Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PRIBADI YESUS DALAM KONTEKS POHON BATANG HARING

MATA KULIAH : DOGMATIKA KRISTOLOGI


DOSEN PEMBIMBING : YOLA PRADITA M. Th
SEMESTER/KELAS : IV/B

DISUSUN OLEH:
SOLAFIDE C. TARIGAN (NIM. 213121030)

PROGRAM STUDI TEOLOGI


JURUSAN ILMU KEAGAMAAN KRISTEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL KEAGAMAAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI PALANGKA RAYA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN 4

A. Makna Pohon Batang Haring..................................................................................................4


B. Persamaan Pribadi Yesus Dengan Batang Haring..................................................................4
C. Perbedaan Pribadi Yesus Dengan Batang Haring...................................................................5
BAB III PENUTUP 7

A. Kesimpulan.............................................................................................................................7
B. Saran........................................................................................................................................7
C, Refleksi Teologis.....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna filosofis dari pohon Batang Haring?
2. Bagaimana persamaan pribadi Yesus dengan pohon Batang Haring?
3. Bagaimana perbedaan pribadi Yesus dengan pohon Batang Haring?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan makna filosofis dari pohon Batang Haring.
2. Menguraikan persamaan pribadi Yesus dengan pohon Batang Haring.
3. Menguraikan perbedaan pribadi Yesus dengan pohon Batang Haring.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Pohon Batang Haring


Masyarakat Dayak Ngaju memiliki keyakinan bahwa keberadaan alam kehidupan ini
berawal dari sebuah pohon yang disebut dengan Batang Haring. Keyakinan inilah hingga kini
tetap terpelihara dan dijelaskan pula dalam kitab yang disebut dengan kitab suci Panaturan
(Kitab suci umat Hindu Kaharingan) sebagai pegangan atau kitab suci bagi masyarakat Dayak
Ngaju khususnya. Dalam Panaturan Pasal 2 ayat 5, dijelaskan mengenai penciptaan Batang
Haring yaitu: sifat kemuliaanNya Yang Maha Lurus, Maha Jujur dan Maha Adil, Ia
menempatkan itu ditengah-tengah samudera luas, yang disertai bunyi Guntur menggemuruh
memenuhi alam semesta, Petir Halilintar menggetarkan buana, Ranying Pandareh Bunu berubah
menjadi Batang Haring; Bersama itu Ia menyebutkan namanya Batang Kayu Janji; Begitulah
Ranying Hattala menjadikan kehendakNya yang ke-tiga. Begitulah awal terciptanya Batang
Haring, yang hingga saat ini tetap dipergunakan sebagai simbol kebesaran kota Palangka Raya.1

Batang Haring atau Pohon Kehidupan juga melambangkan keseimbangan atau


keharmonisan hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan
Tuhan. Sebuah triangulasi, Batang Haring dengan Guci (Balanga) menyimbolkan dua dunia,
dimana dunia atas dilambangkan dengan Pohon Kehidupan dan dunia bawah dengan
dilambangkan dengan Guci, tapi terikat oleh satu kesatuan yang berhubungan serta
membutuhkan. Sementara buah yang ada pada Batang Haring melambangkan sebuah kelompok
dari umat manusia. Dimana kedua buah tersebut ada yang mengarah ke atas dan juga ada
yang mengarah ke atas adalah sebagai pengingat bagi manusia untuk selalu menghargai antara
sesama. Jadi tempat asal dari manusia yaitu ada di dunia atas atau Lewu Tatau.2

B. Persamaan Pribadi Yesus Dengan Batang Haring


Dalam hubungan Batang Haring dengan pribadi Yesus. Penulis beranggapan bahwa
adanya beberapa persamaan antara keduanya. Pertama, Masyarakat Dayak Ngaju yang memiliki
keyakinan bahwa pohon yang disebut dengan Batang Haring adalah simbol yang dipercayai

1 Sudirman Mirim. 2018. BATANG GARING: Sebuah Kajian Mitologi, Fungsi dan Makna. Jurnal Widya
Katambung. Vol. 9(1), h. 50-66.
2 Fridolin Ukur. 1994. Kebudayaan Dayak Aktualisasai Dan Transformasi. Jakarta: LP3S Institute Of
Dayakology Research And Development Dan PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, h. 35-37.
sebagai awal dari keberadaan alam kehidupan ini, sama halnya kita sebagai orang percaya
mempercayai pribadi Yesus sebagai simbol pembaharuan hidup rohaniah kita. Orang Kristen
yang percaya Yesus dan mengalami pembaharuan didalam Kristus adalah manusia baru, bukan
hanya sekedar beragama Kristen, tetapi ada pembaharuan didalam hidup. 3 Kedua, adanya
beberapa kemiripan antara narasi di utus-Nya Yesus oleh sang Bapa dalam injil Yohanes 1: 1-14
dan isi kitab suci Panaturan 2: 5. Ranying Hattala di gambarkan sebagai Allah Bapa dan
Ranying Pandareh Bunu yang berubah menjadi Batang Garing dapat di gambarkan sebagai
Yesus yang adalah Firman Allah yang mengambil rupa seorang manusia untuk menjalankan misi
Allah demi mendamaikan dunia dalam hubungan khusus dengan Allah. Ketiga, Batang Haring
juga di percaya melambangkan keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara sesama
manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Demikian juga Penulis temui
dalam pribadi Yesus, dimana dalam Injil Matius 22: 37-40 tentang hukum kasih, disana Yesus
menekankan keharmonisan antara hubungan manusia dan sesamanya juga antara hubungan
manusia dengan Tuhannya. Yesus pun dalam pelayananNya seringkali menggunakan
perumpamaan-perumpamaan alamiah, misalnya perumpamaan tentang benih yang tumbuh (Mrk
4:26-29), biji sesawi (Mrk 4:30-34) dan pohon Ara (Mrk 13:24-32). Sedangkan Penginjil Lukas
juga berbicara tentang Kerajaan Allah dengan perumpamaan yang memakai unsur-unsur alami,
seperti awan, hujan,angin dan matahari (Luk 12:54-55). Dengan perumpamaan tentang Kerajaan
Allah yang mengangkat aneka unsur alamiah menunjukkan bahwa Yesus sangat dekat dengan
alam. Kedekatan dengan anasir-anasir alam ini yang menimbulkan rasa cinta dan hormat-Nya
terhadap jagad raya beserta isinya. Rasa cinta itulah yang menumbuhkan sikap mau menjaga,
memelihara dan self-limitation atau membatasi diri dalam menggunakan sumber daya alam.
Dunia memiliki batas kemampuan tertentu sehingga eksploitasi alam tanpa batas harus
dihentikan dan digalakkan harmonisasi alam. Dengan demikian dunia sebagai tempat harmoni
untuk berbagi rasa dan cerita setiap makhluk akan terwujud. 4 Penulis beranggapan bahwa hal ini
mau menyadarkan manusia kembali bahwa hidup didunia ini tidak sendiri. Kita hidup bersama
dengan makhluk-makhluk lain dan alam sekitar. Makna dalam perumpamaan-perumpamaan
alamiah Yesus barangkali bisa menolong kita untuk tidak hanya memusatkan relasi kita kepada
sesama manusia dan Tuhan tetapi juga belajar hidup beradab dengan alam sekitar.

C. Perbedaan Pribadi Yesus Dengan Batang Haring


Tentu terdapat juga perbedaan antara pribadi Yesus dengan Batang Garing. Pertama, Yesus
adalah pribadi yang sehakekat dengan Bapa (Yoh 5:19) sedangkan Batang Garing adalah sifat
Kemuliaan Ranying Hattala Yang Maha Lurus, Maha Jujur dan Maha Adil. Kedua, dalam narasi
kehadiranNya bagi dunia dan alam semesta, Yesus yang adalah Firman mengambil rupa seorang
3 Hendi & T. Aruan. 2020. Konsep Manusia Baru Dalam Kristus Berdasarkan Surat Efesus 4:17-32.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol. 4(1), h. 113-130.
4 Surip Stanislaus. 2008. Harmoni Kehidupan. Asal-usul Alam Semesta. Menggembalakan Ciptaan.
Yogyakarta: Kanisius.
manusia dan dilahirkan oleh perawan Maria, sedangkan kehadiran Batang Garing di tandai
dengan peristiwa-peristiwa alam seperti di tuliskan sebelumnya “Ranying Hattala menempatkan
itu (sifatNya) ditengah-tengah samudera luas, yang disertai bunyi Guntur menggemuruh
memenuhi alam semesta, Petir Halilintar menggetarkan buana”. Ketiga, Yesus adalah pribadi
Allah yang mengerjakan pekerjaanNya di dunia untuk mewartakan Kerajaan dan keselamatan
Allah sedangkan pohon Batang Garing hanyalah benda yang dipercayai memiliki makna
simbolis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat berkristologi dengan apa saja
karena pribadi Yesus senantiasa dapat dikontekstualisasikan dengan objek-objek yang ada
terkhususnya pada pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini pribadi Yesus dikontekstualisasikan
dengan simbol suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah yaitu pohon Batang Haring. Sangat
menarik karena dapat di temukan banyak persamaan dan juga perbedaan mengenai nilai-nilai
yang ada di antara keduanya.

B. Saran
Saran dari penulis tentang karya tulis ilmiah ini adalah menambah wawasan dan
meningkatkan pemahaman para pembaca dalam memaknai nilai persamaan dan perbedaan
pribadi Yesus dengan salah satu simbol Suku Dayak yaitu pohon Batang Haring. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan pemikiran-
pemikiran penulis serta sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

C. Refleksi Teologis
Di dalam kehidupan ini kita sebagai orang percaya tentunya harus selalu mengalami
pembaharuan yang daripada Tuhan. Kita akan menemukan pembaharuan ketika kita berada di
dalam Tuhan, Barang Garing di percaya sebagai awal daripada kehidupan dan Yesuspun juga
merupakan awal dari segala kehidupan bagi kita orang-orang percaya seperti tertulis dalam
Wahyu 1:8 ”Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan
yang akan datang, Yang Mahakuasa.” Dari ayat ini kita tahu bahwa Yesus merupakan awalnya
dari segala sesuatu yang ada. Batang Garing sangat di percaya oleh orang Dayak namun hal ini
masih belum diketahui kebenarannya tetapi Yesus jauh berbeda sebab segala sesuatu yang ada
padaNya mengandung hal yang pasti bukan hanya katanya melainkan sebuah fakta yang nyata.
Jadi sebagai orang-orang percaya sudah sepantasnya kita untuk percaya kepada Yesus Kristus
yang menjadi awal dari segala sesuatunya.

DAFTAR PUSTAKA
Hendi & T. Aruan. 2020. Konsep Manusia Baru Dalam Kristus Berdasarkan Surat Efesus 4:17-
32. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol. 4(1), h. 113-
130.
Mirim, Sudirman. 2018. BATANG GARING: Sebuah Kajian Mitologi, Fungsi dan Makna. Jurnal
Widya Katambung. Vol. 9. No. 1, h. 50-66.
Stanislaus, Surip. 2008. Harmoni Kehidupan. Asal-usul Alam Semesta. Menggembalakan
Ciptaan. Yogyakarta: Kanisius.
Ukur, Fridolin. 1994. Kebudayaan Dayak Aktualisasai Dan Transformasi. Jakarta: LP3S
Institute Of Dayakology Research And Development Dan PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, h. 35-37.

Anda mungkin juga menyukai