Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hypnobirthing
2.1.1. Pengertian Hypnobirthing
Hypnobirthing adalah relaksasi. Relaksasi adalah satu teknik dalam
terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe teknik
ini dapat menurunkan ketegangan fisiologis dan kecemasan (
Sitiatava Rizema Putra 2016). Hypnobirthing memiliki manfaat yang
cukup besar bagi ibu hamil,diantaranya adalah kemampuan untuk
mengatur kadar rasa sakit saat proses persalinan,menekan
cemas,stres atau depresi saat persalinan,memudahkan ibu hamil
untuk mengontrol emosinya, mendatangkan rasa tenang,aman,dan
nyaman dan bahagia karena proses persalinan berjalan lancar
(Mochles Dhery 2011) Hypnobirthing berasal dari
kata”hypnosis”dan”birthing”.Hypnosis yang berasal dari kata hypnos
(bahasa yunani) adalah nama Dewa Tidur. hypnobirthing merupakan
salah satu teknik otohypnosis (self hypnosis),yaitu upaya dalam
menanamkan niat positif/sugesti kejiwa atau pikiran bahwa sadar
dalam menjalani masa kehamilan dan persiapan persalinan dengan
demikian ibu hamil dapat menikmati indahnya masa kehamilan dan
lancarnya proses persalinan. Metode hypnobirthing adalah metode
relaksasi ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan
memiliki potensi untuk menjalankan proses melahirkan secara
alami,tenang, dan nyaman(tanpa rasa sakit). Program ini menjadikan
ibu hamil untuk menyatu dengan gerak dan ritme tubuhnya saat
menjalani proses melahirkan membiarkan tubuh dan pikirannya
untuk bekerja serta meyakini bahwa tubuhnya mampu berfungsi
sebagaimana seharusnya sehingga rasa sakit menghilang (kuswandy,
2016).

8
2.1.2. Manfaat Hypnobirthing
Selama Kehamilan

Manfaat hypnobirthing selama kehamilan yaitu dapat mengurangi


rasa mual,muntah, dan pusing pada trismester
pertama,meminimaliskan trauma secara fisik dan jiwa untuk ibu dan
janin, mengatasi rasa tidak nyaman selama hamil dan rasa sakit saat
melahirkan tanpa efek samping terhadap janin,membantu janin
terlepas dari kondisi lilitan tali pusat,bahkan bisa memperbaiki janin
yang letaknya sungsang menjadi normal dan juga bisa membuat
kondisi ibu hamil menjadi tenang dan damai selama kehamilannya.
Ketenangan dan rasa damai sang ibu akan dirasakan pula oleh janin.

Menjelang Persalinan

Manfaat hypnobirthing menjelang persalinan yaitu, melatih relaksasi


untuk mengurangi kecemasan serta ketakutan menjelang persalinan
yang dapat menyebabkan ketegangan,rasa nyeri dan sakit
persalinan,mampu mengontrol sensasi rasa sakit saat berkontraksi
rahim,dan dapat meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk
mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri saat kontraksi pada
persalinan.

Saat Persalinan
Manfaat hypnobirthing saat persalinan yaitu,memperlancar proses
persalinan ( kala I dan II lebih lancar),mengurangi risiko terjadinya
komplikasi persalinan dan terjadinya perdarahan,kondisi yang tenang
membuat keseimbangan hormonal dalam tubuh dan membantu
menjaga suplai oksigen pada bayi selama proses persalinan. A.2.4
Pasca Persalinan Manfaat hypnobirthing pasca persalinan yaitu
meningkatkan ikatan batin antara bayi dengan ayah dan
bundanya,mempercepat pemulihan dalam masa nifas,mencegah
depresi pasca persalinan serta juga dapat mempelancar asi
(Kuswandy, 2016)

9
2.1.3. Keuntungan Hypnobirthing
Keuntungan untuk Ibu Hamil

Mengurangi rasa sakit dengan kadar yang sangat besar sehingga


kadang tidak terasa seperti sakit melahirkan karena ibu hamil diajari
untuk berkonsentrasi ibu hamil dapat mengontrol emosi dan
perasaan ketika proses persalinan dan mencegah rasa lelah yang
lebih setelah proses persalinan. (Kuswandy, 2014)

Keuntungan untuk Janin Keuntungan hypnobirthing untuk


janin yaitu, bisa membuat jiwa janin akan lebih merasa tenang
dibandingkan dengan yang tidak melakukan hypnobirthing
pertumbuhan janin akan lebih sehat dikarenakan hormon-hormon
positif memberikan keseimbangan terhadap janin,janin akan merasa
kedekatan batin lebih kuat yang disebabkan dari ketenangan jiwa
ibunya melalui komunikasi alam bawah sadar,dan bayi yang
dilahirkan relatif tidak kekurangan oksigen. (Kuswandy, 2014)

Keuntungan untuk Suami


Keuntungan hypnobirthing untuk suami yaitu suami merasa lebih
tenang ketika mendampingi istrinya ketika proses melahirkan suami
juga bisa merasakan lebih dekat antara jiwanya dengan istri dan
bayinya yang telah dilahirkan. (Kuswandy, 2014)

2.1.4. Hypnobirthing dasar


Dasar dari hypnobirthing adalah relaksasi. Relaksasi merupakan
teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya ketika seluruh
sistem syaraf, organ tubuh dan panca indera kita beristirahat untuk
melepaskan ketegangan yang ada sedangkan kita tetap dalam
keadaan sadar (Andriana, 2013). Relaksasi terdiri dari:

1. Relaksasi Otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia


dan banyak digunakan untuk beraktivitas. Saat berfikir ternyata
otot juga ikut tegang yaitu di daerah leher, tengkuk, bahu kiri dan
kanan serta punggung (Kuswandi, 2014).

10
2. Relaksasi wajah Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat
penting karena membuat bagian tubuh lain lebih mudah
mengikuti. Setelah menguasai relaksasi wajah, rahang akan
benarbenar rileks dengan mulut sedikit terbuka. Sehingga akan
memasuki kondisi rileks yang alami dengan cepat (Kuswandi,
2014).
3. Relaksasi pernapasan Napas yang rileks adalah napas perut yang
lambat dan teratur. Perlahan-lahan hirup napas yang lewat hidung,
hitung 10 kali hitungan. Selanjutnya hembuskan lewat hidung
perlahan-lahan (Kuswandi, 2014).

2.1.5. Tahapan Dalam Metode Hypnobirthing


Langkah Melakukan Hypnobirthing Teknik hypnobirthing ini
mengajarkan ibu hamil untuk menjalankan teknik relaksasi yang
alami sehingga tubuh dapat bekerja dengan seluruh syaraf secara
harmonis. Berikut adalah langkah-langkah hypnobirthing selama
kehamilan menurut Susilowati (2017): Pre Induction talk lakukan tes
Suggestibility, Induction /Relaksasi, Deepening (memperdalam
kondisi Subyek),Depth Level Test (memeriksa kedalaman dr suyek),
Suggestion (afirmasi positif),termination.

Dalam metode hypnobirthing ada lima tahapan yang akan dilakukan


oleh pasangan khususnya ibu hamil dalam menghadapi kehamilan
agar persalinan nya berjalan lancar,lembut dan alami.

1. Relaksasi dasar adalah teknik mencapai kondisi rileks wanita


hamil. Untuk mencapai relaksasi dasar ini dengan menggunakan
teknik physiologal relaxation exercise (PRE). Teknik relaksasi
ini dikembangkan oleh Dr.Tb.Erwin K Usuma, SpKJ teknik ini
berdasarkan pada pemahaman penciptaan manusia dan alam
semesta sehingga bermakna untuk semua tipe learning chanel.
Ada tiga jenis learning chanel yang sering digunakan yaitu
visual, auditorial, dan kinestik.
Tipe visual akan lebih mudah mencapai relaksasi melalui proses
membayangkan. Jika ingin rileks, bayangkan tempat yang
11
nyaman dan indah. Tipe auditori lebih udah mencapai relaksasi
melalui proses mendengarkan misalnya, dengan cara
mendengarkan panduan terapis atau musik. Tipe kinestetik lebih
mudah rileks melalui proses merasakan. Misalnya dengan
merasakan semilir angin. Jika ibu hamil rajin melatih diri untuk
berada dalam kondisi tenang/ rileks, ia dengan mudah
melakukan penyesuaian dengan alam semesta. Suatu kondisi
yang selalu dibutuhkan dalam setiap aktivitas kehidupan
manusia( Kuswandy ,2013).
2. Kegiatan ideomotor
Response Setelah mencapai keadaan rileks, lakukan kegiatan
ideomotor ( gerakan alami atau otomatis dengan niat dari bawah
alam sadar,bukan gerakan yang sengaja digerakan saat pertama
kali melakukan gerakan ideomotor ini sebaiknya ibu hamil
didampingi dengan hipnoterapis. Mengingat rekaman alam
bawah sadar setiap orang berbeda-beda bisa saja dalam
melakukan gerakan ideomotor pertama kali rekaman baawah
sadar keluar tanpa kendali yang dapat mengakibatkan reaksi
pada ibu hamil. Gerakan ideomotor adalah salah satu pilihan
yang tepat sebagai salah satu upaya terapi penduduk asia karena
sebagian besar penduduk asia masih menggunakan bahasa otot
selain gerakan tangan kegiatan ideomotor ini juga bisa
dilakukan dengan teknik pendulun dan gerakan bola ( Lanny
Kuswandy 2013).
3. Menanamkan Sugesti Positif
Pada Alam Bawah sadar 88% sikap dan perilaku kita dilakukan
oleh rekaman di alam bawah sadar. Jika ini mengubah cara
pandang kita harus menanamkan sugesti yang positif dialam
bawah sadar oleh karena itu setelah kita dalam keadaan rileks
yang mendalam mulailah untuk melakukan swasugesti atau
masukan niat/program positif. Penanaman sugesti merupakan
prinsip dasar dalam hypnobirthing yang digunakan sebagai

12
latihan selama masa kehamilan. Namun ada beberapa hal yang
perlu di ingat dalam menanamkan program positif selalu
gunakan kata-kata positif. Jika ingin sehat katakan sehat bukan
tidak sakit programkan bahwa mulai saat ini dan seterusnya
lakukan berulang-ulang untuk hasil yang optimal. Dalam
keadaan yang tenang niata atau sugesti mudah terealisasi dalam
kehidupan kita masukan niat seperti contoh mulai sekarang dan
selanjutnya saya semakin tenang dalam menghadapi persalinan
agar berjalan dengan alami,nyaman,lancar dan penuh dengan
kelembutan hal ini sangat bermanfaat karena banyak ibu hamil
mengalami sulit tidur. (Susilowati,2017)
4. Berkomunikasi dengan janin
Menjalin komunikasi dengan janin adalah dasar prinsip keempat
dalam metode hypnobirthing. Pembinaan anak dalam kandungan
merupakan fondasi dasar seorang anak. Oleh karena itu,jika
komuniaksi sering dilakukan dan terpelihara dengan baik, dapat
mengasah sensitifitas dan kepekaan ibu. Ibu dapat memahami
pesan yang disampaikan janin yang d kandungnya, bahkan sprit
baby yang akan di kandung pun bisa dirasakan keberadaan nya (
Kuswandy, 2014).
5. Pentingnya Dukungan Kehamilan dari Suami
Peran suami sangat mempengaruhi kondisi kehamilan dan
persalinan ibu dan janin. Tidak hanya itu,dukungan dan kerja
sama anatara ayah,ibu dan janin ternyata mampu menjadi
healing jiwa mereka. Dukungan moral maupun psikologis yang
telah diberikan suami menjadi sebuah sugesti tersendiri bagi
sang istri saatmelahirkan bayinya.perasaan nyaman dan bahagia
ternyata memiliki efek kelancaran dan penyembuhan. Dukungan
dan pelayanan dari bidan yang ramah,sabar,dan penuh
kelembutan juga membantu proses persalinan ibu hamil menjadi
lancar,alami dan tenang.(Kuswandy, 2014).

13
2.1.6. Waktu Mulai Melakukan Metode Hypnobirthing
Hypnobirthing bisa dilakukan di usia kehamilan berapa pun. Namun
umumnya dilakukan di usia kehamilan 7 bulan atau 2 minggu
sebelum proses persalinan. Bisa di lakukan dua kali sehari d saat
pagi maupun menjelang tidur malam lamanya sekitar 10- 15 menit.
Tempatnya tergantung kainginan masing-masing dan sebaiknya
dilakukan berpasangan dengan sang suami agar tercipta hubungan
spritual bersama. Kepribadian seseorang terbentuk sejak masih
dalam kandungan.stres yang di alami orang dewasa sebetulnya
merupakan rekaman getaran kehidupan mereka sejak dalam
kandungan begitupula saat hamil faktor kecemasan sang ibu bisa
membuat peslinan yang seharusnya lancar menjadi terhambat dengan
metode hypnobirthing ini ibu hamil di latih rutin untuk melakukan
relaksasi agar mereka tenang dan selalu berpikiran posistif selama
hamil dan ketika melahirkan ( sitiatava rizema 2016).

2.1.7. Hypnobirting menjelang Persalinan


Teknik Hypnobirthing Menjelang Persalinan Teknik hypnobirthing
adalah dengan relaksasi penambahan sugesti melalui usapan dengan
tangan daerah bawah payudara hingga perut. Sebenarnya cara ini
telah dilakukan secara natural oleh ibu-ibu hamil saat janinnya
meronta atau bergerak dalam kandungan, yaitu ketika ibu akan
mengusap perut sambil membisikkan kata-kata lembut untuk
menenangkan janin dalam kandungan. Menurut Aprillia (2013),
untuk mengikuti program tersebut ada empat langkah yang harus
dilakukan, diantaranya adalah:
a) Pertama: kepala dimiringkan diatas bahu kanan, kemudian
diputar sampai diatas bahu kiri, kembali kebahu kanan sampai
sampai delapan kali hitungan. Setelah itu jari kanan diatas bahu
diputar ke belakang sebanyak delapan kali. Tangan tetap diatas
bahu diputar kedepan sebanyak delapan kali.
b) Kedua : relaksasi otot bisa dilakukan dengan berbaring santai,

14
lengan di samping kanan dan kiri, telapak tangan kanan

15
menghadap ke atas. Tegangkan telapak kaki hingga lurus
kebetis, paha, pinggul dan dada. Tarik pundak ke atas dan kepal
kedua telapak tangan kuat-kuat. Dahi dikerutkan, lidah ditarik
kearah langit-langit mulut.
c) Ketiga : relaksasi pernapasan dilakukan dengan keadaan
berbaring, dengan otomatis napas akan terdorong kea rah perut.
Tarik napas panjang melalui hidung sampai hitungan ke 10.
Kemudian hembuskan napas perlahan-lahan melalui mulut,
lakukan berulang hingga 10 kali.
d) Keempat, relaksasi pikiran diawali oleh indera mata. Setelah
mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil
memandang satu titik tepat diatas mata, makin lama kelopak
mata makin rileks, berkedip dan setelah hitungan kelima tutup
mata secara berlahan. Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan,
kemauan dan pikiran) kemudian raga mencapai relaksasi,
masukkan sugesti positif yang akan terekam dalam alam bawah
sadar. Contoh sugesti positif yang bisa dipikirkan adalah “ saya
dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat, dan saat
persalinan akan menghadapi dengan tenang”.
2.1.8. Panduan Latihan Relaksasi
Pada dasar nya, hypnobirthing itu adalah teknik relaksasi dalam
melakukan terapi relaksasi hypnobirthing, ibu hamil harus berada
dalam keadaan rileks untuk mencapai kondisi tersebut, ada tiga belas
langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh ibu hamil ketiga belas
tersebut membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 15 menit untuk
melakukanya.

 Hilangkan Tekanan dalam Diri

Langkah pertama yang harus dilakukan ibu hamil untuk mencapai


kondisi rileks adalah menghilangkan semua tekanan dan beban
dalam diri ibu hamil,seberat apapun tekanan itu, hal ini tentu saja
memang tidak mudah untuk di lakukan. Akan tetapi ibu hamil
pasti bisa melakukan nya jika di barengi dengan usaha dan latihan
16
yang

17
konsisten. Salah satu cara untuk menghilangkan semua tekanan
itu adalah dengan melatih pernapasan dan fokus pikiran. Untuk
melakukanya bernapaslah perlahan-lahan,sehingga pernapasan
satu ke berikutnya tanpa ada tekanan. Kemudian,fokuskan pikiran
ibu hamil ke berbagai bagian tubuh misalnya dari kepala ke ibu
jari. Fokuslah pada setiap bagian selama 5-15 detik dan pastikan
benar- benar rileks sebelum pindah ke bagian berikut nya.

 Mata Tertutup
Langkah kedua yang harus dilakukan ibu hamil adalah menutup
mata tujuan nya adalah untuk mengurangi masukan yang tidak
diinginkan pada otak sebab mata yang terbuka akan membuat ibu
hamil melihat berbagai hal yang dapat mengganggu fokus ibu
hamil menutup mata adalah cara yang paling tepat dan jitu untuk
menghilangkan berbagai hal yang tidak diinginkan.
 Mengatur Posisi Mata
Tujuan dari pengaturan mata ini adalah untuk mencapai kondisi
yang sangat rileks. Untuk mencapai tujuan tersebut,ada dua hal
yang perlu ibu hamil lakukan pertama,angkatla bola mata ibu
hamil keatas lebih banyak tetapi jangan dilepaskan sehingga tidak
nyaman. Dengan mengangkat bola mata ke atas,ibu hamil akan
mulai memproduksi sejumlah besar gelombang otak alpa,kedua
tutup kelopak mata dan rasakan perasaan santai yang mendalam
 Fokus Pada Beats (Denyut Nadi Cepat)
Cara yang terbaik untuk masuk pada kondisi meditasi agar lebih
mudah ibu hamil harus melakukan nya di ruangan tertutup yang
bebas dari gangguan.
 Mengitung Mundur
Pada tahap ini ibu hamil perlu menghitung mundur sejumlah
angka, misalnya 10,50,100, dan lain-lain. Hitunglah mundur
angka-angka tersebut di dalam pikiran saja,tanpa harus
mengucapkanya. Ini adalah cara yang tepat untuk membuat rileks
tubuh dan membantu memfokuskan pikiran ibu hamil. Setiap

18
selesai menghitung satu angka,ibu hamil harus menyisipkannya
dengan kata-kata sugesti positif seperti: “ saya semakin rileks
setiap saya menghitung mundur atau pada hitungan nol aku benar-
benar santai”.
 Visualisasi
Visualisasi dapat membantu ibu hamil mencapai kondisi rileks
dengan cepat. Karena itu visualisasi adalah cara yang bagus untuk
mengalihkan pikiran ibu hamil.
 Bernapasan Melalui Abdomen
Bernapas melalui abdomen ini juga penting dilakukan ibu hamil
untuk mencapai kondisi rileks dan fokus. Untuk melakukannya
ibu hamil mreletakan satu tangan di dada dan yang lainya di
perut. Ibu hamil menarik nafas tangan diperut ibu hamil harus
nasik sementara tangan pada dada harus tetap seperti semula
tanpa tergeser dalam melakukan relaksasi hypnobirthing.
 Bernafas Secara Merata
Bernafas dengan cara merata di lakukan dengan cara menjaga
keseimbangan antara menghirup nafas dan
mengeluarkannya,selain itu bernafgas secara merata juga
meningkatkan efektivitas pemrograman mental ibu hamil.
Mungkin ibu hamil merasa teknik ini sangat mudah di lakukan.
Sebab faktanya banyak orang yang bernafas secara tidak merata.
Artinya banyak orang yang memiliki kecenderungan saat
menghirup membutuhkan waktu yang lama dan kemudian
menghembuskan nafas dengan sangat cepat.
 Bersantai dengan Napas
Pertama-tama ibu hamil harus mengambil nafas dalam-dalam
melalui perut dan pada setiap nafas sedikit lebih santai. Rileks
pasa saat membuang nafas akan lebih mudah bagi ibu hamil
bernafas dengan lambat dan panjang setiap nafas harus bisa
menciptakan sedikit kondisi santai santai relaksasi benar2 tercapai
sepenuhnya.

19
 Kelopak Mata Menjadi Rileks
Kelopak mata yang rileks akan membuat pikiran ibu hamil tertipu
sehingga pikiran juga ikut rileks. Maka kondisi rileks yang di
capai ibu hamil semakin dalam.
 Biarkan Rahang Turun Rahang
adalah tempat yang tepat bagi tubuh untuk menyembunyikan
ketegangan. Oleh karena itu, dengan membiarkan rahang turun
maka akan mengurangi ketegangan.
 Lemaskan Tubuh saat Merasa Tegang
Kondisi rileks tidak akan dicapai bila tubuh merasa tegang.
Karena itu pada langkah kedua belas ini ibu hamil melatih agar
tubuh tidak tegang. Cara untuk membuat tubuh tidak tegang
adalah dengan melemaskan bagian-bagian tubuh yang mulai
merasa tegang. Misalnya, bila ibu hamil merasa kaki mulai
tegang, maka lemaskanlah bagian tersebut. Bila tangan atau
lengan yang terasa tegang maka lemaskan bagian itu.
 Bayangkan Sebuah Tempat Paling Santai
Dengan membayangkan sebuah tempat paling santai atau
menyenangkan yang pernah ibu hamil datangi atau ibu impikan.
Biasanya membayangkan tempat yang seperti itu dapat membantu
ibu hamil rileks. Sebab memikirkan tempat seprti itu dapat
membantu tubuh dan pikiran ibu hamil tertipu sehingga tubuh pun
menjadi rileks dengan membayangkan tempat-tempat tersebut.

2.1.9. Macam -macam Teknik pernapasan Hypnobrithing


Setelah memahami mekanisme dan cara melakukan relaksasi
Hypnobrithing, berikut adalah tips-tips praktik agar calon bunda siap
menjalani persalinan tanpa rasa sakit tahap-tahapnya menurut Lanny
Kuswadi (2014), yaitu :

20
Teknik Bernapas Menjelang Persalinan

Teknik pernapasan ini digunakan untuk merilekskan ketegangan


pada otot-otot calon bunda. Pernapasan perut atau diafragma
adalah jika perut yang naik lebih tinggi saat menghirup udara,
sedangkan jika perut tidak terangkat atau terangkat sedikit
dibandingkan dada artinya itu adalah pernapasan dada. Ada tiga
teknik pernapasan yang penting dalam hypnobirthing guna
persalinan nyaman dan bebas sakit yaitu;
1. Teknik pernapasan tidur (sleep breathing). Teknik pernapasan
pertama yang harus dikuasai calon bunda dalam terapi
Hypnobrithing adalah teknik pernapasan tidur. Untuk bisa
menguasai teknik pernapasan ini dengan cepat, calon bunda
dapat menggunakan media relaksasi yang ada. Misalnya,
rekaman, music, pendamping, dan lain sebagainya. Tekni ini
dipakai untuk relaksasi saat menghadapi kontraksi selama
persalinan. Dengan menguasainya, maka calon bunda dapat
mencapai kondisi rileks saat persalinan dengan kondisi rileks
itu, maka rasa nyeri persalinan pun dapat ditekan seminimal
mungkin.
2. Teknik pernapasan lambat (birth breathing). Teknik ini
merupan bagian paling penting pada persiapan persalinan
melahirkan. Teknik pernapasan ini berupa tarikan napas
panjang, tenang, pelan yang langsung memfokuskan calon
bunda pada bayi yang membantu pada setiap kontraksi.
3. Teknik pernapasan lanjut (birth breathing). Teknik pernapasan
lanjut ini hanya bisa dilakukan bila calon bunda telah benar-
benar menguasai teknik pernapasan yang lain (tidur dan
lambat) karena teknik ini akan bisa dilakukan apabila ibu
benar-benar dalam keadaan rileks. Endorphin massage
Endorphin massage adalah teknik sentuhan dan pemijatan.
Endorphin massage ini sangat penting bagi ibu hamil, teknik
ini dapat membantu

21
memberikan rasa tenang dan nyaman, baik disaat menjelang
maupun di saat proses persalinan akan berlangsung.

2.2. Nyeri
2.2.1. Defenisi Nyeri
Association for the study of pain menyatakan Nyeri merupakan
pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau
menunjukkan adanya kerusakan. Nyeri merupakan mekanisme
protektif bagi tubuh dan menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Maryunani, 2016).

Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat


mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri
yang hebat pada persalinan dapat menyebabkan perubahan-
perubahan fisiologi tubuh seperti; tekanan darah menjadi naik,
denyut jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila
tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang,
takut dan stres. Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu
bersalin yang mengalami stres menyebabkan kelelahan dan sekresi
katekolamin yang menghambat kontraksi uterus, hal tersebut
menyebabkan persalinan lama yang akhirnya menyebabkan cemas
pada ibu, peningkatan nyeri dan stres berkepanjangan (Bobak, 2005
dalam Maryunani, 2014). Rasa takut menyebabkan pembuluh-
pembuluh arteri yang mengarah ke rahim berkontraksi dan
menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit (nyeri). Kalau tanpa
adanya rasa takut, otot- otot melemas dan melentur, servik (leher
rahim) dapat menipis serta membuka secara alami sewaktu tubuh
berdenyut secara berirama dan mendorong bayi dengan mudah
sehingga membuat persalinan berlangsung secara lancar relatif lebih
cepat dengan keluhan nyeri yang sangat minimal. Dengan
terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk janin akan
lebih mudah terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat

22
melahirkan. Jadi dengan latihan relaksasi

23
yang rutin, ibu akan terbiasa pada kondisi ini dan akan sangat
terbantu dalam proses persalinannya (Andriana, 2007).

2.2.2. Klasifikasi Nyeri


Klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2 (Maryunani, 2016) yaitu:

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan


cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari 6 bulan.
Tabel 1 - Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis

Karakteristik Nyeri akut Nyeri Kronis

Pengalaman Suatu Kejadian Suatu situasi, status eksistensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau pengobatan


penyakit dari dalam yang terlalu lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan


terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai


bertahun-tahun

Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan


diketahui dengan pasti intensitas sehingga sulit
dievaluasi (perubahan perasaan

Gejala Klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi
dengan gejala yang lebih sedikit gejala-gejala (adaptasi)
jelas

Pola Terbatas Berlangsung terus dapat


bervariasi

Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan meningkat setelah


beberapa saat beberapa saat

24
2.2.3. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat
sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda
oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri,
namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007
dalam Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri
Departemen Neurologi UGM Yogyakarta :

a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 1 - Skala Intensitas Nyeri Sederhana

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)


merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri”
sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013).
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk
mendeskripsikan nyeri (Yudiyanta, 2015).

25
b. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2- Skala intensitas Nyeri Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih


digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam
hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi (Yudiyanta, 2015).

c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog

Tidak Nyeri
Nyeri Sangat
Hebat

Gambar
Gambar 3- Skala 3. Skala
Intensitas NyeriIntensitas Nyeri Visual
Visual analog
analog
Scale Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap
ujungnya (Yudiyanta, 2015).

d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC


Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat
digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat
melaporkan nyerinya (Yudiyanta, 2015).

26
Skor

Katagori 0 1 2

Muka Tidak ada Wajah cemberut, Sering dahi


ekspresi atau dahi mengkerut, tidak konstan,
senyuman menyendiri rahang
tertentu, tidak menegang, dagu
mencari perhatian gemetar.

Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah dan Menendang


atau rileks menegang.

Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku


normal, mudah menaikkan atau
bergerak. punggung dan menghentak.
maju menegang.

Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,


merengek, sedu sedan,
kadang-kadang sering
mengeluh. mengeluh.

Hiburan Rileks. Kadang-kadang Kesulitan untuk


hati tentram menghibur atau
dengan sentuhan, kenyamanan.
memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian

Total Skor 0- 10
Tabel 2 - Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Kategori Skor 0 1 2 Muka Tidak ada ekspresi atau senyuman


tertentu, tidak mencari perhatian Wajah cemberut, dahi
mengkerut, menyendiri Sering dahi tidak konstan, rahang
menegang, dagu gemetar. Kaki Tidak ada posisi atau rileks
Gelisah, resah dan menegang. Menendang Aktivitas Berbaring,

27
posisi normal, mudah bergerak. Menggeliat, menaikkan
punggung dan maju menegang. Menekuk, kaku atau
menghentak. Menangis Tidak menangis Merintih atau
merengek, kadang- kadang mengeluh. Menangis keras, sedu
sedan, sering mengeluh. Hiburan Rileks. Kadang-kadang hati
tentram dengan sentuhan, memeluk, berbicara untuk
mengalihkan perhatian Kesulitan untuk menghibur atau
kenyamanan. Total Skor 0- 10

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan


skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri

2. 1-2 : Nyeri Ringan

3. 3-5 : Nyeri Sedang

4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan.

e. Wong Baker Pain Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.

Gambar 4- Wong Baker Pain Rating Scale

Pengelompokan:

1. Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan,


aktifitas tak terganggu)

28
2. Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas
fisik)
3. Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktifitas secara mandiri) (Yudiyanta, 2015).

2.2.4. Nyeri Persalinan


Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
sakit pada p inggang, daerah perut dan menjalar kearah paha.
Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim
(serviks). Dengan adanya pembukaan servik inilah akan menjadi
persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik
pada setiap ibu (Maryunani, 2016). Nyeri persalinan merupakan
pengalaman subjectif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin
selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat,
diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008). Rasa nyeri pada
persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis,
perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, dan apabila
tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang,
takut dan stres. Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi
uterus melalui sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang
meningkat dan akibatnya mempengaruhi durasi persalinan (Aprillia,
2010). Pendapat Mahdi, A (2009) dalam Maryunani, (2016) yang
menjelaskan bahwa nyeri pada kala 1 terutama ditimbulkan oleh
stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks)
dan rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri viseral
yang berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri
berhubungan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan.
Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada iterus
yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus

29
dan perineum. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri
yang kuat/berat.

2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan


2.2.5.1. Faktor Internal
1. Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu
akan membantu mengatasi nyeri, karna ibu telah
memiliki koping terhadap nyeri. Ibu primipara dan
multipara kemugkinan akan merespon secara berbeda
terhadap nyeri walaupun mengahadapi kondisi yang
sama, yaitu persalinan. Hal ini disebabkan ibu multipara
telah telah memiliki pengalaman pada persalinan
sebelumnya (Andarmoyo, 2013)
2. Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologi
yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan
sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia
juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan
toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan menigkatkan
seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap
nyeri (Andarmoyo, 2013).
3. Aktivitas fisik
Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan
mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu
tidak melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan
berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita karena
hal ini justru akan memicu nyeri lebih berat
(Andarmoyo, 2013).
4. Kondisi psikologi Situai dan kondisi psikologis yang
labil memegang peranan penting dalam memunculkan
nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stres adalah konversi yaitu

30
memunculkan gangguan secara psikis menjadi gangguan
fisik.

2.2.5.2. Faktor eksternal


 Agama Semakin kuat kualitas keimanan seseorang,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin
membaik karena berkaitan dengan kondisi psikologi
yang relative stabil (Andarmoyo, 2013).
 Lingkungan fisik yaiitu kondisi Lingkungan yang terlalu
ekstern, seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai,
bising, memicu stimulus terhadap tubuh yang memicu
terjadinya nyeri (Andarmoyo, 2013).
 Budaya Budaya tertentu akan memengaruhi respon
seseorang terhadap nyeri. Ada budaya yang
mengekspresikan rasa nyeri secara bebas dan ada pula
yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak perlu
diekspresikan secara berlebihan (Andarmoyo, 2013).
 Sosial ekonomi Tersedianya sarana dan lingkungan yang
baik dapat membantu mengatasi rangsangan nyeri yang
dialami. Sering status ekonomi mengikuti keadaan nyeri
persalinan. Keadaan ekonomi yang rendah, pendidikan
yang rendah dan sarana kesehatan yang memadai akan
menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana
mengatasi nyeri yang dialaminya dan masalah ekonomi
yang berkaitan dengan biaya persalinan sehingga
menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi
persalinan (Andarmoyo, 2013).
 Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan. Persalinan yang aman memastikan bahwa
semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan dan
alat
31
untuk memberikan pertolongan persalinan yang bersih
dan aman (Rohani, 2011). Asuhan yang diberikan
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan Psikis Ibu.
Dimana memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam
menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan
otot-otot dasar panggul sehingga proses janin keluar
menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu dapat
mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas
perut, menyebabkan ibu menjadi memiliki cukup energi
untuk mengejan dan melakukan proses persalinan.
Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan
waktu 2,5 jam dimana persalinan menjadi lebih cepat dan
lancar (Kuswandi, 2014).
 Komunikasi yaitu komunikasi tentang penyampaian
informasi yang berkaitan dengan hal-hal seputar nyeri
persalinan, bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya,
cara mengatasi. Komunikasi yang kurang akan
menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana
yang harus dilakukan jika mengalami nyeri saat
persalinan (Andarmoyo, 2013).

2.2.6. Penyebab Nyeri Persalinan


Menurut Maryunani (2016), Rasa nyeri saat persalinan merupakan
hal yang normal terjadi yang meliputi :

1. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis


yang di maksud adalah kontraksi. Gerakan otot atau kontraksi
ini menimbulkan rasa nyeri karna saat itu otot-otot rahim
memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan
melunak, menipis, dan mendatar, kemudian tertarik. Saat itulah
kepala janin menekan mulut rahim dan kemudian membukanya.
Jadi, kontraksi ini merupakan upaya membuka jalan lahir.
Intensitas nyeri dari awal pembukaan sampai pembukaan 10
akan bertambah tinggi dan tekanan bayi terhadap struktur

32
panggul

33
diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir bagaian bawah.
Semakin lama, intensistas dan frekuensi nyeri semakin sering
maka semakin mendekati proses persaliannya.
2. Faktor Psikologis Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan
mempengaruhi rasa nyeri. Setiap ibu memiliki persi tersendiri
tentang nyeri persalinan dan melahirkan. Ada yang merasa tidak
sakit hanya perutnya yang tersa kencang. Ada pula yang merasa
tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam respon tersebut
merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang di
rasakan.

2.2.7. Mekanisme Nyeri Persalinan


Mekanisme nyeri persalinan menurut Muhiman (1996) dalam
Sulistyo (2013)., sebagai berikut :

1. Membukanya mulut rahim Nyeri pada kala pembukaan


disebabkan oleh membukanya mulut rahim, misalnya
perengangan otot polos merupakan rangsangan yang cukup
menimbulkan nyeri, terdapat hubungan erat antara besar
pembukaan mulut rahimdengan intensitas nyeri (makin mebuka
makin nyeri), dan diantara timbulnya rasa nyeri dengan
timbulnya kontraksi rahim (rasa nyeri terasa ± 15-30 detik
setelah mulainya kontraksi). b. Kontraksi dan peregangan rahim
rangsangan nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf
sewaktu rahim berkontraksi dan teregangnya bagian bawah.

2. Kontraksi mulut rahim teori ini kurang dapat terima, oleh karena
jaringan mulut rahim hanya sedikit mengandung jaringan otot .

3. Peregangan jalan lahir bagian bawah perengan jalan lahir oleh


kepala janin pada akhir kala pembukaan dan selam kala I
pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam proses
persalinan.

34
2.2.8. Efek Rasa Takut Terhadap Rasa Sakit/ Nyeri
Ketika kita takut, kita cenderung masuk ke dalam reaksi berjuang
sehingga setiap otot tubuh kita tegang dan secara otomatis
mempersiapkan untuk tindakan defensif. Oleh karena itu, ketakutan
dapat menjadi faktor penentu yang mempengaruhi pengalaman
persalinan secara keseluruhan. Saat anda merasa takut, tubuh akan
mengalihkan darah dan oksigen dari organ pertahanan non- esensial
menuju kelompok otot besar di wilayah kaki dan tangan. Akibatnya,
area wajah ‘ditinggalkan’, sehingga ada ungkapan “pucat karena
ketakutan”. Dalam situasi yang menakutkan, tubuh
mempertimbangkan bahwa uterus atau rahim dipandang sebagai
organ ‘tidak penting’. Menurut Dr. Dick-Read, rahim pada wanita
yang ketakutan secara kasat mata memang tampak putih. Rasa cemas
dan takut menyebabkan rasa nyeri dan membuat rahim semakin
keras berkontraksi. Tubuh secara efektif dilengkapi dengan respon
fight, flight, freezedan hormon yang disebut katekolamin dan
adrenalin diproduksi dalam jumlah besar. Sebagai respon otomatis
demi pertahanan diri dan demi melindungi organ vital tubuh kita.
Ketika respon fight, flight, freeze tidak sesuai seperti dengan seorang
wanita dalam persalinan, hormon katekolamin dan adrenalin
langsung bertindak yaitu dengan menyempitkan rahim dan
mengurangi aliran darah. Alasan melakukan hal ini adalah bahwa
otak mengasumsikan bahwa rahim bukan merupakan prioritas tinggi
untuk menerima oksigen dalam situasi yang dianggap sebagai
kegawat darurdatan oleh tubuh ini. Ketika seorang wanita yang
sedang bersalin tersebut takut baik secara sadar atau tidak sadar,
tubuhnya menjadi lebih tegang, tekanan darah meningkat, proses
persalinan menjadi lebih lama dan lebih nyeri. Tubuh manusia
dirancang untuk mengeluarkan hormon adrenalin dan katekolamin
saat takut dan panik, ternyata tubuh manusia juga dilengkapi dengan
hormon endorphin, yang mana hormon ini merupakan relaksan alami
atau penghilang rasa sakit alami. Namun hormon endorfin ini tidak
dapat bekerja secara efektif
35
bila ada adrenalin yang berlebihan dalam tubuh, sehingga bila
ketakutan menjadi dominan didalam pikiran dan tubuh kita, maka
kita tidak dapat manfaat dari efek analgesik dari hormon endorfin
tersebut. Teknik-teknik yang dilakukan dalam proses Hypnobirthing,
ternyata mampu menurunkan kadar adrenalin dan katekolamin di
dalam tubuh manusia dan membuat hormon menjadi lebih seimbang.
Ketika hormon Anda berada dalam keseimbangan maka melahirkan
bisa menjadi pengalaman yang berharga dan positif. Tapi apa yang
terjadi apabila rasa takut menguasai anda? Secara otomatis tubuh
Anda pun tidak memproduksi hormon penghilang rasa sakit, dan
otomatis rasa sakit yang Anda rasakan akan terasa semakin sakit.

a. Kecemasan dan ketakutan memacu keluarnya ketokolamin,


menyebabkan serviks menjadi kaku, dan membuat proses
persalinan lebih lambat.
b. Kecemasan dan ketakutan menyebabkan pernafasan menjadi
tidak teratur, mengurangi asupan sirkulasi oksigen bagi tubuh
dan janin.
c. Pada akhirnya, kecemasan dan ketakutan membuat jantung
memompa lebih cepat sehingga tekanan darah semakin tinggi.
Hypno-birthing mengeksplorasi mitos bahwa rasa sakit
d. adalah hal yang wajar dan dibutuhkan saat melairkan normal.
Saat wanita yang melahirkan terbebas dari rasa takut, otot-otot
tubuhnya, termasuk otot rahim, akan mengalami relaksasi yang
membuat proses kelahiran jadi lebih mudah dan bebas stres.

36
Mekanisme rasa takut dapat meciptakan nyeri
pada persalinan

Gambar 5- Mekanisme Rasa Takut menciptakan Nyeri Persalinan

2.2.9. Penatalaksanaan Nyeri


Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat
bervariasi tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan
untuk mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan. Penny
simpkin (2007) mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini
ialah mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan
ransangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif,
emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan
rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan
farmakologis dan nonfarmakologis.

2.2.9.1. Manajemen secara farmakologis


Adalah dengan pemberian obat-obatan sedangkan
nonfarmakogis tanpa obatobatan. Cara farmakologis adalah
dengan pemberian obat-obatan analgesia yang bisa
disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang
mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis
masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat
selama persalinan dapat menembus sawar plasenta,
sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang
diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung
maupun tidak langsung.

37
2.2.9.2. Manajemen secara nonfarmakologis
Sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu
maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika
diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai
efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I
meliputi, relaksasi, akupresur, kompres dingin atau Stress,
cemas, panik, takut Hormon stressor (ketokolamin) Respon
tubuh: flight, faith, freeze (lawan, lari, membeku) Uterus:
Tegang, Aliran Darah Berkurang, Arteri Mengecil/
Menyempit Nyeri Tenang, dan Rileks!! hangat, terapi
musik, hidroterapi dan masase. Relaksasi sangat efektif
mengurangi nyeri dan ketegangan otot, seperti
hypnobirthing.

2.3. Persalinan
2.3.1. Defenisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2008).
Sedangkan Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam
keadaan persalinan (Sarwono, 2007: 180)

Menurut Sulistyawati, (2012) Persalinan adalah proses pengeluaran


hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan dapat lahir di
luar kandungan melalui jalan lahir atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak


belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomy) (Anggraeni,
2012). Persaliana normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan
38
dengan

39
presentasi belakang kepala yang belangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Aprilia, 2014).

Bentuk-bentuk persalinan menurut Sulistyawati (2012) adalah :

1. Persalinan spontan adalah persalinan berlangsung dengan


kekuatan sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut
2. Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ekstraksi forceps atau dilakukan SC
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemerintah pitocin atau prostalglandin.

2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persalinan


Menurut Apriliani (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
persalinan adalah:

a. Power
1. His kontraksi otot rahim
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma atau kekuatan mengejan
b. Passage Terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir keras (tulang):
1. 2 Tulang pangkal paha (os. coxae)
2. 1 tulang kelangkang (os sacrum)
3. 1 tulang tungging (os coccyges)
4. Bagian lunak Bagian jalan lahir lunak terdiri dari segmen
bawah rahim (SBR) yaitu serviks, vagina, juga otot-otot,
jaringan ikat dan ligament-ligamen yang berfungsi mnyokong
alat-alat urogenitalis yang semuanya mempengaruhi dalam
persalinan. c. Passenger (Isi Kehamilan) Passenger atau janin
bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Kerana plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka ia diangggap juga sebagai bagian dari
passenger yang

40
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal.

2.3.3. Proses Persalinan


Menurut Sulistyawati (2012) persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
Primipara Multipara
fase Rata-rata Upper Rata-rata Upper
Normal Normal
Fase laten 8 jam 16 jam 5 jam 10 jam
Fase Aktif 6 jam 8 jam 3 jam 6 jam
Kala 1 14 jam 24 jam 8 jam 16 jam
Kala 2 60 menit 2,5 jam 30 jam > 60 jam
Dilatasi Rate fase kurang 1,2 Rate fase kurang 1,5 cm/jam
serviks cm/jam adalah abnormal adalah abnormal
selama aktif
Tabel 3 - Waktu Pada Fase-fase Persalinan

1. Kala I (Kala Pembukaan)


Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Kala pembukaan dibagi menjadi 2
fase, yaitu:
a. Fase laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukan
serviks berlansung perlahan dari 0 cm sampai 3 cm lamanya
8 jam
b. Fase aktif Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada
fase aktif. Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi
atas 3 sub fase:
- Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam dari pembukaan 3
cm menjadi 4 cm
- Periode dilatasi maksimal : Selama 2 jam dari pembukaan
4 cm berlangsung cepat menjadi 9 cm
- Periode deselarasi - Berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase ini akan timbul kontraksi, mulai dari kontraksi

41
yang kecil dan sebentar sampai kontraksi yang makin kuat,
sering, dan teratur. Kontraksi diawali dengan selang waktu
30 menit sampai 1 jam dari kontraksi pertama ke kontraksi
berikutnya, sampai kontraksi yang makin kuat dan lama
dengan selang waktu kurang lebih 3-5 menit selama 1-1,5
menit per kontraksinya.
Pada fase pembukaan ini juga mulai terjadi penipisan pada
segmen bawah rahim, yang diikuti oleh keluarnya lender
yang bercampur darah, sampai ke tahap terjadinya
pembukaan jalan lahirdan pecahnya ketuban. Proses
persalinan yang normal dimulai dengan keluarnya lender
bercampur darah, terbukanya jalan lahir, dan yang
kemudianan diikuti oleh pecahnya ketuban. Jika proses ini
berjalan dengan baik (ketuban pecah terlebh dahulu),
persalinan ini dapat dikatakan normal.
2. Kala
II

Kala II adalah kal pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan


lengkap sampai bayi lahir. Tanda dan gejala kala II adalah : a. His
semakin kuat, kira – kira 2-3 menit sekali b. Ibu merasakan makin
meningkatnya tekanan pada rectum dan vaginanya c. Perenium
menonjol d. Vulva dan vagina dan sprinterani terlihat membuka e.
Peningkatan pengeluaran lender darah pada primigravida
berlansung 1 ½-2 jam dan pada multigravida berlansung ½-1 jam.
3. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluran plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi lahir istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
menjadi 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasaan dan pengeluaran uri, ditandai dengan tali pusat
bertambah panjang. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta,
terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas semfisis atau fundus uteri. Seluruh
42
proses biasaanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kirakira
100 – 200 cc.
4. Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala
IV dilakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan :
a. Tingkat kesadaran penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda, vital, tekanan darah, nadi dan
pernafasan, suhu
c. Kontraksi uterus
d. Terjadi perdarahan Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlah tidak melebihi 400-500 cc.

2.3.4. Persiapan Persalinan


Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa siaga
yaitu desa yang pendudukannya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
– masalah Kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana para bidan desa,
tokoh masyarakat, ikut berperan aktif menangani kesehatan dan
melakukan pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).

Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bohak,


Lowdemild, Jesen (2004) terdapat 4 hal yaitu:

a. Persiapan Fisik
Perisiapan persalinan berkaitan dengan masalah kondidi
kesehatan ibu, dimana ibu perlu menyiapkan kondisi fisik
sebelum hamil. Makan makanan bergizi dan minum yang cukup
banyak , serta tetap melakukam aktivitas seperti berjalan pagi
atau kegiatan rumah lainnya dan tetap istirahat yang cukup. Hal
tersebut di atas dimaksudkan bahwa dengan aktivitas , isitirahat
dan gizi yang baik, energi dan tenaga untuk menghadapi
persalinan nanti diharapkan
43
cukup baik dan dapat membantu psosesnya agar lancer dan cepat.
Ibu juga tidak ademia dan mengalami lemas kehabisan energi ,
karena proses persalinan bisa berbeda – beda waktunya dan
umumnya melelehkan ( Isnandi,2009).
b. Persiapan Psikologis
c. Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan
yaitu hindari kepanikan dan ketakutan serta bersikap tenang,
dimana ibu hamil dapat melalui saat – saat persalinan dengan baik
dan lebih siap serta meminta dukungan dari oarng terdekat.
Perhatian dan kasih saying tentu dapat membantu memberikan
semangat untuk ibu melahirkan (Sjafriani, 2007).
d. Persiapan Finansial
Persiapan Finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan
suatu kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan
finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan
yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan
berlangsung sampai persalinan. Kondisi ekonomi berkaitan
dengan kemampuan ibu untuk menyiapkan biaya persalinan,
menyiapkan popok bayi dan perlengkapan lainnya, persalinan
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, sebaiknya ibu
sudah menganggarkan biaya untuk persalinan. Biaya bisa ibu atau
keluarga anggarkan disesuaikan dengan tarif persalinan ditempat
dimana persalinan akan berlangsung.
e. Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat
hidup yang kurang baik terhadap kehamilan, dan berusaha
mencegah akibat itu. Persiapan yang berhubungan dengan
kebiasaan yang tidak baik sebelum kehamilan untuk dihindari
selama kehamilan terjadi. Faktor budaya sangat penting dimana
terdapat tradisi untuk membawa plasenta kerumah, cara
berperilaku yang benar selama kehamilan dan menjaga sikap dan
perilaku.

44
Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan menurut Mochtar
(2006) adalah sebagai berikut :
1. Power His (kontraksi ritmis otot polos rahim), kekuatan
mengejan ibu, kontraksi rahim berirama teratur dan
involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap
kontraksi rahim memiliki 3 fase yaitu increment (ketika
intensitasnya terbentuk), acme (puncak/maksimum)
decement (ketika relaksasi) Kontraksi rahim terjadi karena
adanya penimbunan dan peningkatan kalsium pada retikulum
endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat
(ATP) dan sebaliknya E2 dan F2α mencegah penimbunan
dan pengikatan oleh ATP pada retikulum endoplasma (RE),
RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan
menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril
berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar
kalsium intraseluler akan berkurang dan menyebabkan
relaksasi miofibril.
2. Passage atau Jalan Lahir Jalan lahir yang paling penting dan
menentukan persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari
susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan
jaringan ikat yang kuat. Yang dikatakan dengan jalan lahir
adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini
terdiri atas: pintu atas panggul, bidang terluas panggul,
bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.
3. Passanger atau Janin
Keadaan janin meliputi letak, presentase, ukuran atau berat
janin, ada tidaknya kelainan anatomik mayor. Pada beberapa
kasus dengan anak yang besar dengan ibu DM, terjadi
kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan
bahu yang berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi
asfiksia. Pada letak sungsang mekanisme persalinan kepala
dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas
45
dengan waktu 8 menit. 4. Psikis Ibu Pada ibu hamil trimester
III selalu dihinggapi perasaan takut yang lebih dibandingkan
trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan ketakutan ibu
dalam menghadapi proses persalinan. Apabila keadaan
tersebut tidak dapat diatasi oleh ibu, maka pada saat
menjelang persalinan biasanya ibu akan mengalami
kecemasan dan akan memberikan respon melawan atau
menghindar (flight or flight) yang dipicu oleh melimpahnya
hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan
bentuk distress lainnya. Kecemasan ibu dalam persalinan
dapat berdampak menurunkan aliran darah ke rahim,
meningkatnya waktu kala I (persalinan lama), menurunnya
aliran darah ke plasenta, menurunnya suplai oksigen untuk
janin, meningkatnya produksi katekolamin janin, serta
meningkatnya persepsi wanita yang negatif. Selain itu dalam
Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah satu penyebab
terjadinya persalinan lama adalah respon stress dan ini
menempati urutan paling atas di antara penyebab-penyebab
yang lainnya.
4. Psikis Ibu
Pada ibu hamil trimester III selalu dihinggapi perasaan takut
yang lebih dibandingkan trimester sebelumnya. Hal ini
dikarenakan ketakutan ibu dalam menghadapi proses
persalinan. Apabila keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh
ibu, maka pada saat menjelang persalinan biasanya ibu akan
mengalami kecemasan dan akan memberikan respon
melawan atau menghindar (flight or flight) yang dipicu oleh
melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya
ketakutan dan bentuk distress lainnya. Kecemasan ibu dalam
persalinan dapat berdampak menurunkan aliran darah ke
rahim, meningkatnya waktu kala I (persalinan lama),
menurunnya aliran darah ke plasenta, menurunnya suplai
oksigen untuk janin, meningkatnya produksi katekolamin
46
janin, serta meningkatnya persepsi wanita yang negatif.
Selain itu dalam Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah
satu penyebab terjadinya persalinan lama adalah respon stress
dan ini menempati urutan paling atas di antara penyebab-
penyebab yang lainnya.
Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat telah
dikembangkan metode nonfarmakologis untuk menghadapi
persalinan yaitu hypnobirthing. Metode ini merupakan
metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa
takut, panik, tegang dan tekanan-tekanan lain yang
menghantui selama persalinan. Hypnobirthing banyak
memberi manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu
rileks, bersikap tenang dan menstabilkan emosi. Kondisi ibu
yang tidak mendukung (seperti stress) ternyata ikut andil
dalam mempersulit proses persalinan. Kondisi stress pada ibu
dapat mengakibatkan otot tubuh terutama otot-otot yang
berada di jalan lahir menegang, kaku dan keras sehingga sulit
mengembang. Semakin ibu stress maka persalinan akan
menjadi semakin lama.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan. Persalinan
yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Rohani, 2011).
Penolong persalinan harus memiliki ketrampilan yang telah
diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan dan harus
diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu
bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan
kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas, ataupun
47
rumah sakit. Penolong persalinan bisa saja Bidan, perawat,
dokter umum atau spesialis obstetrik. Jenis asuhan yang akan
diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat
persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu
dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2011). Penolong adalah
faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu
adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan.
Tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia masih sekitar 76%, artinya masih banyak
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi
dengan cara tradisional yang dapat membahayakan
keselamatan ibu dan bayi (Yanti, 2010,Yenni, 2015).
Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing
termasuk pada psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi
sugesti agar ibu lebih rileks dalam menjalani persalinan.
Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul
sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat.
Dengan kondisi rileks ibu dapat mengendalikan rasa nyeri
dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu menjadi
memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan
proses persalinan. Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata
memerlukan waktu 2,5 jam dimana persalinan menjadi lebih
cepat dan lancar (Kuswandi, 2016).

2.3.5. Fisiologi Nyeri Persalinan


Menurut Mahdi, A (2009) dalam Maryunani, (2010), menjelaskan
bahwa fisiologi terjadinya nyeri persalinan:
 Nyeri pada kala 1 di timbulkan oleh stimulus yang di hantarkan
melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian
bawah. Nyeri ini merupakan Nyeri viseral yang berasal dari
kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan
kekuatan kontraksi isometrik pada uterus yang melawan
hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum. Apabila serviks

48
uteri/leher

49
rahim dilatasi sangat lambat atau bilamana posisi fetus (janin)
abnormal maka dapat menimbulkkan distosia sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan nyeri yang hebat, hal ini
karna uterus berkontraksi isometrik melawan obstruksi. Kontraksi
uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat (Sulistyo,
2013).
Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus
adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar
ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri
dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.
Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas
yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan
jaringan perineum.
Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik.
Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi
seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi
mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan
warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan
kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang
menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di
seluruh tubuh (Judha, dkk. 2014).

 Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu cenderung


meningkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang
semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan
menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu
menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan
rasa tidak berdaya. Ibu memilih ditemani keluarga yang
mendampingi agar bisa memberikan dukungan yang lebih
memuaskan sehingga rasa cemas dapat berkurang dibandingkan
dengan ibu yang bersalin tanpa ada pendamping persalinan
(Maryunani, 2016).

50
2.3.6. Tanda -Tanda Persalinan
1. Kekuatan His akan makin sering terjadi dan teratur dengan
kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai ciri
khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya
teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin
beraktifitas berjalan) kekuatan makin bertambah.

Kriteria tingkatan kontraksi: Menurut Bobak (2005) ada 3


tingkatan kontraksi, yaitu:

a. Kontraksi Lemah. Lama kontraksi < 20 detik, intensitasnya


sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jika di tekan
dengan ujung jari-jari.

b. Kontraksi Sedang. Lama kontraksi 20-40 detik, intensitas


keras dan sulit membentuk lekukan jika di tekan dengan
ujung jari- jari.
c. Kontraksi Kuat. Lama kontraksi > 40 detik, intensitas kaku
hampir tidak membentuk lekukan jika di tekan dengan ujung
jari- jari.
Faktor-faktor penyebab Kontraksi Uterus Melemah pada kala II
Persalinan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kontraksi
melemah pada kala II persalinan menurut Chapman (2006).
yaitu:

a. Respon stres. Stres psikologi memilii efek fisik kuat pada


persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin berinteraksi
dengan reseptor beta di dalam otot uterus dan menghambat
kontrkasi, memperlambat persalinan.
b. Faktor Imobilitas. Immobilitas atau posisi terlentang
memiliki berbagai efek samping. Oleh karena itu mobilisasi
umum atau posisi tegak dan sering berganti posisi dapat
membantu kontrkasi yang buruk. Berjalan-jalan setiap 20
menit atau lebih merupakan intervensi sederhana.
51
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,
lendir bercampur darah). Dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat
pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban
baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks seperti
perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan
serviks. (Manuaba, 2010: 169-173)

2.4. Pengaruh Hypnobirthing Dengan Nyeri Persalinan Ibu Inpartu


Dasar pertama dari metode hypnobirthing adalah relaksasi. Relaksasi
merupakan kemampuan untuk melampaui pikiran dengan mencapai sebuah
momen kedamaian dan ketenangan batin. Relaksasi hanya bisa terjadi ketika
pikiran dan tubuh hening; ketika ritme otak berubah dari dari beta ke sebuah
ritme alpha sehingga unsur kimia yang menyebabkan kegelisahan menurun
dan aliran darah ke otot-otot menurun.
Dengan melakukan latihan relaksasi hypnobirthing, ibu hamil dituntun
secara alamiah untuk meningkatkan ketenangan diri dan menanam program
atau sugesti positif selama masa kehamilan sampai proses persalinan.
Dengan demikian ibu hamil mampu menetralisir semua rekaman yang
negatif dipikiran bawah sadarnya mengenai kehamilan dan proses
persalinan, dan kemudian menggantinya dengan program positif.
Relaksasi yang mendalam juga akan membuat ibu hamil bertambah peka
terhadap janinnya. Ia akan mampu berkomunikasi, bahkan kerjasama
dengan janinnya saat hamil mapun saat melahirkan. Hal itu dimungkinkan
karena seperti halnya orang dewasa, janin memiliki tubuh (meski masih
kecil), jiwa ( yang baru memiliki unsur perasaan), dan roh.

52
Oleh karena itu, jika ibu hamil dalam kondisi tenang (alpha), theta, bahkan
delta, janin pun akan merasakan kondisi nyaman dan tenang karena
frekuensi ibu hamil mudah tersambung dengan janinnya. Selain itu, semua
program atau niat positif bisa diterima keduanya dengan baik antara ibu dan
janin. Setiap gerakan janin bisa dipahami ibu. Ibu pun dapat bekerjasama
dengan janinnya, terutama disaat proses persalinan berlangsung sehingga
proses persalinan bisa dilalui dengan tenang, nyaman, dan tanpa rasa sakit.
Kuswandi (2013) mengatakan bahwa hypnobirthing ditujukan untuk
mempersiapkan dan melatih otot-otot yang berperan dalam proses
persalinan secara optimal, meningkatkan kadar hormon endorfin dan
epinefrin dalam tubuh untuk mengurangi, bahkan menghilangkan rasa nyeri
pada saat kontraksi dan persalinan (endorfin/endogenic morphin adalah
neuropeptide yang dihasilkan tubuh saat tenang).

Latihan pernafasan, relaksasi, visualisasi, avirmasi dan pendalaman. Pada


latihan tersebut, dapat mempengaruhi faktor-faktor yang dapat
menyebabkan Kala I lama seperti power, passage, passanger, psikologi dan
penolong. Teknik pernafasan membantu ibu menghemat energi selama fase
penipisan leher rahim selama pembukaan leher rahim. Pernafasan lambat
memaksimalkan gelombang otot-otot vertikal, menyebabkan otot-otot ini
bekerja lebih efisien dalam menarik ke atas otot-otot melingkar bagian
bawah, serta menipiskan dan membuka leher rahim. Bantuan yang diberikan
pada kedua otot ini memperpendek durasi gelombang persalinan.
Hypnobirthing mengajarkan level yang lebih dalam dan relaksasi untuk
mengeliminasi stress serta ketakutan dan kekhawatiran menjelang kelahiran
yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat bersalin.

Penelitian Ardhiyanti (2015) tentang Pengaruh Teknik Relaksasi


Hypnobirthing Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Kala I Persalinan Normal
Pada Primipara di BPM Evi dengan penelitian Quasi Experiment dengan
desain Pretes-Postest with control group. Jumlah sampel sebanyak 36 orang
yaitu 18 orang responden sebagai eksperimen dan 18 orang responden
sebagai kontrol. Prosedur pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling. Pengambilan data menggunakan kuisioner dan
53
analisa data

54
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji T–independent,
menyebutkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi hypnobirthing terhadap
persalinan normal, karena adanya penurunan rasa nyeri kala I persalinan
normal pada primipara setelah di lakukan hypnobirthing. Sebaiknya ibu
hamil dan ibu yang akan bersalin mengikuti kelas ibu hamil yang tidak
hanya berfokus tentang kehamilan tetapi juga tentang hypnobirthing dan
disarankan untuk menggunakan teknik relaksasi hypnobirthing untuk
mengurangi rasa nyeri pada kala I persalinan. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Am J Chin Hypn (2004) menunjukkan bahwa wanita yang mengikuti
kelas ibu relaksasi hypnobirthing mempunyai emosional yang lebih postif
dan tidak mengalami masalah psikologis post partum dibanding wanita yang
tidak mengikuti kelas ibu relaksasi hypnobirthing.

Menurut American Pregnancy Association, tekhnik hypnobirthing memang


bertujuan untuk mempersiapkan seorang ibu melahirkan dan mencoba
mengatasi sejumlah isu mulai dari ketakutan dan kondisi kesehatan yang
berhubungan dengan kahamilan, serta mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit selama persalinan. Metode ini mengajarkan kepada ibu hamil bahwa
dalam ketidak rasa takut/ ketegangan/keadaan medis khusus, rasa nyeri tidak
harus selalu ada dalam proses persalinan.

Ibu hamil juga akan memperoleh pemahaman tentang bagaimana otot saling
bekerja dalam harmoni yang sempurna selama proses persalinan ketika
tubuh ibu hamil cukup rileks dan mempunyai kepercayaan. Perempuan
memang sudah dirancang untuk melahirkan. Oleh karena itu, belajar rileks
adalah langkah positf melatih pikiran ibu hamil untuk menjadi lebih peka
dan mampu dengan tenang mengatasi problem sehingga akan terbebas dari
rasa takut dan belajar menggunakan naluri alami untuk kelahiran yang
tenang dan nyaman (Kuswandi, 2014).

55
Contoh Penelitian Sebelumnya tentang Hypnobirthing

NO. Nama Judul Variabel Metode HASIL


Penelitian
1. INTAN “Pengaruh Variabel Penelitian Hasil analisis bivariat
KUMALA Hypnobirt Independen ini menggunakan SPSS
PUTRI hing Hynobirthin merupakan bahwa rata-rata skor nyeri
terhadap g eksperimen persalinan kelompok yang
Nyeri dg tidak dilakukan
Variable
Persalinan mengunaka hypnobirthing = 7,56
Dependen
pada Ibu n Quasi dengan standar deviasi
Inpartu Nyeri eksperimen (SD) = 1,03, sedangkan
Kala I Persalinan dengan rata- rata skor nyeri
Fase Aktif Ibu Inpartu pendekatan kelompok yang dilakukan
di Klinik Kala I Fase Non- Hypnobirthing = 1,50
Eka Sri Aktif Equivalen dengan standar deviasi
Wahyuni Control (SD) = 0,63. Pengujian
dan Klinik Group dilakukan pada tingkat
Pratama Desain kesalahan sebesar (α) 5%
Tanjung atau 0,05 dan diperoleh ρ
Tahun 0,000 sehingga Ho ditolak
2017” dan H1 diterima.
Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa ρ <
α artinya terdapat
perbedaan tingkat nyeri
persalinan yang nyata
antara kelompok yang
tidak dilakukan
hypnobirthing dengan
kelompok yang dilakukan
hypnobirthing. Artinya ada
pengaruh hypnobirthing
terhadap nyeri persalinan
pada ibu inpartu kala I fase
aktif.
Tabel 4 - Penelitian Pengaruh Hypnobirthing terhadap Nyeri Persalinan

49

Anda mungkin juga menyukai