Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN / P3

(DISCHARGE PLANNING)

I. PENDAHULUAN
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau Discharge planning :
1. Adalah kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan pasien ke
fasyankes lain atau ke rumah dengan lancar dan aman
2. Merupakan suatu proses multidisiplin melibatkan PPA dan MPP
3. Sasarannya adalah meningkatkan/menjaga kontinuitas pelayanan
4. Proses dimulai saat admisi rawat inap
5. Memastikan keselamatan pasien keluar dari rumah sakit dan memperoleh asuhan yang
tepat pada fase berikutnya di fasyankes lain atau di rumah
6. Dasar atau filosofi P3 adalah: keberhasilan asuhan pasien di rawat inap agar berlanjut
juga di rumah.
Kesinambungan asuhan pasien setelah dirawat inap memerlukan persiapan dan
pertimbangan khusus bagi sebagian pasien termasuk kebutuhan biopsikososial, seperti
perencanaan pemulangan pasien (P3)/discharge planning. Penyusunan P3 diawali saat
proses asesmen awal rawat inap, membutuhkan waktu agak panjang, termasuk
pemutakhiran/updating.
Rencana pulang termasuk edukasi dan latihan keterampilan khusus yang mungkin
dibutuhkan pasien dan keluarga untuk kontinuitas (kesinambungan) asuhan di luar Rumah
Sakit. Kesinambungan asuhan pasca rawat inap akan berhasil bila penyusunan P3
dilakukan secara terintegrasi antar PPA terkait/relevan dan difasilitasi MPP (Manajer
Pelayanan Pasien).

II. RUANG LINGKUP


A. Pemberi Layanan Discharge Planning
Pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan pasien (discharge planning), maka
Rumah Sakit mulai merencanakan hal tersebut sedini mungkin yang sebaiknya untuk
menjaga kesinambungan asuhan dilakukan secara terintegrasi melibatkan semua PPA
terkait/relevan serta difasilitasi oleh MPP. Keluarga dilibatkan dalam proses ini sesuai
kebutuhan.
B. Penerima Discharge Planning
Untuk identifikasi pasien yang membutuhkan perencanaan pemulangan pasien, RSUD
Mamuju Tengah menetapkan kriteria sebagai berikut:
1. Umur > 65 tahun
2. Keterbatasan mobilitas
3. Memerlukan bantuan medik dan keperawatan terus menerus
4. Memerlukan bantuan melakukan kegiatan sehari-hari

1
III. TATA LAKSANA
1. DPJP mengidentifikasi kebutuhan pasien akan perencanaan pemulangan pasien
berdasarkan kriteria discharge planning pada asesmen awal rawat inap.
2. PPA terkait mengidentifikasi apakah pasien memerlukan kebutuhan yang sederhana
atau kompleks untuk pemulangannya
- Tidak membutuhkan pelayanan khusus dirumah
- Atau adanya tingkat ketergantungan untuk ADL (Activity Daily Living) yang tinggi.
3. PPA menyusun rencana klinis asuhan pasien dalam waktu 24 jam setelah masuk
rawat inap
- Setelah asesmen lengkap, dengan metode IAR (Informasi, Analisis, Rencana)
tetapkan sasaran
- Asesmen dilakukan secara multi disiplin dan terintegrasi
- Perencanaan termasuk tentang edukasi/pelatihan bagi pasien/keluarga/pemberi
asuhan di rumah.
4. PPA berkoordinasi secara multidisiplin mengenai proses pemulangan/transfer dan
melakukan pengoperan tugas pada pertukaran shift.
5. DPJP menetapkan tanggal yang diharapkan untuk pemulangan/transfer 24–48 jam
setelah admisi (EDD = expected discharge date) berdasarkan hasil diskusi antar PPA
terkait, pasien dan keluarga/pemberi asuhan.
(Pengecualian untuk pasien yang menjalani perawatan intensif, EDD ditetapkan bila
telah kembali ke ruang rawat biasa)
6. PPA melakukan review atas rencana klinis asuhan dan update EDD setiap hari
7. PPA melakukan edukasi/pelatihan mengenai rencana asuhan saat di rumah kepada
pasien/keluarga/pemberi asuhan di rumah (pasien, keluarga, pemberi asuhan di rumah
dilibatkan untuk keputusan dan pilihan pelayanan).

IV. DOKUMENTASI
Dokumentasi perencanaan pemulangan pasien dicatat pada form Discharge Planning.

Anda mungkin juga menyukai