Anda di halaman 1dari 20

PAPER

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen Pengampu: Dr. R. Sally Marisa Sihombing S.I.P., M.Si.

Disusun Oleh
Chriswia Dwi Rani Pinem
220903072

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan publik bisa dikatakan sebagai suatu ilmu terapan (Freeman, 2006). Secara umum,
kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar,
terarah, dan dapat diukur yang dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan para pihak lain yang
berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang juga mengarah pada tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Agar kebijakan publik dapat berjalan efektif, diperlukan sosialisasi,
pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan.
(William N. Dunn dalam bukunya “Pengantar Analisis Kebijakan Publik”) Analisis kebijakan
adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam
menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan, analisis kebijakan publik berfungsi
meneliti sebab, akibat, kinerja kebijakan dan program publik dari suatu masalah yang ada.
Pengetahuan tentang kebijakan dikaitkan dengan pengetahuan dalam proses kebijakan, anggota
anggota badan eksekutif, legislative, dan yudikatif, bersamaan dengan warga negara yang juga
memiliki peranan dalam pengambilan keputusan keputusan publik. Hasil hasil dari analisis kebijakan
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembuatan kebijakan dan kinerjanya. Karena
efektivitas pembuatan kebijakan tergantung pada akses terhadap pengetahuan yang tersedia,
komunikasi dan penggunaan analisis kebijakan publik menjadi sangat penting dalam praktik dan teori
pembuatan kebijakan publik.
Dalam prosedur analisis kebijakan, peranan prosedur sendiri adalah untuk menghasilkan
informasi yang relevan mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijkaan, aksi kebijakan, hasil
kebijakan, dan kinerja kebijakan. Metodologi analisis kebijakan menggunakan lima prosedur umum,
yaitu: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan, prosedur
prosedur tersebut mempunyai nama khusus; perumusan masalah (definisi), peramalan (prediksi),
rekomendasi (preskripsi), pemantauan (deskripsi), dan evaluasi. Kelima prosedur analisis kebijakan
tersebut sebagai alat untuk menggambarkan keterkaitan antara metode metode dan teknik teknik
analisis kebijakan yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan analisis kebijakan publik?
2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dunia (policy world)?
3. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
4. Apa yang dimaksud dengan istilah pelanggan dalam kebijakan publik?
5. Apa yang dimaksud dengan informasi kebijakan?
6. Apa yang dimaksud dengan masalah kebijakan?
7. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan kebijakan?
8. Apa yang dimaksud dengan proses pembuatan kebijakan?
9. Apa yang dimaksud dengan kinerja kebijakan?
10. Apa yang dimaksud dengan pembuat kebijakan?
11. Apa yang dimaksud dengan aksi kebijakan?
12. Apa yang dimaksud dengan hasil kebijakan?
13. Apa yang dimaksud dengan masa depan kebijakan?
14. Apa yang dimaksud dengan prosedur analisis kebijakan?
15. Apa yang dimaksud dengan adopsi kebijakan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui definisi dari bahasa analisis kebijakan
publik, yang terdiri dari: analisis kebijakan publik, kebijakan dunia, pengambilan keputusan, istilah
pelanggan dalam kebijakan publik, informasi kebijakan, masalah kebijakan, pengetahuan kebijakan,
proses pembuatan kebijakan, kinerja kebijakan, pembuat kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan,
masa depan kebijakan, prosedur analisis kebijakan, dan adopsi kebijakan menurut pendapat para
ahli berdasarkan 5 referensi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Kebijakan Publik

Referensi pendapat ahli tentang Analisis Kebijakan Publik


- William N. Dunn (2000) berpendapat bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat
dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

- Weimer and Vining, (1998:1) berpendapat bahwa analisis kebijakan publik merupakan nasehat
atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi,
tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga
berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya
berdasarkan tujuan kebijakan.

- Walter Williams (1971) berpendapat bahwa konsep analisis kebijakan publik adalah cara untuk
mensintesakan informasi, termasuk hasil penelitian, untuk menghasilkan format keputusan
kebijakan (penentuan pilihan-pillihan alternatif) dan untuk menentukan kebutuhan masa depan
akan informasi yang policy relevant.

- Leslie A. Pal (1987:9) “policy analysis will be defined as the disciplined application of intellect to
public problems.” (Analisis kebijakan didefinisikan sebagai penerapan disiplin ilmu dari kaum
intelektual pada masalah-masalah publik).

- Budi Winarno dalam Dr. Suharno (2013:76) berpendapat bahwa analisis kebijakan
berhubungan dengan penyelidikan dan deskripsi sebab sebab serta konsekuensi konsekuensi
kebijakan publik. Dalam analisis kebijakan kita dapat menganalisis pembentukan, substansi, dan
dampak dari kebijakan kebijakan tertentu, siapa aktor aktor yang terlibat dalam perumusan
kebijakan serta apa dampak dari kebijakan tersebut. Analisis ini juga dilakukan tanpa pretense
untuk menyetujui atau menolak suatu kebijakan. Ada hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
analisis kebijakan publik.

Setelah membaca dan menganalisis definisi analisis kebijakan publik menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, analisis kebijakan publik adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode sebagai bahan pertimbangan dalam mendapatkan informasi yang
relevan untuk membuat suatu kebijakan publik. Nantinya informasi beserta hasil penelitian tersebut
menghasilkan format keputusan kebijakan serta kebijakan kebijakan alternatif yang dapat dimanfaatkan
di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah publik.
2.2 Kebijakan Dunia (Policy World)

Referensi pendapat ahli tentang Kebijakan Dunia (Policy World)


- Noam Chomsky: Chomsky, seorang intelektual terkenal dalam bidang ilmu politik, sering
berbicara tentang kebijakan luar negeri AS. Menurutnya, kebijakan dunia seringkali
mencerminkan kepentingan kekuatan besar dan korporasi multinasional, dan seringkali
berdampak negatif pada negara-negara kecil dan masyarakat global.

- Joseph S. Nye Jr.: Joseph Nye adalah seorang cendekiawan terkenal dalam hubungan
internasional. Ia menciptakan konsep "kekuasaan lunak" (soft power) dan mengemukakan
bahwa kebijakan luar negeri sebuah negara mencakup upaya untuk mencapai tujuan-tujuan
nasional melalui berbagai cara, termasuk diplomasi, budaya, dan nilai-nilai.

- Henry Kissinger: Mantan Menteri Luar Negeri AS ini terkenal karena pandangannya tentang
diplomasi dan kebijakan luar negeri. Baginya, kebijakan dunia melibatkan pengelolaan
hubungan internasional, negosiasi, dan pengaruh geopolitik untuk mencapai kepentingan
nasional.

- Barry Buzan: Buzan adalah seorang ilmuwan politik terkemuka dalam bidang studi keamanan
internasional. Ia berbicara tentang konsep "securitization" dan mengenai bagaimana isu-isu
internasional dapat diangkat ke tingkat kebijakan dunia jika dianggap sebagai ancaman
keamanan.

- Kofi Annan: Mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berbicara tentang
kebijakan global dalam konteks kerja sama internasional dan penyelesaian masalah global.
Menurutnya, kebijakan dunia melibatkan kolaborasi antarnegara untuk mengatasi tantangan
bersama, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik bersenjata.

Setelah membaca dan menganalisis definisi kebijakan dunia menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, kebijakan dunia adalah suatu kebijakan yang melibatkan kolaborasi antarnegara untuk
mengatasi tantangan yang dihadapi bersama, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik
bersenjata melalui berbagai macam cara termasuk diplomasi, budaya, dan nilai-nilai. Kebijakan dunia
merujuk pada tindakan, peraturan, strategi, atau keputusan yang diambil oleh pemerintah suatu negara
atau organisasi internasional yang memiliki dampak dan implikasi yang melibatkan skala global atau
internasional. Kebijakan dunia berkaitan dengan berbagai isu yang mencakup hubungan internasional,
perdagangan internasional, diplomasi, perdamaian dan keamanan internasional, hak asasi manusia,
lingkungan, dan isu-isu internasional lainnya.
2.3 Pengambilan Keputusan

Referensi pendapat ahli tentang Pengambilan Keputusan


- Tjokroamidjojo (1976) menegaskan bahwa pengambilan keputusan adalah situasi apabila
pemilihan alternatif itu sekali dilakukan dan selesai.

- William R. Dhall (1972) mendefinisikan decision making atau pengambilan keputusan sebagai
pemilihan atas pelbagai macam alternatif.

- Nigro dan Nigro (1980) mengemukakan bahwa pengambilan kebijakan membentuk rangkaian-
rangkaian tindakan yang mengarah ke banyak macam keputusan yang dibuat dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilih.

- Steiner berpendapat bahwa pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu proses


manusiawi yang didasari dan mencakup baik fenomena individu maupun sosial, didasarkan
pada premis nilai dan fakta, menyimpulkan sebuah pilihan dari antar alternatif dengan maksud
bergerak menuju suatu situasi yang diinginkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.

- Steers mengemukakan bahwa “decision making is a process of selecting among available


alternatives”. (Pengambilan keputusan menyangkut pilihan dari berbagai macam alternatif yang
ada dalam organisasi).

- Koontz mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan seleksi berbagai alternatif


tindakan yang akan ditempuh merupakan inti perencanaan.

- William mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan sebagai seleksi berbagai alternatif


kegiatan yang diusulkan untuk memecahkan masalah.

- Siagian menjelaskan bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu
menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan
data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta
dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga ditemukan
alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari
keputusan yang diambil.

- Kusnadi berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu
alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia, dengan memperhatikan kondisi internal maupun
eksternal yang ada.

Setelah membaca dan menganalisis definisi pengambilan keputusan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pengambilan keputusan adalah serangkaian tindakan yang mengarah pada
menyimpulkan sebuah pilihan dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai
suatu cara pemecahan masalah sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengambilan
keputusan dalam kebijakan publik adalah proses di mana pemerintah atau otoritas publik memilih dan
mengevaluasi berbagai alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah atau isu-isu yang dihadapi oleh
masyarakat atau negara. Ini melibatkan serangkaian langkah dan tahapan untuk merumuskan,
mengevaluasi, dan memutuskan kebijakan mana yang akan diadopsi dan diimplementasikan.

2.4 Istilah Pelanggan dalam Kebijakan Publik

Referensi pendapat ahli tentang istilah Pelanggan dalam Kebijakan Publik


- A.S. Moenir (1985:8) Masyarakat sebagai pelanggan; dalam pelayanan publik masyarakat
sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.

- (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas,
masyarakat eksternal dan internal.

- Caplan (1986) dalam bukunya Balance scorecard menjelasakan istilah “customer” identik
dengan “Citizen” atau Warga Negara, atau “Masyarakat.”

- David Osborne dan Ted Gaebler: Dalam bukunya yang terkenal berjudul "Reinventing
Government," Osborne dan Gaebler mengusulkan pendekatan yang lebih berorientasi pada
pelanggan dalam pemerintahan. Mereka menganggap warga negara sebagai "pelanggan" dari
pemerintah dan menekankan pentingnya pemerintah memberikan layanan yang efisien, efektif,
dan responsif kepada warga negara.

- Laurence O'Toole: O'Toole adalah seorang ahli dalam studi kebijakan publik dan manajemen
kinerja sektor publik. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus memandang masyarakat sebagai
"konsumen" dari kebijakan publik dan harus memastikan bahwa kebijakan tersebut memenuhi
kebutuhan dan harapan mereka.

Setelah membaca dan menganalisis definisi istilah pelanggan dalam kebijakan publik menurut pendapat
para ahli di atas, menurut pendapat saya, istilah pelanggan dalam kebijakan publik memiliki arti
masyarakat heterogen yang kedudukannya sebagai pihak yang menerima serta merasakan kebijakan
atau pelayanan dari pemerintah sehingga pemerintah harus memenuhi kebutuhan dan harapan mereka
dengan memberikan pelayanan yang efisien, efektif, dan responsif. Dalam konteks kebijakan publik,
istilah "pelanggan" atau "customer" biasanya mengacu pada individu atau kelompok yang menerima
layanan atau manfaat dari pemerintah atau organisasi yang menerapkan kebijakan tersebut.

2.5 Informasi Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Informasi Kebijakan


- George C. Edward III (1980) Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai
dua bentuk yaitu: a) Informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.
Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah
untuk melakukan tindakan. b) Informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksanan
terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor harus
mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh
terhadap hukum.

- Islamy (2008:98) Informasi kebijakan adalah pelaksanaan suatu kebijakan memperkirakan atau
yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu untuk dapat memainkan perannya
dengan baik.

- Edward III dalam Agustino (2006:158-159) Dalam implementasi kebijakan, informasi


mempunyai dua bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan
dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

- William N. Dunn, Menghasilkan dan mendayagunakan informasi, ialah suatu bagian dari
kegiatan analisis kebijakan yaitu pengumpulan, pengolahan, dan pendayagunaan data agar
menjadi masukan yang berguna bagi para pembuat keputusan.

- Michael M. Weinstein: Weinstein, seorang peneliti kebijakan, menggambarkan informasi


kebijakan sebagai "fakta dan data yang diperlukan untuk merumuskan, menerapkan, dan
mengevaluasi kebijakan publik."

Setelah membaca dan menganalisis definisi informasi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, informasi kebijakan memuat informasi-informasi bagi para implementor yang
berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan dan mengambil tindakan sehingga implementor
bertindak sesuai peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Informasi kebijakan merujuk
pada data, fakta, analisis, laporan, atau konten lainnya yang berkaitan dengan proses pembuatan
kebijakan publik. Informasi ini digunakan oleh pembuat kebijakan, analis, akademisi, dan masyarakat
umum untuk memahami, merancang, dan mengevaluasi kebijakan. Informasi kebijakan adalah
komponen penting dalam proses pembuatan kebijakan yang berbasis bukti dan bermutu. Dalam
demokrasi, informasi kebijakan juga memainkan peran penting dalam memberikan transparansi kepada
masyarakat dan pemangku kepentingan tentang bagaimana kebijakan dibuat dan diimplementasikan.

2.6 Masalah Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Masalah Kebijakan


- Hill (2005) Masalah kebijakan (policy problems) adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang
belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian diperbaiki atau dicapai melalui
tindakan publik.

- Robert L. Basmajian: Menurut Basmajian, masalah kebijakan adalah "ketidaksesuaian antara


apa yang diharapkan dan apa yang terjadi di masyarakat."

- Charles E. Lindblom: Lindblom mengemukakan bahwa masalah kebijakan adalah "perasaan


ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada dalam masyarakat, dan perasaan bahwa sesuatu
harus dilakukan untuk mengatasinya."
- John W. Kingdon: Kingdon mendefinisikan masalah kebijakan sebagai "isu-isu yang
dipersepsikan oleh orang-orang dalam pemerintah, masyarakat, atau kelompok kepentingan
sebagai isu yang perlu diberikan perhatian."

- James Anderson: Anderson mengartikan masalah kebijakan sebagai "ketidaksesuaian antara


kondisi yang diharapkan dan yang ada, yang dianggap memerlukan perhatian oleh pembuat
kebijakan."

- Harold Lasswell: Lasswell, seorang ahli dalam ilmu politik, melihat masalah kebijakan sebagai
"kondisi atau situasi yang dianggap tidak memadai oleh masyarakat untuk mencapai tujuan atau
kebutuhan yang diinginkan."

Setelah membaca dan menganalisis definisi masalah kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, masalah kebijakan merupakan nilai atau isu-isu yang masih perlu perhatian
lebih atau belum terpenuhi sehingga harus diidentifikasi lebih lanjut untuk kemudia diperbaiki dan diatasi
melalui tindakan publik. Masalah kebijakan, secara umum, merujuk pada isu atau permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat atau pemerintah yang memerlukan tindakan atau kebijakan publik untuk
diselesaikan atau diatasi. Masalah kebijakan adalah dasar dari proses pembuatan kebijakan, dan
pemahaman yang baik tentang masalah tersebut sangat penting untuk merumuskan solusi yang efektif.
Pemahaman yang baik tentang masalah kebijakan adalah tahap awal yang penting dalam proses
pembuatan kebijakan. Ini membantu pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi tujuan
kebijakan yang jelas, merumuskan strategi yang sesuai, dan mengukur keberhasilan kebijakan yang
diimplementasikan.

2.7 Pengetahuan Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Pengetahuan Kebijakan


- Leo Agustino, pengetahuan kebijakan adalah pemahaman tentang konsep, prinsip, dan teori
yang terkait dengan kebijakan publik, serta pemahaman tentang isu-isu sosial, politik, dan
ekonomi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan publik.

- Anderson, pengetahuan kebijakan adalah pemahaman tentang konsep, prinsip, dan teori yang
terkait dengan kebijakan publik, serta pemahaman tentang proses pembuatan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

- Effendi dalam Syafiie (2006: 106) Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan
tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan serta program publik, sedangkan
pengetahuan dalam kebijakan publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan
untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna
dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja kebijakan.

- Carol Weiss: Carol Weiss, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, mengartikan pengetahuan
kebijakan sebagai "semua data empiris, analisis teoritis, dan evaluasi program yang diperlukan
untuk mendukung pembuatan keputusan kebijakan."
- Nancy C. Roberts: Roberts, seorang peneliti kebijakan, mendefinisikan pengetahuan kebijakan
sebagai "kumpulan pengetahuan yang digunakan oleh pembuat kebijakan untuk membentuk
pemahaman tentang masalah kebijakan, mengembangkan strategi, dan memilih kebijakan yang
tepat.

Setelah membaca dan menganalisis definisi pengetahuan kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pengetahuan kebijakan adalah pemahaman tentang informasi dan pengetahuan
mengenai isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang berguna bagi para eksekutif, legislatif, yudikatif, serta
masyarakat umum dalam proses perumusan kebijakan publik yang juga dapat meningkatkan kinerja
kebijakan. Pengetahuan kebijakan adalah aset penting dalam pembuatan kebijakan yang berbasis bukti
dan bermutu. Ini membantu dalam mengambil keputusan yang lebih baik, merumuskan kebijakan yang
lebih efektif, dan merespons perubahan dalam lingkungan sosial, ekonomi, dan politik dengan lebih baik.

2.8 Proses Pembuatan Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Proses Pembuatan Kebijakan


- Putra (2001). Perumusan kebijakan publik yang baik adalah perumusan yang berorientasi pada
implementasi dan evaluasi, sebab seringkali para pengambil kebijakan beranggapan bahwa
perumusan kebijakan publik yang baik adalah sebuah konseptual yang sarat dengan pesan-
pesan ideal dan normatif, namun tidak membumi.

- Parson (1997). Dalam tataran konseptual perumusan kebijakan tidak hanya berisi cetusan
pikiran atau pendapat para pemimpin yang mewakili anggota, tetapi juga berisi opini publik
(publik opinion) dan suara publik (publik voice). Hal ini disebabkan oleh proses pembuatan
kebijakan pada esensinya tidak pernah bebas nilai (value free) sehingga berbagai kepentingan
akan selalu mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.

- Suharno (2010: 52) berpendapat bahwa proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan
yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun demikian, para-
administrator sebuah organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan
kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan resiko
yang diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan (unintended risks).

- Tjokroamidjojo (1976) menegaskan bahwa perumusan kebijakan sebagai alternatif yang terus
menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, dalam memahami proses perumusan kebijakan
kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan.

- Dunn (2000:132), perumusan kebijakan (policy formulation) adalah pengembangan dan sintesis
terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah.

Setelah membaca dan menganalisis definisi proses pembuatan kebijakan menurut pendapat para ahli di
atas, menurut pendapat saya, proses pembuatan kebijakan adalah suatu proses yang rumit dan
kompleks dalam pengembangan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang berorientasi pada
implementasi dan evaluasi.
2.9 Kinerja Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Kinerja Kebijakan


- Hill (2005) Kinerja kebijakan (policy performance) adalah derajat pencapaian nilai nilai dari hasil
kebijakan.

- Subarsono (2006: 7-8) Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial,
material dan infrastruktur lainnya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks
sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.

- Shabbir dan Dennis (Nawawi, 2009 :148), Ada 4 kelompok variabel yang mempengaruhi
kinerja dan dampak suatu program, yaitu: 1. Kondisi lingkungan 2. Hubungan antar organisasi
3. Sumber daya organisasi untuk implementasi program 4. Karakteristik dan kemampuan agen
pelaksanaan.

- Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dalam (Subarsono, 2011) menyatakan
paling tidak dijumpai lima variabel yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan kebijakan publik,
yakni: standar dan sasaran kebijakan; sumberdaya; komunikasi antar organisasi dan penguatan
aktivitas; karakteristik agen pelaksana; dan kondisi sosial, ekonomi dan politik.

- Wahyudi (2016) Kinerja kebijakan merupakan output dari proses kebijakan.

- Christiyanto S. (2016) Kinerja kebijakan personal membangun konsensus dalam bekerja


dengan menemukan kondisi win-win solution pada setiap permasalahan.

Setelah membaca dan menganalisis definisi kinerja kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, kinerja kebijakan adalah suatu output dari proses kebijakan terkait pengukuran
pencapaian nilai-nilai dari hasil kebijakan yang dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat
kebijakan tersebut diimplementasikan. Kinerja kebijakan, secara umum, merujuk pada evaluasi dan
pengukuran sejauh mana sebuah kebijakan publik atau program pemerintah telah mencapai tujuan dan
dampak yang diinginkan. Ini melibatkan pengukuran efektivitas, efisiensi, dan dampak sosial, ekonomi,
atau lingkungan dari kebijakan tersebut. Kinerja kebijakan penting karena membantu memastikan bahwa
kebijakan publik efektif dan memberikan manfaat yang diharapkan kepada masyarakat. Evaluasi kinerja
yang baik juga dapat membantu dalam perbaikan berkelanjutan dan pengambilan keputusan yang lebih
baik dalam proses pembuatan kebijakan.

2.10 Pembuat Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Pembuat Kebijakan


- Theodore J. Lowi: Lowi, seorang ilmuwan politik, mengartikan pembuat kebijakan sebagai
"setiap individu atau entitas yang memiliki kekuasaan untuk menentukan atau mempengaruhi
distribusi nilai dan sumber daya dalam masyarakat."
- B. Guy Peters: Peters, seorang ahli dalam studi administrasi publik, melihat pembuat kebijakan
sebagai "individu atau kelompok yang berpartisipasi dalam proses kebijakan publik dan memiliki
otoritas untuk merumuskan atau memengaruhi kebijakan tersebut."

- David Easton: Easton, seorang ilmuwan politik terkenal, mengemukakan bahwa pembuat
kebijakan adalah "aktor-aktor dalam sistem politik yang membuat keputusan-keputusan yang
memengaruhi distribusi nilai dan sumber daya dalam masyarakat.

- Paul Sabatier dan Hank Jenkins-Smith: Kedua peneliti ini mengartikan pembuat kebijakan
sebagai "individu atau kelompok yang memiliki wewenang untuk membuat atau mempengaruhi
kebijakan publik melalui berbagai tindakan, termasuk perumusan kebijakan, perundingan, dan
legislasi."

- Eugene Bardach: Bardach, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, melihat pembuat
kebijakan sebagai "kelompok-kelompok yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
kebijakan, termasuk pejabat pemerintah, legislator, kelompok kepentingan, dan masyarakat
sipil."

Setelah membaca dan menganalisis definisi pembuat kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, pembuat kebijakan adalah setiap individu, kelompok, atau entitas yang memiliki
kekuasaan serta wewenang dalam suatu pemerintahan untuk menentukan atau membuat keputusan
mengenai kebijakan publik yang akan ditetapkan. Pembuat kebijakan publik juga disebut sebagai aktor
kebijakan publik. Pembuat kebijakan secara umum, adalah individu, kelompok, atau lembaga yang
memiliki peran dan tanggung jawab dalam merumuskan, mengembangkan, dan mengimplementasikan
kebijakan publik. Mereka bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang memengaruhi
bagaimana pemerintah atau organisasi tertentu beroperasi dan bagaimana kebijakan tersebut
memengaruhi masyarakat atau sektor tertentu. Integritas, etika, dan kompetensi dari pembuat kebijakan
sangat penting dalam menjalankan tugas mereka dengan baik.

2.11 Aksi Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Aksi Kebijakan


- Hill (2005) aksi kebijakan (policy action) adalah serangkaian tindakan yang dituntun oleh
alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai masa depan yang bernilai.

- Eugene Bardach: Bardach, seorang ahli dalam studi kebijakan publik, mengartikan aksi
kebijakan sebagai "tindakan atau langkah konkret yang diambil oleh pemerintah atau entitas lain
untuk mengubah atau memengaruhi kondisi atau situasi yang menjadi sasaran kebijakan."

- Carol Weiss: Weiss, seorang peneliti kebijakan, mendefinisikan aksi kebijakan sebagai
"serangkaian tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah atau aktor lain
untuk mencapai tujuan- tujuan kebijakan tertentu."
- William N. Dunn: Dunn, seorang akademisi dalam bidang administrasi publik, melihat aksi
kebijakan sebagai "tindakan yang diambil oleh pemerintah atau badan-badan pemerintah dalam
merespons atau mengatasi masalah atau isu-isu yang menjadi perhatian kebijakan."
- John W. Kingdon: Kingdon, seorang peneliti dalam bidang perumusan kebijakan,
mengemukakan bahwa aksi kebijakan adalah "serangkaian tindakan yang diambil oleh aktor
politik untuk merancang, menerapkan, atau mengubah kebijakan."

- Paul Cairney: Cairney, seorang profesor dalam bidang kebijakan publik, mengartikan aksi
kebijakan sebagai "upaya konkret yang dilakukan oleh pemerintah atau aktor lain untuk
mengubah perilaku atau kondisi yang menjadi target kebijakan."

Setelah membaca dan menganalisis definisi aksi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, aksi kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh pemerintah sebagai
bentuk merespon dan mengatasi masalah-masalah atau isu-isu yang menjadi perhatian kebijakan
sehingga diharapkan dapat mencapai sasarah kebijakan yang telah ditentukan. Aksi kebijakan, secara
umum, merujuk pada serangkaian tindakan konkret atau langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah
atau organisasi dalam rangka menerapkan, mengimplementasikan, atau melaksanakan sebuah
kebijakan publik yang telah dirumuskan. Aksi kebijakan merupakan tahap pelaksanaan dari sebuah
kebijakan yang telah dirumuskan dan disetujui. Pengelolaan dan monitoring pelaksanaan kebijakan
dengan baik sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2.12 Hasil Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Hasil Kebijakan


- Hill (2005) Hasil kebijakan (policy outcome) adalah konsekuensi yang teramati dari aksi
kebijakan.

- Sholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 25- 27) Hasil akhir kebijakan
(policy outcomes) adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh
masyarakat, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya
tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah
tertentu yang ada dalam masyarakat.

- William N. Dunn: Dunn, seorang ahli dalam bidang administrasi publik, melihat hasil kebijakan
sebagai "konsekuensi atau perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau lingkungan sebagai
akibat dari implementasi kebijakan.”

- Christopher Pollitt: Pollitt, seorang peneliti kebijakan, mengartikan hasil kebijakan sebagai
"perubahan dalam dunia nyata yang dapat diatribusikan kepada kebijakan dan dapat diukur."

- Lester M. Salamon: Salamon, seorang akademisi dalam studi kebijakan publik, melihat hasil
kebijakan sebagai "perubahan-perubahan nyata atau potensial dalam masyarakat atau ekonomi
yang disebabkan oleh implementasi kebijakan."

Setelah membaca dan menganalisis definisi hasil kebijakan menurut pendapat para ahli di atas, menurut
pendapat saya, hasil kebijakan adalah konsekuensi, akibat, atau dampak yang dihasilkan dari
implementasi sebuah kebijakan yang berupa perubahan nyata dan benar benar dirasakan oleh
masyarakat. Hasil kebijakan merujuk pada dampak atau konsekuensi yang terjadi sebagai akibat dari
implementasi kebijakan tertentu yang diadopsi oleh pemerintah atau otoritas publik. Hasil kebijakan
mencakup berbagai efek, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dari kebijakan tersebut
terhadap masyarakat, ekonomi, lingkungan, dan sektor-sektor lainnya.

2.13 Masa Depan Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Masa Depan Kebijakan


- Dunn (2013: 26) Peramalan masa depan kebijakan dapat menyediakan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang sebagai akibat
dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu.

- Dunn (2013:291) menjelaskan bahwa, “Peramalan atau forecasting adalah suatu prosedur
untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang
telah ada tentang masalah kebijakan.” Lebih lanjut Dunn (2013:291) menerangkan pula bahwa,
“Tujuan daripada diadakannya peramalan kebijakan adalah untuk memperoleh informasi
mengenai perubahan di masa yang akan datang yang akan mempengaruhi terhadap
implementasi kebijakan serta konsekuensinya.”

- Hill (2005) Masa depan kebijakan (policy future) adalah konsekuensi dari serangkaian tindakan
untuk pencapaian nilai nilai.

- Peter Drucker: Peter Drucker, seorang ahli manajemen terkemuka, menyatakan bahwa "masa
depan tidak dapat diramalkan, tetapi dapat diciptakan." Dalam konteks kebijakan, ini mengacu
pada ide bahwa masa depan kebijakan dapat dibentuk melalui perencanaan, pengambilan
keputusan yang bijaksana, dan tindakan strategis.

- Charles E. Lindblom: Charles E. Lindblom, seorang ilmuwan politik terkenal, mengusulkan


pendekatan "pembuatan kebijakan pengecualian" (disjointed incrementalism). Pandangan ini
menyatakan bahwa kebijakan publik sering kali berkembang secara inkremental dan tidak dapat
direncanakan dengan sempurna. Oleh karena itu, masa depan kebijakan melibatkan
penyesuaian dan adaptasi terhadap perubahan dan masalah yang muncul.

Setelah membaca dan menganalisis definisi masa depan kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, masa depan kebijakan adalah suatu prosedur yang memuat informasi factual
dan pengetahuan yang relevan tentang situasi sosial di masa mendatang berdasarkan informasi-
informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan. Diperlukan strategi, perencanaan, dan adaptasi
kebijakan yang matang untuk menghadapi ketidakpastian serta perubahan dalam lingkungan sosial,
politik, dan ekonomi.
2.14 Prosedur Analisis Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Prosedur Analisis Kebijakan


- Prosedur kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar bahwa adanya situasi
permasalahan, yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan atau kekecewaan dalam
perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan menurut Ackoff dalam Dunn (2000:121). William
N. Dunn dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis Kebijakan Publik berpendapat bahwa
metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam
pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam
analisis kebijakan prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni:
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang
menimbulkan masalah kebijakan. Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan, atau
kesempatan yang belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi untuk kemudian diperbaiki atau
dicapai melalui tindakan publik. Fase-fase perumusan masalah meliputi pencarian masalah,
pendefinisian masalah, spesifikasi masalah, dan pengenalan masalah.

2. Peramalan
Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang
dari penerapan alternatif kebijakan. Peramalan atau forecasting adalah prosedur untuk
membuat informasi aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang
telah ada tentang masalah kebijakan.

3. Rekomendasi
Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari
konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah. Tugas membuat rekomendasi
kebijakan mengharuskan analisis kebijakan menentukan alternatif yang terbaik dan
mengapa. Karenanya prosedur analisis kebijakan berkaitan dengan masalah etika dan
moral. Dalam rekomendasi kebijakan terdapat enam kriteria utama, yaitu efektifitas,
efisiensi, kecukupan, perataan (equity), responsivitas, dan kelayakan.

4. Pemantauan
Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa
lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan. Pemantauan atau monitoring merupakan
prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat kebijakan publik. Pemantauan, setidaknya memainkan empat fungsi dalam analisis
kebijakan, yaitu eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan dan kepatuhan (compliance).

5. Evaluasi
Evaluasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi
pemecahan atau pengatasan masalah. Jika pemantauan menekankan pada pembentukan
premis-premis faktual mengenai kebijakan publik, evaluasi menekankan pada penciptaan
premis-premis nilai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan “Apa perbedaan yang
dibuat?”.

Setelah membaca dan menganalisis mengenai prosedur analisis kebijakan menurut pendapat para ahli
di atas, menurut pendapat saya, prosedur analisis kebijakan merupakan suatu proses di mana kebijakan
tersebut diimplementasikan sesuai prosedurnya sesuai dengan situasi permasalahan yang ada di
lapangan. Lima prosedur umum yang lazim digunakan dalam pemecahan masalah ialah perumusan
masalah (definisi), peramalan (prediksi), rekomendasi (preskripsi), pemantau (deskripsi), dan evaluasi.

2.15 Adopsi Kebijakan

Referensi pendapat ahli tentang Adopsi Kebijakan


- Dunn (2004:45); Kee (2017) Adopsi kebijakan merupakan pengambilan keputusan dengan
memilih alternatif kebijakan yang selanjutnya ditetapkan menjadi kebijakan untuk kemudian
diimplementasikan.

- Weimer dan Vining menjelaskan tentang adopsi atau rekomendasi penerapan kebijakan adalah
“Political feasibility specifically refert to the feacibility of adoption of the policy, not to whether,
citizen, and more pertinently, voters, will accept the policy once it has been adopted.” (Kelayakan
politik secara khusus mengacu pada kelayakan adopsi kebijakan, bukan apakah, warga negara,
dan yang lebih relevan, pemilih, akan menerima kebijakan setelah diadopsi).

- William N. Dunn (2004) Adopsi kebijakan merupakan proses pembentukan kebijakan yang
terdiri dari rangkaian aksi menentukan pilihan formulasi kebijakan yang tepat untuk digunakan
dalam penyelesaian suatu masalah publik. Rangkaian aksi ini nantinya yang akan menghasilkan
suatu rekomendasi kebijakan.

- William N. Dunn Adopsi kebijakan memiliki karakteristik berupa alternatif kebijakan yang
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus di antara direktur lembaga,
atau keputusan peradilan.

- Carl J. Friedrich: Friedrich menggambarkan adopsi kebijakan sebagai keputusan untuk


mengimplementasikan suatu kebijakan oleh otoritas pemerintah. Ini melibatkan pemilihan dari
berbagai alternatif kebijakan yang mungkin, serta penentuan resmi untuk melaksanakannya.

- Charles E. Lindblom: Menurut Lindblom, adopsi kebijakan adalah hasil dari proses kebijakan
yang berkelanjutan. Ini melibatkan serangkaian langkah, seperti perumusan ide kebijakan,
perdebatan, dan pengambilan keputusan oleh pemerintah atau organisasi yang bersangkutan.

- David Easton: Easton menggambarkan adopsi kebijakan sebagai bagian dari siklus kebijakan
yang lebih besar, yang mencakup perumusan, adopsi, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Adopsi kebijakan adalah langkah di mana kebijakan resmi diterima dan direalisasikan oleh
pemerintah atau organisasi.

Setelah membaca dan menganalisis definisi adopsi kebijakan menurut pendapat para ahli di atas,
menurut pendapat saya, adopsi kebijakan adalah proses pembentukan kebijakan yang terdiri dari
pengambilan atau penentuan keputusan mengenai formulasi kebijakan yang tepat untuk ditetapkan
menjadi kebijakan yang nantinya akan digunakan untuk penyelesaian suatu masalah publik. Adopsi
kebijakan umumnya merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
serta aspek hukum, politik, dan administratif. Tujuannya adalah untuk mengatur perilaku dan mencapai
tujuan tertentu dalam konteks tertentu, seperti pemerintah yang mengadopsi kebijakan untuk
meningkatkan pelayanan publik atau perusahaan yang mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan etika
bisnisnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan publik merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar, terarah, dan
dapat diukur yang dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan para pihak lain yang berkepentingan dalam
bidang-bidang tertentu yang juga mengarah pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kebijakan publik merupakan satu landasan penting dalam tata kelola pemerintahan. Kebijakan publik
secara umum mengacu pada kebijakan-kebijakan yang dibuat, diimplementasikan, dan dikelola oleh
pemerintah atau otoritas publik untuk mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat
atau negara. Kebijakan publik dapat mencakup berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan,
kesehatan, lingkungan, keamanan, dan banyak lagi
Analisis kebijakan publik adalah proses yang sistematis untuk memahami, mengevaluasi, dan
merumuskan kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah atau otoritas publik. Tujuan dari analisis
kebijakan adalah untuk membantu pengambil keputusan, seperti pejabat pemerintah atau legislator,
dalam memahami implikasi, efek, dan konsekuensi dari kebijakan tertentu sebelum diimplementasikan
atau direvisi. Analisis kebijakan publik adalah alat penting dalam mengambil keputusan yang baik dan
informasi yang akurat dalam mengembangkan dan mengelola kebijakan yang efektif dan berkelanjutan.
Proses ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu politik, ekonomi, sosiologi, dan lainnya, serta
melibatkan kolaborasi antara para ahli dan pemangku kepentingan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Nur, A. C., & Guntur, M. (2019). Analisis Kebijakan Publik. Makassar: Publisher UNM.

Widodo, J. (2021). Analisis kebijakan publik: Konsep dan aplikasi analisis proses kebijakan publik. Media
Nusa Creative (MNC Publishing).

Meutia, I. F. (2017). Analisis kebijakan publik.


Ismail, M. H., & Sofwani, A. (2016). Konsep dan Kajian Teori Perumusan Kebijakan Publik. JRP (Jurnal
Review Politik), 6(2), 195-224.

Anwar, H. (2014). Proses pengambilan keputusan untuk mengembangkan mutu madrasah. Nadwa:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 37-56.

Risnawan, W. (2017). Fungsi Birokrasi dalam Efektivitas Pelayanan Publik. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara, 4(1), 511-518.

bkpsdmd.babelprov.go.id. (2017, 14 November). Dasar – Dasar Pelayanan Publik Dalam Rangka


Memenuhi Pelayanan Prima Di Sektor Pemerintahan.

ppsdmbukittinggi.kemendagri.go.id. (2021, 01 November). MENJADIKAN NILAI PUBLIK SEBAGAI


TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA KEBIJAKAN PUBLIK.

Agustian, Maulani (2019) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. SOEKARDJO TASIKMALAYA TAHUN 2019. Sarjana thesis, Universitas
Siliwangi.

Nurul Fatmita Putri, 1016041067 (2015) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA METRO
DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) BERBASIS PEDAGANG, KETERTIBAN DAN
KEINDAHAN. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.

SUPRIYADI, Supriyadi and Maryono, Maryono (2020) JEJARING KEBIJAKAN PENGELOLAAN


SUMBER DAYA AIR PERKOTAAN TERPADU (PSDAPT): STUDI KASUS KOTA
SEMARANG. Masters thesis, School of Postgraduate Studies.

Laniari, M. (2015). Pelaksanaan Pengelolaan Kebijakan Alokasi Dana Nagori (ADN) Dalam
Meningkatkan Pembangunan Nagori di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

Abdul, SITI FATIMAH AZZAHRO (2013) ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


PATUNG ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM (Studi di Kabupaten Lampung Selatan). Fakultas ISIP,
Universitas Lampung.

Teori, E. S. M. (2009). Kebijakan Publik. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep umum pelaksanaan kebijakan publik. Jurnal Publik:
Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Administrasi Negara, 11(1), 1-12.

Mansur, J. (2021). Implementasi Konsep Pelaksanaan Kebijakan Dalam Publik. At-Tawassuth: Jurnal
Ekonomi Islam, 6(2), 324-334.
weborganisasi.jogjakota.go.id. PERAN dan POSISI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK.

Jatmiko, Ageng Purwo and Suharno, Suharno (2012) KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN PURWOREJO DALAM PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA SEBAGAI
KEARIFAN LOKAL. S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

NURUL HIDAYANTI (2018) ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DESA SULIGI KECAMATAN


PENDALIAN IV KOTO KABUPATEN ROKAN HULU. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.

Namudat, H., Karlina, N., & Rusli, B. (2018). Analisis Kebijakan Pengamanan Objek Vital Di Pt Freeport
Indonesia. Responsive, 1(2), 39-44.

Iswahyudi, F., Darwin, M., Hadna, A. H., & Kutanegara, P. M. (2020). Kontekstualisasi Adopsi Kebijakan:
Studi Kasus Kebijakan Pengendalian Covid-19 di Korea Selatan. Jurnal Borneo
Administrator, 16(2), 117-136.

Rusdiani, A. (2017). Implementasi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Dosen (Studi Dampak
Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Dosen PAI Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen PAI Di
Perguruan Tinggi Umum Se Bandar Lampung) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Sudirman, I. (2021). Analisis Proses Pembentukan Kebijakan Publik: Studi Kasus Program Beasiswa
Karawang Cerdas Tahun 2020. Epistemik: Indonesian Journal of Social and Political
Science, 2(1), 1-12.

Dunn, William N. (1998). Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: GAJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.

Anda mungkin juga menyukai