Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Blended Learning System

Dosen Pengampu:
Ali Akbar Lubis S.Kom. M.TI

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1 PTIK A 2021


Amri Fajar Pratama (5212451003)
Bagas Kurnia Arfin Giawa (5212351001)
Darmiko (5211151015)
Otniel Kristian Manurung (5212451006)
Wahyu Ramadhi (5211151008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA


DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan limpahan karunia-Nya, kami sebagai penulis berhasil menyelesaikan
makalah untuk mata kuliah Blended Learning.
Makalah ini menjadi bagian integral dari tugas semester ini, di mana kami berharap
kontribusi kami dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada para pembaca,
serta memberikan manfaat yang nyata bagi semua pembaca. Kami sadar bahwa dalam proses
penulisan makalah ini, terdapat beberapa kesalahan, baik dalam penggunaan tanda baca maupun
penggunaan tata bahasa yang mungkin kurang tepat. Untuk itu, kami ingin menyampaikan
permohonan maaf atas segala kekurangan tersebut.
Dalam usaha kami untuk terus berkembang, kami sangat menghargai saran dan kritik
yang membangun dari pembaca. Kami berkomitmen untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas penulisan di masa mendatang. Semoga makalah ini tidak hanya menjadi sebuah karya
tulis belaka, tetapi juga menjadi kontribusi positif dalam pemahaman dan implementasi teknologi
informasi dan multimedia dalam dunia pendidikan, khususnya dalam konteks Mini Riset ini.
Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan. Semoga makalah ini dapat
memberikan inspirasi dan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan,9 Desember 2023

Penulis
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1

1.3. Manfaat Penelitian...........................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................3

2.1. Deskripsi latar belakang mata kuliah sensor dan Tranduser............................................3

2.2. Deskripsi sistem pembelajaran mata kuliah yang berjalan..............................................3

2.3. Deskripsikan kondisi kemampuan mahasiswa.................................................................5

2.4. Analisis kebutuhan mahasiswa terhadap sarana dan prasarana di kampus terhadap
matakuliah terhadap model Lab Rotation Model........................................................................5

BAB III.......................................................................................................................................9

BAB IV.......................................................................................................................................9

PENUTUP...................................................................................................................................9

4.1. Kesimpulan......................................................................................................................9

4.2. Saran..............................................................................................................................10

REFERENSI.............................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran campuran (blended learning) adalah model pembelajaran yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran online. Model
pembelajaran ini semakin populer di era digital saat ini, karena menawarkan berbagai
keunggulan, seperti:
 Fleksibilitas: Pembelajaran campuran memungkinkan siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar dan kebutuhan mereka. Siswa dapat belajar secara tatap muka di
kelas, atau belajar secara online di rumah atau di mana pun mereka berada.
 Efisiensi: Pembelajaran campuran dapat menghemat waktu dan biaya bagi siswa dan
institusi pendidikan. Siswa tidak perlu pergi ke kelas setiap hari, sehingga mereka
dapat menghemat waktu dan biaya transportasi.
 Keefektifan: Pembelajaran campuran dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Siswa dapat belajar secara tatap muka untuk mendapatkan interaksi dan bimbingan
langsung dari guru, dan mereka dapat belajar secara online untuk mendapatkan akses
ke materi pembelajaran yang lebih luas dan mendalam.
Di Indonesia, pembelajaran campuran mulai diterapkan di berbagai institusi pendidikan,
mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

I.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari mini riset ini adalah untuk:
 Mengkaji ketersediaan infrastruktur TIK yang mendukung pembelajaran campuran di
perguruan tinggi tersebut.
 Mengkaji keterampilan dan pengetahuan guru dan staf pengajar dalam menerapkan
pembelajaran campuran.
 Mengkaji bagaimana pembelajaran campuran diterapkan di perguruan tinggi tersebut.

1
I.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari mini riset ini adalah sebagai berikut:
 Hasil dari mini riset ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penerapan
pembelajaran campuran di Indonesia.
 Hasil dari mini riset ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas penerapan pembelajaran campuran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Deskripsi latar belakang mata kuliah sensor dan Tranduser


Mata kuliah sensor dan transduser membahas prinsip-prinsip dasar dalam pengukuran
dan konversi energi dari suatu bentuk ke bentuk lain. Ini mencakup pemahaman tentang berbagai
jenis sensor, transduser, dan teknologi yang digunakan dalam mengubah sinyal fisik menjadi
sinyal yang dapat diukur atau diproses. Materi kuliah ini sering melibatkan konsep fisika,
elektronika, dan teknik instrumentasi untuk mengembangkan pemahaman yang kokoh tentang
cara mengukur dan mendeteksi berbagai parameter dalam berbagai konteks.
Sensor dan transduser melibatkan evolusi teknologi dalam pengukuran dan pengontrol.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan sensor dan transduser
semakin meningkat dalam berbagai bidang, seperti industri, kedokteran, otomotif, dan
lingkungan. Pemahaman tentang sifat-sifat material, prinsip fisika, dan teknik instrumentasi
menjadi kunci dalam pengembangan sensor dan transduser yang lebih canggih dan efisien. Mata
kuliah ini juga mencakup aspek desain, pengujian, dan aplikasi praktis untuk memahami cara
merancang dan menerapkan solusi sensor dan transduser dalam dunia nyata.

II.2. Deskripsi sistem pembelajaran mata kuliah yang berjalan


Matakuliah sensor dan transduser membahas konsep-konsep fundamental terkait dengan
pengembangan, penggunaan, dan aplikasi sensor serta transduser dalam berbagai bidang
teknologi. Pendahuluan materi mencakup definisi dan perbedaan antara sensor dan transduser,
serta fungsi keduanya dalam konteks aplikasi praktis. Selanjutnya, mahasiswa akan memahami
prinsip kerja sensor yang umum digunakan, termasuk contoh aplikasinya dalam teknologi seperti
sensor optik, sensor akustik, dan lainnya. Analisis karakteristik sensor, seperti akurasi, presisi,
sensitivitas, dan resolusi, menjadi fokus utama dalam memahami performa sensor. Dalam
konteks transduser, materi membahas peran transduser dalam mengubah energi dari satu bentuk
ke bentuk lain, menjelaskan berbagai jenis transduser, dan memberikan studi kasus aplikasinya.

3
Strain Gage (SG):
Deskripsi: Strain Gage adalah transduser yang mengubah pergeseran mekanis menjadi
perubahan tahanan. Bentuk fisiknya seperti biskuit tipis yang disatukan pada berbagai bahan
untuk mengukur renggangan.
Prinsip Kerja: Terbuat dari kawat logam dengan tahanan yang berubah seiring perubahan
panjang bahan yang dikenakan tarikan atau tekanan.
Sensitivitas: Diukur dengan faktor gage (K), yang menggambarkan perubahan satuan tahanan
terhadap perubahan satuan panjang.

Transduser Induktif:
Deskripsi: Sensor induktif memanfaatkan perubahan induktansi lilitan pada saat mendekati
material feromagnetik.
Prinsip Kerja: Perubahan induktansi diubah menjadi tegangan melalui rangkaian jembatan
dan berkaitan dengan perpindahan posisi inti feromagnetik.
Formula: Menggunakan persamaan hubungan antara induktansi, fluks, lilitan, arus, dan
reluktansi.

Transduser Kapasitif:
Deskripsi: Sensor kapasitif mengukur perubahan kapasitansi, yang berkaitan dengan area
tumpang tindih dan jarak antara dua plat.
Prinsip Kerja: Luas bidang tumpang tindih dan jarak antar plat memengaruhi kapasitansi,
diukur melalui rangkaian jembatan.
Formula: Hubungan antara kapasitansi, impedans, frekuensi, luas tumpang tindih, dan
konstanta dielektrik.

Potensiometer:
Deskripsi: Potensiometer mengubah posisi mekanis menjadi sinyal listrik dengan mengatur
nilai tahanan melalui kontak geser.
Prinsip Kerja: Kontak geser berputar pada poros sehingga menghasilkan tegangan listrik
sesuai dengan kedudukan kontak.

4
Konsep Linieritas: Potensiometer dikatakan linier jika nilai tahanan per unit panjang tetap
konstan. (Widiyantoro, 2013)

II.3. Deskripsikan kondisi kemampuan mahasiswa


Sebelum memanfaatkan model Blended Learning, kondisi kemampuan mahasiswa tidak
secara eksplisit disebutkan dalam kutipan yang diberikan. Kutipan tersebut hanya menyebutkan
bahwa siswa memberikan respon positif terhadap metode pembelajaran ini setelah penerapan
model rotasi lab pada blended learning. Oleh karena itu, tidak ada informasi spesifik mengenai
kondisi kemampuan mahasiswa sebelum memanfaatkan model Blended Learning dalam kutipan
tersebut.
Artikel ini membahas penerapan model rotasi lab pada blended learning berdasarkan
perspektif siswa di Pondok Pesantren Darul Muta'allimin. Metode blended learning merupakan
gabungan antara pembelajaran berbasis teknologi dan informasi dengan pembelajaran tatap
muka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap metode
pembelajaran ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket skala Likert untuk
mengukur persepsi siswa terhadap metode pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap metode blended learning.
Hasil penelitian menggunakan skala Likert menunjukkan bahwa 65% dari 40 responden
setuju terhadap metode pembelajaran blended learning. Persentase kriteria lainnya adalah
34,62% Sangat Setuju, 36,92% Setuju, 11,54% Netral, 12,31% Tidak Setuju, dan 4,62% Sangat
Tidak Setuju. Referensi yang digunakan dalam penelitian ini juga disertakan.
Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebelum memanfaatkan model blended
learning, kondisi kemampuan mahasiswa tidak secara eksplisit disebutkan. Namun, dapat
disimpulkan bahwa setelah penerapan model rotasi lab pada blended learning, siswa memberikan
respon positif terhadap metode pembelajaran ini. Oleh karena itu, tidak ada informasi spesifik
mengenai kondisi kemampuan mahasiswa sebelum memanfaatkan model Blended Learning
dalam kutipan tersebut.

II.4. Analisis kebutuhan mahasiswa terhadap sarana dan prasarana di kampus


terhadap matakuliah terhadap model Lab Rotation Model

5
Perkembangan multimedia dan teknologi informasi telah mengakibatkan perubahan
mendalam dalam proses pembelajaran tradisional. Terlihat adanya kecenderungan menuju model
pendidikan yang menggunakan sistem terbuka (open education), mudah diakses, multi disipliner,
tingkat produktivitas tinggi, dan bersifat heterogen. Hal ini akan menjadi ciri khas dan bentuk
dari model pendidikan masa depan. Kesiapan lembaga pendidikan menjadi sangat penting bagi
semua stakeholder. Oleh karena itu, sebagai lembaga pendidikan tinggi, perguruan tinggi harus
merespons hal ini dengan baik, yaitu dengan mengubah paradigma lama menuju paradigma baru
dalam pelayanan pendidikan.
Pentingnya perubahan paradigma ini dapat diilustrasikan dalam konteks kebutuhan
mahasiswa terhadap sarana dan prasarana di kampus, terutama dalam matakuliah yang
menerapkan Model Lab Rotation. Transformasi ini memerlukan keterlibatan aktif dari lembaga
pendidikan untuk memastikan bahwa kebutuhan mahasiswa terpenuhi sesuai dengan tuntutan
model pembelajaran yang lebih dinamis.Dalam rangka mencapai kesuksesan dalam penerapan
Model Lab Rotation, lembaga pendidikan tinggi perlu melakukan penyesuaian sarana dan
prasarana yang mendukung model tersebut. Ketersediaan laboratorium, ruang diskusi, fasilitas
multimedia, dan konektivitas internet yang memadai menjadi kunci untuk memastikan
kelancaran pelaksanaan model ini
Selain itu, perubahan paradigma juga memerlukan pengembangan staf pengajar dan
peningkatan kompetensi dalam penggunaan teknologi pembelajaran. Melalui upaya ini, lembaga
pendidikan dapat mengoptimalkan manfaat dari Model Lab Rotation sehingga dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih interaktif, fleksibel, dan sesuai dengan
tuntutan zaman. Dengan merespons dinamika perkembangan multimedia dan teknologi
informasi, perguruan tinggi dapat memainkan peran yang aktif dalam membentuk model
pendidikan masa depan yang responsif terhadap kebutuhan mahasiswa dan tuntutan
perkembangan zaman.
Dalam konteks matakuliah Sensor dan Transducer dengan penerapan Model Lab Rotation,
kebutuhan mahasiswa terhadap sarana dan prasarana di kampus sebagai berikut:
1. Laboratorium yang Memadai

Mahasiswa membutuhkan akses ke laboratorium yang lengkap dengan peralatan dan


instrumen terkini untuk melaksanakan eksperimen dan praktikum terkait Sensor dan
Transducer. Ketersediaan tempat yang memadai menjadi kunci agar mahasiswa dapat

6
menjalankan percobaan sesuai dengan konsep Lab Rotation, memungkinkan mereka
untuk mendalami praktik langsung terkait materi yang dipelajari.
2. Fasilitas Multimedia dan Teknologi

Dalam mencapai pemahaman yang mendalam, mahasiswa membutuhkan fasilitas


multimedia seperti proyektor, layar, dan perangkat lunak terkini untuk melakukan
presentasi dan analisis data. Koneksi internet yang stabil juga menjadi kebutuhan utama
agar mahasiswa dapat mengakses informasi terkini dan sumber daya pembelajaran daring
yang mendukung pemahaman konsep Sensor dan Transducer.
3. Ruang Diskusi Interaktif

Pentingnya interaksi dan kolaborasi antar mahasiswa ditekankan melalui keberadaan


ruang diskusi yang memfasilitasi berbagai diskusi terkait matakuliah. Ruang ini harus
dilengkapi dengan perangkat lunak simulasi dan analisis agar mahasiswa dapat
menjalankan proyek-proyek atau tugas terkait Sensor dan Transducer secara efektif.
4. Aksesibilitas Peralatan dan Materi Pembelajaran:

Mahasiswa perlu memiliki akses mudah terhadap peralatan dan materi pembelajaran
di luar jam perkuliahan. Sistem peminjaman peralatan atau platform daring untuk
mengakses materi pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan ini, memungkinkan
mahasiswa untuk terus mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara mandiri.
Dengan memastikan keberlanjutan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang
mendukung, lembaga pendidikan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
optimal dan responsif terhadap kebutuhan mahasiswa dalam matakuliah Sensor dan
Transducer dengan Model Lab Rotation.Dalam mencapai pemahaman yang mendalam,
mahasiswa membutuhkan fasilitas multimedia seperti proyektor, layar, dan perangkat
lunak terkini untuk melakukan presentasi dan analisis data. Koneksi internet yang stabil
juga menjadi kebutuhan utama agar mahasiswa dapat mengakses informasi terkini dan
sumber daya pembelajaran daring yang mendukung pemahaman konsep Sensor dan
Transducer.
5. Ruang Diskusi Interaktif

Pentingnya interaksi dan kolaborasi antar mahasiswa ditekankan melalui keberadaan


ruang diskusi yang memfasilitasi berbagai diskusi terkait matakuliah. Ruang ini harus

7
dilengkapi dengan perangkat lunak simulasi dan analisis agar mahasiswa dapat
menjalankan proyek-proyek atau tugas terkait Sensor dan Transducer secara efektif.
6. Aksesibilitas Peralatan dan Materi Pembelajaran

Mahasiswa perlu memiliki akses mudah terhadap peralatan dan materi pembelajaran
di luar jam perkuliahan. Sistem peminjaman peralatan atau platform daring untuk
mengakses materi pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan ini, memungkinkan
mahasiswa untuk terus mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara mandiri.
Untuk memastikan efektivitas Model Lab Rotation dalam mata kuliah Sensor dan
Transducer, sejumlah solusi terhadap sarana dan prasarana dapat diimplementasikan.
Pertama, pengembangan laboratorium Sensor dan Transducer menjadi langkah utama
dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk menjamin peralatan terkini. Diperlukan
kehadiran teknisi atau staf yang ahli untuk membantu dalam pemeliharaan dan
operasional peralatan tersebut.Selain itu, investasi dalam teknologi pembelajaran menjadi
esensial, termasuk peningkatan fasilitas multimedia di kelas dan laboratorium. Ini
mendukung kegiatan presentasi dan demonstrasi yang relevan dengan materi Sensor dan
Transducer. Reguler pelatihan bagi dosen dan staf juga diimplementasikan untuk
memastikan pemanfaatan optimal teknologi terbaru dalam proses pembelajaran.
Optimalisasi ruang diskusi dan kolaborasi menjadi strategi lainnya. Ruang khusus
dirancang dengan dilengkapi perangkat lunak dan keras yang mendukung kegiatan
berbasis proyek. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong kolaborasi antara mahasiswa,
termasuk penyediaan ruang bagi kelompok studi guna meningkatkan interaksi dan
pemahaman kolektif.
Solusi lainnya adalah implementasi akses online dan perangkat lunak simulasi.
Melalui platform daring, mahasiswa dapat mengakses materi pembelajaran, simulasi, dan
sumber daya secara fleksibel dari mana saja. Pembangunan perpustakaan perangkat lunak
simulasi menjadi prioritas untuk mendukung pemahaman konsep Sensor dan Transducer
dengan cara yang lebih interaktif .Terakhir, pengelolaan peralatan dan materi melibatkan
penyusunan sistem peminjaman yang efisien dan jadwal laboratorium yang fleksibel. Ini
memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mengakses peralatan serta materi
pembelajaran, baik melalui platform daring, e-book, atau sumber daya online lainnya.
Keseluruhan solusi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang

8
mendukung keberhasilan penerapan Model Lab Rotation pada mata kuliah Sensor dan
Transducer.

9
BAB III
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil mini riset yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
memiliki kebutuhan yang beragam terhadap sarana dan prasarana di kampus untuk matakuliah
Sensor dan Transduser yang menggunakan model Lab Rotation Model. Kebutuhan tersebut
meliputi:
 Sarana dan prasarana laboratorium: Mahasiswa membutuhkan sarana dan prasarana
laboratorium yang lengkap dan memadai, seperti alat dan bahan praktikum, ruang
praktikum yang nyaman, serta fasilitas pendukung lainnya, seperti akses internet dan
listrik yang memadai.
 Ketersediaan jadwal praktikum: Mahasiswa membutuhkan jadwal praktikum yang
fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
 Kualitas pengajaran: Mahasiswa membutuhkan pengajaran yang berkualitas dari dosen
yang kompeten dan berpengalaman.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran matakuliah Sensor dan Transduser dengan model Lab
Rotation Model adalah sebagai berikut:
 Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium: Kampus perlu meningkatkan sarana dan
prasarana laboratorium, terutama alat dan bahan praktikum, agar memenuhi kebutuhan
mahasiswa.
 Fleksibilitas jadwal praktikum: Kampus perlu memberikan keleluasaan kepada
mahasiswa untuk memilih jadwal praktikum yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
 Kualitas pengajaran: Kampus perlu memberikan pelatihan kepada dosen untuk
meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

10
IV.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan mini riset yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa saran untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran matakuliah Sensor dan Transduser dengan model Lab
Rotation Model:
1. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium
Kampus perlu meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium, terutama alat dan
bahan praktikum, agar memenuhi kebutuhan mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan:
 Melakukan inventarisasi alat dan bahan praktikum yang ada di laboratorium.
 Menentukan kebutuhan alat dan bahan praktikum yang belum tersedia di
laboratorium.
 Membeli atau menyewa alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan.
 Memperbaiki atau mengganti alat dan bahan praktikum yang rusak atau tidak
berfungsi.
Selain alat dan bahan praktikum, kampus juga perlu meningkatkan kualitas ruang
praktikum, seperti dengan memperbaiki kondisi ventilasi, pencahayaan, dan
kebersihan. Kampus juga perlu menambahkan fasilitas pendukung di laboratorium,
seperti akses internet dan listrik yang memadai.
2. Fleksibilitas jadwal praktikum
Kampus perlu memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk memilih jadwal
praktikum yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan:
 Menyediakan jadwal praktikum yang beragam, sehingga mahasiswa dapat
memilih jadwal yang sesuai dengan kesibukan mereka.
 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan jadwal
praktikum yang diinginkan.
3. Kualitas pengajaran
Kampus perlu memberikan pelatihan kepada dosen untuk meningkatkan kualitas
pengajaran mereka. Pelatihan tersebut dapat mencakup materi pengajaran, metode
pengajaran, dan penilaian. Selain itu, kampus juga perlu memberikan kesempatan

11
kepada dosen untuk mengikuti seminar, workshop, atau pelatihan lainnya yang dapat
meningkatkan kompetensi mereka.
4. Evaluasi secara berkala
Kampus perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap penerapan model Lab
Rotation Model untuk melihat efektivitasnya. Evaluasi tersebut dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data dan informasi dari mahasiswa, dosen, dan staf
laboratorium. Evaluasi tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek
yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan kampus untuk melakukan
evaluasi secara berkala:
 Menyusun instrumen evaluasi yang tepat.
 Mengumpulkan data dan informasi dari mahasiswa, dosen, dan staf
laboratorium.
 Melakukan analisis data dan informasi yang telah dikumpulkan.
 Mengambil tindakan berdasarkan hasil analisis data dan informasi.
5.

12
REFERENSI

Suprapto, A. (2019). Analisis dimensi kebutuhan pra implementasi e-learning untuk


meningkatkan mutu layanan pendidikan kampus di era revolusi industri 4.0. Attarbiyah, 28,
81. https://doi.org/10.18326/tarbiyah.v28i0.81-97
Adiwisastra, M. F., Mulyani, Y. S., Alawiyah, T., Wibisono, T., Iskandar, I. D., & Purnia, D. S.
(2020). Penerapan Model Rotasi Lab Pada Blended Learning Berdasarkan Perspektif Siswa.
Jurnal Fisika: Seri Konferensi, 1641(1), 012038. Doi:10.1088/1742-6596/1641/1/012038
Widiyantoro, H. (2013). Media Pembelajaran Sensor dan Transduser Pada Program Studi
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. In Skripsi.

13

Anda mungkin juga menyukai