MODUL 8
PRINSIP KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DISUSUN OLEH
KHAIRIZKA CITRA PALUPI
MERTIEN SA’PANG
YULIA WAHYUNI
B. Uraian
1. Anatomi cairan dan elektrolit tubuh
Komponen terbesar dalam tubuh yaitu air. Elektrolit merupakan molekul terionisasi
yang terdapat di dalam darah, jaringan, dan sel tubuh. Keseluruhan cairan dalam tubuh
biasa disebut Total Body Water ( TBW ). Cairan berada dalam dua kompartemen
utama, yaitu :
• Cairan intra sel/ CIS) yang pada orang dewasa sekitar 40% dari berat badan atau
70% dari jumlah keseluruhan cairan tubuh,
•cairan di luar sel (cairan ekstra sel/ CES) sekitar 20% dari berat badan atau 30% dari
seluruh cairan tubuh. Cairan ekstrasel termasuk didalamnya cairan intravaskuler
(plasma) sekitar 4-5% dari berat badan, dan cairan interstitial atau cairan yang
berada di antara sel termasuk cairan limfe sekitar 15% dari berat badan.
Persentasi TBW tergantung beberapa factor yaitu :
✓ TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan. Kisaran ini
tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah jaringan adipose yang
berbeda, yang mana jaringan ini hanya mengandung sedikit air.
✓ TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada umur
yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya lebih banyak
mengandung jaringan lemak.
✓ TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
✓ Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan menurunjkan
jumlah kandungan total air tubuh
2. Komposisi Total Body Water ( TBW )
a. Cairan Intraselular (CIS)
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Sebagai contoh Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan
penyakit.
c. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh
molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat
menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan
molekul protein dengan BM lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang
sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap
koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen
plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila
terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya
edema paru.
4. Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H
bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika
dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar
ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan
1. Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi ke- 6. Jakarta: EGC. hlm. 867– 75.
2. Robbins SL, Kumar V. 2007. Buku ajar patologi anatomi , edisi ke-6. Jakarta:
EGC. hlm. 27, 113, 572, 595–7
3. Wijaya I, Miranti IP. 2005. Patologi ginjal dan saluran kemih, edisi ke-3.
Semarang: FK UNDIP