasi wilayah yang paling terdampak kekeringan serta menentukan titik-titik
distribusi logistik yang strategis.

3) Ketersediaan logistik: Menyediakan dan mengatur logistik seperti air bersih, makanan, obat-
obatan, perlengkapan kesehatan, perlengkapan sanitasi, dan perlengkapan komunikasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat terdampak kekeringan.

4) Transportasi dan aksesibilitas: Memastikan tersedianya sarana transportasi yang memadai,


termasuk kendaraan dan jalan yang dapat diakses agar logistik dapat didistribusikan dengan
cepat ke lokasi terdampak.

5) Pemantauan dan evaluasi: Melakukan pemantauan terhadap pendistribusian logistik untuk


memastikan bahwa logistik yang dibutuhkan telah sampai ke masyarakat terdampak dan
melakukan evaluasi untuk perbaikan di masa depan.

Tujuan pendistribusian logistik dalam penanggulangan bencana kekeringan adalah untuk:

- Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terdampak kekeringan seperti air bersih, makanan,
dan perlindungan kesehatan.

- Membantu masyarakat agar dapat bertahan dan bertahan hidup selama bencana kekeringan
berlangsung.
- Mengurangi risiko kesehatan dan dampak negatif dari kekeringan.

- Membantu dalam pemulihan dan pemulihan pasca bencana kekeringan.

B. Kategori logistik yang dapat diberikan kepada desa tersebut adalah:

1) Air bersih: Perlu dipastikan ada pasokan air bersih yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat terdampak.

2) Makanan: Masyarakat membutuhkan pasokan makanan yang cukup dan bergizi, seperti
bahan makanan non-perishable (tahan lama) dan makanan siap saji.

3) Obat-obatan: Persediaan obat-obatan dasar seperti pereda nyeri, obat demam, dan obat
diare diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat.

4) Perlengkapan sanitasi: Peralatan sanitasi seperti perlengkapan mandi, sabun, dan tisu atau
tualitas harus disiapkan untuk menjaga kebersihan daerah terdampak.

5) Perlengkapan kesehatan: Alat-alat medis seperti plester, perban, dan alat tes penyakit
tertentu diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama bagi masyarakat terdampak.

C. Standar minimal peralatan penanggulangan bencana yang tersedia apabila terjadi bencana
kekeringan dapat mencakup:

1) Pompa air atau genset: Pemenuhan kebutuhan air bersih dengan adanya pompa air atau
genset untuk menggerakkan pompa air.

2) Tangki penyimpanan air: Persediaan tangki penyimpanan air besar untuk menyimpan
cadangan air bersih.

3) Tandon air atau tempat penampungan air: Penyediaan tandon air untuk pendistribusian air
bersih kepada masyarakat terdampak.

4) Alat pengolahan air: Alat-alat pengolahan air seperti filter air atau alat pemurnian air yang
dapat digunakan untuk menghasilkan air bersih.

Sumber referensi:

- Modul ADPU4534/Manaj. Logistik Organisasi Publik Universitas Terbuka

- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

- Pedoman Umum Penanggulangan Bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional.


- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Kekeringan.

- Panduan Penanggulangan Bencana oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Anda mungkin juga menyukai