Disusun Oleh
Chriswia Dwi Rani Pinem
220903072
- Weimer and Vining, (1998:1) berpendapat bahwa analisis kebijakan publik merupakan nasehat
atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi,
tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga
berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya
berdasarkan tujuan kebijakan.
- Walter Williams (1971) berpendapat bahwa konsep analisis kebijakan publik adalah cara untuk
mensintesakan informasi, termasuk hasil penelitian, untuk menghasilkan format keputusan
kebijakan (penentuan pilihan-pillihan alternatif) dan untuk menentukan kebutuhan masa depan
akan informasi yang policy relevant.
- Leslie A. Pal (1987:9) “policy analysis will be defined as the disciplined application of intellect to
public problems.” (Analisis kebijakan didefinisikan sebagai penerapan disiplin ilmu dari kaum
intelektual pada masalah-masalah publik).
- Budi Winarno dalam Dr. Suharno (2013:76) berpendapat bahwa analisis kebijakan
berhubungan dengan penyelidikan dan deskripsi sebab sebab serta konsekuensi konsekuensi
kebijakan publik. Dalam analisis kebijakan kita dapat menganalisis pembentukan, substansi, dan
dampak dari kebijakan kebijakan tertentu, siapa aktor aktor yang terlibat dalam perumusan
kebijakan serta apa dampak dari kebijakan tersebut. Analisis ini juga dilakukan tanpa pretense
untuk menyetujui atau menolak suatu kebijakan. Ada hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
analisis kebijakan publik.
Setelah membaca dan menganalisis definisi analisis kebijakan publik menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, analisis kebijakan publik adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode sebagai bahan pertimbangan dalam mendapatkan informasi yang
relevan untuk membuat suatu kebijakan publik. Nantinya informasi beserta hasil penelitian tersebut
menghasilkan format keputusan kebijakan serta kebijakan kebijakan alternatif yang dapat dimanfaatkan
di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah publik.
2.2 Kebijakan Dunia (Policy World)
- Joseph S. Nye Jr.: Joseph Nye adalah seorang cendekiawan terkenal dalam hubungan
internasional. Ia menciptakan konsep "kekuasaan lunak" (soft power) dan mengemukakan
bahwa kebijakan luar negeri sebuah negara mencakup upaya untuk mencapai tujuan-tujuan
nasional melalui berbagai cara, termasuk diplomasi, budaya, dan nilai-nilai.
- Henry Kissinger: Mantan Menteri Luar Negeri AS ini terkenal karena pandangannya tentang
diplomasi dan kebijakan luar negeri. Baginya, kebijakan dunia melibatkan pengelolaan
hubungan internasional, negosiasi, dan pengaruh geopolitik untuk mencapai kepentingan
nasional.
- Barry Buzan: Buzan adalah seorang ilmuwan politik terkemuka dalam bidang studi keamanan
internasional. Ia berbicara tentang konsep "securitization" dan mengenai bagaimana isu-isu
internasional dapat diangkat ke tingkat kebijakan dunia jika dianggap sebagai ancaman
keamanan.
- Kofi Annan: Mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berbicara tentang
kebijakan global dalam konteks kerja sama internasional dan penyelesaian masalah global.
Menurutnya, kebijakan dunia melibatkan kolaborasi antarnegara untuk mengatasi tantangan
bersama, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik bersenjata.
Setelah membaca dan menganalisis definisi kebijakan dunia menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, kebijakan dunia adalah suatu kebijakan yang melibatkan kolaborasi antarnegara untuk
mengatasi tantangan yang dihadapi bersama, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik
bersenjata melalui berbagai macam cara termasuk diplomasi, budaya, dan nilai-nilai. Kebijakan dunia
merujuk pada tindakan, peraturan, strategi, atau keputusan yang diambil oleh pemerintah suatu negara
atau organisasi internasional yang memiliki dampak dan implikasi yang melibatkan skala global atau
internasional. Kebijakan dunia berkaitan dengan berbagai isu yang mencakup hubungan internasional,
perdagangan internasional, diplomasi, perdamaian dan keamanan internasional, hak asasi manusia,
lingkungan, dan isu-isu internasional lainnya.
2.3 Pengambilan Keputusan
- William R. Dhall (1972) mendefinisikan decision making atau pengambilan keputusan sebagai
pemilihan atas pelbagai macam alternatif.
- Nigro dan Nigro (1980) mengemukakan bahwa pengambilan kebijakan membentuk rangkaian-
rangkaian tindakan yang mengarah ke banyak macam keputusan yang dibuat dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilih.
- Siagian menjelaskan bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu
menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan
data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta
dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga ditemukan
alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari
keputusan yang diambil.
- Kusnadi berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu
alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia, dengan memperhatikan kondisi internal maupun
eksternal yang ada.
Setelah membaca dan menganalisis definisi pengambilan keputusan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pengambilan keputusan adalah serangkaian tindakan yang mengarah pada
menyimpulkan sebuah pilihan dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai
suatu cara pemecahan masalah sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengambilan
keputusan dalam kebijakan publik adalah proses di mana pemerintah atau otoritas publik memilih dan
mengevaluasi berbagai alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah atau isu-isu yang dihadapi oleh
masyarakat atau negara. Ini melibatkan serangkaian langkah dan tahapan untuk merumuskan,
mengevaluasi, dan memutuskan kebijakan mana yang akan diadopsi dan diimplementasikan.
- (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas,
masyarakat eksternal dan internal.
- Caplan (1986) dalam bukunya Balance scorecard menjelasakan istilah “customer” identik
dengan “Citizen” atau Warga Negara, atau “Masyarakat.”
- David Osborne dan Ted Gaebler: Dalam bukunya yang terkenal berjudul "Reinventing
Government," Osborne dan Gaebler mengusulkan pendekatan yang lebih berorientasi pada
pelanggan dalam pemerintahan. Mereka menganggap warga negara sebagai "pelanggan" dari
pemerintah dan menekankan pentingnya pemerintah memberikan layanan yang efisien, efektif,
dan responsif kepada warga negara.
- Laurence O'Toole: O'Toole adalah seorang ahli dalam studi kebijakan publik dan manajemen
kinerja sektor publik. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus memandang masyarakat sebagai
"konsumen" dari kebijakan publik dan harus memastikan bahwa kebijakan tersebut memenuhi
kebutuhan dan harapan mereka.
Setelah membaca dan menganalisis definisi istilah pelanggan dalam kebijakan publik menurut pendapat
para ahli di atas, menurut pendapat saya, istilah pelanggan dalam kebijakan publik memiliki arti
masyarakat heterogen yang kedudukannya sebagai pihak yang menerima serta merasakan kebijakan
atau pelayanan dari pemerintah sehingga pemerintah harus memenuhi kebutuhan dan harapan mereka
dengan memberikan pelayanan yang efisien, efektif, dan responsif. Dalam konteks kebijakan publik,
istilah "pelanggan" atau "customer" biasanya mengacu pada individu atau kelompok yang menerima
layanan atau manfaat dari pemerintah atau organisasi yang menerapkan kebijakan tersebut.
- Islamy (2008:98) Informasi kebijakan adalah pelaksanaan suatu kebijakan memperkirakan atau
yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu untuk dapat memainkan perannya
dengan baik.
- William N. Dunn, Menghasilkan dan mendayagunakan informasi, ialah suatu bagian dari
kegiatan analisis kebijakan yaitu pengumpulan, pengolahan, dan pendayagunaan data agar
menjadi masukan yang berguna bagi para pembuat keputusan.
Setelah membaca dan menganalisis definisi informasi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, informasi kebijakan memuat informasi-informasi bagi para implementor yang
berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan dan mengambil tindakan sehingga implementor
bertindak sesuai peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Informasi kebijakan merujuk
pada data, fakta, analisis, laporan, atau konten lainnya yang berkaitan dengan proses pembuatan
kebijakan publik. Informasi ini digunakan oleh pembuat kebijakan, analis, akademisi, dan masyarakat
umum untuk memahami, merancang, dan mengevaluasi kebijakan. Informasi kebijakan adalah
komponen penting dalam proses pembuatan kebijakan yang berbasis bukti dan bermutu. Dalam
demokrasi, informasi kebijakan juga memainkan peran penting dalam memberikan transparansi kepada
masyarakat dan pemangku kepentingan tentang bagaimana kebijakan dibuat dan diimplementasikan.
- Harold Lasswell: Lasswell, seorang ahli dalam ilmu politik, melihat masalah kebijakan sebagai
"kondisi atau situasi yang dianggap tidak memadai oleh masyarakat untuk mencapai tujuan atau
kebutuhan yang diinginkan."
Setelah membaca dan menganalisis definisi masalah kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, masalah kebijakan merupakan nilai atau isu-isu yang masih perlu perhatian
lebih atau belum terpenuhi sehingga harus diidentifikasi lebih lanjut untuk kemudia diperbaiki dan diatasi
melalui tindakan publik. Masalah kebijakan, secara umum, merujuk pada isu atau permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat atau pemerintah yang memerlukan tindakan atau kebijakan publik untuk
diselesaikan atau diatasi. Masalah kebijakan adalah dasar dari proses pembuatan kebijakan, dan
pemahaman yang baik tentang masalah tersebut sangat penting untuk merumuskan solusi yang efektif.
Pemahaman yang baik tentang masalah kebijakan adalah tahap awal yang penting dalam proses
pembuatan kebijakan. Ini membantu pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi tujuan
kebijakan yang jelas, merumuskan strategi yang sesuai, dan mengukur keberhasilan kebijakan yang
diimplementasikan.
- Anderson, pengetahuan kebijakan adalah pemahaman tentang konsep, prinsip, dan teori yang
terkait dengan kebijakan publik, serta pemahaman tentang proses pembuatan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
- Effendi dalam Syafiie (2006: 106) Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan
tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan serta program publik, sedangkan
pengetahuan dalam kebijakan publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan
untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna
dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja kebijakan.
- Carol Weiss: Carol Weiss, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, mengartikan pengetahuan
kebijakan sebagai "semua data empiris, analisis teoritis, dan evaluasi program yang diperlukan
untuk mendukung pembuatan keputusan kebijakan."
- Nancy C. Roberts: Roberts, seorang peneliti kebijakan, mendefinisikan pengetahuan kebijakan
sebagai "kumpulan pengetahuan yang digunakan oleh pembuat kebijakan untuk membentuk
pemahaman tentang masalah kebijakan, mengembangkan strategi, dan memilih kebijakan yang
tepat.
Setelah membaca dan menganalisis definisi pengetahuan kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pengetahuan kebijakan adalah pemahaman tentang informasi dan pengetahuan
mengenai isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang berguna bagi para eksekutif, legislatif, yudikatif, serta
masyarakat umum dalam proses perumusan kebijakan publik yang juga dapat meningkatkan kinerja
kebijakan. Pengetahuan kebijakan adalah aset penting dalam pembuatan kebijakan yang berbasis bukti
dan bermutu. Ini membantu dalam mengambil keputusan yang lebih baik, merumuskan kebijakan yang
lebih efektif, dan merespons perubahan dalam lingkungan sosial, ekonomi, dan politik dengan lebih baik.
- Parson (1997). Dalam tataran konseptual perumusan kebijakan tidak hanya berisi cetusan
pikiran atau pendapat para pemimpin yang mewakili anggota, tetapi juga berisi opini publik
(publik opinion) dan suara publik (publik voice). Hal ini disebabkan oleh proses pembuatan
kebijakan pada esensinya tidak pernah bebas nilai (value free) sehingga berbagai kepentingan
akan selalu mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.
- Suharno (2010: 52) berpendapat bahwa proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan
yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun demikian, para-
administrator sebuah organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan
kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan resiko
yang diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan (unintended risks).
- Tjokroamidjojo (1976) menegaskan bahwa perumusan kebijakan sebagai alternatif yang terus
menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, dalam memahami proses perumusan kebijakan
kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan.
- Dunn (2000:132), perumusan kebijakan (policy formulation) adalah pengembangan dan sintesis
terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Setelah membaca dan menganalisis definisi proses pembuatan kebijakan menurut pendapat para ahli di
atas, menurut pendapat saya, proses pembuatan kebijakan adalah suatu proses yang rumit dan
kompleks dalam pengembangan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang berorientasi pada
implementasi dan evaluasi.
2.9 Kinerja Kebijakan
- Subarsono (2006: 7-8) Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial,
material dan infrastruktur lainnya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks
sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.
- Shabbir dan Dennis (Nawawi, 2009 :148), Ada 4 kelompok variabel yang mempengaruhi
kinerja dan dampak suatu program, yaitu: 1. Kondisi lingkungan 2. Hubungan antar organisasi
3. Sumber daya organisasi untuk implementasi program 4. Karakteristik dan kemampuan agen
pelaksanaan.
- Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dalam (Subarsono, 2011) menyatakan
paling tidak dijumpai lima variabel yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan kebijakan publik,
yakni: standar dan sasaran kebijakan; sumberdaya; komunikasi antar organisasi dan penguatan
aktivitas; karakteristik agen pelaksana; dan kondisi sosial, ekonomi dan politik.
Setelah membaca dan menganalisis definisi kinerja kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, kinerja kebijakan adalah suatu output dari proses kebijakan terkait pengukuran
pencapaian nilai-nilai dari hasil kebijakan yang dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat
kebijakan tersebut diimplementasikan. Kinerja kebijakan, secara umum, merujuk pada evaluasi dan
pengukuran sejauh mana sebuah kebijakan publik atau program pemerintah telah mencapai tujuan dan
dampak yang diinginkan. Ini melibatkan pengukuran efektivitas, efisiensi, dan dampak sosial, ekonomi,
atau lingkungan dari kebijakan tersebut. Kinerja kebijakan penting karena membantu memastikan bahwa
kebijakan publik efektif dan memberikan manfaat yang diharapkan kepada masyarakat. Evaluasi kinerja
yang baik juga dapat membantu dalam perbaikan berkelanjutan dan pengambilan keputusan yang lebih
baik dalam proses pembuatan kebijakan.
- David Easton: Easton, seorang ilmuwan politik terkenal, mengemukakan bahwa pembuat
kebijakan adalah "aktor-aktor dalam sistem politik yang membuat keputusan-keputusan yang
memengaruhi distribusi nilai dan sumber daya dalam masyarakat.
- Paul Sabatier dan Hank Jenkins-Smith: Kedua peneliti ini mengartikan pembuat kebijakan
sebagai "individu atau kelompok yang memiliki wewenang untuk membuat atau mempengaruhi
kebijakan publik melalui berbagai tindakan, termasuk perumusan kebijakan, perundingan, dan
legislasi."
- Eugene Bardach: Bardach, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, melihat pembuat
kebijakan sebagai "kelompok-kelompok yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
kebijakan, termasuk pejabat pemerintah, legislator, kelompok kepentingan, dan masyarakat
sipil."
Setelah membaca dan menganalisis definisi pembuat kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pembuat kebijakan adalah setiap individu, kelompok, atau entitas yang memiliki
kekuasaan serta wewenang dalam suatu pemerintahan untuk menentukan atau membuat keputusan
mengenai kebijakan publik yang akan ditetapkan. Pembuat kebijakan publik juga disebut sebagai aktor
kebijakan publik. Pembuat kebijakan secara umum, adalah individu, kelompok, atau lembaga yang
memiliki peran dan tanggung jawab dalam merumuskan, mengembangkan, dan mengimplementasikan
kebijakan publik. Mereka bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang memengaruhi
bagaimana pemerintah atau organisasi tertentu beroperasi dan bagaimana kebijakan tersebut
memengaruhi masyarakat atau sektor tertentu. Integritas, etika, dan kompetensi dari pembuat kebijakan
sangat penting dalam menjalankan tugas mereka dengan baik.
- Eugene Bardach: Bardach, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, mengartikan aksi
kebijakan sebagai "tindakan atau langkah konkret yang diambil oleh pemerintah atau entitas lain
untuk mengubah atau memengaruhi kondisi atau situasi yang menjadi sasaran kebijakan."
- Carol Weiss: Weiss, seorang peneliti kebijakan, mendefinisikan aksi kebijakan sebagai
"serangkaian tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah atau aktor lain
untuk mencapai tujuan- tujuan kebijakan tertentu."
- William N. Dunn: Dunn, seorang akademisi dalam bidang administrasi publik, melihat aksi
kebijakan sebagai "tindakan yang diambil oleh pemerintah atau badan-badan pemerintah dalam
merespons atau mengatasi masalah atau isu-isu yang menjadi perhatian kebijakan."
- John W. Kingdon: Kingdon, seorang peneliti dalam bidang perumusan kebijakan,
mengemukakan bahwa aksi kebijakan adalah "serangkaian tindakan yang diambil oleh aktor
politik untuk merancang, menerapkan, atau mengubah kebijakan."
- Paul Cairney: Cairney, seorang profesor dalam bidang kebijakan publik, mengartikan aksi
kebijakan sebagai "upaya konkret yang dilakukan oleh pemerintah atau aktor lain untuk
mengubah perilaku atau kondisi yang menjadi target kebijakan."
Setelah membaca dan menganalisis definisi aksi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, aksi kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh pemerintah sebagai
bentuk merespon dan mengatasi masalah-masalah atau isu-isu yang menjadi perhatian kebijakan
sehingga diharapkan dapat mencapai sasarah kebijakan yang telah ditentukan. Aksi kebijakan, secara
umum, merujuk pada serangkaian tindakan konkret atau langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah
atau organisasi dalam rangka menerapkan, mengimplementasikan, atau melaksanakan sebuah
kebijakan publik yang telah dirumuskan. Aksi kebijakan merupakan tahap pelaksanaan dari sebuah
kebijakan yang telah dirumuskan dan disetujui. Pengelolaan dan monitoring pelaksanaan kebijakan
dengan baik sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan.
- Sholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 25- 27) Hasil akhir kebijakan
(policy outcomes) adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh
masyarakat, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya
tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah
tertentu yang ada dalam masyarakat.
- William N. Dunn: Dunn, seorang ahli dalam bidang administrasi publik, melihat hasil kebijakan
sebagai "konsekuensi atau perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau lingkungan sebagai
akibat dari implementasi kebijakan.”
- Christopher Pollitt: Pollitt, seorang peneliti kebijakan, mengartikan hasil kebijakan sebagai
"perubahan dalam dunia nyata yang dapat diatribusikan kepada kebijakan dan dapat diukur."
- Lester M. Salamon: Salamon, seorang akademisi dalam studi kebijakan publik, melihat hasil
kebijakan sebagai "perubahan-perubahan nyata atau potensial dalam masyarakat atau ekonomi
yang disebabkan oleh implementasi kebijakan."
Setelah membaca dan menganalisis definisi hasil kebijakan menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, hasil kebijakan adalah konsekuensi, akibat, atau dampak yang dihasilkan dari
implementasi sebuah kebijakan yang berupa perubahan nyata dan benar benar dirasakan oleh
masyarakat. Hasil kebijakan merujuk pada dampak atau konsekuensi yang terjadi sebagai akibat dari
implementasi kebijakan tertentu yang diadopsi oleh pemerintah atau otoritas publik. Hasil kebijakan
mencakup berbagai efek, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dari kebijakan tersebut
terhadap masyarakat, ekonomi, lingkungan, dan sektor-sektor lainnya.
- Dunn (2013:291) menjelaskan bahwa, “Peramalan atau forecasting adalah suatu prosedur
untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang
telah ada tentang masalah kebijakan.” Lebih lanjut Dunn (2013:291) menerangkan pula bahwa,
“Tujuan daripada diadakannya peramalan kebijakan adalah untuk memperoleh informasi
mengenai perubahan di masa yang akan datang yang akan mempengaruhi terhadap
implementasi kebijakan serta konsekuensinya.”
- Hill (2005) Masa depan kebijakan (policy future) adalah konsekuensi dari serangkaian tindakan
untuk pencapaian nilai nilai.
- Peter Drucker: Peter Drucker, seorang ahli manajemen terkemuka, menyatakan bahwa "masa
depan tidak dapat diramalkan, tetapi dapat diciptakan." Dalam konteks kebijakan, ini mengacu
pada ide bahwa masa depan kebijakan dapat dibentuk melalui perencanaan, pengambilan
keputusan yang bijaksana, dan tindakan strategis.
Setelah membaca dan menganalisis definisi masa depan kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, masa depan kebijakan adalah suatu prosedur yang memuat informasi factual
dan pengetahuan yang relevan tentang situasi sosial di masa mendatang berdasarkan informasi-
informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan. Diperlukan strategi, perencanaan, dan adaptasi
kebijakan yang matang untuk menghadapi ketidakpastian serta perubahan dalam lingkungan sosial,
politik, dan ekonomi.
2.14 Prosedur Analisis Kebijakan
2. Peramalan
Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang
dari penerapan alternatif kebijakan. Peramalan atau forecasting adalah prosedur untuk
membuat informasi aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang
telah ada tentang masalah kebijakan.
3. Rekomendasi
Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari
konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah. Tugas membuat rekomendasi
kebijakan mengharuskan analisis kebijakan menentukan alternatif yang terbaik dan
mengapa. Karenanya prosedur analisis kebijakan berkaitan dengan masalah etika dan
moral. Dalam rekomendasi kebijakan terdapat enam kriteria utama, yaitu efektifitas,
efisiensi, kecukupan, perataan (equity), responsivitas, dan kelayakan.
4. Pemantauan
Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa
lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan. Pemantauan atau monitoring merupakan
prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat kebijakan publik. Pemantauan, setidaknya memainkan empat fungsi dalam analisis
kebijakan, yaitu eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan dan kepatuhan (compliance).
5. Evaluasi
Evaluasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi
pemecahan atau pengatasan masalah. Jika pemantauan menekankan pada pembentukan
premis-premis faktual mengenai kebijakan publik, evaluasi menekankan pada penciptaan
premis-premis nilai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan “Apa perbedaan yang
dibuat?”.
Setelah membaca dan menganalisis mengenai prosedur analisis kebijakan menurut pendapat para ahli
di atas, menurut pendapat saya, prosedur analisis kebijakan merupakan suatu proses di mana kebijakan
tersebut diimplementasikan sesuai prosedurnya sesuai dengan situasi permasalahan yang ada di
lapangan. Lima prosedur umum yang lazim digunakan dalam pemecahan masalah ialah perumusan
masalah (definisi), peramalan (prediksi), rekomendasi (preskripsi), pemantau (deskripsi), dan evaluasi.
- Weimer dan Vining menjelaskan tentang adopsi atau rekomendasi penerapan kebijakan adalah
“Political feasibility specifically refert to the feacibility of adoption of the policy, not to whether,
citizen, and more pertinently, voters, will accept the policy once it has been adopted.” (Kelayakan
politik secara khusus mengacu pada kelayakan adopsi kebijakan, bukan apakah, warga negara,
dan yang lebih relevan, pemilih, akan menerima kebijakan setelah diadopsi).
- William N. Dunn (2004) Adopsi kebijakan merupakan proses pembentukan kebijakan yang
terdiri dari rangkaian aksi menentukan pilihan formulasi kebijakan yang tepat untuk digunakan
dalam penyelesaian suatu masalah publik. Rangkaian aksi ini nantinya yang akan menghasilkan
suatu rekomendasi kebijakan.
- William N. Dunn Adopsi kebijakan memiliki karakteristik berupa alternatif kebijakan yang
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus di antara direktur lembaga,
atau keputusan peradilan.
- Charles E. Lindblom: Menurut Lindblom, adopsi kebijakan adalah hasil dari proses kebijakan
yang berkelanjutan. Ini melibatkan serangkaian langkah, seperti perumusan ide kebijakan,
perdebatan, dan pengambilan keputusan oleh pemerintah atau organisasi yang bersangkutan.
- David Easton: Easton menggambarkan adopsi kebijakan sebagai bagian dari siklus kebijakan
yang lebih besar, yang mencakup perumusan, adopsi, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Adopsi kebijakan adalah langkah di mana kebijakan resmi diterima dan direalisasikan oleh
pemerintah atau organisasi.
Setelah membaca dan menganalisis definisi adopsi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, adopsi kebijakan adalah proses pembentukan kebijakan yang terdiri dari
pengambilan atau penentuan keputusan mengenai formulasi kebijakan yang tepat untuk ditetapkan
menjadi kebijakan yang nantinya akan digunakan untuk penyelesaian suatu masalah publik. Adopsi
kebijakan umumnya merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
serta aspek hukum, politik, dan administratif. Tujuannya adalah untuk mengatur perilaku dan mencapai
tujuan tertentu dalam konteks tertentu, seperti pemerintah yang mengadopsi kebijakan untuk
meningkatkan pelayanan publik atau perusahaan yang mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan etika
bisnisnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan publik merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar, terarah, dan
dapat diukur yang dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan para pihak lain yang berkepentingan dalam
bidang-bidang tertentu yang juga mengarah pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kebijakan publik merupakan satu landasan penting dalam tata kelola pemerintahan. Kebijakan publik
secara umum mengacu pada kebijakan-kebijakan yang dibuat, diimplementasikan, dan dikelola oleh
pemerintah atau otoritas publik untuk mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat
atau negara. Kebijakan publik dapat mencakup berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan,
kesehatan, lingkungan, keamanan, dan banyak lagi
Analisis kebijakan publik adalah proses yang sistematis untuk memahami, mengevaluasi, dan
merumuskan kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah atau otoritas publik. Tujuan dari analisis
kebijakan adalah untuk membantu pengambil keputusan, seperti pejabat pemerintah atau legislator,
dalam memahami implikasi, efek, dan konsekuensi dari kebijakan tertentu sebelum diimplementasikan
atau direvisi. Analisis kebijakan publik adalah alat penting dalam mengambil keputusan yang baik dan
informasi yang akurat dalam mengembangkan dan mengelola kebijakan yang efektif dan berkelanjutan.
Proses ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu politik, ekonomi, sosiologi, dan lainnya, serta
melibatkan kolaborasi antara para ahli dan pemangku kepentingan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, A. C., & Guntur, M. (2019). Analisis Kebijakan Publik. Makassar: Publisher UNM.
Widodo, J. (2021). Analisis kebijakan publik: Konsep dan aplikasi analisis proses kebijakan publik. Media
Nusa Creative (MNC Publishing).
Anwar, H. (2014). Proses pengambilan keputusan untuk mengembangkan mutu madrasah. Nadwa:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 37-56.
Risnawan, W. (2017). Fungsi Birokrasi dalam Efektivitas Pelayanan Publik. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara, 4(1), 511-518.
Agustian, Maulani (2019) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. SOEKARDJO TASIKMALAYA TAHUN 2019. Sarjana thesis, Universitas
Siliwangi.
Nurul Fatmita Putri, 1016041067 (2015) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA METRO
DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) BERBASIS PEDAGANG, KETERTIBAN DAN
KEINDAHAN. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.
Laniari, M. (2015). Pelaksanaan Pengelolaan Kebijakan Alokasi Dana Nagori (ADN) Dalam
Meningkatkan Pembangunan Nagori di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep umum pelaksanaan kebijakan publik. Jurnal Publik:
Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Administrasi Negara, 11(1), 1-12.
Mansur, J. (2021). Implementasi Konsep Pelaksanaan Kebijakan Dalam Publik. At-Tawassuth: Jurnal
Ekonomi Islam, 6(2), 324-334.
weborganisasi.jogjakota.go.id. PERAN dan POSISI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK.
Jatmiko, Ageng Purwo and Suharno, Suharno (2012) KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN PURWOREJO DALAM PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA SEBAGAI
KEARIFAN LOKAL. S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
Namudat, H., Karlina, N., & Rusli, B. (2018). Analisis Kebijakan Pengamanan Objek Vital Di Pt Freeport
Indonesia. Responsive, 1(2), 39-44.
Iswahyudi, F., Darwin, M., Hadna, A. H., & Kutanegara, P. M. (2020). Kontekstualisasi Adopsi Kebijakan:
Studi Kasus Kebijakan Pengendalian Covid-19 di Korea Selatan. Jurnal Borneo
Administrator, 16(2), 117-136.
Rusdiani, A. (2017). Implementasi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Dosen (Studi Dampak
Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Dosen PAI Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen PAI Di
Perguruan Tinggi Umum Se Bandar Lampung) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Sudirman, I. (2021). Analisis Proses Pembentukan Kebijakan Publik: Studi Kasus Program Beasiswa
Karawang Cerdas Tahun 2020. Epistemik: Indonesian Journal of Social and Political
Science, 2(1), 1-12.
Dunn, William N. (1998). Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: GAJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.