Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KETAMANSISWAAN

Relavansi antara Pancasila dan Pancadharma

Disusun oleh :

 Eggio Vanaf Ilarno (19520003)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS TAMAN SISWA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan modul dan makalah ini, tak lupa juga sholawat serta salam
semoga tercurah selalu kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Dalam menyusun dan penulisan makalah ini tidak sedikit menemukan
kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari segala pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palembang, 07 Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3

A. Latar Belakang...................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5

A. Sejarah perkembangan kimia dalam islam........................................... 5


B. Pengertian ilmu kimia ditinjau dari agama islam................................. 6
C. Kimia ditinjau dari agama islam........................................................... 6
D. Pemanfaatan ilmu kimia dalam kehidupan........................................... 7
E. Ilmu kimia pada ayat al-quran.............................................................. 7

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 8

A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 9

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tanggal 1 Juni 1945 Indonesia telah menetapkan dasar negara yang
bersifat sakral. Dasar negara tersebut telah menjadi bagian dari pedoman atau
pandangan hidup bangsa Indonesia sampai saat ini. Pandangan hidup tersebut kita
kenal sebagai Pancasila. Pancasila berasal dari Bahasa Sangsekerta yang
mengandung arti tertentu yaitu, “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti
dasar.

Pancasila merupakan lima dasar filsafat negara Republik Indonesia.


Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dapat ditelusuri secara historis
sejak adanya sejarah awal masyarakat Indonesia. Keberadaan masyarakat ini
dapat ditemukan dengan adanya peninggalan peninggalan sejarah pada masa
kerajaaan. Terbukti dengan ditemukannya beberapa prasasti, candi, dan yupa
yang berasal dari Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram. Selain itu
nilai- nilai pancasila ditemukan juga dengan adanya persatuan dan kesatuan antar
umat beragama.

Salah satu wujud pemikiran di bidang pendidikan yang memiliki arti


sangat penting dalam proses mencerdaskan bangsa dan masyarakat Indonesia
adalah konsepsi Panca Dharma yang dirumuskan secara sistematis oleh Ki Hajar
Dewantara, perintis dan pemimpin Yayasan Taman Siswa. Dikatakan penting
karena beberapa konsepsi pemikiran tersebut sempat menempati posisi dan peran
yang cukup penting di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (kini
Kementerian Pendidikan Nasional).

3
B. Runusan masalah
1. Apa pengertian Pancasila ?
2. Apa pengertian Pancadharma ?
3. Bagaimana hubungan Pancasila dengan Pancadharma ?
4. Bagaimana penerapan Pancasila dan Pancadharma ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberi pemahaman kepada
masyarakat luas terutama  kepada masyarakat Buddhis tentang Pancasila dan
Pancadharma, bagaimana hubungan dan penerapan pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian penyusun berharap kepada pembaca makalah ini agar
dapat mengamalkan atau memperaktikkan Pancasila Buddhis dan Pancadharma
dalam kehidupan sehari-hari.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap
bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi
negara Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan negara. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia
yang mementingkan semua komponen dari bangsa ini.

Pancasila memiliki lambang pada setiap silanya, dan juga memiliki arti.

1. Bagian tengah terdapat simbol


BINTANG yang melambangkan sila
pertama Pancasila, Ketuhanan yang
MahaEsa. 
Lambang bintang
dimaksudkan sebagai sebuah
cahaya, seperti layaknya Tuhan
yang menjadi cahaya
kerohanian bagi setiap manusia.

2. Di bagian kanan bawah terdapat


RANTAI yang melambangkan sila
kedua Pancasila, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab. 

5
3

Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling berkait membentuk lingkaran. 

Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran


melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan
bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain
dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.

3. Di bagian kanan atas terdapat gambar POHON BERINGIN yang melambangkan


sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon
beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di
bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa " berteduh " di bawah
naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar
yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama,
seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.

4. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar KEPALA BANTENG yang


melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang banteng
digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti
halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan
sesuatu.

5. Di sebelah kiri bawah terdapat PADI dan KAPAS yang melambangkan sila
kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas
digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan

6
sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan
tujuan utama bagi sila kelima ini. 

B.     Pancadharma
Pancadharma berasal dari bahasa sansekerta atau pancadhamma (pali) yang terdiri
dari dua kosakata yaitu panca dan dharma. Panca artinya lima sedangkan dharma
artinya kebenaran (ajaran). Jadi Pancadharma artinya lima ajaran atau kebenaran.
Pancadharma terdiri dari lima sifat mulia, yakni:
 Metta-karuna, yaitu cinta kasih dan belas kasihan
 Sama-Ajiva, yaiitu penghidupan benar
 Santutthi, yaitu rasa puas
 Sacca, yaitu kebenaran atau kejujuran
 Sati-sampajanna, yaitu perhatian dan kewaspadaan

C.    Hubungan Pancasila dengan Pancadharma


Penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa Pancadharma merupaka pendukung
praktek Pancasila Buddhis. Pancadharma disebut pendukung praktek Pancasila
Buddhis karena jika memiliki sifat mulia dalam Pancadharma maka praktek Pancasila
Buddhis akan terlaksana. Lebih jelasnya hubungan Pancadharma dengan Pancasila di
jelaskan dalam tebel dibawah ini!
No. Pancadharma Pancasila
1 Metta-karuna (cinta kasih dan belas Menghindari pembunuhan
kasih)
2 Samma-ajiva (penghidupan atau mata Menghindari pencurian
pencaharian benar)
3 Santutthi (rasa puas) Mengindari perbuatan
asusila

7
4 Sacca (kebenaran atau kejujuran) Menghindari berbohong
5 Sati-sampajanna (waspada dan Menghindari mabuk-
pengertian) mabukan

a. Hubungan metta-karuna dengan sila pertama Pancasila Buddhis (tidak


membunuh)
Jika setiap orang memiliki sifat metta dan karuna, megembangkan dua
sifat ini setiap saat maka tidak akan ada pelanggaran Pancasila Buddhis
pertama. Mereka yang memiliki cinta kasih tidak akan tega untuk menyakiti
makhluk lain, dan mereka yang memiliki belas kasihan juga tidak akan tega
melihat orang lain menderita tetapi ingin melihat makhluk lain bahagia bebas
dari penderitaan.
b. Hubungan samma-ajiva dengan sila kedua Pancasila Buddhis (tidak mencuri)
Mereka yang memiliki mata pencaharian benar dan menanamkan
dalam dirinya untuk selalu bermata pencaharian benar tidak akan melakukan
pekerjaan yang merugikan makhluk lain. Dengan demikian ia tidak akan
melanggar sila kedua dari Pancasila Buddhis yaitu mengambil barang yang
tidak diberikan oleh pemiliknya. Karena itulah Pancadharma kedua ini disebut
sebagai pendukung praktek dari Pancasila Buddhis sila kedua.
c. Hubungan santutthi dengan sila ketiga Pancasila Buddhis (tidak berbuat
asusila)
Dengan memiliki rasa puas terhadap pasangan suami, istri, kekasih,
maupun tunangan akan mendukung praktek pancasila buddhis ketiga yaitu
tidak melakukan perbuatan asusila, karena mereka yang puas akan setia
terhadap pasangannya dan tidak akan merakukan perbuatan asusila.
d. Hubungan sacca dengan sila keempat Pancasila Buddhis (tidak berbohong)
Kejujuran diartikan sebagai mengatakan sesuatu sesuai dengan
kebenaran, keadaan sesungguhnya, dan tanpa ditutup-tutupi. Memiliki

8
kejujuran berarti akan mengatakan sesuatu dengan benar, beralasan,
bermanfaat, dan dikatakan tepat pada waktunya.
e. Hubungan sati sampajanna dengan sila kelima Pancasila Buddhis (tidak
mebuk-mabukkan)
Sikap waspada dan pengertian dalam berbagai segi kehidupan
termasuk waspada dalam makanan, pakaian, tingkah laku, maupun hakikat
hidup dan kehidupan, maka dapat mendukung praktek Pancasila Buddhis
yang kelima yaitu tidak mebuk-mabukkan. Dengan waspada dan pengertian
dalam makanan orang akan berhati-hati ketika akan mengkonsumsi makanan
dan minuman, serta penuh pengertian bahwa makanan atau minuman yang
dikonsumsinya tidak dapat melemahkan kesadaran.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pancadharma adalah lima kebenaran yang berhubungan dengan Pancasila
Buddhis. Dengan melaksanakan Pancadharma maka Pancasila Buddhis akan
terlaksana. Lima kebenaran tersebut adalah
1. pencaharian benar
2. Rasa Cinta kasih-Belas kasihan
3. Mata puas
4. Kejujuran
5. Waspada dan pengertian

B.     Saran
Saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis, guna untuk
mengoreksi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini,

9
sehingga untuk kedepanya penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan
tersebut. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan atau pedoman untuk di gunakan
sebagaimana di harapkan.

Daftar Pustaka
Anguttara Nikaya 2. Numerical Discourses of The Budhha. Diterjemahkan oleh
Nyanaponika Thera dan Bhikkhu Bodhi. Juni 2003.
Gunawan, Prajnadhika. 1971. Dharma dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta:
Kleuarga Besar Dharmasagara.
Lay U Ko. Panduan Tipitaka. Diterjemahkan oleh Dra. Lanny Anggawati dan Wena
Cintawati. Magelang: Vihara Bodhivamsa. 2000.
Mahathera Narada. Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya bagian II. Jakarta: Yayasan
Dhammadipa Arama. 1998.

10
Mahathera Narada. The Dhammapada. Bandung: Yayasan Buddhis Karaniya,
Oktober 1989.
Mukti,  Wijaya, Krishnanda. 2003. Wacana Buddha Dharma. Yayasan  Dharma
Pembangunan. Jakarta.
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013.
Rashid, Teja S.M. (Pandita Dhammavisarada). Sila dan Vinaya. Jakarta: Penerbit
Buddhis Bodhi. 1997.
Salim, Juniarti (pandita). Upakarika, Ana. Jennifer. Ehipassiko. Jakarta: Buku
Pelajaran Agama Buddha. 2012.
Suliani, Puji. Hemajoyo Sulan. Dharmacakra. Jakarta: CV. Karunia Jaya.2011
The Itivuttaka, The Buddha’s Saying. Diterjemahkan oleh John D. Ireland. Bandung:
Lembaga Anagarini Indonesia. 1998
Tim penyusun. Materi Kuliah Agama Buddha untuk Perguruan Tinggi Agama
Buddha. Kitab Suci Vinaya Pitaka. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi. 2003.
Witono.  Hemajoyo, Sulan. Buku Pendidikan Agama Buddha. Jakarta: CV. Karunia
Jaya. 2011
Wowor, Cornelis MA. 1997. Pandangan Sosial Agama Buddha. Jakarta: CV. Nitra
Kencana Buana

11

Anda mungkin juga menyukai