Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH UAS HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

PEMILIHAN KEPALA DAERAH DENGAN PASANGAN


CALON TUNGGAL

Ada pula tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester dengan dosen pengampu Bu Sofi Rachma Dewi, S.H., M.H.
pada mata kuliah Pemerintahan Daerah

Disusun Oleh

Nicko Surya Airlangga 195010107111020

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2020

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................2
BAB I Pendahuluan..............................................................................................3
BAB III isi............................................................................................................6
BAB III Kesimpulan............................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pilkada pada saat ini dilakukan secara langsung, pemilihan kepala daerah
ini sudah berlangsung sejak tahun 2005. Yang didasarkan pada ketentuan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang
berlandaskan pada ketetuan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945
yeng mengatur bahwa Gubernur, Bupari dan Walikota sebagai kepala
daerah provinsi, kabupaten dan kota dilakukan pemilihan secara demokratis.

Dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung, kepala daerah


seperti Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala
daerah dipilih oleh rakyat seperti yang disebutkan dalam Pasal 56 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015.

Bermula sejak bulan juni tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala
daerah dipilih secara langsung oleh rakyat. Sebanyak 33 Gubernur, 349
Bupati dan 91 Walikota dari berbagai provinsi, kabupaten dan kora di
seluruh Indonesia, yang berarti sejak kepala daerah dipilih langsung oleh
rakyat maka secara konseptual telah terjadi pergeseran kedaulatan yang
sebelumnya dilakukan secara tidak langusng oleh DPRD dilakukan sendiri
oleh rakyat.

3
Pemilihan tersebut merupakan salah satu instrumen untuk memenuhi
desentralisasi politik dimana dimungkinkan terjadinya transder kekuasaan
dari pusat ke daerah. Pemilihan kepala daerah sebagaimana pemilihan
umum nasional merupakan sarana untuk dapat memilih dan mengganti
pemeerintahan secara damai dan teratur oleh rakyat. Melalui pemilihan ini,
rakyat dapat secara langsung terjun untuk memilih pimpinan di daerahnya
sekaligus memberikan legitimasi kepada siapa yang berhak dan mampu
untuk memerintah daerahnya demi merujudkan kedaulatan rakyat yang
ditegakkan.
Pelaksanaan pilkada ini pada hakikatnya tidak hanya tujuan
mengoptimalkan demokratisasi di daerah, melainkan merupakan
perwujudan dari prinsip otonomi daerah secara luas. Semua tingkatan
daerah di Indonesia diberikan Hak untuk menyelenggarakan Pilkada
langsung, dengan tujuan agar rakyat didaerah yang bersangkutan dapat
secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala daerahnya yang
berkualitas. Tinggi rendahnya kualitas kepala daerah.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaiman bisa hanya terdapat 1 pasangan calon dalam


sebuah pilkada?
2. Bagaimana cara penyelesaiannya?

5
BAB 2
ISI

2.1 Pembahasan
Fenomena adanya pilkada dengan calon tunggal bukanlah merupakan
hal yang baru. Ada berbagai penyebab mengapa bisa ada pasangan calon
tunggal dalam sebuah pilkada, menurut penelitian dari peneliti perkumpulan
untuk pemiluk dan demokrasi Fadhil Ramadhan.

Yang pertama, partai politik belum memiliki sistem rekrutmen politik


yang mapan dan demokrasi sehingga menyebabkan pencalonan kandidad
politik, contohnya pilkada hanya bersifat pragmatis dan jangka pendek.

Yang kedua, ketentuan batas dalam persyaratan pencalonan dalam


pilkada memberikan penyebab yang besar angka paling sedikit 20% dari jumlah
kursi yang tersedia. Artinya akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan
kepala daerah yang bersangkutan justru “memenjarakan” partai politik dan
mematikan inisiatif dalam melahirkan figur baru untuk maju dalam pencalonan.

Yang ketiga, tingginya syarat dukungan dalam pengajuan calon,


menuritnya persoalan ini membuat jalur alternatif dalam pencalonan menjadi
tidak produktif sebab banyak orang yang gagal dan terbebani dengan syarat
yang ada. Misalnya dalam pilkada 2020 terdapat 31 daerah yang memiliki
pasangan calon tunggal, fenomena ini dua kali lipat daripada pilkada yang
diselenggarakan pada tahun 2018 dengan jumlah 16 daerah yang memiliki
calon tunggal.

6
Namun pada dasarnya sendiri tidak disalahkan apabila ada pilkada suatu
daerah yang memiliki calon pasangan tunggal. Hal ini didasarkan pada putusan
MA nomor 100/PUU-XII/2015 yang dalam amar putusannya, mahkamah
konstitusi mengeaskan legalitas penetapan 1 pasangan calon kepala daerah, hal
ini dikarenakan pilkada dengan 1 pasangan calon dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menyatakan setuju atau tidaknya.
Apabila lebih banyak yang setuju maka kepala daerah dan wakilnya yang
dimaksud ditetapkan sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.

Apabila masih lebih banyak yang tidak setuju maka pemilihan ditunda
sampai ada pemilihan kepala daerah selanjutnya. Tujuan tetap dilaksanakannya
pemilihan ini adalah agar tetap pilkada dapat berjalan sesuai dengan
demokratis.

Pemilihannya sendiri dilakukan dengan menggunakan surat suara yang


memuat 2 kolom terdiri atas kolom yang memuat calon pasangan dan kolom
yang kosong dan tidak bergambar, namun pemberian suaranya tetap dilakukan
dengan cara mencoblos.

7
BAB III
KESIMPULAN

Hasil akhir dari pembahasan isi diatas adalah, dalam pelaksanaan


pilkada yang hanya ada 1 calon pasangan tunggal tetap bisa dilakukan
meskipun melalui mekanisme yang berbeda dari biasanya. Dan hal ini tidak
dilarang oleh Undang-Undang maupun peraturan yang berlaku saat ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.jim.unsyiah.ac.id/kenegaraan/article/view/13101
http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/2578
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4824/05.1%20bab
%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4824/05.1%20bab
%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai