Anda di halaman 1dari 10

MISIOLOGI

MISI DALAM KONTEKS INDONESIA


SEBAGAI MASYARAKAT MAJEMUK

DOSEN :
PDT. RAMLI SARIMBANGUN, M.TH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KARUNIA RUMAGIT (202141307)
VENA PANGKEY (202141388)
YONATHAN TUNAS (202141018)
RICKY TULANDI (202141432)

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
YAYASAN GMIM DOMINEE ALBERTUS ZAKARIAS RUNTURAMBI WENAS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya, sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan baik dan selesai tepat pada waktunya yang berjudul “Misi
dalam Konteks Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk”. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pastoral 2. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Misi dalam Konteks Indonesia Sebagai Masyarakat
Majemuk bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Ramli Sarimbangun, M.Th selaku dosen Mata
Kuliah Pastoral 2. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 09 November 2023

Kelompok 7
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
Latar Belakang......................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
Pengertian Masyarakat Majemuk/Pluralitas......................................................................................5
Misi Dalam Konteks Masyarakat Majemuk/Pluralitas di Indonesia................................................5
Gereja Dalam Masyarakat Majemuk..................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................9
KESIMPULAN......................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Istilah misiologi berasal dari kata Latin missio yaitu 'pengutusan. Dari kata dasar
"missio" dijabarkanlah juga kata benda "missionaris/ missionary" yang berarti utusan Injil dan
kata sifat "missionary" yakni misioner atau berwujud/bersifat/bersikap PI. Tugas misioner gereja
sering dibagi menjadi dua, yaitu pekabaran injil ke luar negeri dan pekabaran injil di dalam
negeri. Yang kedua dapat disamakan dengan pengkristenan (kembali) dimana aspek
sosial/pelayanan kasih diutamakan .1 Namun dalam tradisi kekristenan kata “misi” memiliki arti
beragam. Berangkat dari beragamnya pemahaman tentang misi, ada dua pemahaman yang
menonjol. Pertama, misi berhubungan dengan "pengiriman" dan "pergi/keluar". Dengan kata lain
misi dimengerti sebagai "being sentness" (pengutusan). Dalam pengertian yang tugas; misi
adalah sebuah tanggung jawab. Hakikat tugas mungkin tidak sama di dalam semua hal, tetapi
yang tentu sama bahwa misi adalah sebuah tugas. Kedua, Misi adalah sebuah relasi antara para
misionaris dan orang-orang di wilayah tertentu. Misi bukan sesuatu yang dikerjakan oleh
seseorang dalam kesendiriannya. Misi dikerjakan di dalam bingkai relasi manusia.

Indonesia memiliki keanekaragaman baik suku, bangsa, bahasa, ras, dan agama. Bukan
sebuah kebetulan melainkan sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat
yang majemuk. Keragaman ini menimbulkan beragam perbedaan, namun hal ini patut untuk
disyukuri dan dibanggakan. Dalam beberapa sumber, Indonesia merupakan suatu negara dengan
jumlah suku bangsa yang banyak.. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis
merupakan wujud dari bangsa yang majemuk. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
indonesia merupakan masyarakat yang menjemuk dengan memiliki beragam kebudayaan dan
agama yang ada. Masyarakat majemuk adalah gambaran masyarakat yang dihadapkan pada
keragaman yang kompleks. Majemuk sering dihubungkan dengan Pluralitas/Pluralistik karena
memiliki arti yang merujuk pada gagasan atau filosofi yang mendukung keberadaan dan
koeksistensi beragam pandangan, nilai, agama, budaya, atau entitas yang berbeda dalam sebuah
masyarakat atau sistem tertentu. Dengan kata lain, pluralisme menekankan keragaman dan
keberagaman sebagai aspek yang penting dalam sebuah lingkungan sosial atau kebudayaan. Lalu
bagaimana misi dalam konteks Indonesia sebagai Masyarakat yang majemuk.

1
Arie de Kuiper, MISIOLOGI: Ilmu Pekabaran Injil. BPK gunung Mulia. (Jakarta) 2022. Hlm 2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Masyarakat Majemuk/Pluralitas

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, hal ini dapat
diartikan sama dengan masyarakat plural atau pluralistik. Menurut A Modern Dictionary
of Sociology mengatakan, bahwa pluralisme atau cultural pluralism adalah kultur
heterogen, dengan etnik dan grup minoritas lainnya yang berkumpul dalam satu identitas
masyarakat.2
Menurut John Sydenham Furnivall termasuk orang yang pertama kali menyebut
Indonesia masuk ke dalam kategori masyarakat majemuk (plural society). Masyarakat
majemuk adalah suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut berbagai kesatuan
sosial yang menjadi bagian-bagiannya membuat mereka kurang memiliki loyalitas
terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan
atau bahkan kurang memiliki dasardasar untuk saling memahami satu sama lain.3
Kata “pluralitas” berasal dari kata Latin “plures” artinya beberapa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional edisi 3 (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003, hlm.883) memberi defenisi “pluralisme” (sbg kata benda) dengan
“keadaan masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya).
Dari kata itu muncul kata sifat “pluralistis” sebagai ‘banyak macam, bersifat majemuk”.
Namun dalam kancah akademik istilah/ terminologi ini kerap dipergunakan dengan
beraneka ragam pengertian. Dalam bahasa Jerman misalnya dikenal istilah “Pluralismus”
(pluralisme) dan: “Pluralitaet”. Yang terakhir ini dalam Bahasa Indonesia bisa
diterjemahkan sebagai “Pluralitas” (keberagaman, kemajemukan). Secara empiris
pluralisme dipahami sebagai keanekaragaman keyakinan dan agama (pluralisme agama),
kemajemukan nilai (pluralisme nilai), kemajemukan kelompok masyarakat (pluralisme
sosial), kemajemukan kekuatan politik (pluralisme politik). Di dalam ilmu dan teologi
agama-agama “pluralisme” dipandang sebagai penerimaan atas universalitas dan karya
penyelamatan Allah bukan hanya monopoli satu agama, tapi dalam banyak agama. 4
Dengan melihat bermacam pengertian mengenai pluralisme, maka pluralisme yang
bagaimanakah yang dimaksud sesuai konteks pluralisme indonesia? Tentu saja konteks
pluralisme yang dimaksud adalah konteks kemajemukan baik keagamaan, maupun
kebudayaan, yang merupakan kenyataan konkrit yang dialami Indonesia.

2
Wikipedia, “Masyarakat Majemuk”, https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_majemuk, (diakses pada 06
september 2023, Pukul 15.51).
3
Megawati Manullang, “Misi dalam Masyarakat Majemuk”, Jurnal Teologi Budidaya 3 (2019)
4
7 Dr. Raja Oloan Tumanggor, “Misi dalam Masyarakat Majemuk”, (Genta Pustaka Lestari). Hlm. 31-32.
Misi Dalam Konteks Masyarakat Majemuk/Pluralitas di Indonesia

Upaya merumuskan misi dan misiologi dalam konteks masyarakat pluralistis merupakan
suatu yang sangat urgen di Indonesia saat ini. Kita tidak bisa membangun kekristenan
lepas dari realitas kemajemukan itu. Memang keterbukaan mengungkapkan realitas
majemuk dalam konteks Indonesia adalah prasyarat guna membangun pemahaman misi
gereja yang kontekstual. Kalau konteksnya tidak jelas diungkapkan, maka misi Gereja
yang seharusnya kontekstual itu menjadi kabur. Sebaliknya, kalau konteks pluralisme
agama dan budaya di Indonesia dapat dinilai dengan transparan, maka misi gereja juga
dapat diupayakan menjadi misi kontekstual. Membahas rekonstruksi misi dalam
pluralisme keagamaan di Indonesia sebetulnya tidak lepas dari pengalaman masa lampau
tatkala kebanyakan misionaris Barat/Eropa dalam usaha misinya menekankan
pentingnya pertobatan individu dengan perhatian yang amat kecil terhadap dimensi
sosial dan kurang menghargai nilai yang terkandung dalam agama-agama lain. Hal ini
menyebabkan misi Kristen menempatkan orang beragama lain sebagai orang kafir yang
tidak memiliki kebenaran, sebagaimana tampak dalam model pertobatan (conversion)
dan model penanaman gereja (church planting). Pandangan seperti ini jelas tidak relevan
lagi sekarang. Mareka yang terlibat dalam misi kristen harus bisa menghadirkan iman
kristen dengan penuh keyakinan, tanpa mencela/menjelekkan pemeluk agama lain.
Semua institusi agama di Indonesia harus mengembangkan kesadaran (consicence) akan
kerja sama, karena wujud koeksistensi yang paling tinggi adalah kerjasama. Sayangnya,
kita belum mengalami situasi koeksistensi/ convivencia, yakni kondisi dinamis dimana
masyarakat yang plural secara agama, budaya, peradaban mampu hidup secara harmonis,
dan negara berperan aktif menjaga keseimbangan antara pluralitas dan integritas.
Convivencia berarti saling menembus dan saling mempengaruhi secara kreatif.5
Oleh sebab itu misi dalam konteks pluralisme budaya di Indonesia yang kaya dengan
kebudayaan yang berbeda-beda pertama-tama adalah usaha untuk menyelidiki dan
menghargai bentuk yang berbeda dari dinamika kebudayaan dalam konteks sejarah yang
berbeda juga. Dalam upaya ini ada asumsi dasar bahwa kemajemukan bentuk
kebudayaan tidak bertentangan dengan rencana penciptaan Allah, tetapi justeru menjadi
penegasan akan kekayaan hakikat Allah dan relasiNya dengan dunia ciptaanNya. Maka,
tidak ada lagi pembedaan ‘kebudayaan kristen’ dengan ‘kebudayaan non kristen’ sebab
setiap kebudayaan bisa mewujudkan kehadiran Allah.6

5
0Dr. Raja Oloan Tumanggor, “Misi dalam Masyarakat Majemuk”, (Genta Pustaka Lestari). Hlm. 61-62.
6
Ibid; Hlm. 6
Gereja Dalam Masyarakat Majemuk

Tugas Gereja adalah melanjutkan karya Yesus, yakni mewartakan Kerajaan Allah
kepada seluruh umat manusia. Kerajaan Allah baru terwujud secara sempurna pada akhir
zaman, tetapi Kerajaan Allah harus diwujudkan mulai dari dunia ini. Dalam injil tersirat
kesadaran bahwa misi atau tugas Gereja pertama-tama bukan “penyebaran agama”,
melainkan Kabar Baik (Kerajaan Allah) yang relevan dan mengarah pada situasi konkret
manusia dalam dunia yang majemuk ini. Menjadi pelayan Kerajaan Allah berarti
berusaha dengan segala macam cara kearah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
tengah masyarakat, misalnya persaudaraan, kerja sama, dialog, solidaritas, keterbukaan,
keadilan, hormat kepada hidup, memperhatikan yang lemah, miskin, tertindas,
tersingkirkan, dsb. Gereja bertumbuh dan berkembang sejak awal sampai saat ini adalah
dibangun di dalam dan oleh Misi yang murni dan kudus dari umat Tuhan. Misi gereja
merupakan pekerjaan atau tanggungjawab jemaat Yesus Kristus sepanjang sejarah dunia
yang penuh dengan kemajemukan. Misi Gereja yang dimaksud adalah memanggil
bangsa-bangsa agar bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus supaya mereka menjadi
murid-Nya serta masuk dalam persekutuan orang-orang yang menanti Kerajaan Allah
dengan di dasarkan pada anugerah Allah-Kerelaan kehendakNya-Menurut kekayaan
kasih karuniaNya (Ef. 1:5-7). Persoalannya adalah banyak umat Kristen yang memahami
tindakan Kristenisasi sebagai tugas utama Gereja karena anggapan bahwa tindakan
tersebut merupakan perintah yang diberikan langsung oleh Yesus. Salah satu bagian
Alkitab yang paling sering dijadikan sebagai dasar tindakan misi Kristen (baca:
Kristenisasi) adalah Mat 28:19, sebagai bagian dari Perjanjian Baru. Misi dan
Kekristenan seringkali diidentikan dengan tindakan ekspansi dari Kristen kepada agama-
agama lain. Namun, misi di dalam kekristenan sendiri tidak dapat dikungkung dalam
sebuah tindakan ekspansi yang mengubah umat beragama lain menjadi beragama
Kristen.7
Di negara Indonesia yang majemuk/pluralitas, Misi Allah bukanlah tentang Kristenisasi
terhadap individu-individu diluar agama Kristen. Melainkan menunjukkan Kasih dan
membawa daamai yang utama, menghargai perbedaan yang ada tanpa menghakimi
ataupun menanamkan sikap intoleran terhadap agama maupun budaya-budaya yang
beranekaragam, serta mencintai kedamaian. Di tengah-tengah derasnya perubahan
budaya yang menerjang, Allah tidak berdiam diri. Bahkan sebenarnya Dia tidak pernah
berdiam diri sesaatpun. Sejarah gereja telah membuktikan bahwa Allah terus bekerja di
setiap perubahan zaman. Setiap pembengkokan terhadap kebenaran Firman Tuhan
diresponi dengan munculnya tokoh-tokoh yang setia membela kebenaran Alkitab
Selanjutnya, makna dari kata penginjilan yang berarti bahagian utuh dari rencana misi
Allah yang bertujuan membawa shalom kepada manusia dan seluruh ciptaan-Nya.
Konsekuensi logis dari rumusan ini adalah bahwa misi dalam konteks Indonesia sebagai
7
Grets Janialdi Apner, “Kehadiran Gereja dalam Kemajemukan Indonesia”, Jurnal Teologi 07.02 (2018): 185196
masyarakat yang plural harus sesuai dengan ciri khas keagamaan yang beragam
berdasarkan keadaan masyarakatnya yang tidak bisa dipaksakan. Sebab nilai yang
disepakati oleh para pendiri bangsa adalah nilai kemanusiaan yang tinggi. Akibatnya,
terjadi degradasi nilai kemanusiaan yang sangat hebat terhadap manusia Indonesia (John
A. Titaley, 2013).8
Warga negara Indonesia yang beragam agama, suku, dan budaya-nya itu bukan
saja setara di hadapan hukum Indonesia, akan tetapi juga setara di hadapan Tuhan Yang
Maha Kuasa itu, dan menyapanya sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan nama
Tuhan Yang Maha Kuasa Itu, bangsa Indonesia yang beragam agamanya menyatu
sebagai satu bangsa. Metode dalam melakukan penginjilan sangat penting untuk
dipikirkan dan direncanakan. Tantangan pekerjaan misi selalu menjadi tantangan bagi
semua orang percaya. Semua kesulitan ini tidak hanya berkaitan dengan keyakinan
teologis, tetapi juga dengan tantangan budaya. Selain itu kepekaan terhadap pimpinan
Tuhan sangatlah penting. Keberhasilan sebuah penginjilan seringkali ditentukan oleh
kombinasi beberapa unsur. Penggunaan sebuah metode tertentu yang kontekstual,
dilakukan oleh orang yang tepat, pada waktu tepat, yang ditujukan pada sasaran yang
tertentu sesuai dengan pimpinan Roh Allah dan berdasarkan kebenaran Alkitab adalah
syarat mutlaknya. Setiap perubahan latar belakang masyarakat memerlukan penyesuaian
metode pemberitaan Injil tanpa merubah atau mengurangi isi beritanya. Setiap budaya
yang berbeda, memerlukan pendekatan konteks yang berbeda pula. Last but not least
bahwa untuk menjalankan Misi Allah di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang
majemuk bukanlah suatu hal yang mudah, seorang yang menjalankan Misi Allah harus
mampu hidup bergaul mencari tahu budaya setempat ketika akan menjalankan Misi dan
yang paling penting tidak memaksa individu untuk mengikuti sesuai kehendak kita,
berikan mereka ruang untuk memilih dan hargai setiap pilihan dari setiap individu yang
ada. Rasa toleransi yang tinggi sangat di perlukan di tengah-tengah masrakat indonesia
yang majemuk.

8
Desi Natalia, “Misi dalam Konteks Indonesia sebagai Masyarakat yang Plural”, Prosidang seminar nasional IAHN-
TP Palangka Raya 12-20, 2019. Hlm. 16
BAB III

KESIMPULAN

Masyarakat majemuk atau pluralistik merujuk pada suatu entitas sosial yang terdiri dari berbagai
suku, etnik, dan kelompok minoritas dengan identitas kultural yang heterogen. Istilah ini,
diperkenalkan oleh John Sydenham Furnivall, menggambarkan suatu realitas di mana
masyarakat memiliki sistem nilai yang beragam, menyebabkan kurangnya loyalitas terhadap
masyarakat secara keseluruhan dan kurangnya homogenitas budaya. Dalam konteks Indonesia,
pluralisme mencakup kemajemukan keagamaan dan kebudayaan, mengakui berbagai keyakinan,
nilai, dan kelompok masyarakat sebagai kenyataan konkrit yang dialami oleh negara ini.
Dalam konteks masyarakat pluralistik di Indonesia, pentingnya merumuskan misi dan misiologi
menjadi sangat urgen untuk membangun kekristenan yang terintegrasi dengan realitas
kemajemukan. Adanya keterbukaan dalam mengungkapkan keberagaman agama dan budaya
menjadi prasyarat untuk membangun pemahaman misi gereja yang kontekstual. Rekonstruksi
misi ini membutuhkan perubahan dari pendekatan masa lampau yang kurang menghargai nilai
agama-agama lain, menuju kerjasama, koeksistensi, dan convivencia dalam masyarakat yang
plural. Misi dalam konteks pluralisme budaya menekankan penyelidikan dan penghargaan
terhadap keberagaman dinamika kebudayaan, dengan asumsi bahwa kekayaan budaya tidak
bertentangan dengan rencana penciptaan Allah. Dengan demikian, upaya misi diarahkan untuk
mewujudkan kehadiran Allah tanpa pembedaan antara 'kebudayaan kristen' dan 'non kristen'.
tugas gereja dalam konteks masyarakat pluralistik Indonesia adalah mewartakan Kerajaan Allah
dengan mengedepankan nilai-nilai seperti persaudaraan, kerja sama, dialog, solidaritas,
keterbukaan, keadilan, dan kasih terhadap sesama. Misi gereja tidak seharusnya terbatas pada
Kristenisasi, melainkan pada membawa kasih dan damai yang menghargai perbedaan tanpa sikap
intoleran. Dalam konteks yang beragam agama, suku, dan budaya, misi gereja harus
menghormati keberagaman dan menciptakan harmoni tanpa merendahkan nilai kemanusiaan.
Pentingnya menggunakan metode penginjilan yang kontekstual, peka terhadap budaya setempat,
dan menjunjung tinggi toleransi menjadi kunci untuk menjalankan misi Allah di Indonesia yang
majemuk.
DAFTAR PUSTAKA

Arie de Kuiper, MISIOLOGI: Ilmu Pekabaran Injil. BPK gunung Mulia. (Jakarta) 2022

Megawati Manullang, “Misi dalam Masyarakat Majemuk”, Jurnal Teologi Budidaya 3 (2019)

Dr. Raja Oloan Tumanggor, “Misi dalam Masyarakat Majemuk”, (Genta Pustaka Lestari).

Desi Natalia, “Misi dalam Konteks Indonesia sebagai Masyarakat yang Plural”, Prosidang seminar

nasional IAHN-TP Palangka Raya 12-20, 2019.

Wikipedia, “Masyarakat Majemuk”, https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_majemuk, (diakses pada

06 september 2023, Pukul 15.51).

Anda mungkin juga menyukai