Anda di halaman 1dari 5

SENSITIVITAS BUDAYA

DALAM KONSELING
DASAR INTERAKSI: KESAMAAN DAN
PERBEDAAN
• Interaksi konselor dan konseli harus dilihat sebagai intervensi
dalam menghadirkan WPKNS.
• Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang tulus dan
hangat untuk menghasilkan empati
• Perbedaan menghambat komunikasi
• Terdapat gagasan yang menunjukkan efek kesamaan dan
perbedaan
– Homophily
– Heterophily
• Pembelajaran budaya mungkin saja membangun kerangka
konseptual yang akan mencari kemiripan/kesamaan
dibanding menemukan perbedaan
Hubungan Timbal Balik antara Konselor dan
Klien
Empati merupakan sesuatu yang dibutuhkan
Empati sering disalahartikan dengan konsep simpati
Empat komponen empati
◦ Kesadaran diri yang menyadari kesadaran orang lain
◦ Memahami orang lain tidak hanya meliputi kesadaran,
tetapi persepsi, pikiran, dan ketegangan otot kinestetik
◦ Berfokus pada imajinasi untuk merefleksikan diri
◦ Kerangkanya aktif; menghadiri perasaan orang lain
EMPATI NATURAL
• Titik pentingnya adalah sumber pemahaman yang
merupakan pengalaman dan memori diri sendiri
• Jika empati didefinisikan sebagai respon tersembunyi
dalam tingkatan komunikasi dan jika kita menerimanya
sebagai hubungan pribadi yang diinginkan, maka penting
untuk menggunakan komunikasi antarbudaya dalam
konseling
• Jika konseling sebagai komunikasi antarbudaya, maka
harus dipastikan untuk bekerja dengan nilai-nilai budaya
Kesimpulan

Konseling interkultural mengasumsikan perbedaan antarbudaya.


Hubungan empati lebih efektif daripada hanya sekedar simpati.
Kegiatan konseling adalah rekonstruksi dan simbolisasi pola
kehidupan konseli.
Dalam situasi konseling interkultural, hubungan empatik
mengurangi kecenderungan baik konselor maupun konseli dalam
membuat keputusan-keputusan moral dan melakukan evaluasi
terhadap pandangan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai