Abstrak
Dalam kelistrikan di Indonesia terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan hilang daya
pada sistem pembangkit, transmisi dan distribusi yang biasa disebut blackout. Maka dari itu
dibutuhkan pembangkit yang handal dan efisien yang mampu menanggulangi kondisi
blackout. Salah satu program anti blackout yaitu Line Charging. Line Charging adalah
kondisi dimana pembangkit beroperasi secara isolated untuk memberi supply pada sistem
transmisi untuk mengurangi efek kapasitansi jaringan yang menyebabkan drop tegangan
dan rugi-rugi pada jaringan transmisi. Pengisian tegangan pada Pengujian dilakukan
dengan mengosongkan busbar B, sinkron manual melalui modifikasi sinkron dead bus, lalu
mengisi tegangan dari line Muara Tawar sampai dengan GITET Cibatu 1. Dengan
menganalisa tegangan dan arus generator, active power, reactive power, speed generator,
temperatur rotor dan stator menunjukkan Gas Turbine 31 dapat melakukan Line Charging.
Kata kunci: Line Charging, Black Out, Generator.
1. PENDAHULUAN
Dengan seiring kemajuan zaman, teknologi serta peralatan penunjang
kehidupan sehari-hari yang menggunakan energi listrik terus mengalami
peningkatan yang linier dengan kebutuhan listrik yang diperlukan, sehingga
peranan energi listrik untuk mensupply teknologi dan peralatan dengan penunjang
kelistrikan menjadi semakin penting. Karena itu, kehandalan sistem dan peralatan
yang memberikan suplai listrik kepada konsumen menjadi fokus utama dalam
upaya penyediaan energi listrik [1]
Gangguan blackout yang terjadi pada tanggal 4 Agustus 2019 dan 1
November 2020 (Jakarta) mendorong UP Muara Tawar untuk melakukan kajian
kemampuan unit pembangkitnya dalam menyediakan fasilitas Line Charging.
Line Charging merupakan salah satu bentuk program transformasi PLN.
PLN telah mengeluarkan 4 program transformasi antara lain Green, Lean,
Innovative dan Customer Focused [2]. Melalui Green, PLN terus
mengembangkan penggunaan energi baru terbarukan untuk menghasilkan listrik.
Lean, untuk memastikan pengadaan listrik yang handal dan efisien. Innovative,
sebagai sarana inovasi untuk mendapatkan pendapatan dari sumber-sumber baru.
Profesionalisme Keinsinyuran PSPPI ITB Semester I Tahun Akademik 22/23 1
Pengujian Line Charging Pada Gas Turbine 31 Unit Pembangkitan Muara Tawar Untuk Menunjang Program Anti
Black-out PT PLN (Persero)
Line charging, House Load System, serta Black start System merupakan
breakthrough (terobosan) pada kategori Lean pada sub pembangkit listrik.
Diharapkan dengan breakthrough tersebut pemulihan berjalan dengan
cepat/kurang dari 2 jam, baik dari sistem maupun pembangkitan [2].
Untuk memastikan kehandalan dalam hal pembangkitan, khususnya
dalam menanggulangi blackout, dilakukan serangkaian pengujian dalam
sistem kelistrikan anti blackout. Salah satu pengujian yang berkaitan
dengan kehandalan adalah pengujian line charging [3]. Pengujian line
charging adalah kondisi di mana pada jalur transimisi tidak terdapat
tegangan sementara pembangkit beroperasi terisolasi untuk memberikan
suplai ke saluran transmisi dan peralatan transmisi lain berlanjut ke beban,
dalam situasi yang dikondisikan. Pengujian ini dilakukan untuk
memastikan peralatan dapat beroperasi ketika dibutuhkan. Line charging
secara umum dilakukan untuk memberikan suplai kepada power
pembangkit tambahan lain agar dapat melakukan start up. Semakin banyak
pembangkit yang dapat melakukan line charging akan semakin
mempercepat proses pemulihan sistem kelistrikan setelah terjadi gangguan
hilang tegangan/black out [4].
Dalam desain sebuah sistem pembangkit listrik terdapat pembangkit
listrik yang didesign untuk dapat melakukan line charging dan ada
pembangkit yang tidak didesain untuk melakukan line charging. PLTGU
Muara Tawar merupakan unit pembangkit yang tidak dirancang untuk
beroperasi dengan line charging sehingga diperlukan studi kelayakan untuk
memastikan kehandalan peralatan dan sistem.
2. LANDASAN TEORI
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Blok 3-4 Unit Pembangkitan
Muara Tawar merupakan salah satu jenis pembangkit listrik bertenaga Gas dan
Uap dengan mesin Siemens. Pada PLTGU UP Muara Tawar hasil pembakaran
Gas digunakan untuk memutar Gas Turbine, sedangkan gas buang hasil ekspansi
pada Gas Turbine digunakan kembali untuk memanaskan air di Heat Recovery
Steam Generator (HRSG) yang akan menghasilkan uap untuk memutar Steam
Turbine. Dalam 1 unitnya, pembangkit ini mampu menghasilkan output daya
sebesar 140 MW. Dalam pengoperasiannya, mesin ini dapat dijalankan
menggunakan 2 jenis bahan bakar yang berbeda, yaitu Fuel Gas dan High Speed
Diesel (HSD).
PLTGU UP Muara Tawar unit 31 tersambung dengan Cibatu 1 melalui line
busbar A dan B. Terdapat 2 PMT yaitu PMT 7A7 dan 7AB7 yang ditunjukkan
pada gambar 1 point 3.6. Tegangan generator yang dihasilkan sebesar 15.75 kV
lalu di step up oleh main trafo ke 500 kV. PLTGU Muara Tawar merupakan
Profesionalisme Keinsinyuran PSPPI ITB Semester I Tahun Akademik 22/23 2
Pengujian Line Charging Pada Gas Turbine 31 Unit Pembangkitan Muara Tawar Untuk Menunjang Program Anti
Black-out PT PLN (Persero)
pembangkit peaker di jaringan 500 kV, dimana pembangkit ini beroperasi saat
permintaan beban tinggi. Karakteristik PLTGU UP Muara Tawar adalah cepat
dalam proses startup, sinkron, serta naik-turun beban. Dengan karakteristik
tersebut diharapkan PLTGU UP Muara Tawar dapat menanggulangi kondisi
blackout dengan cepat, salah satunya yaitu Line Charging.
Pemodelan Trafo Blok 3 UP Muara Tawar yaitu generator terhubung ke busbar 500
kV melalui trafo tiga belitan yang mana ditunjukkan pada tabel berikut:
3. METODE PEKERJAAN
Penambahan fasilitas line charging ini dimulai dari pengambilan parameter
data GT dan Trafo yang dibutuhkan untuk selanjutnya disimulasikan apakah bisa
diadakan line charging atau tidak. Lalu dilanjutkan dengan setting sinkronizer
termodifikasi untuk memungkinkan sinkron pada kondisi tidak bertegangan.
Selanjutnya adalah pengujian line charging. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mengosongkan busbar yang akan diuji, dalam hal ini busbar B line muara tawar
menuju cibatu 1 lalu mengisi line kosong terebut dengan line charging dari sisi
pembangkitan. Dengan modifikasi mode sinkron to dead bus dan mengatur
tegangan sisi pembangkitan dengan mode eksitasi manual.
Pastikan pihak control room PLTGU blok 3-4 Muara Tawar telah
berkoordinasi dengan dispatcher P2B terkait pekerjaan Line charging GT 31 sesuai
rencana operasi mingguan (ROM). Dilanjutkan berkoordinasi dengan pihak GITET
untuk mengosongkan busbar B. Lalu Pastikan supply 6.3 kV GT 33 tetap energize
untuk persiapan supply ke 6.3 kV GT 31 untuk menunjang proses startup.
Sedangkan untuk Essential load untuk peralatan 400 V disupply dari EDG 1.
Lakukan start up GT untuk memulai proses pekerjaan line charging. Start up
GT ditahan hingga GT full speed no load menggunakan natural gas dengan set point
speed 50 rps dan load set point 0 MW.
Langkah selanjutnya adalah close generator CB dan energize main trafo.
Koordinasikan kepada dispatcher untuk selanjutnya GT akan sinkron dengan
jaringan, lalu tahap synchrone 52G close secara manual dengan menaikkan arus
eksitasi secara bertahap terlebih dahulu hingga tegangan output generator 8.5 kV
dan tegangan di sisi trafo <0.716 kV sebagai syarat sinkron modifikasi dead bus.
Pada saat telah sinkron, pastikan tegangan output generator tetap 8.5 kV dan di sisi
output transformer sebesar 275 kV. Naikkan secara bertahap tegangan output
generator hingga 12.6 kV dan outpu main trafo hingga 400 kV dengan mengatur
arus eksitasi via HMI control room PLTGU.
Tahap terakhir yaitu line charging ke SUTET Cibatu 1. Koordinasikan dengan
GITET untuk close 7B4 line menuju cibatu 1. Naikkan bertahap hingga output
generator 15.75 kV dan output main transformer 500 kV.
Dalam pengujian line charging ini dikumpulkan data frequency, active power,
arus eksitasi dan tegangan generator. Data yang didapatkan merupakan hasil
pengamatan di HMI Control Room data yang digunakan digunakan sebagai bahan
analisis.
cv
4. HASIL PEMBAHASAN
Line Charging yang dilaksanakan 24 Oktober 2021 ini terdapat dua kali
pengujian. Pengujian Line Charging yang pertama gagal dikarenakan
proteksi generator overvoltage. Pengujian Line Charging kedua berhasil,
dengan waktu total 67 menit, yang terdiri dari Change Over Pemakaian sendiri
dan patrol check (14 menit), Start GT dan Synch deadbus (30menit), Sync Busbar
B dan Line Charging SUTET Cibatu 1 (23 menit).
cv
cv
Pada saat sebelum pengujian line charging tegangan output generator sesuai
yaitu 8.5 kV sebagai syarat sinkron. Saat dinaikkan, tegangan berangsur-angsur
naik hingga 12.54 kV dengan mengatur arus eksitasi.
Saat uji line charging pertama, tegangan berangsur naik dari 12.54 kV hingga
17.5 kV. Namun reactive power tiba-tiba turun ke -65 MVAR, menyebabkan arus
eksitasi naik dan generator terkena proteksi overvoltage saat tegangan di 17.85.
Pada saat uji line charging kedua, tegangan dinaikkan berangsur dari 12.5 kV
hingga tegangan tertinggi yaitu 14.968 kV. Saat Synchrone dengan kondisi
tersebut G T31 dan Main Trafo tidak ada kendala dan tetap aman.
Hasil Analisa pada uji line charging pertama yang menyebabkan GT trip
dikarenakan efek kapasitansi jaringan dan induksi live line disebelahnya (Cibatu 2
yang masih energize), dan juga mode eksitasi yang manual yaitu field current.
Field current memungkinkan arus eksitasi stuck nilaiya sesuai setpoint, namun
yang mengimbagi kapasitansi jaringan yaitu tegangan generator sesuai data di
gambar 7.
Pada saat akan sinkron operator harus mematikan mode voltage controller hal
ini berkaitan dengan arus inrush yang akan terjadi yang akan mentrigger trafo
untuk trip. Jika diaktifkan auto ke 1 pu (15,75 kV). Sedangkan pada uji cob aini
dibutuhkan 0.8 pu (12 kV) saat energize trafo saat sebelum line charging. Arus
inrush terjadi ketika trafo di energize pada kondisi tanpa beban (No-Load). Arus
yang sangat besar dengan durasi yang lama diidentifikasi sebagai arus gangguan
sehingga menyebabkan trafo trip
5. REKOMENDASI
1. Penambahan fasilitas bustie beaker (6.3KV) untuk supply eksternal dari GT
yang lain (GT 3.1- GT3.3 dan GT 4.1-GT 4.3), sebagai keandalan unit dalam
line charging dan mengurangi energi import yang akan ditambahkan pada
scope pengadaan EDG Blackstart.
2. Penambahan deadstock CNG Plant untuk keperluan balckstart dan line
charging menggunakan BBG, sehingga mempunyai dua opsi Bahan bakar
3. Penambahan backup supply CNG Plant untuk kebutuhan release gas saat
Blackout, Blackstart dan Line charging dengan cara
4. Penambahan fasilitas bustie beaker (6.3kV) untuk supply eksternal dari GT
yang lain (GT 3.1- GT3.3 dan GT 4.1-GT 4.3), namun sebagai keandalan unit
dalam line charging dan mengurangi energi import perlu diadakannya EDG
Blackstart yang memungkinkan supply ke 6.3 kV.
Daftar Rujukan
[1] Berlianti, R., Fauzi, R. dan Monice, M., Analisis Penerapan Tindakan
Pemeliharaan Sistem Distribusi 20 kV Dalam Pengoptimalan ENS dan FGTM.
SainETIn: Jurnal Sains, Energi, Teknologi, dan Industri, 2021, Vol. 5(2), hal. 44-
50.
[2] EVP RJT. “PLN 1 Breakthrough Anti Black Out”. Divisi Transmisi Regional
Profesionalisme Keinsinyuran PSPPI ITB Semester I Tahun Akademik 22/23 12
Pengujian Line Charging Pada Gas Turbine 31 Unit Pembangkitan Muara Tawar Untuk Menunjang Program Anti
Black-out PT PLN (Persero)
JMB. 2022
[3] Priyono, T.O. Analisis Optimalisasi PLTMG Senayan Sebagai Pengirim
Tegangan Sistem Pasca Blackout Agustus 2019. Jurnal Elektro, 2021, vol. 9(1),
hal. 45-54.
[4] Nasution, M.F., Mustafa, F. and Shaulgara, S. Case studies of magnetizing
inrush current effect on differential & REF transformer protection. In 2019 2 nd
International Conference on High Voltage Engineering and Power Systems
(ICHVEPS) (hal. 1-6). 2019.
[5] Yasa, I Wayan Sugara . Analisis Sistem House Load Dalam Menunjang
Kehandalan Penyaluran Listrik di PLTDG Pesanggaran. Universitas Pendidikan
Nasional. 2021.
[6]Lapi ITB. Studi Line Charging Pekerjaan Jasa Perencanaan Teknis
Improvement PLTGU MTW Blackout Sistem Interkoneksi Jawa Bali. Lapi-PJB
MTW-ELC-LCH-001. 2020