Anda di halaman 1dari 9

Nama : Yunda Siswantiara Rahma

Resume : MPI 5

A. MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN PADA TANGGAP DARURAT KRISIS


KESEHATAN
1. Pengertian Krisis Kesehatan
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
korban luka/sakit, pengungsian dan/atau adanya potensi bahaya yang berdampak
pada kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan
normal dan kapsitas kesehatan tidak memadai
2. Pengertian Penanggulangan Krisis Kesehatan
Serangkaian upaya meliputi yang meliputi kegiatan prakrisis kesehatan, tanggap
darurat krisis kesehatan, dan pasca krisis kesehatan
3. Strategi Promosi Kesehatan
a. Pemberdayaan Masyarakat : proses peningkatan pengetahuan, kesadaran dan
kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif dalam
upaya kesehatan dengan upaya promotif dan preventif.
b. Kemitraan : kerjasama yang sinergis antara dua pihak atau lebih, untuk
melaksanakan sesuatu kegiatan, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan (memberi manfaat) guna mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing dengan
prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan
c. Advokasi : memberikan dukungan kebijakan publik yang bermanfaat untuk
peningkatan kesehatan masyarakat, mempengaruhi para penentu kebijakan
atau pengambil keputusan dan sebagai kegiatan komunikasi.
4. Metode Teknik Promosi Kesehatan
a. Membangun Citra (image) baru tentang kesehatan
b. Memperkuat Penerimaan citra baru tentang kesehatan
c. Melengkapi Informasi tentang penerimaan program kesehatan
d. Meyakinkan sasaran untuk berperilaku positif thd kesehatan
e. Menyiapkan keluarga (anak) secara sadar & bertanggung jawab untuk
kesehatan
5. PHBS dalam kegawatdaruratan bencana
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sendiri untuk
menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk menjaga, melindungi dan
meningkatkan kesehatan. Kedaruratan bisa berupa konflik di masyarakat,
bencana alam, atau wabah penyakit yang biasanya menyebabkan orang
menderita, baik karena akibat langsung dari kedaruratan tersebut maupun akibat
tidak langsung seperti terjangkit oleh penyakit, malnutrisi, atau tindak
kekerasan. PHBS diutamakan pada kelompok rentan yaitu anak anak termasuk
bayi dan balita, Ibu hamil dan ibu menyusui, lansia/orang tua, orang cacat dan
orang orang berkebutuhan khusus dan orang sakit.
6. SPM Promosi Kesehatan pada Tanggap Darurat Krisis Kesehatan
a. Tujuan dan strategi
Implementasi kegiatan promosi kesehatan terutama untuk kelompok yang
paling rentan pada saat bencana
b. Kegiatan
Penyebarluasan Informasi dan edukasi terutama perilaku hidup bersih dan
sehat dalam kedaruratan
c. Tahapan Kegiatan
Terintegrasi dengan kegiatan penanganan krisis kesehatan yang dilaksanakan
oleh unit unit di Kementerian Kesehatan terkait pada saat bencana.
7. Tahapan Manajemen Promosi Kesehatan
a. Perencanaan
b. Penggerakan Pelaksanaan
c. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian

B. MANAJEMEN PELAYANAN GIZI PADA TANGGAP DARURAT KRISIS


KESEHATAN
1. Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat
a. Kajian & Analisis Kebutuhan
b. Perencanaan
c. Mobilisasi Sumberdaya & Pelaksanaan/Intervensi
d. Intervensi gizi insentif
e. Monitoring & Evaluasi
f. Koordinasi
g. Komunikasi Risiko & Pelibatan Masyarakat
h. Manajemen Informasi/Surveilans
i. Logistik
j. Kesiapsiagaan
2. Intervensi dan Mobilisasi Sumber Daya
a. Terdiri dari:
 Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
 Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk,
 Suplementasi Gizi, dan
 Dukungan Kelompok Rentan Lainnya.
b. Mobilisasi sumberdaya mencakup mobilisasi sumberdaya mitra sub klaster
gizi baik pemerintah dan mitra non pemerintah termasuk LSM nasional dan
internasional, Organisasi Profesi, Akademisi, Media, swasta, mitra
pembangunan yang tergabung dalam mekanisme sub klaster gizi
3. Jenis Intervensi dalam Rencana Respon Gizi
a. Pemberian Makan Bayi Dan Anak (PMBA)
Tujuan: memastikan agar standar emas pmba dapat tetap dilaksanakan pada
situasi bencana untuk melindungi status gizi dan kesehatan ibu, bayi dan
balita
1) Kegiatan PMBA Pada Masa Tanggap Darurat
a) Pengelolaan donasi Produk Pengganti ASI, botol, Dot Bayi
b) Penyelenggaraan Dapur PMBA
c) Dukungan konseling Menyusui dan PMBA
d) Orientasi/Pelatihan Konseling Menyusui dan PMBA
e) Akses terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak
f) Koordinasi Pelaksanaan PMBA pada situasi bencana
b. Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
1) Standar Bantuan Kemanusiaan SPHERE
a) Gizi Kurang
Mampu melayani > 90 % sasaran yang berada dalam
jangkauan/radius sekitar 1 hari perjalanan (termasuk waktu untuk
melakukan pengobatan) dari lokasi program. Program untuk
pemberian makanan tambahan dan makanan siap saji
tambahan memenuhi jarak lokasi tidak lebih dari 1 jam berjalan
kaki.Cakupan layanan > 50 % di daerah pedesaan, > 70 % di daerah
perkotaan, dan > 90 % di dalam lokasi pengungsian.
b) Gizi Buruk
Mampu melayani > 90 % dari sasaran berada dalam jangkauan tidak
lebih dari 1 hari perjalanan (termasuk waktu untuk melakukan
pengobatan) dari lokasi program. Cakupan > 50% di daerah
pedesaan, > 70 % di daerah perkotaan, dan > 90 % di tempat
pengungsian.

c. Dukungan Gizi pada Kelompok Rentan Lainnya


1) Orientasi dan Pendampingan Pemenuhan Gizi Melalui Dapur Umum
2) Memastikan asupan gizi yang sesuai bagi penderita penyakit kronik
3) Pengawasan bantuan makanan dan minuman

d. Suplementasi Gizi
1) Tersedianya akses terhadap makanan tambahan Ibu hamil KEK, Balita
kurang gizi serta serta Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita di wilayah
terdampak;
2) Tersedianya akses terhadap vitamin A bagi bayi 6-11 bulan dan balita
12-59 bulan, dan Ibu nifas;
3) Tersedianya akses terhadap TTD bagi Ibu hamil dan remaja putri; dan
adanya dukungan dari program/sektor terkait suplementasi gizi.
C. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JIWA PADA TANGGAP
DARURAT KRISIS KESEHATAN
1. Dampak Kesehatan Jiwa Akibat Bencana
a. Normal terjadi pada situasi yang tidak normal
b. Memicu gangguan jiwa berat
c. Memicu dampak jangka panjang dan permanen
d. Dampak lebih besar dibandingkan masalah fisik
e. Penanganan dan intervensi dini menangani stress dapat mengurangi distres
2. Tujuan
Menyelenggarakan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial baik dalam
fase Pra Bencana, Bencana dan Pasca Bencana. Memperkuat sistem kesehatan
sehingga mampu untuk memberikan pelayanan yang adekwat bagi mereka yang
membutuhkan baik yang baru menderita maupun yang sudah mempunyai
keluhan sebelumnya
3. Respon psikologi pada penyintas
a. Respon psikologis normal, tidak membutuhkan intevensi khusus
b. Respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi sesaat, membutuhkan
bantuan pertama psikososial (psychological first aid)
c. Distress atau disfungsi berat (gangguan jiwa) yang membutuhkan bantuan
profesi kesehatan jiwa
4. Pengertian Kegawatdaruratan Psikiatrik
Suatu kondisi yang ditandai oleh adanya gangguan pada pikiran, perasaan
dan perilaku seseorang yang memerlukan perhatian dan intervensi terapeutik
segera. Termasuk di dalamnya kondisi yang berhubungan dengan gaduh gelisah
dan percobaan bunuh diri
a. Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik
1) Agitasi : merupakan perilaku patologis yang ditandai dengan adanya
peningkatan aktivitas verbal atau motorik yang tak bertujuan
2) Agresif : dapat berbentuk agresi verbal atau fisik terhadap benda atau
seseorang
3) Kekerasan : merupakan bentuk agresi fisik oleh seseorang yang
bertujuan melukai orang lain
4) Percobaan bunuh diri : segala bentuk tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk dengan segera mengakhiri kehidupannya.
5. Pengertian Paradigma Manajemen Bencana
Pelayanan kesehatan jiwa dalam keadaan krisis kesehatan adalah layanan
terpadu untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan jiwa bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau penduduk yang tinggal di
wilayah berpotensi bencana yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan jiwa
6. Prinsip dukungan kesehatan jiwa dan Psikososial
a. Program dukungan kesehatan jiwa dan psikososial harus tersedia bagi
semua yang membutuhkan (prinsip pemerataan)
b. Perhatian khusus adalah untuk melindungi hak azasi manusia
c. Orientasi kepada kesejahteraan bagi seluruh penduduk – pelayanan
diintegrasikan ke dalam sistem yang ada
d. Adanya konsultasi dan kemitraan dengan sektor dan stakeholders terkait.
7. Langkah Kegiatan Dan Mekanisme Pelaksanaan
a. Langkah Kegiatan
1) Penentuan Sasaran Layanan Kesehatan Jiwa
2) Penyiapan sarana prasarana dan SDM pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelaksanaan pemenuhan pelayanan kesehatan jiwa
b. Mekanisme Pelaksanaan
1) Pelayanan kesehatan jiwa saat pra krisis kesehatan
2) pengurangan risiko krisis kesehatan jiwa bagi penduduk yang tinggal di
wilayah berpotensi bencana;
3) Pelayanan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan meliputi:
a) Layanan kegawat daruratan jiwa
b) Layanan keswa dasar dan layanan rujukan
c) Layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
d) Penyuluhan kesehatan jiwa
D. KOMUNIKASI RESIKO TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN
1. Tujuan
a. Membantu membuat keputusan cara menghindari resiko
b. Merencanakan pembuatan data sesuai data secara ilmiah
2. Fungsi
Memberikan edukasi dan informasi, menyarankan tingkah laku
pencegahan/mitigasi terhadap ancaman/bahaya yang dihadapi
3. Strategi Komunikasi Resiko menurut WHO
a. Struktur yang berkelanjutan
b. Kemitraan
c. Penguatan komunikasi publik
d. Pelibatan masyarakat
e. Mendengarkan
4. Unsur-unsur Penting dalam Komunikasi Tanggap Darurat
a. Penyampai Pesan/Komunikator
Tunjuk juru bicara (jubir) baik di tingkat pusat, provinsi, ataupun
kabupaten/kota yang memiliki kewenangan, kapasitas, jujur, kredibel,
terbuka, serta dapat bekerja sama dengan baik
b. Penerima Pesan
Tetapkan khalayak mana yang menjaditarget. Audiens yang berbeda akan
mendapatkan pesan melalui media/cara yang berbeda
c. Pesan yang disampaikan
Berisi informasi mengenai cara penularan, gejala, tindakan pencegahan,
dan cara penanganan jika ada kasus suspek/ konfirmasi.
d. Saluran/ Media Komunikasi
Utamakan menggunakan saluran komunikasi resmi yang dimiliki oleh
instansi/lembaga
pemerintah/mitra.
e. Pelibatan lintas sektor dan masyarakat
5. Komunikasi Publik Melalui Kehumasan
Komunikasi publik adalah pertukaran pesan antara lembaga dan publiknya,
baik internal maupun eksternal
a. Tugas Komunikasi Publik
1) Memantau dan memahami persepsi, kekhawatiran, dan ketakutan
publik
2) Mengembangkan pesan-pesan
3) Mengidentifikasi dan menyebarkan lewat saluran yang tepat
4) Mendengarkan dan menanggapi keprihatinan publik dan memadamkan
rumor.
E. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA TANGGAP
DARURAT KRISIS KESEHATAN
Merupakan bagian dari klaster kesehatan yang bertanggung jawab untuk tersedia
dan terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan untuk
mengurangi risiko kesakitan dan kematian kelompok rentan kesehatan reproduksi.
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Situasi Krisis Kesehatan
a. Bencana dapat merusak kehidupan keluarga dan melumpuhkan tatanan sosial
b. Bencana berdampak pada menurunnya kualitas hidup penduduk karena tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
c. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, termasuk
kesehatan reproduksi yang harus tersedia pada situasi bencana.
2. Ppam Sebagai Intervensi Prioritas Situasi Krisis Kesehatan
a. Berdasarkan estimasi statistik, 4% dari penduduk yang terkena dampak
bencana adalah ibu hamil pada kurun waktu tertentu
b. 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan
c. 75% penduduk yang terdampak adalah perempuan, remaja perempuan dan
anak-anak
d. 19% remaja usia 10-19 tahun yang berisiko mengalami kekerasan seksual,
perkawinan anak, perdagangan manusia
e. 27% wanita usia subur (15-49 tahun) yang memerlukan pelayanan
kesehatan reproduksi dan membutuhkan pembalut saat mengalami
menstruasi.
3. Masalah Kesehatan Reproduksi Di Situasi Krisis Kesehatan
a. Persalinan dapat terjadi kapanpun selama proses pengungsian
b. Kekurangan gizi dan anemia meningkatkan risiko komplikasi kehamilan
c. Kurangnya akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan obstetri
komprehensif meningkatkan risiko kematian ibu
d. Kurangnya pelayanan keluarga berencana meningkatkan risiko yang
berhubungan dengan kehamilan yang tidak direncanakan
e. Kekerasan seksual, kekerasan oleh pasangan dan praktik-praktik berbahaya
dapat meningkat pada krisis kesehatan
f. Kebutuhan remaja yang tidak terpenuhi: perlindungan saat menstruasi,
kebersihan diri, dan kebutuhan kespro lainnya
g. Lemahnya perlindungan dan kewaspadaan standar pada pelayanan
kesehatan
4. Paket Pelayanan Awal Minimum (Ppam) Kesehatan Reproduksi
Sekumpulan kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang dilaksanakan pada
tanggap darurat krisis kesehatan. Tujuan PPAM kesehatan reproduksi
dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan kesehatan
reproduksi
5. Komponen Ppam Kesehatan Reproduksi Dan Integrasi Pelaksanaan Ppam
a. Komponen Mengindetifikasi Koordinator dan Mekanisme Koordinasi
b. Komponen Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dan merespon
Kebutuhan Penyintas
c. Komponen Pencegahan Penularan dan Mengurangi Kesakitan dan
Kematian Akibat HIV dan IMS Lainnya
d. Komponen Pencegahan Peningatan Kesakitan dan Kematian Maternal dan
Neonatal
e. Komponen Pencegahan Kehamilan yang Tidak Direncanakan
f. Komponen Perencanaan Program Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Pelibatan Remaja
g. Komponen Pelayanan Minimum Kesehatan Balita
h. Komponen Pelayanan Minimum Kesehatan Lanjut Usia
6. Integrasi Ppam Kesehatan Reproduksi Dan Kekerasan Berbasis Gender (Kbg)
Terkoordinasi dan terintegrasi dengan intervensi klaster terkait di bawah
sistem klaster nasional seperti integrasi dengan intervensi subklaster
pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender dan pemberdayaan
perempuan (PPKBG- PP) Integrasi layanan tercermin dalam standar minimum
pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender (KBG):
a. Adanya layanan kesehatan, dukungan kesehatan mental dan psikososial
b. Keamanan dan keselamatan
c. Bantuan hukum dan penegakan hukum
d. Distribusi kit dignity/kit khusus perempuan
e. Sistem rujukan
f. Pemberdayaan sosial-ekonomi dan pengarusutamaan/lintas sector
7. Penilaian Kebutuhan Khusus Pelayanan Kesehatan Reproduksi
a. Mengumpulkan data sekunder/data dasar prakrisis
1) Data sasaran
2) Angka kelahiran kasar
3) Persalinan oleh nakes
4) Fasilitas pelayanan Kesehatan
b. Mengumpulkan data
1) Fasilitas kesehatan (PKM PONED, RS PONEK)
2) Kondisi tenaga kesehatan
3) Ketersediaan alat, obat dan bahan habis pakai untuk layanan kesehatan
reproduksi
4) Sistem rujukan khusus kegawatdaruratan kebidanan & neonatal
5) mendata lembaga/organisasi/LSM di bidang kesehatan reproduksi
c. Tujuan: mendapatkan gambaran kondisi kesehatan reproduksi sebelum
bencana
8. Penilaian Kebutuhan Khusus Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Melakukan estimasi jumlah sasaran kesehatan reproduksi untuk respon
bencana
Cara melakukan estimasi:
a. Menggunakan data jumlah pengungsi yang didapat dari tim RHA
b. Menggunakan Kalkulator PPAM yang dapat digunakan hingga tingkat
daerah (tergantung ketersediaan data). Dapat diakses melalui QR code
atau link humanitarian.unfpa.id

Anda mungkin juga menyukai