Proposal Penelitan Skripsi
Proposal Penelitan Skripsi
demokrasi. Dalam paham ini rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting,
Ngabiyanto 2003: 42) suatu negara demokratis adalah negara yang memiliki
bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagai
kali pemilihan umum (Pemilu) secara reguler, yaitu Tahun 1955, 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 untuk pemilihan calon legislatif
matang akibat sistem politik yang otoriter. Harapan untuk menemukan format
xiv
langsung terakhir di tahun 2004 dan 2009 yang berjalan relatif cukup lancar
dan aman. Untuk ukuran bangsa yang baru beberapa tahun lepas dari sistem
pemilu presiden secara langsung yang berjalan tanpa tindakan kekerasan dan
konflik menjadi prestasi bersejarah bagi bangsa ini. Terlebih dengan diadakan
root, maka momentum Pilkada menjadi ajang pertarungan politik yang selalu
Semua itu jika tidak disikapi dengan bijak dengan tingginya kesadaran politik
didalam intern suatu wilayah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan
Berbicara pilkada langsung kita tidak lepas dari Undang undang No. 32
xv
dari dua faktor penting, yaitu unsur keterlibatan masyarakat dalam
pejabat publik tersebut pada tingkat lokal melalui pemilihan umum yang
politik rakyat menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adalah tidak
realistis jika kita ingin menegakkan demokrasi sementara itu rakyat tidak bisa
memimpin pemerintahan itu dipilih secara langsung dan bebas oleh publik
2004 yang menyatakan bahwa, “Kepala daerah dan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat dipilih dalam satu pasangan secara langsung
xvi
daerah bersangkutan. Masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
Daerah secara langsung merupakan wujud dari model pengisian pejabat publik
kemajuan, namun hanya kembali pada kebiasaan yang sudah ada dari dahulu
yang telah mendarah daging, seperti dalam pemilihan kepala desa. Namun
PEMILU dipengaruhi oleh banyak faktor dan sampai sejauh mana partisipasi
politik masyarakat.
adalah banyaknya kepala daerah terpilih yang hanya meraup suara di bawah
70% dari total keseluruhan DPT yang mengikuti Pilkada. Dimana masih
Fenomena tersebut, tidak dapat dibaca sekedar hitam diatas putih. Kasus
xvii
pilkada Kabupaten Pati misalnya membuktikan telah terjadi "tsunami" politik
yang menyebabkan pemilih banyak yang tidak datang ke TPS dan sengaja
menghindar. Bahkan dari penelitian Achmad (2006) terbukti ada salah satu
pemilih sebesar 502, tetapi yang datang ke TPS tersebut dan mencoblos surat
dapat dihasilkan seorang pimpinan kepala daerah yang mumpuni dan sesuai
Tabel i
Partisipasi Pemilih dalam Pilkada Di 35 Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah
Partisipasi Pemilih
No Kab/Kota DalamPemilu/Pilkada
2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kab Cilacap 67,84
2 Kab. Banyumas 72,96
3 Kab. Purbalingga 73,12
4 Kab. Banjarnegara 72,97
5 Kab. Kebumen 71,81
6 Kab. Purworejo 74,96
7 Kab. Wonosobo 79,20
8 Kab. Magelang 72,48
9 Kab. Boyolali 76,68
10 Kab. Klaten 74,53
11 Kab. Sukoharjo 72,45
12 Kab. Wonogiri 68,96
13 Kab. Karanganyar 68,94
14 Kab. Sragen 71,63
15 Kab. Grobogan 69,92
16 Kab. Blora 74,25
17 Kab. Rembang 82,42
18 Kab. Pati 51,78
xviii
19 Kab. Kudus 56,44
20 Kab. Jepara 55,07
21 Kab. Demak 77,64
22 Kab. Semarang 66,99
23 Kab. Temanggung 81,03
24 Kab. Kendal 73,35
25 Kab. Batang 77,66
26 Kab. Pekalongan 74,02
27 Kab. Pemalang 64,94
28 Kab. Tegal 57,20
29 Kab. Brebes 55,07
30 Kota Magelang 77,20
31 Kota Surakarta 74,91
32 Kota Salatiga 76,58
33 Kota Semarang 66,51
34 Kota Pekalongan 67,95
35 Kota Tegal 65,81
tahun 2010 tingkat partisipasi itu menurun menjadi 54%. Banyak faktor yang
pesisir.
Untuk itu sangat diperlukan langkah yang tepat dan sesuai untuk
Pilkada terutama ditingkat lokal yaitu di wilayah Pedesaan. Hasil suara dari
desa memiliki pengaruh besar dalam Pilkada karena hampir disetiap daerah
xix
keterbatasannya. Disamping minimnya akses sumber informasi, rendahnya
politik adalah faktor yang menentukan apakah Pemilu ataupun Pilkada yang
di tingkat masyarakat yang paling bawah yaitu di tingkat desa, maka penulis
Tahun 2010”
1. Tujuan Penelitian
2010-2015.
2010-2015.
xx
c. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sosialisasi politik terhadap
2. Manfaat Penelitian
1. Pokok Permasalahan
terjadinya ketidak sesuaian, sehingga dapat ditentukan cara yang tepat dan
xxi
efektif untuk diwujudkan kedalam kegiatan yang terstruktur sebagai
2010-2015 ?
2. Obyek Permasalahan
politik rendah.
2.2 Responden
di tingkat ranting.
xxii
D. Kerangka Dasar Teori
untuk Daerah Tingkat I dan Bupati untuk Daerah Tingkat II, sedangkan
langsung menurut Moh. Mahfud. M.D: 21: 2008 artinya di lakukan sendiri
secara langsung oleh yang berhak tidak diwakilkan kepada pihak lain.
(PEMDA). Undang-undang ini sesuai dengan UUD 1945 yang ada pada
UUD 1945 perubahan pertama yaitu Pasal 22E UUD 1945. Disana
adalah negara yang memiliki bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
xxiii
kecenderungan bahwa pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi negara
suatu lompatan demokrasi yang dapat berkono tasi positif maupun negatif
xxiv
pilkada langsung maka rakyat dapat menentukan jalannya pemerintahan
yang baru atau Pemilihan Kepala Daerah baik untuk tingkatan Gubernur,
secara langsung oleh rakyat yang berasaskan pada langsung, umum, bebas,
dalam pilkada itu cukup rendah. Ukuran paling mencolok dari rendahnya
Orde Reformasi, rata-rata Voter Turnout itu sekitar 90 persen. (Denny JA,
01/05/2006).
xxv
dalam partisipasi politik di dalam pelaksanaan pemilu. Para pemilih boleh
mendaftarkan diri sebagai pemilih, boleh juga tidak. Bahkan pemilih yang
juga tidak. Partisipasi politik itu dianggap menjadi hak warga negara
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini
xxvi
d. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.
nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari
200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa.
xxvii
dalam pasal 65 ayat (1)10. Pada ayat (2) disebutkan bahwa kegiatan-
(3)11, yaitu:”
3) Kampanye
4) Pemungutan suara
5) Penghitungan suara
xxviii
3. Pengertian Sosialisasi Politik
setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara
eksplisit masalah belajar politik tetapi juga secara nominal belajar bersikap
bersangkutan.
xxix
menurut Almond mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses-proses
http://zanas.wordpress.com/pentingnya-sosialisasi-politik-dalam-
pengembangan-budaya-politik/)
sikap politik dan pola-pola tingkah laku publik yang diarahkan pada
Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa
kanak-kanak sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa.
berikutnya.
atas sesuatu hal yang belum jelas dapat dijelaskan secara rinci untuk
xxx
kemudian diarahkan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hubungannya
untuk melaksanakan hal tersebut dengan pemahaman atas isi materi dan
menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu formal dan informasi.
oleh masyarakat.
kekeluargaan
Dalam konteks ini sosialisasi politik mengarah pada tipe sosialisasi politik
formal yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku lembaga yang dibentuk
sosialisasi politik langsung (face to face) dan sosialisasi politik tidak langsung
xxxi
Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU untuk mensosialisasikan Pemilihan
Secara etimologis, partisipasi berasal dari bahasa latin “pars” yang artinya
xxxii
berarti mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau
yang paling tahu tentang apa yang terbaik bagi dirinya adalah orang itu
dari itu warga Negara berhak ikutserta menentukan isi keputusan yang
biasa dibagi menjadi dua yaitu : mempengaruhi isi kebijakan umum dan ikut
pemerintah.
xxxiii
d. Kegiatan tersebut diarahkan kepada upaya mempengaruhi pemerintah
tanpa peduli efek yang dapat timbul jika gagal maupun berhasil.
Nelson (1994:16-17)adalah:
xxxiv
Bentuk partisipasi politik itu sendiri secara hierarkis dijelaskan oleh oleh
Secara garis besar bentuk kegiatan politik dapat dibedakan menjadi dua jenis
akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan
kegiatan politik menjadi ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam proses
politik.
xxxv
Sementara itu menurut Milbarth dan Goel (dikutip dari artikel Wa Ode
tidak berpartisipasi dalam politik seperti apatis, sinis, alienasi dan anomie
salah satu wujud partisipasi dalam politik yang terbiasa. Kegiatan ini,
5. Masyarakat Desa
xxxvi
sendiri. Jadi desa merupakan tempat tinggal suatu masyarakat. Masyarakat
Jadi masyarakat desa adalah sekelompok orang yang tinggal dalam suatu
suatu Negara.
“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Jadi jelas dikatakan bahwa desa berwenang untuk mengatur dan mengurus
berada di desa.
xxxvii
secara langsung. Karena sebagian besar daerah di Indonesia terdiri atas
Dalam Pilkada.
pelaksanaan Pilkada.
xxxviii
masyarakat. Dari uraian diatas diketahui bahwa proses sosialisasi politik
Desa.
E. Definisi Konseptual
khusus, yang berbeda dari variabelvariabel penelitian yang akan diteliti. Untuk
berkaitan antara satu dengan yang lainya. jadi denifisi konsep merupakan
yang diamati.
xxxix
1. Pilkada.
2. Sosialisasi Politik
3. Partisipasi Politik
xl
Jadi Dalam konteks politik partisipasi dapat dimaknai sebagai
F. Denifisi Operasional
”Suatu unsur yang sangat membantu komunikasi antara peneliti dan juga
satu fungsinya adalah untuk memberi petunjuk bagaimana suatu variabel yang
xli
sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan
f. Jumlah suara sah, prosentase golput dan surat suara yang rusak.
G. Hepotesa penelitian
di bagian depan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis ada
X Hubungan kausal/ Y
sebab akibat,
SOSIALISASI POLITIK X mempengaruhi Y TINGKAT
PARTISIPASI POLITIK
MASYARAKAT DESA
xlii
H. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
dikelompokkan menjadi :
analisa statistik.
xliii
a. Data Kualitatif
b. Data Kuantitatif
diskrit atau menurut kategori tertentu dan data kontinum. Data kontonum
adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil
3) Data ratio : data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol
dalam mengikuti proses pilkada dan sejauh mana efektifitas sosialisasi politik
yang telah dilakukan oleh para petugas dalam Pilkada Pemalang tahun 2010.
xliv
Selain itu jika dilihat dari sumber datanya, dalam penelitian ini penulis
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumber utama. Data ini diperoleh dari instansi terkait, arsip, bahan
a. Metode Observasi
proses yang kompleks, suatu proses yang disusun dari pelbagai proses
xlv
Dari segi pelaksanaan observasi dapat dibedakan menjadi :
independen
Pemalang 2010.
xlvi
Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh data tertentu sebagai
yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup, yakni kuesioner
dan jawab secara langsung oleh responden. Metode ini digunakan untuk
alternative jawaban. Oleh karena itu data angket berupa data kualitatif
responden dengan jawaban yang diharapkan, maka semakin tinggi skor atau
d. Metode Dokumenter
xlvii
yang dibahas. Studi ini dilaksanakan untuk menganalisis dokumen, catatan
a. Populasi
Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 32,622 orang yang terbagi dalam
tingkat partisipasi politik paling rendah (46%) karena dari 32.662 jiwa
xlviii
keseluruhan, sedangkan penelitian bertujuan untuk menemukan
mencapai 46% suara sah dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dalam
para petugas serta dinas yang terkait dalam pelaksanaan Pilkada, sehingga
xlix
Penelitian ini dilaksanakan di 3 desa pada kecamatan Warungpring,
2010.
6. Analisa Data
a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber antara lain
data sekunder.
l
d. Analisis hubungan variabel penelitian ini digunakan analisa korelasi
6∑di2
rs = 1 –
N(n2-1)
Dimana :
rs = koefisien korelasi
n = total pengamatan
di2 = beda antara 2 pengamatan
Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikasi hubungan antara
n-2
t=r
√ 1 - r2
e. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel sosialisasi politik
kd = 1 – (rs 2 x 100%)
Keterangan:
kd = Koefisien determinasi
rs2 = Koefisien korelasi.
I. Sistematika Pembahasan
li
Tujuan adanya sistematika pembahasan adalah untuk mengetahui secara rinci
PENDAHULUAN
E. Denifisi Konseptual
F. Denifisi Operasional
G. Hipotesis Penelitian
H. Metodologi Penelitian
I. Sistematika Pembahasan
B. Sosialisasi Politik
2010.
lii
BAB III HASIL PENELITIAN
B. Analisa Data
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, dan Bisri A. Zaini., 2006. Pilkada Langsung Problem dan Prospek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
liii
Nadapdap, Binoto. 2005. ‘Pasang Surut Otonomi Daerah dan Pemilihan
Kepala Daerah Secara Langsung.’ Sociae Polites Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Vol. V, No. 22.
Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. Raja Grafindo
Persada : Jakarta
Bandung
Syamsudin Haris (Ed). 2005, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI Press,
Jakarta
Raga Maram, Rafael, 2007, Pengantar Sosiologi Politik, PT Rineka Cipta, Jakarta
Surbakti, Ramlan, 2005, e Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta
liv
Prasetya, Teguh, 2005, Pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik
mahasiswa, , http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp.id=74308
Online (23 Desember 2010)
lv