Anda di halaman 1dari 5

Analisis Penembokan Akses Jalan dan Dampaknya terhadap 13 Keluarga di Ponorogo

Menggunakan Kaidah Fikih Al Dhararu Yuzalu

Oleh: Bustomy (05040322078)

A. Pendahuluan

Pertumbuhan kota seringkali membawa beragam masalah, salah satunya adalah


bagaimana kita mengelola ruang bersama. Hak akses warga menjadi faktor krusial dalam
menjaga kehidupan sosial dan ekonomi yang sehat. Berita yang kita bahas kali ini melibatkan
penembokan akses jalan di Ponorogo, seperti yang dilaporkan oleh Detik.com. Kasus ini
bukan hanya tentang konflik antar tetangga, tetapi juga menyangkut nasib beberapa keluarga
yang terdampak.

Aksi menembok jalan bisa menciptakan masalah besar, seperti merugikan hak akses
warga dan menciptakan penderitaan bagi beberapa keluarga. Dengan melihat kasus ini secara
lebih mendalam, kita ingin mencari pemahaman tentang bagaimana prinsip-prinsip fikih,
khususnya kaidah "Al Dhararu Yuzalu," bisa membantu kita menanggapi konflik semacam
ini.

Analisis yang kita lakukan nantinya akan mencoba meresapi pandangan Islam tentang
hak akses, keadilan, dan tanggung jawab sosial dalam situasi seperti penembokan akses jalan
di Ponorogo. Tujuannya sederhana: mencari solusi yang adil dan seimbang untuk membantu
masyarakat yang terkena dampak. Semoga melalui analisis ini, kita dapat menemukan titik
temu yang mengarah pada solusi yang lebih baik untuk semua pihak yang terlibat.

B. Deskripsi Kasus
 Nama Media: Detik.com
 Tanggal Pemberitaan: Kamis, 29 Jun 2023 20:30 WIB
 Link: https://www.detik.com/sumbagsel/berita/d-6798704/akses-jalan-ditembok-
pemilik-tanah-bikin-13-kk-di-ponorogo-menjerit

Kasus yang sedang kita telaah ini bermula dari tindakan seorang pemilik tanah yang
memutus akses jalan yang biasa digunakan oleh warganya di Ponorogo. Tindakan
penembokan tersebut tak hanya menjadi persoalan fisik, tetapi juga menciptakan dampak
sosial yang signifikan bagi 13 kepala keluarga yang sehari-harinya bergantung pada akses
tersebut. Dampak dari penembokan akses jalan ini menciptakan ketidakpastian dan kesusahan
dalam kehidupan sehari-hari bagi warga yang terkena dampak. Tidak hanya sekadar kesulitan
dalam mobilitas, tetapi juga menciptakan isolasi sosial yang mempengaruhi aktivitas
ekonomi, pendidikan, dan interaksi sehari-hari. Seolah tidak cukup, situasi ini menimbulkan
kecemasan dan penderitaan emosional di kalangan 13 keluarga yang menjerit karena tidak
dapat menjalani kehidupan seperti biasa. Dengan kata lain, kasus ini tidak hanya tentang
sebuah jalan yang ditutup, melainkan juga tentang hidupnya sejumlah keluarga yang
terombang-ambing dalam ketidakpastian akibat keputusan seseorang. Dengan memahami
secara rinci dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan, kita dapat melihat bahwa masalah
ini jauh lebih kompleks daripada sekadar persoalan fisik.

C. Analisis Kasus
1. Analisis dari Perspektif Hukum Perdata:

Dalam konteks hukum perdata, penembokan akses jalan oleh pemilik tanah dapat
menimbulkan sejumlah pertanyaan hukum. Pertama, apakah tindakan tersebut melanggar hak
kepemilikan bersama atau hak servitut dari warga yang terdampak? Penghentian akses dapat
dianggap sebagai pemutusan hak servitut yang telah diberikan oleh hukum kepada warga
untuk menggunakan akses tersebut.

Kedua, apakah terdapat kesepakatan tertulis atau perjanjian sebelumnya antara pemilik
tanah dan warga terkait penggunaan akses jalan? Hukum perdata seringkali mengacu pada
perjanjian tertulis untuk menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat. Jika ada
kesepakatan tertulis, hal ini dapat menjadi dasar untuk menentukan pelanggaran dan
pertanggungjawaban hukum.

2. Analisis dari Perspektif Al-Qur'an dan Hadis:

Dari perspektif Islam, terutama dengan merujuk pada Al-Qur'an dan Hadis, terdapat
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan panduan dalam menilai kasus penembokan akses jalan
ini:

 Keadilan dan Keseimbangan:

- Al-Qur'an menegaskan keadilan sebagai prinsip utama dalam hukum Islam (Al-Hujurat: 9).

- Hadis Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya keadilan dalam penyelesaian


konflik.

‫َح َّد َثَنا َع ْم ُرو ْبُن َعْو ٍن َقاَل َأْخ َبَر َنا َش ِر يٌك َع ْن ِس َم اٍك َع ْن َح َنٍش َع ْن َع ِلٍّي َع َلْيِه الَّس اَل م َق اَل َبَع َثِني َر ُس وُل ِهَّللا‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَلى اْلَيَمِن َقاِض ًيا َفُقْلُت َيا َر ُس وَل ِهَّللا ُتْر ِس ُلِني َو َأَن ا َح ِد يُث الِّس ِّن َو اَل ِع ْلَم ِلي ِباْلَقَض اِء‬
‫َفَقاَل ِإَّن َهَّللا َسَيْهِد ي َقْلَبَك َو ُيَثِّبُت ِلَس اَنَك َفِإَذ ا َج َلَس َبْيَن َيَد ْيَك اْلَخْص َم اِن َفاَل َتْقِض َيَّن َح َّتى َتْس َم َع ِم ْن اآْل َخ ِر َك َم ا‬
‫َسِم ْعَت ِم ْن اَأْلَّو ِل َفِإَّنُه َأْح َر ى َأْن َيَتَبَّيَن َلَك اْلَقَض اُء َقاَل َفَم ا ِز ْلُت َقاِض ًيا َأْو َم ا َشَك ْك ُت ِفي َقَض اٍء َبْعُد‬

Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin 'Aun] ia berkata; telah mengabarkan
kepada kami [Syarik] dari [Simak] dari [Hanasy] dari [Ali] ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengutusku ke Yaman sebagai hakim, lalu kami katakan, "Wahai Rasulullah,
apakah anda akan mengutusku sementara saya masih muda dan tidak memiliki ilmu
mengenai peradilan?" Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah akan memberi
petunjuk kepada hatimu, dan meneguhkan lisanmu. Apabila ada dua orang yang berseteru
duduk di hadapanmu maka janganlah engkau memberikan keputusan hingga engkau
mendengar dari orang yang lain, sebagaimana engkau mendengar dari orang yang pertama,
karena sesungguhnya keputusan akan lebih jelas bagimu." Ali berkata, "Setelah itu aku tetap
menjadi hakim atau aku tidak merasa ragu dalam memberikan keputusan." (HR. Abu Daud
3111)

 Perlindungan Hak Individu:

- Hukum Islam menghormati hak-hak individu, termasuk hak akses (Al-Baqarah: 267).

- Hadis menyatakan perlunya menjaga hak tetangga dan sesama Muslim.

‫ َح َّد َثَنا ُز َهْيُر ْبُن َح ْر ٍب َو ُمَح َّم ُد ْبُن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُنَم ْيٍر َجِم ْيًع ا َع ِن اْبِن ُع َيْيَن َة َق اَل اْبُن ُنَم ْي ٍر‬:٩٦ ‫صحيح مسلم‬
‫َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن َع ْم ٍر و َأَّنُه َسِمَع َناِفَع ْبَن ُج َبْيٍر ُيْخ ِبُر َع ْن َأِبْي ُش َر ْيٍح اْلُخ َز اِعِّي َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو‬
‫َس َّلَم َقاَل َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفْلُيْح ِس ْن ِإَلى َج اِر ِه َو َم ْن َك اَن ُي ْؤ ِم ُن ِباِهلل َو اْلَي ْو ِم اآْل ِخ ِر َفْلُيْك ِرْم‬
‫َض ْيَفُه َو َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفْلَيُقْل َخ ْيًرا َأْو ِلَيْس ُكْت‬.

Shaḥīḥ Muslim 69: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Ḥarb dan Muḥammad bin
‘Abdullāh bin Numair semuanya dari Ibnu ‘Uyainah berkata Numair telah menceritakan
kepada kami Sufyān dari ‘Amru bahwa dia mendengar Nāfi‘ bin Jubair mengabarkan dari
Abū Syuraih al-Khuza‘ī bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya. Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik
atau diam.”

 Musyawarah:
- Al-Qur'an mendorong musyawarah dalam menyelesaikan konflik (Ali Imran: 159).

- Hadis menyebutkan pentingnya berunding dalam keputusan yang bersifat sosial.

‫َح َّد َث َن ا اْلَج َّر اُح ْبُن َم ْخ َلٍد اْلَب ْص ِر ُّي َو َغ ْيُر َو اِحٍد َق اُلوا َح َّد َث َن ا ُم َح َّم ُد ْبُن ُع َمَر ْب ِن الُّر وِمِّي َح َّد َث َن ا َع ِلُّي ْبُن ُمْس ِهٍر‬
‫َع ْن ِإْس َم ِعيَل ْب ِن َأِبي َخ اِلٍد َع ْن َأِبي َع ْم ٍر و الَّش ْي َب اِنِّي َق اَل َأْخ َبَر ِني َج َب َل ُة ْبُن َح اِر َث َة َأُخ و َز ْي ٍد َق اَل َق ِدْم ُت َع َلى‬
‫َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َف ُقْلُت َي ا َر ُسوَل ِهَّللا اْب َع ْث َم ِعي َأِخي َز ْي ًد ا َق اَل ُه َو َذ ا َق اَل َف ِإْن اْنَط َل َق َمَع َك َلْم‬
‫َأْم َن ْع ُه َق اَل َز ْي ٌد َي ا َر ُسوَل ِهَّللا َو ِهَّللا اَل َأْخ َت اُر َع َلْي َك َأَح ًد ا َق اَل َفَر َأْي ُت َر ْأَي َأِخي َأْف َض َل ِمْن َر ْأِيي َق اَل َأُبو ِع يَس ى‬
‫َه َذ ا َح ِديٌث َح َس ٌن َغ ِر يٌب اَل َن ْع ِر ُفُه ِإاَّل ِمْن َح ِديِث اْب ِن الُّر وِمِّي َع ْن َع ِلِّي ْب ِن ُمْس ِهٍر‬
Telah menceritakan kepada kami [Al Jarrah bin Makhlad Al Bashri dan yang lain] mereka
berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Umar bin Ar Rumi] telah
menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dari [Isma'il bin Abu Khalid] dari [Abu 'Amru As
Syaibani] dia berkata; telah mengabarkan kepadaku [Jabalah bin Haritsah] saudara laki-
lakinya Zaid, dia berkata; saya datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
seraya berkata; "Wahai Rasulullah, utuslah bersamaku saudara laki-lakiku yaitu Zaid." Beliau
bersabda; "dia orangnya?." Beliau melanjutkan: "Jika dia hendak ikut serta denganmu, maka
aku tidak akan melarangnya." Zaid berkata; "Wahai Rasulullah, demi Allah, aku
tidak berunding kepada seorang pun selain anda." Jabalah berkata; "Maka aku mengetahui
pendapat saudaraku lebih tepat dari pendapatku." Abu Isa berkata; Hadits ini adalah hadits
hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Ibnu Ar Rumi dari Ali bin
Mushir."

Dengan merangkum kedua perspektif ini, solusi yang adil dan berkelanjutan dapat dicapai
dengan menggabungkan prinsip-prinsip hukum perdata yang mengatur hak dan kewajiban
secara jelas, bersama dengan prinsip-prinsip Islam yang menekankan keadilan, perlindungan
hak individu, dan musyawarah dalam menyelesaikan konflik. Kesepakatan damai dan
penyelesaian yang memperhatikan kedua perspektif diharapkan dapat mengembalikan
kehidupan sosial dan kesejahteraan masyarakat yang terdampak.

D. Kesimpulan

Secara keseluruhan, masalah penembokan akses jalan di Ponorogo menciptakan situasi


yang rumit dan menantang. Hak servitut dan perjanjian tertulis menjadi elemen-elemen
penting dalam menentukan arah penyelesaian hukumnya. Kondisi tanpa dokumen tertulis
meningkatkan kerumitan, dan penyelesaian konflik membutuhkan pendekatan yang cermat.
Dari sisi nilai dan etika, pandangan Islam menyumbangkan prinsip-prinsip keadilan,
perlindungan hak individu, dan musyawarah sebagai fondasi dalam menangani konflik
semacam ini. Solusi yang diinginkan tentunya harus mencerminkan keberlanjutan, keadilan,
dan kesejahteraan bersama.

Untuk merespon kondisi ini, perlunya tercipta mediasi dan dialog terbuka antara pemilik
tanah dan warga terdampak. Penyusunan perjanjian tertulis yang jelas bisa membantu
mengatasi kebingungan dan menciptakan kerangka kerja yang kuat. Inklusi masyarakat
dalam proses penyelesaian konflik juga penting agar solusi yang dihasilkan dapat diterima
dan berkelanjutan.

Edukasi hukum kepada masyarakat dan dorongan terhadap usaha kecil-kecilan dapat
menjadi langkah-langkah praktis untuk membantu masyarakat dalam mengatasi dampak
ekonomi. Keseluruhan, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, mempertimbangkan
semua aspek terkait, guna menciptakan solusi yang bermanfaat dan adil untuk semua pihak
yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai