Hardoko Hardokoa,*, Eddy Suprayitnoa, Jeny Ernawati Tambunana, Santi Dwi Lestaria
a
Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran
No. 1 Malang, Indonesia
*Koresponden penulis (Alamat email) : hardoko@ub.ac.id
Abstrak
Se’i merupakan produk olahan daging asap khas NTT yang berbentuk irisan memanjang, beraroma asap cukup
kuat, dan berwarna coklat sehingga terkadang kurang menarik konsumen. Dilain hal terdapat angkak sebagai
pewarna alami yang aman dan sudah diterapkan berbagai produk pangan sehingga warna atau penampilan
produk menjadi lebih menarik. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki
performa se’i ikan tuna dengan mengaplikasikan pewarna alami angkak. Metode penelitian yang digunakan
metode eksperimen dengan perlakuan perendaman (marinasi) daging ikan tuna dalam larutan angkak dan
bumbu selama 0, 6, 12, 24 jam, dan dilanjutkan dengan proses pengasapan sehingga dihasilkan se’i tuna-angkak.
Hasilnya menunjukkan bahwa se’i tuna memunyai skoring intensitas warna merah sampai merah kecoklatan,
skoring intensitas aroma asap sedikit berasa dan beraroma asap, bertekstur agak empuk, dan berkadar air 38,67
– 55,33%. Se’i tuna-angkak yang paling disukai adalah hasil hasil marinasi selama 6 jam. Se’i tuna hasil
marinasi 6 jam mempunyai nilai hedonik keseluruhan 6,6 (suka-sangat suka), nilai skoring intensitas warna 4,4
(merah), aroma asap 3,5 (agak beraroma asap), skoring intensitas tekstur 4,2 (agak empuk), kadar air 38,67%,
dan kadar peroksida 0,22 meq/Kg, serta nilai warna oHue 36,46 dengan L (lightnes) 68,47 (merah cerah).
Abstract
Se'i is a processed smoked meat product typical of NTT which has the shape of long slices, has quite a strong
smell of smoke, and is brown in color so that it is sometimes less attractive to consumers. On the other hand,
Angkak is a natural dye that is safe and has been used in various food products so that the color or appearance
of the product becomes more attractive. Therefore, a research was carried out with the aim of improving the
performance of tuna se'i by applying the natural Angkak dye. The research method used was the experimental
method by immersing (marinating) tuna meat in a solution of Angkak and seasonings for 0, 6, 12, 24 hours, and
followed by the smoking process to produce se’i tuna Angkak. The results show that se'i tuna has a red to
brownish red color intensity score, a smoke aroma intensity score with a slight taste and smell of smoke, a
slightly soft texture, and a water content of 38.67 - 55.33%. The most preferred se'i tuna Angkak is the result of
marination for 6 hours. Se'i tuna marinated for 6 hours has an overall hedonic value of 6.6 (likes to very much),
color intensity scoring value is 4.4 (red), smoke aroma is 3.5 (slightly smells of smoke), texture intensity score
is 4.2 (a bit soft), 38.67% water content, and 0.22 meq/Kg peroxide content, and oHue color value 36.46 with L
(lightness) 68.47 (bright red).
bagi tubuh [1]. Ikan tuna memiliki kandungan daging se’i yaitu angkak yang merupakan hasil
protein 22,6-26,2 g/100g daging serta fermentasi beras dengan ragi Monascus [8].
kandungan lemak sebesar 0,2-2,7 g/100g Penggunaan angkak sebagai pewarna alami
daging [2] . telah diterapkan pada berbagai produk seperti
Indonesia termasuk negara dengan potensi margarine [9-10], sosis ikan kembung [11],
ikan tuna tertinggi di dunia. Tercatat total sosis ayam [12], cookies dan roti [13], pewarna
produksi tuna mencapai 613.575 ton per terasi [14], pewarna kornet [15]. Selain sebagai
tahunnya [3]. Namun ikan termasuk bahan pewarna, angkak juga bersifat antioksidan [16]
pangan yang memiliki sifat mudah membusuk dan juga bersifat antimikroba sehingga dapat
(perishable food). Oleh karena itu, diperlukan bertindak sebagai pengawet [17-18].
proses pengolahan dan pengawetan yang Dengan melihat potensi ikan tuna,
bertujuan untuk menghambat aktivitas permasalahan ikan asap, permasalahan
mikroorganisme perusak atau enzim-enzim penggunaan salpeter, maka perlu dilakukan
yang dapat menyebabkan kemunduran mutu penelitian pembuatan se’i tuna menggunakan
atau kerusakan pada ikan, sehingga nilai gizi pewarna alami angkak. Penelitian ini bertujuan
ikan tidak hilang. Pengawetan ikan dapat untuk mengkarakterisasi produk se’i tuna yang
dilakukan dengan cara pembekuan, perebusan, diberi pewarna alami angkak. Diversifikasi
pengasinan, pengeringan dan pengasapan [4]. produk dari ikan tuna menjadi se’i berpewarna
Di beberapa daerah di Indonesia, ikan tuna angkak diharapkan dapat meningkatkan
sering diawetkan dengan cara pengasapan [5]. penampilan se’i tuna, meningkatkan tingkat
Namun, ikan asap yang dibuat umumnya konsumsi masyarakat pada ikan, serta
dalam bentuk ikan utuh atau dibelah sehingga meningkatkan nilai tambah ikan tuna.
konsumen terganggu dengan adanya duri dan
bentuk ikan yang masih utuh menyulitkan METODE
dalam proses pengemasan [6]. Masalah lain
terkait dengan ikan asap adalah aroma asap Bahan dan Alat
yang kuat yang kadang kurang disukai Bahan utama yang digunakan dalam
konsumen sebagai akibat proses pengasapan adalah ikan tuna sirip biru (Thunnus maccoyii),
yang lama. bumbu, dan bubuk angkak. Ikan tuna sirip biru
Dilain pihak terdapat makanan khas diperoleh dari pasar Blimbing, Kota Malang,
Indonesia yang diolah dan diawetkan dengan Jawa Timur memiliki panjang 40-50 cm dan
pengasapan tetapi tanpa tulang dan berbentuk berat 640-875 gram/ekor. Angkak yang
irisan tipis memanjang, yaitu se’i. Produk se’i digunakan berbentuk bubuk merk “Top-Ho”
cukup disukai oleh masyarakat Indonesia dan dan diperoleh melalui e-commerce Shopee.
barangkali dapat dijadikan solusi untuk Bumbu yang digunakan berupa garam, bawang
mengatasi permasalahan ikan asap. Pada putih, bawang merah, merica, gula, ketumbar,
awalnya Se'i popular di Nusa Tenggara Timur jahe diperoleh dari Pasar Bunul, Malang.
(NTT) dan banyak terbuat dari dari daging Bahan untuk proses pengasapan meliputi
babi, sapi, kerbau, kuda, atau rusa [7] dan serabut kelapa kering, batok kelapa dan arang
kemudian berkembang diluar NTT. kayu. Adapun bahan kimia unuk analisis
Karakteristik dari olahan se’i yaitu memiliki meliputi larutan asam asetat (CH3COOH)
warna yang bervariasi mulai dari cokelat muda, (merk Emsure), kloroform (CHCl3) (merk
coklat tua, sampai coklat kemerahan Emsure), natrium thiosulfate (Na2S2O3) (merk
merupakan hasil penggunaan salpeter atau Emsure), kalium iodida (KI) (merk Emsure),
sendawa atau potassium nitrat (KNO3). Akan tepung tapioka (Cap Swan 480 g). Bahan untuk
tetapi, penggunaan saltpeter dalam jumlah uji organoleptik bahan-bahan yang dibutuhkan
tinggi sebagai nitrat akan meninggalkan antara lain sampel se’i tuna, bubuk kopi dan air
residu berbentuk nitrosamin yang dapat mineral.
bersifat karsinogenik pada se’i. Oleh karena
itu, diperlukan pewarna alami yang aman Pembuatan Larutan Angkak dan Bumbu
dalam pembuatan se’i. Proses pembautan larutan angkak mengacu
Salah satu bahan alami yang dapat pada [8]. Proses pembuatan larutan angkak
digunakan sebagai pewarna dalam pengolahan dilakukan dengan cara menimbang bubuk
61 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
(hidung), untuk dapat menghasilkan bau atau oleh lemak bahan [32], komponen asap seperti
aroma maka zat-zat aroma harus dapat fenol, karbonil dan asam-asam organic [27],
menguap. Namun pemberian pewarna angkak dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
terlihat tidak memberikan pengaruh nyata dengan rasa tertentu, serta tradisi di suatu
terhadap tingkat kesukaan pada aroma se’i tuna daerah [33].
(Tabel 1). Hal ini sejalan dengan [29] pada Tekstur adalah penginderaan yang
terasi yang ditambah angkak, tingkat kesukaan dihubungkan dengan rabaan atau sentuhan.
terhadap aroma aroma terasi juga tidak beda. Tekstur juga dianggap sama pentingnya
Dibanding dengan se’i lain, tingkat kesukaan dengan aroma, rasa dan kenampakan karena
aroma se’i daging sapi [26] memiliki nilai mempengaruhi citra makanan [34]. Tabel 1
sebesar 4 (cukup suka). Pada penelitian [27], menunjukkan bahwa tekstur se’i tuna yang
tingkat kesukaan aroma ikan cakalang asap paling disukai adalah yang dagingnya
memiliki nilai sebesar 5 (suka). Tinggi direndam dalam larutan angkak 6 jam, sedang
rendahnya nilai aroma dipengaruhi oleh jenis perlakuan perendaman yang lain tidak beda
kayu yang digunakan dalam proses nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pengasapan. Kurangnya nilai bau tersebut dilakukan [25] panelis cenderung menyukai
diduga sebagai akibat dari pelepasan senyawa- sosis ikan kembung dengan penambahan
senyawa lain yang tidak dikehendaki yang ikut angkak. Hal tersebut diduga karena angkak
bersama-sama di dalam asap. Jenis kayu yang terbuat dari beras yang memiliki kandungan
baik untuk pengasapan adalah banyak pati 85-90% dan mampu meningkatkan daya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah ikat air, serta berpengaruh terhadap tekstur dari
terbakar, kayu yang lambat terbakar, dan produk sosis. Selain itu, tingkat kesegaran
menghasilkan asap. Jenis dan kondisi kayu bahan baku sebelum diolah juga dapat
juga menentukan jumlah asap yang akan mempengaruhi tekstur yang dihasilkan, juga
dihasilkan [30]. kandungan airnya[35.
Rasa berhubungan dengan komponen Penerimaan keseluruhan merupakan
bahan yang dapat ditangkap oleh indera perasa penilaian hedonik gabungan dari seluruh
(lidah). Rasa merupakan salah satu variabel atribut penilaian sensori yaitu aroma, warna,
penentu dalam tingkat penerimaan panelis rasa dan tekstur. Sejalan dengan hedonik
terhadap suatu produk. [24]. Tingkat kesukaan atribut se’i tuna yang lain, se’i tuna yang
terhadap rasa Se’i tuna yang diberi pewarna paling disukai secara keseluruhan adalah yang
angkak yang paling disukai adalah hasil dagingnya direndam dalam larutan angkak
prendaman daging tuna selama 6 jam, selama 6 jam, meskipun secara statistik tidak
meskipun secara statistik tidak beda dengan beda dengan yang direndam 12 jam, namun
yang direndam 12 jam. Tingkat kesukaan mempunyai nilai lebih tinggi. Menurut [36],
terhadap rasa se’i tuna-angkak barangkali pemanfaatan angkak dalam makanan berperan
terkait dengan rasa angkak yang sedikit pahit sebagai pewarna alami dan berpengaruh
oleh adanya senyawa alkaloid [25]. Jadi, jika terhadap peningkatan cita rasa makanan dan
terlalu lama daging tuna terendam dalam kesukaan secara keseluruhan. Dibandingkan
larutan angkak maka akan mempengaruhi rasa dengan ikan tongkol asap [37], memiliki nilai
dari se’i yaitu menjadi pahit. Hal yang mirip sebesar 5,2 (agak suka) yang masih lebih
juga dilaporkan oleh [31] pada saos tomat rendah dibanding se’i tuna dengan pewarna
yang ditambahkan angkak. dapat berasal dari angkak. Asap berperan penting dalam
angkak. Angkak selain berfungsi sebagai pembentukan aroma, rasa dan tekstur.
pewarna dapat juga sebagai pengawet dan Komponen utama dalam asap yang berperan
pembangkit rasa pada makanan karena penting yaitu fenol [38].
mengandung oligopeptida. Dibandingkan
dengan produk se’i lain, tingkat kesukaan Organoleptik Skoring Se’i Tuna-Angkak
terhadap rasa se’i tuna-angkak lebih tinggi, Organoleptik skoring menggambarkan
dimana tingkat kesukaan rasa se’i daging sapi intensitas atribut organoleptik dari produk.
[26] memiliki nilai 4 (cukup suka) ikan Intensitas atribut organoleptik se’i tuna dengan
cakalang asap memiliki nilai 5 (suka) [27]. pewarna almi angkak disajikan pada Tabel 2.
Tingkat kesukaan terhadap rasa dipengaruhi
63 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
Tabel 2. Karakteristik organoleptik skoring se’i tuna penggunaan asap cair, lama pengasapan dan
dengan pewarna angkak suhu pengasapan. Lama pengasapan dan suhu
Skoring Lama perendaman
Atribut 0 Jam 6 Jam 12 Jam 24 Jam
selama proses pengasapan yang berbeda dapat
Warna 5,8b 4,4a 4,7ab 4,9ab mempengaruhi jumlah asap dan senyawa fenol
Rasa ikan 3,9ab 3,6b 3,5b 4,1a yang melekat pada daging sei sehingga
a a a
Rasa asap 3,7 3,8 3,6 3,6a memberikan kenampakan warna yang berbeda
Aroma asap 3,7a 3,5a 3,4a 3,5a [33].
Tekstur 4,4a 4,2a 4,1a 4,4a
Keterangan:
Rasa merupakan sesuatu yang diterima oleh
- Notasi huruf superscript pada lajur yang sama indera pengecap yaitu lidah. Menurut [34],
menunjukkan beda nyata p<0,05 rasamerupakan salah satu faktor yang dapat
- Warna : 1= merah sangat cerah; 2= merah cerah; 3= merah menentukan suatu produk dapat diterima atau
agak cerah; 4= merah; 5= merah kecoklatan; 6= merah
sangat kecoklatan tidak oleh panelis ataupun konsumen. Rasa
- Rasa ikan : 1= sangat tidak gurih; 2= tidak gurih; 3= agak ikan pada se’i yang diberi pewarna angkak
gurih; (4) cukup gurih; (5) gurih; (6) sangat gurih
- Rasa asap: (1) sangat tidak terasa asap; (2) tidak terasa asap;
(Tabel 2) berkisar agak gurih samapi cukup
(3) agak terasa asap; (4) cukup terasa asap; (5) terasa gurih. Pemberian angkak bisa dikatakan
asap; (6) sangat terasa asap cenderung mengurangi rasa gurih dari se’i
- Aroma asap : (1) tidak beraroma khas; (2) kurang beraroma;
(3) agak beraroma; (4) cukup beraroma; (5) beraroma kuat; (6) tuna. Hal ini diduga terkait dengan proses
aroma sangat kuat pembuatan angkak. Menurut [42], bahwa
- Tekstur : (1) keras; (2) agak keras; (3) cukup keras; (4) agak angkak mengandung enzim amilase dan
empuk; (5) cukup empuk; (6) sangat empuk
selulase dari Monascus sp. Enzim amilase
Penambahan zat pewarna pada makanan berperan dalam mengubah pati menjadi
bertujuan agar makanan menjadi lebih glukosa. Pengubahan pati menjadi glukosa,
menarik. Penampilan makanan, terutama akan menghasilkan rasa yang agak manis dan
warna merah dan kuning, sangat berpengaruh gurih. Selain itu, rasa gurih pada ikan asap
untuk menggugah selera makan. Identik dihubungkan dengan adanya senyawa seperti
dengan gairah dan energi, makanan dengan asam glutamat atau garamnya. Asam glutamat
warna merah selalu sukses menggugah selera bebas terkandung pada seluruh spesies ikan
[25]. Tabel 2 memperlihatkan bahwa makin dan merupakan kontributor rasa gurih atau
lama perendaman daging cenderung umami [43]. Faktot perlakuan sebelum
memberikan intensitas warna merah lebih pengasapan seperti penggaraman dan kuring
coklat, terlebih yang tidak direndam larutan juga akan berpengaruh terhadap rasa ikan asap
angkak. Hal ini mengindikasikan bahwa makin [44].
lama perendaman akan meningkatkan warna Perlakuan perendaman daging tuna pada
yang terserap. Lama perendaman 6 jam larutan angkak dan bumbu ternyata tidak
menghasilkan warna merah. Hal tersebut berpengaruh terhadap rasa asap dan aroma asap
sejalan dengan penelitian yang dilakukan [39], se’i tuna (Tabel 2), dimana se’i tuna agak
bahwa ekstrak angkak berpengaruh nyata terasa asap dan agak beraroma asap. Dengan
terhadap warna yoghurt, makin tinggi demikian rasa dan aroma asap lebih terkait
konsentrasi angkak menghasilkan intensitas dengan lama proses pengasapan dan jenis kayu
warna merah yang lebih pekat. Selain itu, pada yang digunakan. Rasa asap yang ditimbulkan
proses pengasapan terjadi proses maillard. pada produk asap yaitu karena adanya
Pada reaksi maillard, gugus karbonil dari gula kandungan senyawa fenol. Senyawa fenol
pereduksi (aldosa) bereaksi dengan gugus merupakan konstituen mayor yang berperan
amina primer dari bahan pangan berwarna dalam pembentukan rasa pada produk asap.
cokelat yang disebut melanoidin (pigmen Senyawa fenol yang berperan dalam
berwarna coklat). Pada penelitian [40], skor pembentukan rasa asap adalah guaikol, 4-metil
yang diperoleh pada warna ikan cakalang asap guaikol, dan 2,6-dimetoksi fenol [43].
memiliki nilai sebesar 6.4 (coklat gelap). Skor Sementara itu, aroma pada produk asap juga
warna se’i daging sapi pada penelitian [41] disebabkan oleh kandungan fenol pada asap.
memiliki nilai sebesar 3 (merah gelap). Faktor- Zat fenol yang terbentuk selama proses
faktor yang dapat memperngaruhi warna pengasapan dapat memberikan cita rasa, warna
produk yaitu perbedaan bahan baku, dan aroma pada produk asap. Komponen zat
kimia pada asap akan menempel pada kulit
64 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
ikan dan akan masuk ke dalam daging ikan Gambar 1. Grafik kadar air se’i tuna hasil perendaman
sehingga akan mempengaruhi bau khas pada daging dalam larutan angkak
produk asap. Senyawa fenol yang lebih
berperan dalam pembentukan aroma asap Gambar 1 menunjukkan adanya
adalah siringol [44]. Pada penelitian [40], skor kecenderungan peningkatan kadar air seiring
yang diperoleh pada aroma asap ikan cakalang dengan lama perendaman sampai suatu titik
asap memiliki nilai sebesar 6,24 (aroma yang kesetimbangan kadar air yang sama dengan
lebih khas dan lebih harum). Sementara itu, kadar air daging tuna yang tanpa perendaman
skor aroma asap se’i daging sapi pada larutan angkak. Kadar air terendah didapat
penelitian [41] bernilai 4 (cukup beraroma). pada se’i hasil perendaman daging tuna selama
Organoleptik tekstur menurut [45], 6 jam. Fenomena ini mengindikasikan adanya
merupakan segala sesuatu yang berhubungan pertukaran air dalam daging tuna dengan
dengan rasa, sentuhan, penglihatan dan larutan angkak. Menurut [8], hal ini
pendengaran yang meliputi penilaian terhadap dikarenakan selama proses perendaman
kebasahan, kering, keras, halus dan kasar. ekstrak angkak akan meresap ke dalam daging
Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan bersama pigmen yang terkandung dalam
dengan menggunakan gigi, langit-langit dan angkak dan akan ditahan di dalam otot daging,
jari. Intensitas tekstur se’i yang diberi pewarna meskipun selama proses pengasapan banyak
angkak ternyata lama perendaman daging air daging yang berkurang akan tetapi masih
dalam larutan angkak tidak mempengaruhi banyak air yang terperangkap di dalam otot
tekstur se’i tuna. Tekstur se’i yang dihasilkan daging. Berdasarkan SNI 2725:2013 batas
sekitar 4 (agak empuk). Dengan demikian ada maksimum kadar air pada produk ikan asap
faktor lain yang mempengaruhi tekstur se’i yaitu 60%. Hasil kadar air pada se’i tuna
tuna angkak. Faktor yang mempengaruhi angkak memiliki nilai yang cukup rendah yaitu
tekstur dapat berupa kandungan air produk, pada kisaran 38,67-55,34%. Dengan demikian
suhu pemanasan, dan lama pengasapan [46]. kadar air se’i tuna yang direndam terlebih
Pada penelitian [40], skor yang diperoleh pada dahulu dalam larutan angkak telah memenuhi
tekstur cakalang asap memiliki nilai sebesar syarat mutu SNI 2725:2013 dan layak untuk
5,92 (kompak). Skor tekstur se’i daging sapi dikonsumsi.
pada penelitian [47] memiliki nilai sebesar 2 Kandungan air se’i daging sapi pada
(keras). Sedangkan, pada penelitian ini rasa penelitian [50], memiliki nilai 55,58%, dimana
asap yang dihasilkan yaitu agak empuk. nilai tersebut lebih tinggi dari se’i tuna-angkak.
Tinggi rendahnya kadar air dapat dipengaruhi
Kadar Air Se’i Tuna oleh lama dan suhu pengasapan. Kadar air
Kadar air yang terkandung dalam suatu produk asap juga dipengaruhi oleh kondisi
bahan pangan sangat berpengaruh terhadap awal bahan baku ikan yang masih segar atau
daya simpannya sehingga kadar air juga beku sebelum diasapi [51]. Selain itu, menurut
mempengaruhi kualitas suatu bahan pangan [35] bahan yang ditambahkan pada proses
[48-49] Kadar air se’i tuna hasil perendaman pembuatan se’i juga akan mempengaruhi kadar
daging larutan angkak dan bumbu dapat dilihat air se’i, salah satunya yaitu penambahan
pada Gambar 1. angkak. Semakin tinggi konsentrasi angkak
yang ditambahkan maka kadar air akan
80
55,33±2.89a
semakin meningkat, meskipun pada saat proses
55,33±3.51a 47±5.57ab
60 pengasapan akan berkurang, namun masih
Kadar Air (%)
mulai terjadinya oksidasi dari minyak atau perlakuan perendaman dalam larutan angkak
lemak [52]. Menurut [53] bilangan peroksida selama 0 jam dan 6 jam lebih rendah
terjadi karena oksidasi dari ikatan rangkap dibandingkan dengan perlakuan perendaman
pada asam lemak tidak jenuh dimana peroksida dalam larutan angkak selama 12 jam dan 24
dan hidroperoksida terbentuk akibat oksigen jam. Hal ini dapat disebabkan proses
meningkat. Proses oksidasi dapat berlangsung pengasapan yang dilakukan. Menurut [55],
bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen radikal bebas dapat dihasilkan karena
dengan asam lemak jenuh, meningkanya pembakaran yang tidak sempurna seperti asap
jumlah peroksida seiring dengan kendaraan dan asap rokok.
bertambahnya waktu penyimpanan. Bilangan peroksida ikan asap pada
Bilangan peroksida se’i tuna hasil penelitian [55], memiliki nilai sebesar 5,07-
perendaman daging dalam larutan angkak 5,20 meq O2/kg. Nilai ini masih lebih tinggi
dapat dilihat pada Gambar 2. daripada nilai bilangan peroksida se’i tuna-
angkak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lama
0,4 waktu pengasapan dan lama penyimpanan.
Bilangan Peroksida meq O2/Kg
66 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
67 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
[5] M. Rorano, dan R.M. Nur, “Sanitasi dan [12] Sudjatinah dan C.H. Wibowo,
higienie pengolahan ikan tuna dan “ Perbedaan pengaruh pemberian angkak
cakalang asap ditanah tinggi Desa dalam pembuatan sosis ayam terhadap
Gotalamo Kabupaten Pulau sifat fisik dan orlab, Pengembangan
Morotai.” Jurnal Aksara Publik, vol. 3, Rekayasa dan Teknologi, Vol 13, No. 2,
no. 2, hal. 134-141, 2019. hal. 65-71, Desember 2017.
[6] H. Hardoko, M.A.P. Panjaitan, E. [13] C. Coritama, F.S. Pranata, Y.R. Swasti,
Suprayitno, B.B. Sasmito, A. Chamidah, “Manfaat Bekatul Beras Putih dan
T.D. Sulistiyati, dan J.E. Tambunan Angkak dalam Pembuatan Cookies dan
“Pelatihan pengolahan se’i tuna dengan Roti,” MJNF (Muhammadiyah Journal of
fortifikasi ekstrak daun jati di Desa Nutrition and Food Science), Vol. 2 No. 1,
Gajahrejo Kabupaten Malang.” Prosiding hal. 43-57, 2021.
Konferensi Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat dan Corporate Social [14] N. Indriati dan F Andayani, “Utilization
Responsibility (PKM-CSR), vol. 4, no. 1, of Angkak as a natural dye for shrimp
hal. 642-648, 2021. paste product,” JPB Perikanan, Vol. 7,
No. 1, hal 11-20, 2012.
[7] A.U. Meko, S. Berhimpon, I.K. Suwetja,
dan F.G. Ijong, “Moisture sorption [15] M. Afdal, H. Lukman, dan Indriyani,
isotherm of Tuna Sei, smoked with liquid “Potensi angkak sebagai pewarna alami
smoke.” International Journal of terhadap karakteristik kornet daging
Fisheries and Aquaculture, vol. 8, no. 10, ayam,” Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
hal. 98-104. 2016. Universitas Jambi, Vol. 1, no. 2, hal. 154-
161, 2017.
[8] B. Sabtu, dan N.P.F. Suryatni,. Kualitas
kimia daging se’i yang diberi ekstrak [16] W.K. Sari, C. Astutiningsih, R.
angkak dan lama penyimpanan berbeda. Suharsanti, dan A.A.H. Wulan, “Kajian
Jurnal Nukleus Peternakan, vol. 2, no. 1, manajemen roduksi pewarna alami
hal. 7-14, 2015 angkak powder yang berpotensi sebagai
antioksidan dan antibakteri,” Jurnal
[9] D.P. Putraa, dan R.A. Salihat, “Quality Farmasi & Sains Indonesia, Vol. 2 No. 1,
Characteristics of Margarin With the hal. 99-105, Oktober 2019
Addition of Angkak Powder as a Natural
Dyes),” Jurnal Teknologi Pangan dan [17] M. Chandra , O. Rachmawan, dan R.L.
Gizi, Vol. 20, no. 2, hal. 111-123, 2021 Balia, “Pengaruh penggunaan berbagai
konsistensi angkak terhadap daya awet
[10] D. P. Putra, R. A. Salihat, N. R. Yanti, sosis sapi,” Students e-Journals, vol. 4,
“Analisis kimia , mikrobiologi dan no. 2, hal. 1-9, 2015.
organoleptik Margarin yang
Memanfaatkan Bubuk Angkak sebagai [18] I.S. Pakpahan dan L. Dewi, ”Aktivitas
Pewarna Alami. Jurnal Teknologi antibakteri tempe angkak terhadap bakteri
Pertanian Andalas, Vol. 26, no.2, hal. 239- Bacillus sp dan Escherichia Coli
247, September 2022 . (Antibacterial Activity of Tempeh
68 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71
Universitas Padjadjaran, vol. 21, no. 1, wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) kering
hal. 58-65, 2021. matahari,” Jurnal Sain Peternakan
Indonesia, vol. 16, no. 2, hal. 194-201,
[34] D. Lamusu, “Uji organoleptik jalangkote 2021.
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l) sebagai
upaya diversifikasi pangan,” Jurnal [42] Y.A. Susetyo, S. Hartini, dan M.N.
Pengolahan Pangan, vol. 3, no. 1, hal. 9- Cahyanti, “Optimasi kandungan gizi
15, 2018. tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
terfermentasi ditinjau dari dosis
[35] D. Triasih, A.T. Laksanawati, dan S. penambahan inokulum angkak serta
Nurlailatul, “Karakteristik penambahan aplikasinya dalam pembuatan mie
angkak terhadap sifat fisik dan basah,” Jurnal Aplikasi Teknologi
organoleptik salam,” In Prosiding Pangan, vol. 5, no. 3, hal. 44-50, 2016.
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
(SENTRINOV), vol. 6, no. 1, hal. 1233- [43] R.I. Pratama, H. Sumaryanto, J. Santoso,
1240, 2020. dan W. Zahirudin, “Karakteristik sensori
beberapa produk ikan asap khas daerah di
[36] A.I.T. Agustina, “Pengaruh penambahan Indonesia dengan menggunakan metode
angkak dan jumlah tapioka terhadap sifat quantitative descriptive analysis,” Jurnal
organoleptik sosis udang,” Jurnal Tata Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
Boga, vol. 4, no. 3, hal. 30-38, 2015. dan Perikanan, vol. 7, no, 2, hal. 117-130,
2012.
[37] N.H. Riyadi, dan W. Atmaka,
“Diversifikasi dan karakterisasi citarasa [44] A. Mardiah, dan E.A. Fitria, “Analisis
bakso ikan tenggiri (Scomberomus organoleptik ikan asap yang diolah secara
commerson) dengan penambahan asap tradisional,” UNES Journal of Scientech
cair tempurung kelapa,” Jurnal teknologi Research, vol. 3, no. 2, hal. 101-109,
hasil pertanian, vol. 3, no. 1, hal. 1-12, 2018.
2010.
[45] S. Nurlaila, D.M. Agustini, dan J.
[38] R. Hasanah, dan I. Suyatna, Purdianto, “Uji organoleptik terhadap
“Karakteristik mutu produk ikan baung berbagai bahan dasar
(Mystus nemurus) asap industri rumah nugget,” MADURANCH: Jurnal Ilmu
tangga dari tiga Kecamatan Kutai barat, Peternakan, vol. 2, no. 2, hal. 67-72,
Kutai Kartanegara,” Jurnal Akuatika, vol. 2017.
6, no. 2, hal. 170-176, 2015.
[46] K. Towadi, R.M. Harmain, dan F.A. Dali,
[39] N.R. Hidayati, “Pengaruh jumlah ekstrak “Pengaruh lama pengasapan yang berbeda
angkak dan sukrosa terhadap kualitas terhadap mutu organoleptik dan kadar air
yoghurt,” Jurnal Tata Boga, vol. 3, no. 1, pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)
hal. 271-282, 2014. asap,” The NIKe Journal, vol. 1, no. 3,
hal. 177-185, 2013.
[40] A. Talib, A. Husen, dan S. Gunawan,
“Karakteristik uji organoleptik ikan [47] L.K. Dheko, D. Darmakusuma, dan P.R.
cakalang asap dengan menggunakan asap Kale, “Aplikasi asap cair tempurung
cair dari tempurung kelapa, sabut kelapa kelapa rendah benzo [a] pyrene untuk
dan kayu mangrove,” Jurnal Agribisnis meningkatkan kualitas se’i sapi
Perikanan, vol. 13, no. 1, hal. 69-75, bali,” Sains Peternakan: Jurnal
2020. Penelitian Ilmu Peternakan, vol. 15, no.
1, hal. 8-15, 2017.
[41] T.R. Zainal, P.R. Kale, dan G.E.M.
Malelak, “Kualitas daging se’i sapi yang [48] S. Budijanto, A.B. Sitanggang, B.E.
diproses menggunakan buah belimbing Silalahi, dan W. Murdiati, Penentuan
70 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71