Rasullah SAW pernah mengabarkan bahwa ada suatu amalan yang sangat besar
keutamaanya, seandainya manusia tahu akan keutamaannya niscaya manusia akan berlomba-
lomba untuk siapa yang paling cepat melaksanakannya. Amalan tersebut ialah adzan dan
shalat berjamaah di shaf pertama.
ُثَّم َلْم َي ِج ُد وا ِإَّال َأْن َي ْس َت ِه ُموا َع َلْي ِه، َلْو َي ْع َلُم الَّن اُس َم ا ِفى الِّن َداِء َو الَّصِّف اَألَّو ِل
َو َلْو َي ْع َلُموَن َم ا ِفى اْلَع َت َمِة، َو َلْو َي ْع َلُموَن َم ا ِفى الَّت ْه ِج يِر َالْس َت َب ُقوا ِإَلْي ِه، َالْس َت َه ُموا
َو الُّصْب ِح َألَت ْو ُه َم ا َو َلْو َح ْبًو ا
“Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian
mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka niscaya mereka
akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid,
maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa
yang ada di dalam shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi
keduanya walau dalam keadaan merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Jika kita melihat tentang awal persyariatan adzan, pada mulanya kaum muslimin setelah
berhijrah ke Madinah mengerjakan sholat tanpa ada satu seruan yang baku sebagai pertanda
telah masuknya waktu shalat. Hal yang dilakukan adalah dengan mengajak dan mengingatkan
sebagai pertanda waktu shalat telah tiba, lalu mereka berkumpul untuk menjalakan sholat.
Tentu hal ini memang menyulitkan dan menyusahkan, mungkin karena terlalu lama
menunggu antara sebagian yang lain. Hingga pada akhirnya para sahabat membicarakan
kepada nabi tentang panggilan apa yang akan digunakan kaum muslimin untuk menandakan
waktu shalat.
Pada akhirnya Rasullah menyuruh bilal untuk menyeru dengan “ash-sholatul jamiah” seruan
ini belum bersifat tetap, hingga pada akhirnya datanglah ketetapan adzan untuk memanggil
dan menandakan waktu shalat.
Dari pensyariatan adzan ini dapat kita ketahui bahwasannya adzan itu berfungsi untuk:
ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن
١٢٥ َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah) dan pengajaran yang baik serta
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling
tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang
mendapat petunjuk.”
Adzan juga berfungsi sebagai syiar tauhid, berapa banyak orang yang awalnya belum
mengenal siapa itu Allah dan apa itu Islam kemudian mengenalnya karena mendengarkan
seruan adzan. Maka pantaslah orang yang mengumandangkan adzan keutamaannya sangatlah
besar, karena mengingatkan kaum muslimin dan mengajak kepada ketauhidan.
Menjadi seorang muadzin memiliki banyak keutamaan, akan tetapi masih seringkali kita dapi
sebuah masjid atau mushola yang mengumandangkan adzan setiap harinya adalah seorang
kakek yang sudah tua. Hingga akhirnya kita bertanya-tanya apakah memang tidak ada
generasi muda yang mau menggantikan beliau?
ِإِّن ي َأَر اَك ُتِحُّب اْلَغ َن َم َو اْلَب اِدَي َة َفِإَذ ا ُكْن َت ِفي َغ َن ِمَك َأْو بَاِدَيِتَك َفَأَّذ ْن َت ِبالَّص َالِة َفاْر َف ْع
َفِإَّن ُه َال َي ْس َم ُع َم َدى َص ْو ِت اْلُم َؤ ِّذ ِن ِج ٌّن َو َال ِإْن ٌس َو َال َش ْي ٌء ِإَّال َش ِه َد, َص ْو َت َك ِبالِّن َداِء
َسِم ْع ُتُه ِم ْن َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم: َقاَل َأُبْو َس ِعْيٍد.َلُه َي ْو َم اْلِقَي اَم ِة
“Sesungguhnya saya melihat kamu menyukai kambing dan daerah pedalaman, maka jika
kamu berada di antara kambing-kambingmu atau di pedalaman lalu engkau
mengumandangkan adzan, maka keraskan suaramu dengan adzan tersebut, karena
sesungguhnya tidaklah mendengar suara muadzin baik itu jin, tidak pula manusia dan tidak
pula sesuatu apapun kecuali akan bersaksi untuknya pada hari Kiamat. Abu Sa’id berkata:
Saya mendengar hal ini dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.(HR. Al-Bukhari)
اْلُم َؤ ِّذ ُن ُيْغ َفُر َلُه َم َدى َص ْو ِتِه َو َيْش َهُد َلُه ُك ُّل َر ْطٍب َو َياِبٍس
“Muazin diberi ampunan dari suara kerasnya saat azan serta segala yang basah maupun
yang kering akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat.