Sistem Reproduksi
B. Komponen Inti
Capaian Pembelajaran Fase F
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan mendeskripsikan struktur sel
serta bioproses yang terjadi seperti transpor membran dan pembelahan sel;
menganalisis keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya serta
kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tersebut; memahami fungsi
enzim dan mengenal proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh; serta memiliki
kemampuan menerapkan konsep pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan,
mengevaluasi gagasan baru mengenai evolusi, dan inovasi teknologi biologi.
Pertemuan 2 :
Peserta didik telah mempelajari struktur dan
fungsi sistem reproduksi pada perempuan.
Pertemuan 3 :
Peserta didik telah mempelajari gangguan,
kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi.
Pertanyaan Pemantik
Asesmen
Guru menilai ketercapian tujuan pembelajaran
- Asesmen Individu
- Asesmen Kelompok
Jenis Asesmen
- Diskusi
- Tes Tertulis
- Unjuk Kerja
Pelaksanaan Pembelajaran
Tatap Muka
Kegiatan Pembelajaran Utama/Pengaturan Peserta Didik
- Individu
- Berkelompok (lebih dari dua orang)
Materi Pembelajaran
Sistem Reproduksi
Powerpoint
LCD Proyektor
Laptop
Video Pembelajaran
Whiteboard
Spidol
Bahan Ajar
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 : menggunakan model Discovery Learning
Tujuan Pembelajaran :
1. Mengidentifikasi keterkaitan struktur dan fungsi sistem reproduksi pada laki-laki
melalui studi literatur dengan teliti.
2. Menjelaskan keterkaitan struktur dan fungsi system reproduksi pada laki-laki melalui
studi literatur dengan teliti.
Fase Kegiatan
Pendahuluan Doa; absensi; menyampaikan tujuan pembelajaran; dan
menyampaikan penilaian hasil pembelajaran
Memotivasi siswa untuk tercapainya kompetensi dan
karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila;
yaitu 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bernalar kritis,
4) kreatif, 5) bergotong royong, dan 6) berkebinekaan
global, yang merupakan salah satu kriteria standar
kelulusan dalam satuan pendidikan.
Stimulus Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan berupa
video untuk memusatkan perhatian pada topik : Alat-Alat
Reproduksi Pria. https://youtu.be/oxg0K1BuPoo?
si=yRmUibRtXE9_i_HF
Identifikasi masalah Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan materi : Alat-Alat Reproduksi Pria
Contoh pertanyaan :
1. Apakah system reproduksi laki-laki dan
perempuan berbeda?
2. Organ apa saja yang menyusun system reproduksi
manusia?
Pengumpulan Data Mengamati dengan seksama materi : Alat-Alat
Reproduksi Pria, dalam bentuk gambar/video/slide
presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
https://youtu.be/0QpjmNAsjow?si=EucAFIoFQjCWNUpl
PENILAIAN DIRI
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur, sesuai dengan kemampuan kalian, cara
menjawabnya adalah dengan memberikan centang (√) di kolom yang disediakan.
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Mampu mengidentifikasi struktur organ reproduksi pada wanita
2 Mampu mendeskripsikan saluran reproduksi yang berperan pada
reproduksi wanita
3 Mampu menjelaskan fungsi hormon yang berperan pada sistem
reproduksi pada wanita
4 Mampu menjelaskan proses pembentukan sel telur
(spermatogenesis) pada wanita
5 Mampu menguraikan proses mentruasi dan hormon yang berperan
didalamnya
Catatan:
Jika ada jawaban “Tidak” maka segera lakukan review pembelajaran.
Jika semua jawaban “Ya” maka dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya
Kerjasama
Aktif dalam Santun dalam Skor
dalam kegiatan
Nama Siswa/Absen kegiatan diskusi menyampaikan Peroleh
diskusi
kelompok hasil diskusi an
kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Lampiran
Materi :
Gambar 2. Testis-efididimis-vasdeferens
Sumber: https://health.kompas.com
f. Spermatogenesis
Darimanakah sperma dihasilkan? Bagaimana proses pembentukannya? Nah sekarang
kita akan mempelajarinya pada kegiatan pembelajaran ini. Semangat ya peserta didik
yang hebat.
Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis, berada pada tubulus
seminiferus di dalam testis. Di dalamnya terdapat dinding yang terlapisi oleh sel
germinal disebut spermatogonium (jamak = spermatogonia).
Setelah mengalami pematangan, spermatogonium membelah memperbanyak diri
(mitosis). Sedangkan sebagian spermatogonium yang lain melakukan spermatogenesis.
Gambar 4. Spermatogenesis
Sumber: https://health.kompas.com
g. Spermatozoa
Seperti apakah Sperma itu ? Kita bahas yuk disini. Sperma terdiri dari kepala, leher,
bagian tengah, dan ekor. Kepala sperma terlindungi akrosom (haploid) yang
mengandung enzim hialurodinase dan proteinase, yang berfungsi saat penembusan
lapisan sel telur. Pada tengahnya terdapat mitokondria kecil, berfungsi menyediakan
energi untuk menggerakkan ekor sperma.
3. Siklus Menstruasi
Peserta didik yang hebat, kita lanjutkan ya pembelajaran selanjutnya, yaitu tentang
menstruasi, fertilisasi, proses kehamilan dan persalinan. Siap dan selalu semangat. Saat
seorang wanita masih subur, siklus menstruasi merupakan suatu hal yang wajar. Siklus ini
berlangsung kira-kira 28 hari pada setiap bulan. Pada wanita, siklus menstruasi melalui
empat fase :
1) Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi, hormon yang berperan ialah hormon estrogen dan progesterone
mengalami reduksi pada sekitar lima hari pertama menstruasi. Akibatnya, sel telur yang
berada dalam lapisan endometrium pada uterus dilepas bersamaan dengan robeknya
endometrium melalui pendarahan. Hasilnya, dinding uterus berubah menjadi sangat
tipis.
2) Fase Praovulasi
Mulai hari kelima sampai ke empat belas, fase praovulasi dimulai. Pada fase ini,
hormon yang berperan yakni hormon FSH dan hormon LH. Kedua hormon tersebut
menstimulasi sel-sel folikel untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesterone
yang membuat lapisan endometrium yang luruh terbentuk kembali.
3) Fase Ovulasi
Fase ovulasi terjadi sekitar hari keempat belas dari total keseluruhan waktu siklus
menstruasi terjadi (kurang lebih 28 hari). Pada fase ini, sekresi hormon estrogen sangat
banyak, maka sekresi hormon FSH mulai menurun dan digantikan dengan sekresi
hormon LH. Adanya stimulasi hormon LH menjadikan folikel semakin matang dan
menyebabkan sel telur keluar dari folikel (ovulasi).
4) Fase Pascaovulasi
Fase pascaovulasi berlangsung pada hari kelima belas hingga hari kedua puluh delapan.
Pada fase ini, folikel yang pecah berubah menjadi badan padat berwarna kuning (
Korpus luteum ) yang menghasilkan hormon progesteron. Bersama hormon estrogen,
hormon progesteron ini berperan dalam memelihara pertumbuhan endometrium
sehingga siap untuk penanaman embrio. Tetapi, apabila sel telur pada uterus tidak
dibuahi, korpus luteum mengalami degenerasi menjadi korpus albikan. Akibatnya,
sekresi hormon estrogen dan progesteron semakin menurun dan sebaliknya sekresi
hormon FSH dan LH naik kembali. Karena darah tidak mengandung hormon estrogen
dan hormon progesteron, endometrium tidak bisa bertahan dan luruh bersama darah. Ini
menunjukkan fase pascaovulasi berganti menjadi fase menstruasi.
4. Fertilisasi,
Selain mengalami siklus menstruasi, dalam sistem reproduksi wanita dapat pula
mengalami fertilisasi, gestasi (kehamilan), dan persalinan.
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sperma dan ditandai
dengan bergabungnya inti kedua sel kelamin tersebut. Berlangsung di dalam oviduk.
Sebelum terjadi fertilisasi, terlebih dahulu terjadi proses kopulasi atau persetubuhan.
Sperma yang bercampur dengan air mani (semen) masuk ke dalam saluran reproduksi
wanita (vagina). Oleh enzim proteolitik, sperma yang berada dalam vagina terlihat sangat
motil. Kemudian, sperma bergerak menuju uterus hingga oviduk (tuba fallopi). Di bagian
atas oviduklah fertilisasi terjadi.Agar sel telur dapat dibuahi oleh sperma, sperma
mengeluarkan enzim hialuronidase dan enzim proteinase. Oleh kedua enzim tersebut, sel
telur dapat ditembus oleh sperma. Sperma harus menembus tiga lapisan sel telur berturut-
turut : korona radiata, zona pelusida, dan membran plasma.Setelah sel telur dibuahi
oleh satu sel sperma, segera sel telur mengeluarkan senyawa tertentu menuju zona
pelusida. Senyawa tersebut berfungsi untuk melidungi sel telur supaya tidak tertembus
kembali oleh sperma lainnya. Sperma bersifat haploid (n = 23 kromosom) dan sel telur
juga bersifat haploid (n = 23 kromosom). Akibatnya, pembuahan sperma pada sel telur
akan menghasilkan sebuah zigot yang bersifat diploid (2n = 23 pasang kromosom). Zigot
bergerak menuju uterus melalui oviduk dan sembari membelah secara mitosis. Pada saat
ini juga zigot sudah mulai berkembang menjadi embrio. Pembelahan zigot menghasilkan
sel-sel yang bentuknya sama dan fasenya dinamakan morula. Pembelahan morula
menghasilkan blastosit dan fasenya dinamakan blastula. Kurang lebih lima hari setelah
fertilisasi, blastosit menempel pada endometrium dan prosesnya dinamakan implantasi.
Implantasi ini dapat menyebabkan kehamilan.
Artikel :
Tingkat Keganasan Kista Ovarium pada Pasien di Salah Satu Rumah Sakit di Surabaya
Salah satu masalah kesehatan yang masih sering dihadapi wanita hingga saat ini adalah
kesehatan alat reproduksi. Kista ovarium adalah kantung berisi cairan di ovarium. Kista
ovarium adalah tumor, baik kecil atau besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Kista adalah
tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita di usia reproduktif. Menurut Globoccan
pada tahun 2018, 295.414 wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kista ovarium dan
4,4% kematian di antaranya terkait dengan kanker. Di Indonesia angka kejadian pada tahun
2018 dilaporkan sebanyak 13.310 wanita menderita kista ovarium, dan dengan angka
kematian hingga 3,8% (7.842 orang meninggal).
Kista ovarium bisa berubah ganas atau bisa disebut kanker. Penderita kista ovarium dapat
mengalami torsi atau lilitan yang menyebabkan nyeri, pendarahan, infeksi dan kematian
pada penderitanya. Perdarahan dari vagina merupakan salah satu gejala dan tanda kanker
ovarium, terutama pada usia pascamenopause. Gejala lain termasuk nyeri atau tekanan di
panggul atau perut bagian bawah, nyeri punggung, pembesaran area perut atau perasaan
kenyang, cepat merasa kenyang atau kesulitan makan, dan perubahan kebiasaan mandi
(seperti sering buang air kecil atau sembelit). Angka kematian akibat kista ovari um ini
karena tidak adanya gejala atau keluhan pada penderita hingga terjadi metastasis, sebanyak
70% pasien yang datang ke rumah sakit biasanya sudah stadium lanjut. Kista ovarium sering
disebut sebagai silent killer karena banyak wanita yang terlambat mengetahui tentang kista
ketika sudah teraba dari luar atau membesar. Berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia, kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%.
Diagnosa kista ovarium dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yang paling
umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan Transvaginal Ultrasound (TVS) dan
pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan histopatologi masih dianggap sebagai standar
emas untuk diagnosis dan terapi definitif tumor ovarium ganas. Hasil pengamatan data
tahun 2018-2019 pada salah satu Rumah Sakit Umum di Surabaya menunjukkan bahwa 3
sampel (3,6%) terdeteksi sebagai kista ovarium ganas dari 84 pasien kista ovarium,
sedangkan 81 (96,4) sampel lainnya hanya terdeteksi sebagai kista ovarium jinak.
Berdasarkan distribusi data usia, penderita kista ovarium berusia sekitar 31-50 tahun
dengan jumlah 52 pasien (61,9%), diikuti oleh 21 pasien (25,0%) di bawah 30 tahun dan 11
pasien (13,1%) di atas 50 tahun.
Berdasarkan distribusi jenis kista ovarium, sebagian besar jenis kista adalah kista bilateral
sebanyak 31 penderita (36,9%) dan kista endometriosis sebanyak 22 penderita (26,2%).
Sedangkan menurut kategori WHO, jenis kista yang paling banyak ditemukan adalah Surface
Epithelial Stromal Tumors dengan 67 pasien (79,8%). Mayoritas kista ovarium terletak
secara bilateral atau pada kedua ovarium adalah 47 pasien (56,0%), 19 pasien (22,6%)
dengan hanya terletak di ovarium kanan dan 18 pasien (21,4%) di ovarium kiri. Jumlah
penderita kista ovarium yang juga mengalami perdarahan sebanyak 75 penderita (89,3%)
sedangkan penderita lainnya tidak mengalami perdarahan (10,7%). Hasil analisis faktor-
faktor yang mungkin berhubungan dengan tingkat keganasan menunjukkan bahwa hanya
variabel usia yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keganasan. Dinyatakan bahwa
variabel usia memberikan peluang 20 kali lipat untuk mengalami keganasan. Sedangkan
faktor lain seperti kategori kista, lokasi kista, dan perdarahan tidak berpengaruh signifikan.
Usia merupakan faktor utama sebagai faktor risiko keganasan ovarium. Massa adneksa
sering terbentuk selama usia reproduksi. Pada usia ini, massa ini biasanya disebabkan oleh
kista ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan akibat infeksi pada tuba
falopi. Kista ovarium terjadi pada wanita usia 20-80 tahun, pada masa pubertas atau jarang
terjadi pada wanita usia dibawah 20 tahun. Beberapa faktor penyebab timbulnya kista
ovarium, seperti nulipara, kelahiran pertama pada usia diatas 35 tahun, wanita yang
memiliki riwayat kehamilan pertama dalam keluarga terjadi pada usia dibawah 25 tahun.
Dalam kebanyakan kasus, kista ovarium bersifat jinak dan dapat diobati dengan mudah.
Pada usia premenopause, risiko keganasan kista ovarium adalah 1: 1000, yang menandakan
bahwa kista ovarium sangat jarang berkembang menjadi kista atau kanker ganas.
LKPD :
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5
5. Untuk soal nomor 5, perhatikan gambar dibawah ini!
Bagian yang berfungsi sebagai pelindung dan menghasilkan enzim pada gambar struktur
sperma diatas, ditunjukkan oleh kode huruf apa . . . .
A. A
B. B
C. C
D. D
E. A dan C
Peserta didik yang hebat, jawablah tugas mandiri di bawah ini agar kalian lebih memahami
materi yang sedang di bahas :
1. Perhatikan gambar alat reproduksi wanita pada gambar 2 berikut!
Tuliskan nama alat reproduksi wanita dan Fungsinya setiap nomor yang tertera pada
gambar 2!
2. Amatilah diagram proses menstruasi di bawah ini!
A. Oosit primer
B. Oosit sekunder
C. Ovum
D. Oogonium
E. Polosit
4. Menstruasi terjadi karena...
A. Tingginya kadar estrogen dan progresteron
B. Rendahnya kadar estrogen dan progresteron
C. Tingginya kadar LH
D. Rendahnya kadar FSH
E. Kadar estrogen meningkat, sedangkan progresteron sedikit
5. Pada proses fertilisasi, beberapa sperma berusaha masuk melewati tiga lapisan pelindung
sel telur (korona radiata, zona palisade, dan membran plasma sel telur) menuju inti sel
telur. Untuk menembus ketiga lapisan sel telur tersebut, sperma mengeluarkan enzim-
enzim khusus yang tersimpan pada akrosom. Berikut ini enzim yang berfungsi untuk
melarutkan dan membuat lubang pada zona palisade sehingga spermatozoa dapat
menembus masuk ke inti sel telur yaitu...
A. Hialuronidase
B. Enzim proteolitik
C. Pelusidase
D. Enterokinase
E. Akrokinase
LKPD PBL (Kasus Kista Ovarium) :
Studi kasus:
Ny. S adalah seorang wanita berusia 35 tahun yang sudah beberapa minggu ini mengalami
sakit perut dan kembung. Dia pergi menemui dokternya, yang memerintahkan USG. Hasil
USG menunjukkan adanya kista besar di ovarium kirinya. Nyonya S khawatir dan ingin
mengetahui apa penyebab kista tersebut dan apa pilihan pengobatannya.
Pertanyaan :
1. Apa itu kista ovarium?
2. Apa saja gejala kista ovarium?
3. Apa penyebab kista ovarium?
4. Apa saja pilihan pengobatan untuk kista ovarium?
5. Solusi apa yang akan Anda berikan pada Ny. S?
Penilaian :
Siswa akan dinilai berdasarkan partisipasi mereka dalam diskusi kelompok dan
penyelesaian lembar kerja studi kasus.
Siswa akan dapat mendemonstrasikan pemahamannya tentang kista ovarium dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan di lembar kerja dan berpartisipasi dalam diskusi.
Tabel Bantuan
untuk Siswa