HIDUP ADALAH
TANGGUNG JAWAB
Oleh:
Imaam Yakhsyallah Mansur
Disampaikan pada
MUSYAWARAH VIRTUAL DEWAN IMAAMAH
LENGKAP DENGAN UMARO WILAYAH
اس ِب ِإ َم ِم ِه ْم ۖ َف َم ْن ُاو ِت َى ِكـ َت َب ُهۥ ِب َي ِم ِين ِهۦ َ َي ْو َم َن ْد ُع ْوا ُك َّل ُا
ن
َ ُ ْ َْٓ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ُ ٍْ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ا
)٧١ :]١٧[ فاول ِئك يقرءون ِكـتبهم وال يظلمون ف ِتيًل (االسرا
“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat
dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan
amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca cata-
tannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan
sedikit pun.”
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan kalimat
" " ِب ِإ َم ِم ِه ْمadalah catatan amal mereka. Sedang Said bin
Musyyib ketika menjelaskan ayat di atas berkata:
َّ ون إ َلى َ ِرئ ِيسه ْم ِفي ْال َخير َو
الش ِر َِ ُكل َق ٍوم َي ْج َت ِم ُع
ِ ِ
“Setiap kaum akan berkumpul dengan pimpinannya
dalam kebaikan dan keburukan.”
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyatakan, ayat di
atas hakikatnya berbicara tentang tanggung jawab yang
harus dilimiki oleh seorang manusia. Pada hari Kiamat
nanti, setiap manusia akan diperiksa, bagaimana pertang-
gungjawabannya atas wewenang dan kewajiban yang
dipikulkan kepadanya.
Pertanggungjawaban itu tidak hanya berlaku bagi umat
yang dipimpin, tetapi para rasul juga ditanya tentang apa
yang telah dilakukan dalam rangka menyampaikan risalah.
Di hari pertanggungjawaban itu, setiap orang tidak akan
bisa berdusta atau mengelak dari kemaksiatan yang telah
diperbuat.
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:
2 | Hidup Adalah Tanggung Jawab
ْ
)٣٦ :]٧٥[ َٔا َي ْح َس ُب ِاْل ْن َس ُان َٔا ْن ُي ْت َر َك ُس ادى (القيمة
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”. (Q.S. Al-Qiya-
mah [75]: 36)
Imam As-Saddi menjelaskan ayat di atas, bahwa manu-
sia hidup di dunia diuji dengan perintah dan larangan.
Kemudian di hari Kiamat nanti, mereka akan digiring sete-
lah dibangkitkan, kemudian ditanya tentang perbuatan
mereka selama hidup di dunia. Apakah mereka menjalan-
kan perintah dan menjauhi larangan, ataukah sebaliknya.
Senada dengan ayat di atas, Allah juga berfirman
dalam surah At-Takatsur ayat 8;
ُ َ
)٨ :]١٠٢[ ُث َّم ل ُت ْس َٔال َّن َي ْو َم ِئ ٍذ َع ِن َّالن ِع ِيم (التكاثر
“Kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu ten-
tang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia
itu).”
Ibnu Katsir menjelaskan ayat di atas dengan sebuah
hadits Riwayat Imam Ahmad, dengan menukilkan hadits
dari Abu Hurairah , Rasulullah ﷺbersabda, “Pada hari
kiamat nanti, Allah berfirman, Hai anak Adam, Aku telah
membawamu di atas kuda dan unta, dan Aku kawinkan
kamu dengan wanita, dan Aku jadikan kamu dapat memim-
pin dan berkuasa, maka manakah ungkapan rasa syukurmu
atas semuanya itu?”
Hal ini diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi dari Abu Barzah Al-Aslami:
ين ِع ْن َد هللا َع َلى َم َنا ِب ِر ِم ْن ُن ْو ِر َع ْن َي ِم ْي ِن َّالر ْحم ِن َ ِإ َّن ْال ُم ْق ِس ِط
ُ َّ
ال ِذ ْي َن َي ْع ِدل ْو َن ِفي ُح ْك ِم ِه ْم،ين ِ ِم َ َع َّز َو َج َّل وكلتا َي َد ْي ِه
ي
ُ
)َو َٔا ْه ِل ْي ِه ْم َو َما َولوا (رواه مسلم
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi
Allah ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka
yang adil dalam hukum terhadap keluarga, dan apa saja
yang dikuasakan kepadanya.” (H.R. Muslim)
2. Mendapat pahala sebanyak orang yang mengikuti-
nya
Dari Abi Hurairah , sesungguhnya Rasulullah ﷺber-
sabda,
َ ْ
َم ْن َس َّن ِفي ِاْل ْس ًَل ِم ُس َّن اة َح َس َن اة َك َان ل ُه َٔا ْج ُر َها َو َٔا ْج َر َم ْن َع ِم َل
ا ُ ِب َها ِم ْن َب ْع ِد ِه َال َي ْن ُق
َو َم ْن َس َّن ِفي،ص ذ ِل َك ِم ْن ُا ُجو ِر ِه ْم َش ْيًئ
ْ
ِاْل ْس ًَل ِم ُس َّن اة َس ِي َئ اة َك َان َع َل ْي ِه ِو ْز ُر َها َو ِو ْز ار َم ْن َع ِم َل ِب َها ِم ْن َب ْع ِد ِه
ا ُ َال َي ْن ُق
)ص ذ ِل َك ِم ْن َٔا ْو َز ِار ِه ْم َشيًئ ( اخرجه مسلم
“Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk,
maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-
pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada
kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari
dosa-dosa mereka.” (H.R. Muslim)
ين َس َن اة َو ِحد ُي َق ُام ِفيَ َي ْوم ِم ْن ِإ َم ٍام َع ِادل َٔا ْف َض ُل ِم ْن ِع َب َاد ِة ِس ِت
ٍ َٔ
َ ْ َ ْ َٔ َ
ض بحقه ا ْز َكى ِفي َها ِمن مط ِر ارب ِعين َص َباحا (رواه
ا َ ْ ْ رْ ْ َٔاال
ِ
) ضعيف،الطبرانى
“Sehari seorang pemimpin yang adil lebih utama dari-
pada beribadah 60 tahun, dan satu hukum ditegakkan di
bumi akan dijumpainya lebih bersih daripada hujan 40 hari”
(H.R. At-Thabrani, Dhaif).
Larangan Berambisi Pada Kepemimpinan (Jabatan)
ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ
ِ َّ قال َر ُسول:اَّلل َت َعالى َع ْن ُه – قال
اَّلل َو َع ْن ابي هريرة – ر ِضي
ون َن َد َام اة َي ْو َم ُ َو َس َت ُك،ون َع َلى ْاْل َم َارِة
َ صُ ر ْ « َّإن ُك ْم َس َت:ﷺ
ح
ِ ِْ
َو ِبئ َست الف ِاط َمة» َرواه ال ُبخ ِاري، َف ِن ْع َم ْت ال ُم ْر ِض َعة،ْال ِق َي َام ِة
َ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ ْ ُ
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
ﷺbersabda, “Sungguh kalian akan berambisi mendapatkan
jabatan/kepemimpinan, dan itu akan menjadi penyesalan
pada Hari Kiamat, maka betapa nikmat persusuan, betapa
seng-sara penyapihan.” (H.R. Bukhari)
Maksud Imarah (jabatan/kepemimpinan) dalam hadits
ini ialah secara umum, mulai dari yang tertinggi (Imamah),
seperti khalifah, presiden atau raja, hingga yang terendah
walaupun atas satu orang saja. Ambisi jabatan/kepemim-
pinan itu akan menyebabkan penyesalan pada hari kiamat.
“Betapa nikmat persusuan” maksudnya ialah kenikmatan