Anda di halaman 1dari 15

Nama : Ryan Adi Saputra

NIM : 2201036166
Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi

CASE 1 :
a. Standar yang telah ditetapkan memainkan peran penting dalam memastikan
penggunaan notasi yang seragam, mencegah kebingungan, dan memastikan
pemahaman yang konsisten di antara tim. Dengan mengikuti standar,
komunikasi menjadi lebih lancar dengan berbagai pemangku kepentingan,
termasuk yang bukan ahli teknis, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan
lebih jelas dan mudah dimengerti. Selain itu, standar juga membantu dalam
perawatan dan pembaruan dokumen, serta memfasilitasi integrasi yang lebih
mulus ketika terjadi perubahan atau penambahan anggota tim. Dengan
mengurangi risiko kesalahan dalam dokumentasi, standar membantu
menghindari kesalahpahaman atau interpretasi yang salah. Dokumentasi
yang mematuhi standar dapat dimanfaatkan kembali dalam proyek-proyek
serupa, menghemat waktu dan upaya. Standar juga mencakup pedoman
yang menjamin akurasi dalam merepresentasikan proses bisnis, menghindari
potensi konsekuensi negatif akibat pemahaman yang salah. Terakhir,
mengikuti standar industri penting untuk mematuhi regulasi dan persyaratan
yang berlaku dalam industri tertentu. Dengan demikian, standar membantu
dalam menjaga kepatuhan dan kredibilitas dalam lingkup bisnis yang relevan.

b. Prinsip “sandwich rule” dalam penggunaan flowchart adalah suatu pedoman


penting yang mewajibkan setiap simbol dalam diagram flowchart dikelilingi
oleh dua jenis garis yang berbeda. Prinsip ini bertujuan untuk memberikan
struktur yang lebih terperinci dan jelas pada flowchart. Garis tebal umumnya
digunakan untuk menandai titik awal atau akhir dari suatu proses dalam
flowchart. Misalnya, titik awal dapat mewakili langkah awal dalam suatu tugas
atau langkah dalam proses bisnis, sementara titik akhir menggambarkan
tahap penyelesaian atau hasil dari tugas tersebut. Di sisi lain, garis tipis
digunakan untuk menggambarkan aliran data atau langkah-langkah di antara
proses awal dan akhir. Garis tipis ini mengindikasikan bagaimana data atau
informasi bergerak atau diproses melalui berbagai tahap dalam proses bisnis
yang diwakili dalam flowchart. Dengan mengikuti prinsip "sandwich rule,"
flowchart menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca. Mereka dapat
dengan cepat mengenali titik awal dan akhir dari suatu proses, mengikuti
aliran data serta langkah-langkah yang terjadi di antara keduanya. Hal ini
membantu dalam pemahaman keseluruhan bagaimana proses bisnis
berlangsung. Prinsip ini juga berkontribusi pada efektivitas dan efisiensi
komunikasi dalam flowchart, yang sangat bermanfaat bagi semua pemangku
kepentingan yang menggunakannya.

c. Terdapat beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa suatu


perusahaan mungkin tidak mengikuti aturan atau standar dalam penggunaan
alat-alat pendokumentasian seperti data flow diagram (DFD) dan flowchart.
Berikut adalah penjelasan yang lebih terperinci :

1) Kurangnya kesadaran :
Kesadaran tentang pentingnya dan manfaat dari penerapan
standar dalam pendokumentasian proses bisnis mungkin kurang di
perusahaan tersebut. Mereka mungkin menganggap bahwa
pendokumentasian yang tidak mengikuti standar sudah cukup, tanpa
memahami potensi manfaat yang lebih besar yang dapat diperoleh dari
penggunaan standar tersebut.

2) Keterbatasan sumber daya :


Budaya kerja atau kebijakan internal perusahaan mungkin tidak
secara aktif mendorong atau mengharuskan penggunaan standar
dalam pendokumentasian. Jika manajemen tidak memberikan
penekanan yang cukup pada pentingnya penggunaan standar, maka
karyawan cenderung mengabaikannya.

3) Kebijakan internal yang tidak mendukung :


Budaya kerja atau kebijakan internal perusahaan mungkin tidak
secara aktif mendorong atau mengharuskan penggunaan standar
dalam pendokumentasian. Jika manajemen tidak memberikan
penekanan yang cukup pada pentingnya penggunaan standar, maka
karyawan cenderung mengabaikannya.

4) Ketidaktahuan :
Individu atau tim yang bertanggung jawab atas
pendokumentasian mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai
atau mungkin bahkan tidak mengetahui keberadaan standar yang
berlaku. Hal ini bisa terjadi jika mereka tidak mendapatkan pelatihan
yang cukup atau kurang pemahaman tentang pentingnya
pendokumentasian yang benar.

5) Perubahan yang cepat :


Dalam lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat,
perusahaan mungkin menghadapi kesulitan dalam mengikuti standar
yang mungkin memerlukan waktu untuk diterapkan atau diperbarui.
Mereka mungkin lebih fokus pada perubahan yang mendesak daripada
penerapan standar.
Dalam kasus di mana perusahaan tidak mengikuti standar dalam
pendokumentasian, seorang auditor dapat memberikan rekomendasi atau
saran untuk membantu perusahaan memahami manfaat dan kebutuhan
dari penerapan standar. Rekomendasi ini dapat didasarkan pada praktik
terbaik yang ada dan dapat membantu perusahaan meningkatkan proses
dokumentasinya untuk mencapai efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi.

d. Berikut adalah perbedaan antara Flowchart dan DFD ( Data Flow Diagram) :

1) Flowchart lebih berfokus pada alur kerja dan DFD lebih berfokus pada
alur data :
Diagram Flowchart lebih menekankan pada alur kerja pengguna
terhadap sistem, yang membutuhkan perancangan yang jelas dan
runtut untuk menggambarkan jalannya proses kerja suatu sistem mulai
dari awal hingga akhir. Sebaliknya, DFD lebih berfokus pada aliran
data dalam sistem informasi yang melibatkan pengguna. Dalam hal ini,
alur data dari sistem ke pengguna atau sebaliknya harus memiliki
struktur yang jelas dan mudah dipahami.

2) Flowchart harus berurutan dan DFD bisa paralel :


Perbedaan mendasar antara DFD dan Flowchart terletak pada
cara mereka menggambarkan alur data. Dalam DFD, aliran data dapat
dibagi menjadi beberapa jalur yang berjalan secara paralel, sementara
dalam Flowchart, alur data harus dijelaskan secara berurutan dari awal
hingga akhir. Flowchart tidak memungkinkan adanya alur data yang
berjalan paralel seperti yang dapat ditemui dalam DFD.

3) Flowchart memiliki perhitungan dan DFD tidak memiliki perhitungan :


Flowchart tidak selalu memerlukan perhitungan, tetapi dalam
beberapa kasus, perhitungan menjadi bagian penting dari
perancangan alur data. Perhitungan ini diperlukan untuk menjaga
ketertiban alur data yang telah dibuat dan mencegah terjadinya
kebingungan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Flowchart
harus menggambarkan alur data secara berurutan. Di sisi lain, DFD
tidak melibatkan perhitungan yang rumit yang dapat membingungkan
pengguna.

CASE 2 :
a. Kegagalan implementasi ERP di perusahaan-perusahaan besar dapat
disebabkan oleh sejumlah factor-faktor. Berikut adalah beberapa penyebab
umumnya :
1) Perusahaan tidak memiliki strategi yang jelas :
Sebelum mengambil keputusan besar seperti berinvestasi
dalam sistem ERP, sebuah perusahaan harus mengembangkan
strategi yang matang. Hal ini karena implementasi ERP memiliki tujuan
utama, yaitu mengoptimalkan proses bisnis perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan perlu menyisihkan waktu untuk mengidentifikasi tujuan
spesifik dari implementasi ERP dan proses bisnis mana yang dapat
dioptimalkan melalui implementasi ini. Manajemen perusahaan juga
perlu menjalankan evaluasi mendalam terhadap proses bisnis yang
ada. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian tertentu
yang dapat ditingkatkan. Karena tiap departemen dalam perusahaan
mungkin memiliki proses yang berbeda-beda, maka langkah-langkah
optimalisasi yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masing-
masing departemen. Pentingnya mengidentifikasi tujuan dan proses
yang akan dioptimalkan adalah agar implementasi ERP dapat
dilakukan dengan tepat sasaran dan efektif. Tanpa langkah-langkah ini,
implementasi ERP dapat berpotensi merugikan perusahaan karena
mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis yang sebenarnya.
Dengan memiliki strategi yang matang, perusahaan dapat memastikan
bahwa investasi besar dalam sistem ERP akan menghasilkan manfaat
yang signifikan dalam hal peningkatan efisiensi dan produktivitas
operasional.

2) Mengesampingkan pentingnya migrasi data manajemen :


Manajemen data yang efektif adalah salah satu hal yang sangat
penting bagi perusahaan. Data yang terorganisir dengan baik akan
menjadi landasan yang kuat untuk berbagai inisiatif, termasuk
implementasi ERP. Sayangnya, seringkali proses migrasi data
diabaikan oleh banyak perusahaan, dengan anggapan bahwa hanya
perlu memindahkan data dari sistem lama ke sistem baru. Namun,
penting bagi perusahaan untuk memahami bahwa migrasi data adalah
tahap kritis dalam implementasi ERP. Proses ini harus direncanakan
secara matang dan dijalankan dengan cermat. Selain itu, perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan setelah migrasi data selesai untuk
memastikan bahwa data yang telah dipindahkan sesuai dengan proses
bisnis yang sebenarnya. Meskipun sebagian besar manajemen data
pada ERP dapat dilakukan secara otomatis, perusahaan tetap harus
memiliki master data yang lengkap dan akurat. Data yang akurat
adalah kunci keberhasilan operasi bisnis yang berkelanjutan. Tanpa
data yang akurat, hasil yang dihasilkan oleh sistem ERP dapat menjadi
tidak akurat dan tidak berguna. Selain itu, pemantauan yang teratur
dan akurat juga sangat penting dalam menjaga kualitas data dan
kinerja sistem ERP. Dengan pemantauan yang tepat, perusahaan
dapat mengidentifikasi masalah dengan cepat dan mengambil tindakan
korektif yang diperlukan. Dengan demikian, manajemen data yang baik
adalah salah satu fondasi penting untuk kesuksesan implementasi
ERP dan operasi bisnis yang efisien.

3) Sumber daya manusia yang tidak terlatih:


Menerapkan teknologi dalam proses bisnis juga membutuhkan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang cukup untuk mengoperasikan sistem dengan baik. Ini sangat
penting untuk kesuksesan implementasi ERP. Sayangnya, dalam
banyak kasus, perusahaan cenderung mengabaikan pentingnya
meningkatkan kemampuan karyawan mereka untuk menggunakan
sistem baru ini dengan efektif. Tidak semua staf memiliki tingkat
pengetahuan dan kemampuan yang sama dalam mengoperasikan
sistem ERP. Oleh karena itu, perusahaan perlu berinvestasi dalam
pelatihan dan pengembangan karyawan agar mereka dapat
menguasai sistem dengan baik. Ini termasuk pelatihan tentang
bagaimana menggunakan fitur-fitur sistem, memahami alur kerja yang
diperbarui, dan mengatasi masalah yang mungkin muncul selama
penggunaan sistem. Seringkali, perusahaan lebih fokus pada
kesuksesan implementasi teknologi daripada pada pengembangan
kemampuan karyawan. Akibatnya, performa bisnis menjadi tidak stabil
karena staf memiliki tingkat kemampuan yang beragam dalam
menggunakan sistem. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan
perusahaan untuk memanfaatkan sepenuhnya potensi sistem ERP
yang baru diimplementasikan. Oleh karena itu, penting bagi
perusahaan untuk memberikan perhatian khusus pada peningkatan
kemampuan staf sebagai bagian integral dari proyek implementasi
ERP. Dengan melibatkan seluruh tim kerja dan memastikan bahwa
mereka memiliki keterampilan yang diperlukan, perusahaan dapat
meningkatkan peluang kesuksesan dalam mengadopsi teknologi ini
dan mengoptimalkan proses bisnis mereka.

4) Melibatkan terlalu banyak pihak dalam mengambil keputusan :


Dalam lingkungan bisnis, proses pengambilan keputusan
melibatkan berbagai pihak yang memiliki peran dan kepentingan yang
berbeda. Ini termasuk direksi perusahaan, investor, mitra bisnis, dan
bahkan konsultan yang dapat bekerja sama dengan perusahaan.
Namun, terlalu bergantung pada pihak eksternal seperti konsultan
dalam pengambilan keputusan bisnis dapat memiliki dampak negatif
pada perusahaan. Ketergantungan yang berlebihan pada pihak
eksternal, terutama saat proses implementasi ERP, dapat
mengakibatkan perusahaan kehilangan kendali penuh atas sistemnya.
Ini terutama berpotensi menjadi masalah jika perusahaan mengalami
kendala atau perlu melakukan pembaruan pada sistem. Bergantung
sepenuhnya pada konsultan untuk mengatasi masalah atau perubahan
yang mungkin diperlukan bisa menghambat proses bisnis. Dalam
beberapa kasus, perusahaan mungkin merasa terikat dengan solusi
yang direkomendasikan oleh konsultan dan mungkin tidak memiliki
pengetahuan mendalam tentang bagaimana sistem tersebut
sebenarnya berfungsi. Hal ini bisa membuat perusahaan tidak fleksibel
dalam mengelola atau memperbarui sistem jika diperlukan.
Ketergantungan yang berlebihan pada pihak eksternal juga dapat
mengakibatkan biaya tambahan karena perusahaan harus membayar
konsultan secara terus-menerus untuk layanan mereka. Oleh karena
itu, penting bagi perusahaan untuk tetap memiliki kendali dan
pemahaman yang cukup tentang sistem mereka sendiri, terutama
dalam konteks implementasi ERP. Perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan strategi yang seimbang dalam pengambilan
keputusan, dengan memanfaatkan pengetahuan eksternal ketika
diperlukan, tetapi tetap memiliki kontrol dan pemahaman yang kuat
tentang operasi dan sistem mereka sendiri. Dengan demikian,
perusahaan dapat menghindari ketergantungan berlebihan pada pihak
eksternal yang dapat menghambat kemajuan dan kesuksesan bisnis
mereka.

5) Tidak ada masa percobaan sistem ERP :


Perusahaan sebaiknya menerapkan strategi pengambilan
keputusan yang seimbang, di mana mereka dapat memanfaatkan
pengetahuan dan layanan eksternal ketika dibutuhkan, sambil tetap
mempertahankan kendali dan pemahaman yang kuat tentang operasi
dan sistem internal mereka sendiri. Pendekatan ini penting untuk
menghindari ketergantungan berlebihan pada pihak eksternal yang
dapat menghambat perkembangan dan kesuksesan bisnis mereka.

b. Berikut adalah komponen perencanaan yang penting dalam penerapan ERP :

1) Analisis Kebutuhan Bisnis (Business Needs Analysis) :


Sebelum memulai penerapan ERP, perusahaan harus
melakukan analisis menyeluruh terkait kebutuhan bisnis mereka. Ini
termasuk pemahaman yang mendalam tentang proses bisnis yang
ada, penilaian area yang memerlukan perbaikan, dan penetapan
tujuan bisnis yang ingin dicapai melalui penerapan ERP.

2) Penetapan Tujuan dan Sasaran (Goal Setting) :


Perusahaan perlu menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas
untuk proyek ERP. Tujuan harus spesifik, terukur, dapat dicapai,
relevan, dan memiliki batasan waktu yang jelas.
3) Pemilihan Sistem ERP yang Sesuai :
Proses pemilihan sistem ERP yang cocok sangat krusial.
Perusahaan harus melakukan penelitian mendalam terkait berbagai
vendor ERP dan memilih sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran mereka.

4) Perencanaan Proyek (Project Planning) :


Pembuatan rencana proyek yang terperinci sangat penting.
Rencana ini harus mencakup jadwal waktu yang disusun dengan baik,
alokasi anggaran yang akurat, dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek.

5) Pengelolaan Perubahan (Change Management) :


Implementasi ERP seringkali mengubah cara kerja dalam
perusahaan. Oleh karena itu, perencanaan perubahan yang efektif
sangat penting. Ini mencakup strategi untuk memastikan bahwa
karyawan memahami, menerima, dan dapat beradaptasi dengan
perubahan tersebut.

6) Pembaruan Data (Data Migration) :


Perusahaan harus memiliki rencana pembaruan data yang
matang. Data dari sistem lama harus dipindahkan, dibersihkan,
dikonversi, dan diuji dengan seksama untuk memastikan
keakuratannya di dalam sistem ERP baru.

7) Pelatihan Karyawan (Employee Training) :


Pelatihan yang komprehensif harus diberikan kepada karyawan
yang akan menggunakan sistem ERP. Mereka perlu memahami cara
menggunakan sistem dengan benar dan bagaimana peran mereka
berperan dalam proses bisnis yang baru.

8) Uji Coba (Testing) :


Tahap pengujian sistem ERP adalah langkah penting sebelum
implementasi penuh. Ini mencakup uji fungsionalitas, uji integrasi, dan
uji kinerja untuk memastikan bahwa sistem berjalan dengan baik dan
sesuai dengan harapan.

9) Pemantauan dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation) :


Proses penerapan ERP harus terus dipantau dan dievaluasi
terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kemajuan dan
kualitas pelaksanaan proyek harus dilakukan secara berkala.

10)Dokumentasi (Documentation) :
Semua aspek penerapan ERP harus didokumentasikan secara
lengkap. Ini mencakup dokumentasi rencana proyek, panduan
pengguna, prosedur operasional standar (SOP), dan catatan hasil
pengujian.

11) Pengelolaan Risiko (Risk Management) :


Perencanaan risiko yang baik harus mencakup identifikasi,
penilaian, dan pengelolaan risiko yang mungkin timbul selama
penerapan ERP. Tindakan pencegahan dan penanggulangan risiko
harus dipertimbangkan.

12)Komunikasi (Communication) :
Komunikasi yang efektif kepada semua pemangku kepentingan
internal dan eksternal adalah kunci sukses. Ini mencakup
menyampaikan informasi proyek secara teratur dan memelihara
dukungan selama seluruh proses implementasi.

c. Pernyataan tersebut mengacu pada proses yang disebut "Rekayasa Proses


Bisnis" atau "Business Process Reengineering (BPR)." Rekayasa proses
bisnis adalah pendekatan strategis yang digunakan oleh perusahaan untuk
memperbaiki dan mengoptimalisasi proses bisnis mereka sebelum atau
selama implementasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP). BPR
bertujuan untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan hasil dalam proses
bisnis dengan cara yang lebih efektif daripada sekadar mengotak-atik proses
yang ada. Dengan mengadopsi pendekatan BPR sebelum atau selama
implementasi ERP, perusahaan dapat memastikan bahwa perubahan yang
diperlukan dalam proses bisnis telah diidentifikasi, direncanakan, dan
diimplementasikan dengan baik. Ini merupakan langkah kunci dalam
mencapai kesuksesan dalam mengintegrasikan sistem ERP ke dalam operasi
perusahaan.
Case 3 :
Sistem Pembelian Persediaan Secara Kredit PT NASA

Bagian Gudang Mulai

1 Membuat
Bagian Pembelian
Surat Surat
2 Surat
Permintaan Permintaan
Permintaan
D Penawaran Penawaran
Pembelian
Harga Harga

1 Pemasok
2
3
4
5
6
Bagian Pembelian Penawaran Membandingkan
7
Harga Harga Dengan Data
Surat Order Persediaan Barang
Pembelian

Mencatat Tanggal
Penerimaan

A C Bagian Pembelian

D
Faktur Faktur
Bagian Utang Pembelian
Penjualan

B
Pemasok
1
2
Barang Memeriksa Laporan
Barang Dari Penerimaan B
Pemasok Barang

Bagian Penerimaan Barang


1
Bagian Akuntansi 2 Membandingkan
C
3 SOP, LPB, Faktur
Bukti Kas Pembelian
Bagian Persediaan
Keluar

F D

2
D Laporan
Penerimaan Membuat Kartu
Bagian Gudang
Barang Gudang Kartu Gudang
E
5
Surat Order
Pembelian D

F Bagian Kartu Persediaan

Membuat Kartu
Persediaan
Kartu Persediaan

Selesai
CASE 4 :
Kasus penipuan sebagai teman lama
Awal mula terjadi nya kasus fraud tersebut ialah saat korban, yang bernama Budi
(nama disamarkan) sedang bermain game online di Hp dan kebetulan korban
sedang tidak ada pekerjaan atau menganggur, ia tinggal di kota samarinda pada
saat fraud terjadi pada tanggal 4 Juni 2019. Budi menerima panggilan telepon dari
nomor yang suaranya terdengar akrab dan Budi langgsung menyebut nama teman
yang dia kira sedang berbicara dengan salah satu teman lamanya, yang telah lama
tidak terhubung dengannya. Budi menyebut nama temannya Fajar, si pelaku
langgsung mengiyakan bahwa yang sedang menelpon ialah "Fajar" nama teman
lamanya. Selama percakapan, "Fajar" mengenang kenangan masa lalu bersama
Budi dan menciptakan ikatan emosional. "Fajar" kemudian menyampaikan bahwa
dia memiliki pekerjaan sementara yang menguntungkan dan menawarkan Budi
untuk menjadi bagian darinya. Pekerjaan yang ditawarkan adalah membelikan pulsa
untuk beberapa nomor telepon dari orang tambang dengan nilai transfer sebesar Rp.
1.000.000,00. Budi, yang percaya bahwa dia berbicara dengan teman lama,
mengikuti instruksi "Fajar" dan melakukan pembelikan pulsa untuk nomor-nomor
yang disebutkan. Saat mengirim pulsa ke beberapa nomor yang telah diberikan,
Uang Budi yang ada di pegangannya habis dan memberitahu ke "Fajar" bahwa ia
hanya bisa membelikan pulsa untuk beberapa nomor. Pelaku terus mendesak Budi
untuk meminjam terlebih dahulu kepada orang di sekitar nya untuk bisa membelikan
lagi pulsa ke beberapa nomor dengan iming-iming pelaku membicarakan
keuntungan yang akan jauh lebih besar kepada korban. Budi yang mengingat bahwa
"Fajar" adalah teman baik nya dan bisa dipercaya meminjam ke beberapa
kerabatnya uang dan mengambil Sebagian uang nya yang ada di bank. Setelah
selesai dikirim pulsa ke semua nomor yang di tuju, "Fajar" memberitahu bahwa akan
memberikan kabar lagi pada malam hari ketika para orang tambang pulang kerja
dan akan mengirimi uang ke "Fajar" dan ia akan mentransfer uang untuk bagian
Budi. Setelah menunggu hingga malam hari Budi menelpon lagi "Fajar", pada saat
itu "Fajar" masih bisa dihubungi dan memberikan alasan bahwa ia masih belum
menerima semua uang yang dikirim oleh para orang tambang dan meminta Budi
untuk menunggu hingga besok hari. Saat pagi hari "Fajar" masih belum menelpon
balik untuk memberikan kabar dan saat di hubungi nomor tidak aktif yang
menyadarkan Budi bahwa ia telah ditipu.

a. Judul Tulisan : Kasus penipuan sebagai teman lama

b. Identifikasi Masalah Fraud :


Berikut analisis 4W+1H
1) Who (Siapa) :
Korban dalam kasus ini adalah seorang pria yang diberi nama
samaran Budi. Pelaku penipuan adalah individu yang mengaku
sebagai teman lama Budi yang bernama "Fajar."

2) What (Apa) :
Kasus ini adalah penipuan melalui telepon di mana pelaku, "Fajar"
berpura-pura menjadi teman lama dan menawarkan pekerjaan palsu
kepada korban. Pekerjaan yang ditawarkan adalah membelikan pulsa
untuk beberapa nomor telepon dari orang tambang dengan nilai
transfer sebesar Rp. 1.000.000,00

3) Where (Dimana) :
Kejadian ini terjadi di Kota Samarinda, tempat tinggal korban

4) When (Kapan) :
Kejadian penipuan terjadi pada tanggal 4 Juni 2019.

5) How (Bagaimana) :
 Pelaku, "Fajar" menghubungi korban melalui panggilan telepon
dan berpura-pura menjadi teman lama Budi.
 Selama percakapan, "Fajar" mengenang kenangan masa lalu
untuk menciptakan ikatan emosional dengan korban.
 Pelaku kemudian menawarkan pekerjaan palsu yang melibatkan
pembelian pulsa untuk nomor telepon dari para orang tambang
dengan nilai transfer sebesar Rp. 1.000.000,00
 Budi percaya bahwa dia berbicara dengan teman lamanya
mengikuti instruksi pelaku dan melakukan pembelian pulsa.
 Pelaku terus mendesak Budi untuk meminjam uang kepada
kerabatnya untuk membelikan lebih banyak pulsa dengan janji
keuntungan yang lebih besar.
 Setelah menghabiskan uang dan menunggu beberapa waktu,
Budi menyadari bahwa dia telah ditipu oleh pelaku ketika pelaku
tidak lagi dapat dihubungi.

c. Ulasan Teori Fraud :


Berikut ulasan teori triangle :
1) Tekanan (Pressure) :
Meskipun kita tidak memiliki informasi langsung tentang tekanan apa
yang mungkin dialami oleh pelaku, kita dapat berasumsi bahwa ada
tekanan finansial yang mendorongnya untuk melakukan penipuan ini.
Mungkin pelaku mengalami kesulitan keuangan atau memiliki utang
yang perlu segera diselesaikan. Tekanan ini mungkin membuatnya
merasa terdesak untuk mencari cara cepat mendapatkan uang, yang
mengarah pada ide penipuan ini.

2) Peluang (Opportunity) :
Pelaku memiliki kesempatan untuk menjalankan penipuan ini karena
teknologi telepon memungkinkan mereka untuk berpura-pura menjadi
orang lain, dalam hal ini, teman lama korban. Peluang tersebut
semakin meningkat karena korban langgsung menyebutkan nama
teman lamanya yang memudahkan pelaku untuk memilih identitas
yang cocok.

3) Rasionalisasi (Rationalization) :
Pelaku mungkin merasionalisasi tindakannya dengan berpikir bahwa
korban, dalam situasi pengangguran dan berkebutuhan adalah
sasaran yang cocok dan tidak akan mencurigai penipuan tersebut.
Mereka mungkin juga merasionalisasi bahwa tindakan ini tidaklah
begitu buruk menganggapnya sebagai "kesempatan bisnis" atau
merasa bahwa mereka bisa memberikan keuntungan lebih besar
kepada korban setelah mendapatkan uang.

d. Pencegahan Kasus Fraud :


Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil :
1) Verifikasi Identitas : Selalu verifikasi identitas seseorang yang
menghubungi, terutama jika mereka meminta informasi pribadi atau
transaksi keuangan. Jika merasa mencurigakan, mintalah kontak yang
dapat dihubungi untuk memverifikasi identitas mereka.

2) Waspadai Panggilan Tak Terduga : Jika menerima panggilan dari


seseorang yang mengaku sebagai teman lama atau rekan bisnis,
pertimbangkan untuk mengonfirmasi identitas mereka dengan bertanya
pertanyaan pribadi atau rahasia yang hanya teman sejati yang akan
tahu jawabannya.

3) Jangan Terburu-buru : Jika seseorang menawarkan peluang bisnis


atau investasi yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan dalam
waktu singkat, pertimbangkan untuk melakukan riset lebih lanjut
sebelum mengambil keputusan.

4) Jangan Bagikan Informasi Pribadi : Hindari membagikan informasi


pribadi seperti nomor rekening, kartu kredit, atau data pribadi lainnya
kepada pihak yang tidak dikenal atau yang tidak dapat diverifikasi.
5) Pelajari Taktik Penipuan : Tingkatkan kesadaran mengenai tentang
taktik penipuan yang umum digunakan sehingga dapat lebih mudah
mengidentifikasi situasi yang mencurigakan.

6) Waspadai Tekanan Emosional : Pelaku penipuan sering menggunakan


tekanan emosional untuk memaksa korban agar cepat mengambil
keputusan. Pertimbangkan untuk selalu berpikir sebelum melakukan
tindakan tertentu.
PAKTA INTEGRITAS

Dengan mengumpulkan jawaban atas ujian ini, Anda:


Menyetujui dan bertanggung jawab atas keaslian jawaban yang diberikan. Jawaban
adalah sebenar-benar usaha Anda sendiri atas dasar kerja keras, kejujuran, dan
kepatuhan terhadap komitmen akademik; tidak bekerja sama dengan dan/atau pihak
lain proses menyelesaikan ujian;
Jika saat penilaian ditemukan unsur, ketidakjujuran, dan pelanggaran akademik
lainnya, maka Anda bersedia untuk menanggung segala kensekuensi atas tindakan
tersebut.

Yang membuat pernyataan

Ryan Adi Saputra


NIM : 2201036166

Anda mungkin juga menyukai