Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KERAWANAN BENCANA DI KABUPATEN SUBANG, JAWA

BARAT

Hilma Rania Putri, Noviagril Rahmadhanti, Siti Khairun Nisa


Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Geografi, Universitas Negeri Jakarta

Abstrak :

Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat


diartikan sebagai kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan ancaman dan
gangguan, baik disebabkan oleh fenomena alam, faktor non-alam, maupun tindakan manusia,
sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian nyawa manusia, kerusakan pada lingkungan,
kerugian materi, dan efek psikologis. Bencana alam hanya akan menjadi peristiwa alam tanpa
keterlibatan manusia, dan risiko merupakan aspek dari hubungan antara manusia dan
lingkungan mereka.
Kabupaten Subang sendiri secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Jawa
Barat dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31' - 1070 54' Bujur Timur dan 60 11' - 60 49'
Lintang Selatan. Secara alamiah, Kabupaten Subang terbagi atas tiga bagian wilayah, yaitu
wilayah pegunungan dengan ketinggian 500-1.500 mdpl, wilayah perbukitan dengan
ketinggian, 50-500 mdpl, dan dataran rendah dengan ketinggian 0-50 mdpl.
Kabupaten Subang dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana, terutama
banjir dan longsor. Bencana-bencana ini sering kali dipicu oleh faktor alam, khususnya
tingginya intensitas curah hujan di daerah tersebut. Tingkat curah hujan yang tinggi bisa
menjadi penyebab berbagai masalah yang berperan dalam munculnya banjir dan longsor.
Banjir yang kerap terjadi di Kabupaten Subang ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi
serta adanya kiriman air dari hulu sehingga membuat aliran sungai menjadi meluap dan
mengakibatkan banjir di beberapa daerah Subang. Diketahui bahwa wilayah yang berada di
daerah pegunungan yang memiliki kemiringan lereng yang lebih dari 40 derajat, dengan
curah hujan yang tinggi mengakibatkan wilayah tersebut berpotensi terjadinya longsor.
Maka dari itu, masyarakat bahkan pemerintah Kabupaten Subang harus mengetahui
langkah-langkah penanggulangan bencana serta tahapan-tahapannya yang dimulai dari Pra
Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana. Dengan mengetahui masa-masa ini, masyarakat
dan pemerintah akan lebih mudah untuk mengambil tindakan saat bencana alam terjadi.

Kata Kunci : Banjir, Longsor, Penanggulangan Bencana


Pendahuluan

Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat


diartikan sebagai kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan ancaman dan
gangguan, baik disebabkan oleh fenomena alam, faktor non-alam, maupun tindakan manusia,
sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian nyawa manusia, kerusakan pada lingkungan,
kerugian materi, dan efek psikologis. Dikutip dari situs signature.bmkg.go.id Secara umum,
menurut Asian Disaster Preparedness Center (ADPC), risiko adalah sejumlah kerugian
(seperti kehilangan nyawa, luka-luka, kerusakan bangunan, dan lainnya) yang timbul akibat
dari sebuah bahaya. Risiko bencana merupakan hasil dari kombinasi antara bahaya (hazard),
paparan (exposure), dan kerentanan (vulnerability).
Bencana alam hanya akan menjadi peristiwa alam tanpa keterlibatan manusia, dan
risiko merupakan aspek dari hubungan antara manusia dan lingkungan mereka. Setiap hari,
manusia berurusan dengan atau mengambil risiko. Meskipun tidak dapat dihilangkan, dalam
beberapa situasi, bahaya alam dapat dikurangi bagi manusia. Untuk mencapai hal ini, kita
perlu memahami proses alam yang terjadi dan jumlah energi yang terlibat dalam proses
tersebut. Ini akan memungkinkan kita untuk mengembangkan tindakan yang perlu diambil
untuk mengurangi atau meminimalkan risiko.
Kabupaten Subang sendiri secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Jawa
Barat dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31' - 1070 54' Bujur Timur dan 60 11' - 60 49'
Lintang Selatan. Batas batas wilayah Kabupaten Subang diantaranya, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Purwakarta dan Karawang, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang.
Secara alamiah, Kabupaten Subang terbagi atas tiga bagian wilayah, yaitu wilayah
pegunungan dengan ketinggian 500-1.500 mdpl, wilayah perbukitan dengan ketinggian,
50-500 mdpl, dan dataran rendah dengan ketinggian 0-50 mdpl. Di Kabupaten Subang,
sebagian besar wilayah memiliki kemiringan tanah antara 0 derajat hingga 17 derajat,
mencakup sekitar 10,64 persen dari total wilayahnya. Sementara itu, sekitar 18 derajat hingga
45 derajat kemiringan mencakup sekitar 8,56 persen dari wilayah tersebut. sisanya, yakni
lebih dari 45 derajat kemiringannya.

Metode Penelitian

2
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi kepustakaan
dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Menurut Syaibani (2012) dalam studi
kepustakaan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mencari serta menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi
tersebut dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan
ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan dan sumber-sumber tertulis lainnya baik tercetak
maupun secara elektronik.
Selain menggunakan metode studi kepustakaan, informasi atau data yang digunakan dalam
artikel ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan pada artikel ini adalah data
yang diperoleh dari sumber sumber elektronik berupa jurnal, tesis, dan artikel.

Hasil dan Pembahasan

Subang adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Kecamatan Subang Kota. Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di
bagian utara Provinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31' - 1070 54'
Bujur Timur dan 60 11' - 60 49' Lintang Selatan.
Adapun batas-batas wilayah secara geografis adalah sebagai berikut:

Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung Barat.


Sebelah Barat : Kabupaten Purwakarta dan Karawang.
Sebelah Utara : Laut Jawa.
Sebelah Timur : Kabupaten Indramayu dan Sumedang.

3
Gambar 1 : Peta administrasi Kabupaten Subang

Luas Wilayah Kabupaten Subang adalah 2.051,76 km2 atau sekitar 6,34 persen dari
luas Propinsi Jawa Barat. Adapun ketinggian antara 0 - 1500 m dpl. Suhu udara di wilayah
Kabupaten Subang berkisar antara 21 derajat – 31 derajat celcius dengan tingkat kelembaban
berkisar antara 78 derajat – 84 derajat celcius. Adapun curah hujan di Kabupaten Subang
diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu daerah curah hujan kurang dari 2000 mm
sebagian besar berada di daerah pantai, daerah curah hujan antara 3000 - 4000 mm meliputi
daerah Tanjungsiang, Cisalak sebagian Kalijati dan jalancagak. Kemudian, daerah dengan
curah hujan di atas 4000 mm meliputi daerah yang berada di bagian paling Selatan seperti
Kecamatan sagalaherang, Jalancagak dan Cisalak.

Berdasarkan tingkat kemiringan lahan maka tercatat bahwa 80.80 persen wilayah
Kabupaten Subang memiliki tingkat kemiringan 0 derajat – 17 derajat, 10,64 persen dengan
tingkat kemiringan 18 derajat - 45 derajat, sedangkan sisanya (8,56 persen) memiliki
kemiringan diatas 45 derajat.

Sedangkan ditinjau berdasarkan kemiringan tanah diklasifikasikan menjadi tiga


bagian utama yaitu :

4
1. Daerah Dengan Kemiringan 0 derajat - 17 derajat

Subang bagian Utara, hingga Tengah mulai dari Pantai Utara hingga
Kecamatan Kalijati, Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo ditambah
sebagian kecil Kecamatan Jalancagak dan Kecamatan Tanjungsiang. Dengan
luas wilayah 165.793,03 hektar dengan persentase 80,80 dari luas wilayah
Kabupaten Subang.

2. Daerah Dengan Kemiringan 18 derajat - 45 derajat

Kecamatan Subang dan Kecamatan Cibogo bagian Selatan ditambah sebagian


Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan Cisalak dan Kecamatan
Cijambe. Dengan luas wilayah 21.872,32 hektar dengan persentase 10,64 dari
luas wilayah Kabupaten Subang.

3. Daerah Dengan Kemiringan Lebih Dari 45 derajat

Sebagian Kecamatan Sagalaherang, sebagian Kecamatan Cisalak, sebagian


Kecamatan Jalancagak dan sebagian Kecamatan Tanjungsiang. Dengan luas
wilayah 17.556,60 hektar dengan persentase 8,56 dari luas wilayah Kabupaten
Subang.

Bencana Kabupaten Subang, Jawa Timur

Kabupaten Subang dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana, terutama
banjir dan longsor. Bencana-bencana ini sering kali dipicu oleh faktor alam, khususnya
tingginya intensitas curah hujan di daerah tersebut. Tingkat curah hujan yang tinggi bisa
menjadi penyebab berbagai masalah yang berperan dalam munculnya banjir dan longsor.

Banjir yang kerap terjadi di Kabupaten Subang ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi
serta adanya kiriman air dari hulu sehingga membuat aliran sungai menjadi meluap dan
mengakibatkan banjir di beberapa daerah Subang. Pemerintah Kabupaten Subang telah
menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor. BPBD mencatat 21
kecamatan di Kabupaten Subang yang terdampak banjir, sehingga mengakibatkan kerugian
material aset terendam berupa 12,513 unit rumah, 6,673 hektar sawah dan pertanian, 46
kumbung jamur, 4 unit sekolah, 2.371 hektar kolam ikan. Dari bencana banjir ini
mengakibatkan 12 unit rumah rusak berat dan 3 unit rumah rusak sedang. BPBD juga

5
melaporkan ada 3 unit jembatan yang rusak dan 12 titik longsor dalam skala kecil akibat
banjir yang melanda Kabupaten Subang.

Gambar 2 : Peta Kerawanan Banjir Kab. Subang

Berikut ini wilayah yang teridentifikasi terdampak banjir, diantaranya :


1) Kecamatan Pamanukan (Desa Pamanukan, Mulyasari, Pamanukan Girang,
Pamanukan hilir, Lengkong jaya, Rancasari, Bongas, Batangsari, Sukasari, Sukamaju,
Ranca hilir)
2) Kecamatan Ciasem (Desa Dukuh, Ciasem Tengah, Ciasem Hilir, Sukamandi,
Sukahaji, Jati Baru, Pinangsari dan Ciasem Baru)
3) Kecamatan Blanakan (Desa Blanakan, Cilamaya Girang, Cilamaya Hilir,
Rawameneng, Jayamukti, Rawamekar, Langensari, Tanjung tiga dan Muara)
4) Kecamatan Sukasari (Desa Batangsari, Sukasari, Sukamaju, Sukareja, Mandala
Wangi, Curugreja)
5) Kecamatan Legon Kulon (Desa Mayangan, Legon Kulon, Pangarengan, Tegalurung,
Bobos, Karangmulya dan Legon Wetan)
6) Kecamatan Subang (Desa Sukamelang, Wanerja, Soklat, Cigadung dan
Pasirkareumbi)
7) Kecamatan Cibogo (Desa Padaasih, Sumurbarang, Cibogo, Cinangsi dan Cisaga)
8) Kecamatan Dawuan (Desa Sukasari, Rawalele dan Mayeti)

6
9) Kecamatan Cipeundeuy (Desa Cipeundeuy, Lengkong, Wantilan, Kosar dan
Sawangan)
10) Kecamatan Cipunagara (Desa Simpar)
11) Kecamatan Pabuaran (Desa Salam Jaya, Kedawung, Tanjung Jaya, Pringkasap,
Karang Hegar dan Rancajaya)
12) Kecamatan Patokbeusi (Desa Rancabango, Rancaasih, Rancajaya, Rancamulya dan
Tanjungrasa)
13) Kecamatan Tambakdahan (Desa Tambakdahan, Rancaudik, Mariuk, Gardu mukti,
Bojonegara, Bojongkeding, Kertajaya, Tanjungras dan Wanajaya)
14) Kecamatan Pusakanagara (Desa Pusakaratu, Kalemtanbo, Patimban dan Rancadaka)
15) Kecamatan Pusakajaya (Desa Bojong Tengah dan Pusakajaya)
16) Kecamatan Compreng (Desa Kiarasari, Sukatani, Mekarjaya, Compreng dan
Jatimulya)
17) Kecamatan Pagaden (Desa Kamarung, Pagaden, Gembor, Sukamulya, Gunungsari,
Jabong, dan Gunung Sembung)
18) Kecamatan Binong (Desa Binong, Citrajaya, Karangwangi, Karangsari, Kihiang dan
Mulyasari)
19) Kecamatan Sagalaherang (Desa Sukamandi, Dayeuhkolot dan Ponggang)
20) Kecamatan Ciater (Desa Ciater)
21) Kecamatan Cisalak (Desa Darmaga, Cisalak, Mayangan, Sukakerti dan Gardusayang)

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (PP No.64, 2010). Ada beberapa penyebab
terjadinya bencana tanah longsor, salah satunya diakibatkan oleh hujan. Ancaman tanah
longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan.
Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah
dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya permukaan tanah.

7
Gambar 3 : Peta Kerawanan Longsor Kab. Subang

Di Kabupaten Subang juga merupakan wilayah yang berpotensi adanya bencana longsor,
diantaranya di Kecamatan Ciater dan Kecamatan Sagalaherang. Diketahui bahwa kedua
wilayah tersebut berada di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan lereng yang lebih
dari 40 derajat, dengan curah hujan yang tinggi mengakibatkan wilayah tersebut berpotensi
terjadinya longsor. Menurut data kejadian bencana di Kabupaten Subang Tahun 2019,
bencana longsor di Kabupaten Subang telah terjadi sebanyak 25 kali, diantaranya pada 16
April 2019, terjadi Longsor di Kp. Ragasuta Desa Cibitung Kecamatan Ciater yang
disebabkan karena curah hujan tinggi dan kontur tanah yang labil, tidak ada korban jiwa dari
kejadian tersebut. (BPBD, 2019.

Penanggulangan Bencana

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


yang dimaksud dengan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Undang-undang tersebut juga merumuskan
penanggulangan bencana yang memiliki dua pengertian dasar yaitu :

a. Penanggulangan bencana sebagai rangkaian atau siklus

8
b. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang
berawal dari resiko bencana dan diikuti oleh tahap kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana pun memiliki fase-fasenya yang berarti kita sebagai
manusia yang tinggal di daerah rawan bencana harus tau kita sedang di fase apa dan apa yang
harus kita lakukan saat itu bahkan setelahnya. Adapun fase-fase tersebut dan apa yang harus
dilakukannya adalah :
1. Pra Bencana
Pada masa pra bencana adalah masa-masa dimana kita harus mencari tahu
apakah wilayah kita adalah wilayah yang rawan bencana atau bukan. Kalau
iya, kita harus tau bencana seperti apa yang sering terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya. Pada fase ini terdapat dua hal yang harus kita lakukan yaitu :
a) Pencegahan (Prevention)
Pencegahan ialah upaya penanggulangan bencana untuk mengurangi
timbulnya ancaman bencana yang biasanya disesuaikan dengan apa
bencana yang sering terjadi di wilayah tersebut.
Seperti data-data yang sudah dijelaskan di atas mengenai Kabupaten
Subang, sering terjadi dua bencana alam yang seperti sudah menjadi
langganan di Kabupaten ini. Yaitu ada banjir dan juga tanah longsor.
Banjir yang sering terjadi di Kabupaten Subang diakibatkan oleh
intensitas hujan yang tinggi dan juga debit air yang meluap akibat
kiriman air dari hulu hingga sungai yang ada di Kabupaten Subang
tidak dapat menampung air hujan serta kiriman tersebut. Disini dapat
kita lihat bahwa pencegahan yang dapat dilakukan terdapat dua opsi
yaitu, pembuatan tanggul agar debit air dari hulu dapat berkurang jika
intensitas hujan kembali tinggi dan/atau perluasan daerah sungai
termasuk dengan daerah resapannya. Hal tersebut dapat menjadi salah
satu pencegahan karena dengan perluasan daerah sungai termasuk
dengan daerah resapannya hal itu dapat membuat sungai lebih banyak
menampung air dalam jumlah banyak dan juga air-air tersebut dapat
terserap lebih banyak ke daerah serapan yang mengakibatkan
berkurangnya peluapan volume air sungai di Kabupaten Subang.
Untuk longsor yang sering terjadi di Kabupaten Subang masih juga
diakibatkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Tetapi intensitas hujan

9
saja tidak dapat menyebabkan longsor jika tidak ada yang salah pada
penanganannya. Penyebab lain longsor Kabupaten Subang adalah
kemiringan lereng yang menyentuh angka 40 derajat. Jika kemiringan
lereng tersebut dihujani oleh intensitas yang tinggi, maka tanah-tanah
tersebut akan turun kebawah dan berakibat longsor. Maka, ada dua
pencegahan juga yang dapat dilakukan untuk longsor yang terjadi di
Kabupaten Subang ini, yaitu dengan dibuatnya terasering atau
sengkedan yang dilakukan untuk mengurangi panjang serta kemiringan
lereng sampai menahan air hingga mengurangi kecepatan dan jumlah
aliran permukaan dan yang paling penting adalah memperbesar
peluang penyerapan air. Yang kedua, dapat melakukan penanaman
pohon di lahan-lahan miring tersebut agar akar-akar dari pohon
tersebut dapat menyerap air yang berlebih juga menahan tanah dari
kemiringan tersebut agar tidak terjadi longsor.

b) Mitigasi (Mitigation)
Mitigasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dampak
buruk suatu resiko ancaman bencana, baik melakukan penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana maupun
melalui pembangunan fisik. Mitigasi sendiri biasanya merupakan
kegiatan upaya peringatan dini kepada masyarakat yang dilakukan oleh
Lembaga berwenang. Disini dapat kita lihat bahwa yang seharusnya
sadar akan bencana yang ada di Kabupaten Subang adalah
lembaga-lembaga yang berwenang dan terjun untuk memberikan
pengertian serta fasilitas kepada warganya tentang bencana yang sering
terjadi hingga ke penanggulangan serta cara mengatasinya.
2. Saat Bencana
Saat bencana terjadi, hal yang pasti kita lakukan adalah tidak boleh panik,
begitupun ada hal-hal yang harus kita lakukan yaitu :
a. Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
bencana yang dilakukan dengan cara menangani dampak buruk yang
ditimbulkan seperti evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi, penyelamatan

10
serta pemulihan sarana dan prasarana. Hal yang dapat dilakukan
pertama adalah bagi masyarakat Kabupaten Subang saat terjadi
bencana banjir dan longsor pastinya harus melakukan evakuasi diri dan
juga barang-barang berharga, jangan membawa barang yang tidak
penting. Setelah itu cari tim yang bertugas dan akan membawa kalian
untuk mendatangi tempat evakuasi.
b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang berdaya
guna dan tepat guna seperti perkiraan terhadap kebutuhan dalam
keadaan darurat. Seperti jika masyarakat Subang sudah mengetahui
bahwa wilayahnya adalah wilayah rawan banjir dan tanah longsor,
mereka bisa mempersiapkan tempat evakuasi yang bisa mereka datangi
saat bencana terjadi sehingga tidak akan ada yang kebingungan harus
pergi kemana jika bencana terjadi. Dan bisa juga, menyediakan
persediaan makanan darurat jika sudah memasuki musim-musim
penghujan yang biasanya adalah awal dari banjir dan tanah longosr di
Kabupaten Subang.
3. Pasca Bencana
Pada masa pasca bencana hal-hal yang dilakukan biasanya perbaikan dari apa
yang sudah disebabkan oleh bencana sebelumnya.
a. Rehabilitas
Rehabilitas adalah upaya pemulihan dan perbaikan semua aspek
pelayanan publik bagi masyarakat pada tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sarana utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat di wilayah pasca bencana.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah upaya kegiatan pembangunan kembali semua
sarana dan prasarana baik pada tingkat pemerintah maupun masyarakat
dengan sarana utama tumbuh dan berkembanganya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

11
Kesimpulan

Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten ini memiliki bencana yang sering terjadi setiap tahunnya. Yaitu ada bencana banjir
dan juga tanah longsor. Bencana banjir di Kabupaten Subang diakibatkan oleh curah hujan
yang tinggi serta air kiriman dari hulu yang membuat volume sungai di Kabupaten Subang
meningkat dan terjadi peluapan yang menjadi akar masalah dari banjir yang terjadi ini. Tanah
longsor di Kabupaten Subang juga terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi serta
kemiringan lereng di beberapa wilayah tempat terjadinya longsor memiliki kemiringan
sampai 40 derajat. Untuk menanggulangi bencana-bencana tersebut ada beberapa fase dan
tahapan yang bisa dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Subang baik untuk masyarakatnya
maupun untuk sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Subang sendiri baik pra, pas
maupun pasca terjadinya bencana banjir dan longsor tersebut.

12
Daftar Pustaka

Alfuadi, Nanda. (2023). Risiko Bencana.


https://signature.bmkg.go.id/site/risiko-bencana-disaster-risk/. Diakses pada 24 September
2023.

Indonesia Geospasial. (2023). Download Kumpulan Shapefile (SHP) Terlengkap dan Terbaru
Seluruh Indonesia. https://www.indonesia-geospasial.com/2020/05/download-data-peta.html .
Diakses Pada 24 September 2023.

Jati, Raditya. (2021). Banjir Berangsur Surut, Warga Subang Kembali Ke Rumah.
https://bnpb.go.id/berita/Banjir%20Berangsur%20Surut,%20Sebagian%20Warga%20Subang
%20Kembali%20ke%20Rumah. Diakses Pada 24 September 2023.

Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat ITB. (2023). Profil Gelombang Otak
Korban Banjir Kabupaten Subang.
https://pengabdian.lppm.itb.ac.id/information/profil_gelombang_otak_korban_pasca_bencana
_banjir_kabupaten_subang. Diakses Pada 25 September 2023.

Open Data Jabar. (2022). Jumlah Kejadian Bencana Tanah Longsor Berdasarkan
Desa/Kelurahan di Jawa Barat.
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-kejadian-bencana-tanah-longsor-berdasark
an-desakelurahan-di-jawa-barat . Diakses Pada 25 September 2023.

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2022). Banjir dan Tanah Longsor di
Subang, Jawa Barat, 02-05-2022.
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/Banjir-dan-Tanah-Longsor-di-SUBANG-JAWA-BARAT-02-
05-2022-7#:~:text=Hujan%20dengan%20intensitas%20yang%20cukup%20tinggi%20dan%2
0disertai,kejadian%20ini%2058%20KK%20%2F%20323%20orang%20terdampak. Diakses
Pada 25 September 2023.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (2021).


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/32477/BAB%20II.pdf?sequence=4&
isAllowed=y. Diakses Pada 25 September 2023.

West Java Investment partnership. (2020). West Java’s Sectoral and Region Profile Kab.
Subang. https://investasi.jabarprov.go.id/public/profiles/kab-subang. Diakses Pada 25
September 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai