Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN FISIKO-KIMIA SE’I IKAN TUNA

DENGAN PEWARNA ALAMI ANGKAK

ORGANOLEPTIC AND PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS OF TUNA


FISH WITH NATURAL DYEING ANGKAK

Hardoko Hardokoa,*, Eddy Suprayitnoa, Jeny Ernawati Tambunana, Santi Dwi Lestaria
a
Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran
No. 1 Malang, Indonesia
*Koresponden penulis (Alamat email) : hardoko@ub.ac.id

Abstrak

Se’i merupakan produk olahan daging asap khas NTT yang berbentuk irisan memanjang, beraroma asap cukup
kuat, dan berwarna coklat sehingga terkadang kurang menarik konsumen. Dilain hal terdapat angkak sebagai
pewarna alami yang aman dan sudah diterapkan berbagai produk pangan sehingga warna atau penampilan
produk menjadi lebih menarik. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki
performa se’i ikan tuna dengan mengaplikasikan pewarna alami angkak. Metode penelitian yang digunakan
metode eksperimen dengan perlakuan perendaman (marinasi) daging ikan tuna dalam larutan angkak dan
bumbu selama 0, 6, 12, 24 jam, dan dilanjutkan dengan proses pengasapan sehingga dihasilkan se’i tuna-angkak.
Hasilnya menunjukkan bahwa se’i tuna memunyai skoring intensitas warna merah sampai merah kecoklatan,
skoring intensitas aroma asap sedikit berasa dan beraroma asap, bertekstur agak empuk, dan berkadar air 38,67
– 55,33%. Se’i tuna-angkak yang paling disukai adalah hasil hasil marinasi selama 6 jam. Se’i tuna hasil
marinasi 6 jam mempunyai nilai hedonik keseluruhan 6,6 (suka-sangat suka), nilai skoring intensitas warna 4,4
(merah), aroma asap 3,5 (agak beraroma asap), skoring intensitas tekstur 4,2 (agak empuk), kadar air 38,67%,
dan kadar peroksida 0,22 meq/Kg, serta nilai warna oHue 36,46 dengan L (lightnes) 68,47 (merah cerah).

Kata kunci: Angkak, Hedonik, Marinasi, Merah, Se’i Tuna

Abstract

Se'i is a processed smoked meat product typical of NTT which has the shape of long slices, has quite a strong
smell of smoke, and is brown in color so that it is sometimes less attractive to consumers. On the other hand,
Angkak is a natural dye that is safe and has been used in various food products so that the color or appearance
of the product becomes more attractive. Therefore, a research was carried out with the aim of improving the
performance of tuna se'i by applying the natural Angkak dye. The research method used was the experimental
method by immersing (marinating) tuna meat in a solution of Angkak and seasonings for 0, 6, 12, 24 hours, and
followed by the smoking process to produce se’i tuna Angkak. The results show that se'i tuna has a red to
brownish red color intensity score, a smoke aroma intensity score with a slight taste and smell of smoke, a
slightly soft texture, and a water content of 38.67 - 55.33%. The most preferred se'i tuna Angkak is the result of
marination for 6 hours. Se'i tuna marinated for 6 hours has an overall hedonic value of 6.6 (likes to very much),
color intensity scoring value is 4.4 (red), smoke aroma is 3.5 (slightly smells of smoke), texture intensity score
is 4.2 (a bit soft), 38.67% water content, and 0.22 meq/Kg peroxide content, and oHue color value 36.46 with L
(lightness) 68.47 (bright red).

Keywords: Angkak, Hedonic, Marinating, Red, Se’i Tuna

PENDAHULUAN tinggi dan mempunyai rasa yang cukup lezat.


Secara nutrisi ikan tuna mengandung asam
Ikan tuna merupakan jenis ikan yang amino essensial khususnya lisin, metionin dan
memiliki nilai ekonomis tinggi dan termasuk triptofan yang jauh lebih tinggi daripada
dalam jenis ikan yang paling banyak dicari di protein nabati. Selain itu, ikan tuna juga
laut Indonesia. Ikan tuna berkadar protein mengandung vitamin dan mineral yang baik
Article history: ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 5 June 2023
Disetujui / Accepted 22 August 2023
Diterbitkan / Published 31 August 2023
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

bagi tubuh [1]. Ikan tuna memiliki kandungan daging se’i yaitu angkak yang merupakan hasil
protein 22,6-26,2 g/100g daging serta fermentasi beras dengan ragi Monascus [8].
kandungan lemak sebesar 0,2-2,7 g/100g Penggunaan angkak sebagai pewarna alami
daging [2] . telah diterapkan pada berbagai produk seperti
Indonesia termasuk negara dengan potensi margarine [9-10], sosis ikan kembung [11],
ikan tuna tertinggi di dunia. Tercatat total sosis ayam [12], cookies dan roti [13], pewarna
produksi tuna mencapai 613.575 ton per terasi [14], pewarna kornet [15]. Selain sebagai
tahunnya [3]. Namun ikan termasuk bahan pewarna, angkak juga bersifat antioksidan [16]
pangan yang memiliki sifat mudah membusuk dan juga bersifat antimikroba sehingga dapat
(perishable food). Oleh karena itu, diperlukan bertindak sebagai pengawet [17-18].
proses pengolahan dan pengawetan yang Dengan melihat potensi ikan tuna,
bertujuan untuk menghambat aktivitas permasalahan ikan asap, permasalahan
mikroorganisme perusak atau enzim-enzim penggunaan salpeter, maka perlu dilakukan
yang dapat menyebabkan kemunduran mutu penelitian pembuatan se’i tuna menggunakan
atau kerusakan pada ikan, sehingga nilai gizi pewarna alami angkak. Penelitian ini bertujuan
ikan tidak hilang. Pengawetan ikan dapat untuk mengkarakterisasi produk se’i tuna yang
dilakukan dengan cara pembekuan, perebusan, diberi pewarna alami angkak. Diversifikasi
pengasinan, pengeringan dan pengasapan [4]. produk dari ikan tuna menjadi se’i berpewarna
Di beberapa daerah di Indonesia, ikan tuna angkak diharapkan dapat meningkatkan
sering diawetkan dengan cara pengasapan [5]. penampilan se’i tuna, meningkatkan tingkat
Namun, ikan asap yang dibuat umumnya konsumsi masyarakat pada ikan, serta
dalam bentuk ikan utuh atau dibelah sehingga meningkatkan nilai tambah ikan tuna.
konsumen terganggu dengan adanya duri dan
bentuk ikan yang masih utuh menyulitkan METODE
dalam proses pengemasan [6]. Masalah lain
terkait dengan ikan asap adalah aroma asap Bahan dan Alat
yang kuat yang kadang kurang disukai Bahan utama yang digunakan dalam
konsumen sebagai akibat proses pengasapan adalah ikan tuna sirip biru (Thunnus maccoyii),
yang lama. bumbu, dan bubuk angkak. Ikan tuna sirip biru
Dilain pihak terdapat makanan khas diperoleh dari pasar Blimbing, Kota Malang,
Indonesia yang diolah dan diawetkan dengan Jawa Timur memiliki panjang 40-50 cm dan
pengasapan tetapi tanpa tulang dan berbentuk berat 640-875 gram/ekor. Angkak yang
irisan tipis memanjang, yaitu se’i. Produk se’i digunakan berbentuk bubuk merk “Top-Ho”
cukup disukai oleh masyarakat Indonesia dan dan diperoleh melalui e-commerce Shopee.
barangkali dapat dijadikan solusi untuk Bumbu yang digunakan berupa garam, bawang
mengatasi permasalahan ikan asap. Pada putih, bawang merah, merica, gula, ketumbar,
awalnya Se'i popular di Nusa Tenggara Timur jahe diperoleh dari Pasar Bunul, Malang.
(NTT) dan banyak terbuat dari dari daging Bahan untuk proses pengasapan meliputi
babi, sapi, kerbau, kuda, atau rusa [7] dan serabut kelapa kering, batok kelapa dan arang
kemudian berkembang diluar NTT. kayu. Adapun bahan kimia unuk analisis
Karakteristik dari olahan se’i yaitu memiliki meliputi larutan asam asetat (CH3COOH)
warna yang bervariasi mulai dari cokelat muda, (merk Emsure), kloroform (CHCl3) (merk
coklat tua, sampai coklat kemerahan Emsure), natrium thiosulfate (Na2S2O3) (merk
merupakan hasil penggunaan salpeter atau Emsure), kalium iodida (KI) (merk Emsure),
sendawa atau potassium nitrat (KNO3). Akan tepung tapioka (Cap Swan 480 g). Bahan untuk
tetapi, penggunaan saltpeter dalam jumlah uji organoleptik bahan-bahan yang dibutuhkan
tinggi sebagai nitrat akan meninggalkan antara lain sampel se’i tuna, bubuk kopi dan air
residu berbentuk nitrosamin yang dapat mineral.
bersifat karsinogenik pada se’i. Oleh karena
itu, diperlukan pewarna alami yang aman Pembuatan Larutan Angkak dan Bumbu
dalam pembuatan se’i. Proses pembautan larutan angkak mengacu
Salah satu bahan alami yang dapat pada [8]. Proses pembuatan larutan angkak
digunakan sebagai pewarna dalam pengolahan dilakukan dengan cara menimbang bubuk
61 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

angkak 25 gram dan ditambah air sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN


200 mL (rasio 1:8), diaduk dan kemudian
direbus hingga mendidih selama sekitar 2 Organoleptik Hedonik Se’i Tuna-Angkak
menit. Air rebusan angkak didinginkan selama Organoleptik hedonik digunakan untuk
1 hari (24 jam) dalam kondisi tertutup. mengukur tingkat kesukaan terhadap suatu
Selanjutnya larutan diambil 120 gram dan di produk [24]. Karakteristik hedonik se’i tuna
encerkan dalam 250 ml air sehingga terbentuk yang diberi pewarna alami angkak berdasar
larutan angkak yang siap digunakan. Setelah kenampakan, aroma, rasa, tekstur, dan
larutan angkak siap, maka dilakukan proses keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
penghalusan bumbu-bumbu yang terdiri dari
garam, bawang putih, bawang merah, merica, Tabel 1. Karakteristik hedonik se’i tuna dengan pewarna
gula, ketumbar dan jahe. Bumbu yang telah alami angkak
Atribut Lama perendaman
halus dilarutakan dan larutan angkak sehingga Hedonik 0 Jam 6 Jam 12 Jam 24 Jam
siap digunakan untuk merendam daging ikan Kenampakan 5,7b 6,4b 6,2ab 5,9b
tuna. Aroma 5,7 a 5,8 a 5,6 a 5,5a
Rasa 6,1a 6,6b 6,4b 5,8a
Proses Pembuatan Se’i Tuna Tekstur 5,8a 6,4b 5,9a 5,7a
a b b
Keseluruhan 5,8 6,6 6,5 5,8a
Pembuatan se’i tuna mengacu pada [19]. Keterangan:
Ikan tuna dicuci menggunakan air mengalir - notasi huruf superscript pada lajur yang sama menyatakan beda
dan dilanjutkan dengan proses penyiangan dan nyata p<0.05
- Skala: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3= agak tidak suka;
pemfiletan. Penyiangan dilakukan untuk 4= netral; 5= agak suka; 6= suka; 7= sangat suka
membuang insang dan isi perut ikan.
Pemfiletan dilakukan untuk memisahkan Kenampakan didefinisikan sebagai sifat-
daging ikan dari tulang dan kepala ikan sifat visual suatu produk yang meliputi ukuran,
sehingga dihasilkan dua lembaran daging ikan bentuk, warna dan kesesuaian produk, serta
beserta kulitnya. Selanjutnya kulit ikan merupakan sifat yang sangat penting dalam
dipisahkan dari dagingnya dan lembaran filet menunjang kualitas atau mutu produk [24].
tanpa kulit diperoleh dipotong memanjang Secara umum se’i tuna dengan pewarna angkak
dengan lebar sekitar 3 cm mebentuk irisan lebih disukai daripada yang tanpa pewarna
silindris. Selanjutnya, irisan daging ikan tuna (kontrol atau lama perendaman 0 jam), namun
direndam dalam larutan campuran angkak dan se’i yang paling disukai adalah hasil
bumbu selama 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 perendaman daging tuna selama 6 jam dalam
jam dan ditaruh didalam kulkas. Tahap larutan angkak. Hal ini menunjukkan bahwa
selanjutnya yaitu menyiapkan alat pengasap angkak dapat meningkatkan kesukaan
yaitu dengan membakar arang kayu, batok kenampakan se’i tuna. Tingkat kesukaan
kelapa dan serabut kelapa hingga terhadap kenampakan se’i bisa terkait dengan
mengeluarkan asapnya saja. Ketika menunggu warna merah cerah yang diberikan oleh
alat pengasapan siap digunakan, daging angkak. Hal ini terkait dengan pernyataan [25]
diletakan pada rak pengasapan yang telah bahwa angkak memiliki pigmen merah yang
dikeluarkan terlebih dahulu dari lemari asap berasal dari Monascus. Terdapat 2 jenis
guna meniriskan dan setelah tiris irisan daging pigmen merah yang terbentuk selama proses
ikan tuna diasap sampai cukup matang dengan fermentasi oleh Monascus, yaitu:
lama pengasapna sekitar 1 jam. Setelah rubropunctamin (C21H23NO4) dan
matang, se’i tuna diangkat dan diangin- monascorubramin (C23H27NO4). Dibandingkan
anginkan pada suhu ruang dan dikemas dengan dengan kesukaan se’i sapi dan cakalang asap
plastik untuk pengujian parameter. se’i tuna dengan pewarna alami angkak masih
lebih disukai, dimana tingkat kesukaan
Analisis Parameter dan data kenampakan se’i daging sapi bernilai 4 (suka)
Parameter se’i tuna yang dianalisis meliputi [26] dan kesukaan kenampakan ikan cakalang
organoleptik hedonik [20], organoleptik asap bernilai 5 (cukup suka) [27].
skoring [21], bilangan peroksida [22], dan Aroma menurut [28], merupakan sesuatu
kadar air [23]. Data parameter dianalisis yang dapat diamati dengan indera pembau
menggunakan program SPSS 16.0.
62 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

(hidung), untuk dapat menghasilkan bau atau oleh lemak bahan [32], komponen asap seperti
aroma maka zat-zat aroma harus dapat fenol, karbonil dan asam-asam organic [27],
menguap. Namun pemberian pewarna angkak dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
terlihat tidak memberikan pengaruh nyata dengan rasa tertentu, serta tradisi di suatu
terhadap tingkat kesukaan pada aroma se’i tuna daerah [33].
(Tabel 1). Hal ini sejalan dengan [29] pada Tekstur adalah penginderaan yang
terasi yang ditambah angkak, tingkat kesukaan dihubungkan dengan rabaan atau sentuhan.
terhadap aroma aroma terasi juga tidak beda. Tekstur juga dianggap sama pentingnya
Dibanding dengan se’i lain, tingkat kesukaan dengan aroma, rasa dan kenampakan karena
aroma se’i daging sapi [26] memiliki nilai mempengaruhi citra makanan [34]. Tabel 1
sebesar 4 (cukup suka). Pada penelitian [27], menunjukkan bahwa tekstur se’i tuna yang
tingkat kesukaan aroma ikan cakalang asap paling disukai adalah yang dagingnya
memiliki nilai sebesar 5 (suka). Tinggi direndam dalam larutan angkak 6 jam, sedang
rendahnya nilai aroma dipengaruhi oleh jenis perlakuan perendaman yang lain tidak beda
kayu yang digunakan dalam proses nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pengasapan. Kurangnya nilai bau tersebut dilakukan [25] panelis cenderung menyukai
diduga sebagai akibat dari pelepasan senyawa- sosis ikan kembung dengan penambahan
senyawa lain yang tidak dikehendaki yang ikut angkak. Hal tersebut diduga karena angkak
bersama-sama di dalam asap. Jenis kayu yang terbuat dari beras yang memiliki kandungan
baik untuk pengasapan adalah banyak pati 85-90% dan mampu meningkatkan daya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah ikat air, serta berpengaruh terhadap tekstur dari
terbakar, kayu yang lambat terbakar, dan produk sosis. Selain itu, tingkat kesegaran
menghasilkan asap. Jenis dan kondisi kayu bahan baku sebelum diolah juga dapat
juga menentukan jumlah asap yang akan mempengaruhi tekstur yang dihasilkan, juga
dihasilkan [30]. kandungan airnya[35.
Rasa berhubungan dengan komponen Penerimaan keseluruhan merupakan
bahan yang dapat ditangkap oleh indera perasa penilaian hedonik gabungan dari seluruh
(lidah). Rasa merupakan salah satu variabel atribut penilaian sensori yaitu aroma, warna,
penentu dalam tingkat penerimaan panelis rasa dan tekstur. Sejalan dengan hedonik
terhadap suatu produk. [24]. Tingkat kesukaan atribut se’i tuna yang lain, se’i tuna yang
terhadap rasa Se’i tuna yang diberi pewarna paling disukai secara keseluruhan adalah yang
angkak yang paling disukai adalah hasil dagingnya direndam dalam larutan angkak
prendaman daging tuna selama 6 jam, selama 6 jam, meskipun secara statistik tidak
meskipun secara statistik tidak beda dengan beda dengan yang direndam 12 jam, namun
yang direndam 12 jam. Tingkat kesukaan mempunyai nilai lebih tinggi. Menurut [36],
terhadap rasa se’i tuna-angkak barangkali pemanfaatan angkak dalam makanan berperan
terkait dengan rasa angkak yang sedikit pahit sebagai pewarna alami dan berpengaruh
oleh adanya senyawa alkaloid [25]. Jadi, jika terhadap peningkatan cita rasa makanan dan
terlalu lama daging tuna terendam dalam kesukaan secara keseluruhan. Dibandingkan
larutan angkak maka akan mempengaruhi rasa dengan ikan tongkol asap [37], memiliki nilai
dari se’i yaitu menjadi pahit. Hal yang mirip sebesar 5,2 (agak suka) yang masih lebih
juga dilaporkan oleh [31] pada saos tomat rendah dibanding se’i tuna dengan pewarna
yang ditambahkan angkak. dapat berasal dari angkak. Asap berperan penting dalam
angkak. Angkak selain berfungsi sebagai pembentukan aroma, rasa dan tekstur.
pewarna dapat juga sebagai pengawet dan Komponen utama dalam asap yang berperan
pembangkit rasa pada makanan karena penting yaitu fenol [38].
mengandung oligopeptida. Dibandingkan
dengan produk se’i lain, tingkat kesukaan Organoleptik Skoring Se’i Tuna-Angkak
terhadap rasa se’i tuna-angkak lebih tinggi, Organoleptik skoring menggambarkan
dimana tingkat kesukaan rasa se’i daging sapi intensitas atribut organoleptik dari produk.
[26] memiliki nilai 4 (cukup suka) ikan Intensitas atribut organoleptik se’i tuna dengan
cakalang asap memiliki nilai 5 (suka) [27]. pewarna almi angkak disajikan pada Tabel 2.
Tingkat kesukaan terhadap rasa dipengaruhi
63 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

Tabel 2. Karakteristik organoleptik skoring se’i tuna penggunaan asap cair, lama pengasapan dan
dengan pewarna angkak suhu pengasapan. Lama pengasapan dan suhu
Skoring Lama perendaman
Atribut 0 Jam 6 Jam 12 Jam 24 Jam
selama proses pengasapan yang berbeda dapat
Warna 5,8b 4,4a 4,7ab 4,9ab mempengaruhi jumlah asap dan senyawa fenol
Rasa ikan 3,9ab 3,6b 3,5b 4,1a yang melekat pada daging sei sehingga
a a a
Rasa asap 3,7 3,8 3,6 3,6a memberikan kenampakan warna yang berbeda
Aroma asap 3,7a 3,5a 3,4a 3,5a [33].
Tekstur 4,4a 4,2a 4,1a 4,4a
Keterangan:
Rasa merupakan sesuatu yang diterima oleh
- Notasi huruf superscript pada lajur yang sama indera pengecap yaitu lidah. Menurut [34],
menunjukkan beda nyata p<0,05 rasamerupakan salah satu faktor yang dapat
- Warna : 1= merah sangat cerah; 2= merah cerah; 3= merah menentukan suatu produk dapat diterima atau
agak cerah; 4= merah; 5= merah kecoklatan; 6= merah
sangat kecoklatan tidak oleh panelis ataupun konsumen. Rasa
- Rasa ikan : 1= sangat tidak gurih; 2= tidak gurih; 3= agak ikan pada se’i yang diberi pewarna angkak
gurih; (4) cukup gurih; (5) gurih; (6) sangat gurih
- Rasa asap: (1) sangat tidak terasa asap; (2) tidak terasa asap;
(Tabel 2) berkisar agak gurih samapi cukup
(3) agak terasa asap; (4) cukup terasa asap; (5) terasa gurih. Pemberian angkak bisa dikatakan
asap; (6) sangat terasa asap cenderung mengurangi rasa gurih dari se’i
- Aroma asap : (1) tidak beraroma khas; (2) kurang beraroma;
(3) agak beraroma; (4) cukup beraroma; (5) beraroma kuat; (6) tuna. Hal ini diduga terkait dengan proses
aroma sangat kuat pembuatan angkak. Menurut [42], bahwa
- Tekstur : (1) keras; (2) agak keras; (3) cukup keras; (4) agak angkak mengandung enzim amilase dan
empuk; (5) cukup empuk; (6) sangat empuk
selulase dari Monascus sp. Enzim amilase
Penambahan zat pewarna pada makanan berperan dalam mengubah pati menjadi
bertujuan agar makanan menjadi lebih glukosa. Pengubahan pati menjadi glukosa,
menarik. Penampilan makanan, terutama akan menghasilkan rasa yang agak manis dan
warna merah dan kuning, sangat berpengaruh gurih. Selain itu, rasa gurih pada ikan asap
untuk menggugah selera makan. Identik dihubungkan dengan adanya senyawa seperti
dengan gairah dan energi, makanan dengan asam glutamat atau garamnya. Asam glutamat
warna merah selalu sukses menggugah selera bebas terkandung pada seluruh spesies ikan
[25]. Tabel 2 memperlihatkan bahwa makin dan merupakan kontributor rasa gurih atau
lama perendaman daging cenderung umami [43]. Faktot perlakuan sebelum
memberikan intensitas warna merah lebih pengasapan seperti penggaraman dan kuring
coklat, terlebih yang tidak direndam larutan juga akan berpengaruh terhadap rasa ikan asap
angkak. Hal ini mengindikasikan bahwa makin [44].
lama perendaman akan meningkatkan warna Perlakuan perendaman daging tuna pada
yang terserap. Lama perendaman 6 jam larutan angkak dan bumbu ternyata tidak
menghasilkan warna merah. Hal tersebut berpengaruh terhadap rasa asap dan aroma asap
sejalan dengan penelitian yang dilakukan [39], se’i tuna (Tabel 2), dimana se’i tuna agak
bahwa ekstrak angkak berpengaruh nyata terasa asap dan agak beraroma asap. Dengan
terhadap warna yoghurt, makin tinggi demikian rasa dan aroma asap lebih terkait
konsentrasi angkak menghasilkan intensitas dengan lama proses pengasapan dan jenis kayu
warna merah yang lebih pekat. Selain itu, pada yang digunakan. Rasa asap yang ditimbulkan
proses pengasapan terjadi proses maillard. pada produk asap yaitu karena adanya
Pada reaksi maillard, gugus karbonil dari gula kandungan senyawa fenol. Senyawa fenol
pereduksi (aldosa) bereaksi dengan gugus merupakan konstituen mayor yang berperan
amina primer dari bahan pangan berwarna dalam pembentukan rasa pada produk asap.
cokelat yang disebut melanoidin (pigmen Senyawa fenol yang berperan dalam
berwarna coklat). Pada penelitian [40], skor pembentukan rasa asap adalah guaikol, 4-metil
yang diperoleh pada warna ikan cakalang asap guaikol, dan 2,6-dimetoksi fenol [43].
memiliki nilai sebesar 6.4 (coklat gelap). Skor Sementara itu, aroma pada produk asap juga
warna se’i daging sapi pada penelitian [41] disebabkan oleh kandungan fenol pada asap.
memiliki nilai sebesar 3 (merah gelap). Faktor- Zat fenol yang terbentuk selama proses
faktor yang dapat memperngaruhi warna pengasapan dapat memberikan cita rasa, warna
produk yaitu perbedaan bahan baku, dan aroma pada produk asap. Komponen zat
kimia pada asap akan menempel pada kulit
64 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

ikan dan akan masuk ke dalam daging ikan Gambar 1. Grafik kadar air se’i tuna hasil perendaman
sehingga akan mempengaruhi bau khas pada daging dalam larutan angkak
produk asap. Senyawa fenol yang lebih
berperan dalam pembentukan aroma asap Gambar 1 menunjukkan adanya
adalah siringol [44]. Pada penelitian [40], skor kecenderungan peningkatan kadar air seiring
yang diperoleh pada aroma asap ikan cakalang dengan lama perendaman sampai suatu titik
asap memiliki nilai sebesar 6,24 (aroma yang kesetimbangan kadar air yang sama dengan
lebih khas dan lebih harum). Sementara itu, kadar air daging tuna yang tanpa perendaman
skor aroma asap se’i daging sapi pada larutan angkak. Kadar air terendah didapat
penelitian [41] bernilai 4 (cukup beraroma). pada se’i hasil perendaman daging tuna selama
Organoleptik tekstur menurut [45], 6 jam. Fenomena ini mengindikasikan adanya
merupakan segala sesuatu yang berhubungan pertukaran air dalam daging tuna dengan
dengan rasa, sentuhan, penglihatan dan larutan angkak. Menurut [8], hal ini
pendengaran yang meliputi penilaian terhadap dikarenakan selama proses perendaman
kebasahan, kering, keras, halus dan kasar. ekstrak angkak akan meresap ke dalam daging
Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan bersama pigmen yang terkandung dalam
dengan menggunakan gigi, langit-langit dan angkak dan akan ditahan di dalam otot daging,
jari. Intensitas tekstur se’i yang diberi pewarna meskipun selama proses pengasapan banyak
angkak ternyata lama perendaman daging air daging yang berkurang akan tetapi masih
dalam larutan angkak tidak mempengaruhi banyak air yang terperangkap di dalam otot
tekstur se’i tuna. Tekstur se’i yang dihasilkan daging. Berdasarkan SNI 2725:2013 batas
sekitar 4 (agak empuk). Dengan demikian ada maksimum kadar air pada produk ikan asap
faktor lain yang mempengaruhi tekstur se’i yaitu 60%. Hasil kadar air pada se’i tuna
tuna angkak. Faktor yang mempengaruhi angkak memiliki nilai yang cukup rendah yaitu
tekstur dapat berupa kandungan air produk, pada kisaran 38,67-55,34%. Dengan demikian
suhu pemanasan, dan lama pengasapan [46]. kadar air se’i tuna yang direndam terlebih
Pada penelitian [40], skor yang diperoleh pada dahulu dalam larutan angkak telah memenuhi
tekstur cakalang asap memiliki nilai sebesar syarat mutu SNI 2725:2013 dan layak untuk
5,92 (kompak). Skor tekstur se’i daging sapi dikonsumsi.
pada penelitian [47] memiliki nilai sebesar 2 Kandungan air se’i daging sapi pada
(keras). Sedangkan, pada penelitian ini rasa penelitian [50], memiliki nilai 55,58%, dimana
asap yang dihasilkan yaitu agak empuk. nilai tersebut lebih tinggi dari se’i tuna-angkak.
Tinggi rendahnya kadar air dapat dipengaruhi
Kadar Air Se’i Tuna oleh lama dan suhu pengasapan. Kadar air
Kadar air yang terkandung dalam suatu produk asap juga dipengaruhi oleh kondisi
bahan pangan sangat berpengaruh terhadap awal bahan baku ikan yang masih segar atau
daya simpannya sehingga kadar air juga beku sebelum diasapi [51]. Selain itu, menurut
mempengaruhi kualitas suatu bahan pangan [35] bahan yang ditambahkan pada proses
[48-49] Kadar air se’i tuna hasil perendaman pembuatan se’i juga akan mempengaruhi kadar
daging larutan angkak dan bumbu dapat dilihat air se’i, salah satunya yaitu penambahan
pada Gambar 1. angkak. Semakin tinggi konsentrasi angkak
yang ditambahkan maka kadar air akan
80
55,33±2.89a
semakin meningkat, meskipun pada saat proses
55,33±3.51a 47±5.57ab
60 pengasapan akan berkurang, namun masih
Kadar Air (%)

38,67±3.51b banyak air yang terperangkap dalam daging.


40
20 Bilangan Peroksida Se’i Tuna
0 Bilangan peroksida merupakan nilai
0 6 12 24 terpenting untuk menentukan derajat
Lama Perendaman Daging Tuna (jam) kerusakan pada minyak atau lemak. Asam
lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada
Keterangan: notasi huruf superscript menunjukkan beda nyata α=0.05
ikatan rangkapnya sehingga akan membentuk
peroksida. Bilangan peroksida menunjukkan
65 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

mulai terjadinya oksidasi dari minyak atau perlakuan perendaman dalam larutan angkak
lemak [52]. Menurut [53] bilangan peroksida selama 0 jam dan 6 jam lebih rendah
terjadi karena oksidasi dari ikatan rangkap dibandingkan dengan perlakuan perendaman
pada asam lemak tidak jenuh dimana peroksida dalam larutan angkak selama 12 jam dan 24
dan hidroperoksida terbentuk akibat oksigen jam. Hal ini dapat disebabkan proses
meningkat. Proses oksidasi dapat berlangsung pengasapan yang dilakukan. Menurut [55],
bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen radikal bebas dapat dihasilkan karena
dengan asam lemak jenuh, meningkanya pembakaran yang tidak sempurna seperti asap
jumlah peroksida seiring dengan kendaraan dan asap rokok.
bertambahnya waktu penyimpanan. Bilangan peroksida ikan asap pada
Bilangan peroksida se’i tuna hasil penelitian [55], memiliki nilai sebesar 5,07-
perendaman daging dalam larutan angkak 5,20 meq O2/kg. Nilai ini masih lebih tinggi
dapat dilihat pada Gambar 2. daripada nilai bilangan peroksida se’i tuna-
angkak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lama
0,4 waktu pengasapan dan lama penyimpanan.
Bilangan Peroksida meq O2/Kg

Antioksidan dapat berfungsi untuk mengurangi


0,3 0,24a 0,22a proses oksidasi asam lemak tak jenuh pada
produk dengan penghambatan pembentukan
0,2 0,15b
0,11b hidroperoksida. Senyawa fenol berfungsi
0,1 sebagai antioksidan dan dapat mengurangi
proses oksidasi dengan menghambat
0 pembentukan hidroperoksida [41].
0 Jam 6 Jam 12 Jam 24 Jam
Lama Perendaman Daging Tuna
Warna Fisik Se’i Tuna
Keterangan: notasi huruf superscript menunjukkan beda pada p<0.05 Warna fisik Sei tuna angkak diukur
menggunakan kromameter untuk mendapatkan
Gambar 2. Grafik bilangan peroksida se’i tuna hasil
perendaman daging dalam larutan angkak
parameter L, a, b dan karakter warnanya
dihitung menggunakan derajad Hue. Hasil
Pada Gambar 2 terlihat adanya pengukuran parameter warna sei tuna angkak
kecenderungan penurunan nilai bilangan dapat dilihat pada Tabel 3.
peroksida seiring dengan naiknya lama Tabel 3. Hasil pengukuran warna fisik se’i tuna dengan
perendaman daging dalam larutan angkak. pewarna angkak
Penurunan bilangan peroksida tersebut pada Perendaman L a b oHue

O jam 31,98 37,30 15,47 22,61


se’i tuna diduga terkait dengan sifat angkak 6 Jam 68,47 12,93 9,62 36,46
sebagai antioksidan, dimana semakin lama 12 Jam 52,33 19,74 12,63 32,68
perendaman akan semakin banyak angkak 24 jam 45,81 25,03 13,39 25,62
yang terserap dalam daging sehingga akan
semakin menurunkan atau mencegah Tabel 3 memperlihatkan nilai warna oHue
terjadinya proses oksidasi. Hal ini se’i tuna berkisar 22,61 – 36,46. Berdasar
mengindikasikan makin banyaknya angkak standar warna [56] nilai tersebut berada pada
yang terserap sehingga peran angkak sebagai standar warna merah yang mempunyai nilai
o
antioksidan semakin nyata. Salah satu Hue 18-54o. Adapun yang membedakan
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh proses warna merah dari masing-masing se’i adalah
fermentasi oleh kapang Monascus sp. adalah nilai L (kecerahan). Nilai L berkisar 1-100,
senyawa asam dimerumat yang dapat dimana makin besar nilai L maka makin cerah
menghambat ion-ion logam yang warna produk. Tabel 5 juga menunjukkan
menyebabkan peroksidasi lemak jika bereaksi bahwa makin lama perendaman dalam larutan
dengan asam lemak. Angkak dari beras angkak warna merah (oHue) dari sei tuna
memiliki aktivitas antioksidan sebesar 45,61% angkak kecerahannya makin menurun atau
[25]. Umumnya, se’i daging sapi yang ada di makin gelap. Se’i tuna angkak yang
pasaran dapat bertahan hingga 25 hari [54]. mempunyai warna merah paling cerah adalah
Disamping itu, bilangan peroksida pada sei tuna hasil perendaman larutan angkak 6

66 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

jam. Selanjutnya, nilai oHue makin menurun KESIMPULAN


mendekati range warna merah-ungu (340o -
18o), juga berpengaruh pada kecerahan warna Perlakuan perendaman daging tuna dalam
yang makin gelap. Keadaan warna fisik larutan angkak selama 6 jam merupakan
tersebut berkorelasi dengan nilai organoleptik perlakuan terbaik untuk pembuatan se’i tuna.
skoring warna sei tuna angkak. Produk se’i tuna ini berkarakteristik hedonik
aroma 5,8 (suka), hedonik kenampakan 6,4
Penentuan Se’i Tuna Angkak Terbaik (suka), hedonik rasa 6,6 (suka), hedonik tekstur
Pemilihan perlakuan terbaik dari lama 6,4 (suka), penerimaan keseluruhan 6.6 (suka),
perendaman daging tuna dalam laruan angkak skoring warna 4,68 (merah), skoring rasa ikan
ditentukan dengan menggunakan metode De 3,63 (agak gurih), skoring rasa asap 3,94
Garmo. Parameter yang digunakan adalah (agak terasa asap), skoring aroma asap 3,53
kadar air, bilangan peroksida dan organoleptik. (agak beraroma), skoring tekstur 4,16 (agak
Nilai tertinggi yang diperoleh dari hasil empuk), kadar air 38,67%, dan bilangan
perhitungan De Garmo adalah perlakuan lama peroksida 0,22 meq O2/kg.
perendaman 6 jam daging tuna dalam larutan Komposisi gizi yang terkandung dalam se’i
angkak. Dengan demikain se’i tuna hasil tuna hasil perendaman larutan angkak yaitu
perendaman daging tuna selama 6 jam dalam kadar karbohidrat sebesar 2,92%, kadar protein
larutan angkak merupakan perlakuan terpilih 49,67%, kadar lemak 0,81% dan kadar abu
dan terbaik. Selanjutnya, karakteristik se’i tuna 6,93%.
terbaik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tabel 4. Komposisi gizi se’i tuna angkak
Se’i Tuna Se’i Tuna
SNI 2725.1- Ucapan terima kasih dapat diberikan
Komposisi Kimia Angkak- Angkak-6
2009 kepada LPDP yang telah mendanai penelitian
Kontrol jam
Hedonik Aroma 5,7 5,9 - ini yang bekerjasama dengan BRIN melalui
Hedonik Program RIIM Gelobang 1 tahun 2022 No.
-
Kenampakan 5,9 6,4
Hedonik Rasa 6,1 6,6 - 32/IV/KS/06/2022
Hedonik Tekstur 5,8 6,4 -
Hedonik
Keseluruhan 5,8 6,6
- DAFTAR PUSTAKA
Skoring Warna 5,8 4,4 -
Skoring Rasa Ikan 3,9 3,6 - [1] M. N. Mailoa, E. Lokollo, D.M. Nendissa,
Skoring Rasa
Asap 3,7 3,9
- dan P.I. Harsono, “Karakteristik
Skoring Aroma
-
mikrobiologi dan kimiawi ikan tuna
Asap 3,8 3,5 asap”. Jurnal Pengolahan Hasil
Skoring Tekstur 4,4 4,1 -
Bilangan Perikanan Indonesia, vol. 22 no.1, hal.
Peroksida 0,24 0,22 - 89-99, 2019.
(meq/kg)
Air (%) 55,33 38,67 Maks 60
Protein (%) - 49,67 Min 15 [2] F.V. Lombu, A.T. Agustin, dan E.V.
Lemak (%) - 0,81 Maks 20 Pandey, ‘Pemberian konsentrasi asam
Abu (%) - 6,93 Maks 15,53
Karbohidrat (%) - 2,92 - asetat pada mutu gelatin kulit ikan
tuna,” Media Teknologi Hasil
Perlakuan terpilih (Lama perendaman Perikanan, vol. 3, no. 2, hal. 25-28, 2015.
dalam larutan angkak 6 jam) bila dibanding
dengan kontrol (tanpa perendaman larutan [3] W.A. Lestari, dan P. Dwiyana,
angkak), terlihat adanya peningkatan ‘Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna
performance fisik organoleptik dan kimia. (Thunnus sp.) dalam bentuk tepung pada
Peningkatan performance kimia terlihat pembuatan stick.” Jurnal Ilmu
adanya penurunan kadar bilangan peroksida Kesehatan, Vol. 8, no. 2, hal. 46-53,
dan kadar air, peningkatan kecerahan warna 2016.
merah dan nilai hedonik sei tuna angkak.

67 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

[4] A. Leki, dan M. Mardyaningsih,


“Karateristik mutu se’i tuna yang diproses [11] Pandiangan, J. F. E., Putra, I. N. K., &
menggunakan metode liquid smoking, Pratiwi, I. D. P. K. (2019). Pemanfaatan
smoking cabinet dan tungku angkak sebagai pewarna alami dan
tradisional.” Prosiding Sentrinov antioksidan pada sosis ikan kembung
(Seminar Nasional Terapan Riset (Rastrelliger kanagurta L.). Jurnal Ilmu
Inovatif), vol. 3, no. 1, hal. 138-149, dan Teknologi Pangan (ITEPA), 8(2),
2017. 197-206

[5] M. Rorano, dan R.M. Nur, “Sanitasi dan [12] Sudjatinah dan C.H. Wibowo,
higienie pengolahan ikan tuna dan “ Perbedaan pengaruh pemberian angkak
cakalang asap ditanah tinggi Desa dalam pembuatan sosis ayam terhadap
Gotalamo Kabupaten Pulau sifat fisik dan orlab, Pengembangan
Morotai.” Jurnal Aksara Publik, vol. 3, Rekayasa dan Teknologi, Vol 13, No. 2,
no. 2, hal. 134-141, 2019. hal. 65-71, Desember 2017.

[6] H. Hardoko, M.A.P. Panjaitan, E. [13] C. Coritama, F.S. Pranata, Y.R. Swasti,
Suprayitno, B.B. Sasmito, A. Chamidah, “Manfaat Bekatul Beras Putih dan
T.D. Sulistiyati, dan J.E. Tambunan Angkak dalam Pembuatan Cookies dan
“Pelatihan pengolahan se’i tuna dengan Roti,” MJNF (Muhammadiyah Journal of
fortifikasi ekstrak daun jati di Desa Nutrition and Food Science), Vol. 2 No. 1,
Gajahrejo Kabupaten Malang.” Prosiding hal. 43-57, 2021.
Konferensi Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat dan Corporate Social [14] N. Indriati dan F Andayani, “Utilization
Responsibility (PKM-CSR), vol. 4, no. 1, of Angkak as a natural dye for shrimp
hal. 642-648, 2021. paste product,” JPB Perikanan, Vol. 7,
No. 1, hal 11-20, 2012.
[7] A.U. Meko, S. Berhimpon, I.K. Suwetja,
dan F.G. Ijong, “Moisture sorption [15] M. Afdal, H. Lukman, dan Indriyani,
isotherm of Tuna Sei, smoked with liquid “Potensi angkak sebagai pewarna alami
smoke.” International Journal of terhadap karakteristik kornet daging
Fisheries and Aquaculture, vol. 8, no. 10, ayam,” Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
hal. 98-104. 2016. Universitas Jambi, Vol. 1, no. 2, hal. 154-
161, 2017.
[8] B. Sabtu, dan N.P.F. Suryatni,. Kualitas
kimia daging se’i yang diberi ekstrak [16] W.K. Sari, C. Astutiningsih, R.
angkak dan lama penyimpanan berbeda. Suharsanti, dan A.A.H. Wulan, “Kajian
Jurnal Nukleus Peternakan, vol. 2, no. 1, manajemen roduksi pewarna alami
hal. 7-14, 2015 angkak powder yang berpotensi sebagai
antioksidan dan antibakteri,” Jurnal
[9] D.P. Putraa, dan R.A. Salihat, “Quality Farmasi & Sains Indonesia, Vol. 2 No. 1,
Characteristics of Margarin With the hal. 99-105, Oktober 2019
Addition of Angkak Powder as a Natural
Dyes),” Jurnal Teknologi Pangan dan [17] M. Chandra , O. Rachmawan, dan R.L.
Gizi, Vol. 20, no. 2, hal. 111-123, 2021 Balia, “Pengaruh penggunaan berbagai
konsistensi angkak terhadap daya awet
[10] D. P. Putra, R. A. Salihat, N. R. Yanti, sosis sapi,” Students e-Journals, vol. 4,
“Analisis kimia , mikrobiologi dan no. 2, hal. 1-9, 2015.
organoleptik Margarin yang
Memanfaatkan Bubuk Angkak sebagai [18] I.S. Pakpahan dan L. Dewi, ”Aktivitas
Pewarna Alami. Jurnal Teknologi antibakteri tempe angkak terhadap bakteri
Pertanian Andalas, Vol. 26, no.2, hal. 239- Bacillus sp dan Escherichia Coli
247, September 2022 . (Antibacterial Activity of Tempeh
68 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

Angkak Against Bacillus sp and


Escherichia Coli Bacteria), Jurnal Biologi [26] H.J.B. Logo, H.J. Lalel, dan D.
Indonesia, vol. 18, no. 2, hal. 159-167, Dharmakusuma, “Pengaruh aplikasi asap
2022. cair tempurung kelapa terhadap total
mikroba dan kualitas organoleptik se’i
[19] Y. S. Elsa, P.R. Kale, dan G.E. Malelak, domba ekor gemuk.” Partner, vol. 26, no.
“Quality of beef smoked meat added 2, hal. 1630-1638, 2021.
Averrhoa bilimbi L. in different curing
time.” Jurnal Peternakan Lahan [27] A. Husen, dan R.A. Daeng, “Influence of
Kering, vol. 3, no. 2, hal. 1454-1462, storage against quality fish skipjack
2021. (Katsuwonus pelamis), Agrikan : Jurnal
Agribisnis Perikanan, vol. 11, no. 2, hal.
[20] I.P. Tarwendah, “Studi komparasi atribut 59-64, 2018.
sensoris dan kesadaran merek
produk pangan.” Jurnal Pangan dan [28] D.R. Suryani, dan S. Mulyani, “Aroma
Agroindustri, vol. 6, no. 2, hal. 66-73, dan warna susu kerbau akibat proses
2017. Glikasi D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa,
dan L-tagatosa,” Jurnal Aplikasi
[21] J.K. Negara,, A. K. Sio, M. Arifin, A. Y. Teknologi Pangan, vol. 3, no. 3, hal. 94-
Oktaviana, R.R.S. Wihansah, dan M. 97, 2014.
Yusuf, “Aspek mikrobiologis serta
sensori (rasa, warna, tekstur, aroma) pada [29] N. Indriati, dan F. Andayani,
dua bentuk penyajian keju yang berbeda.” “Pemanfaatan angkak sebagai pewarna
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil alami pada terasi udang,” Jurnal
Peternakan, vol. 4, no. 2, hal. 286-290, Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
2016. dan Perikanan, vol. 7, no. 1, hal. 11-20,
2012.
[22] Husnah dan N. Nurlela, “Analisa bilangan
peroksida terhadap kualitas minyak [30] S. Jeujanan, F.G. Ijong, H. Onibala, dan
goreng sebelum dan sesudah dipakai F. Mentang, “Organoleptic quality and
berulang,” Jurnal Redoks, vol. 5, no. 1, TPC of smoked skipjack tuna
hal. 65-71, 2020. (Katsuwonus pelamis, L) in Jayapura,
Papua.” Aquatic Science & Management,
[23]A. Tuyu, H. Onibala, dan D.M. vol. 3, no. 1, hal. 26-31, 2015.
Makapedua, “Studi lama pengeringan
ikan selar (Selaroides sp.) asin [31] R. Trisnagati, dan C.S. Cucuk, “Effect of
dihubungkan dengan kadar air dan nilai additional concentration of angkak
organoleptik.” Media Teknologi Hasil (Monascus Purpureus) as a natural dye in
Perikanan, vol. 2, no. 1, hal. 20-28, 2014. tomato sauce products to organoleptik
receiving power.” Jurnal Gizi Karya
[24] N. Ibrahim, R. Sulistijowati, dan L. Mile, Husada, vol. 1, no. 2, hal. 9-9, 2019.
“Uji mutu ikan cakalang asap dari unit
pengolahan ikan di Provinsi [32] K.R. Adjam, G.E. Malelak, dan B. Sabtu,
Gorontalo.” The NIKe Journal, vol. 2, no. Kualitas organoleptik daging se’i yang
1, hal. 29-32, 2014. diolah dari daging sapi bali betina
afkir. Jurnal Nukleus Peternakan, vol. 7,
[25] J.F.E. Pandiangan, I.N.K. Putra, dan no. 2, hal. 103-108, 2020.
I.D.P.K. Pratiwi, “Pemanfaatan angkak
sebagai pewarna alami dan antioksidan [33] Z. Sunaryadi, “Karakteristik mutu sei sapi
pada sosis ikan kembung (Rastrelliger yang diolah secara tradisional terhadap
kanagurta L.),” Jurnal Ilmu dan berbagai kombinasi waktu dan suhu
Teknologi Pangan (ITEPA), vol. 8, no. 2, pengasapan,” Jurnal Ilmu Ternak
hal. 197-206, 2019.
69 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

Universitas Padjadjaran, vol. 21, no. 1, wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) kering
hal. 58-65, 2021. matahari,” Jurnal Sain Peternakan
Indonesia, vol. 16, no. 2, hal. 194-201,
[34] D. Lamusu, “Uji organoleptik jalangkote 2021.
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l) sebagai
upaya diversifikasi pangan,” Jurnal [42] Y.A. Susetyo, S. Hartini, dan M.N.
Pengolahan Pangan, vol. 3, no. 1, hal. 9- Cahyanti, “Optimasi kandungan gizi
15, 2018. tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
terfermentasi ditinjau dari dosis
[35] D. Triasih, A.T. Laksanawati, dan S. penambahan inokulum angkak serta
Nurlailatul, “Karakteristik penambahan aplikasinya dalam pembuatan mie
angkak terhadap sifat fisik dan basah,” Jurnal Aplikasi Teknologi
organoleptik salam,” In Prosiding Pangan, vol. 5, no. 3, hal. 44-50, 2016.
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
(SENTRINOV), vol. 6, no. 1, hal. 1233- [43] R.I. Pratama, H. Sumaryanto, J. Santoso,
1240, 2020. dan W. Zahirudin, “Karakteristik sensori
beberapa produk ikan asap khas daerah di
[36] A.I.T. Agustina, “Pengaruh penambahan Indonesia dengan menggunakan metode
angkak dan jumlah tapioka terhadap sifat quantitative descriptive analysis,” Jurnal
organoleptik sosis udang,” Jurnal Tata Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
Boga, vol. 4, no. 3, hal. 30-38, 2015. dan Perikanan, vol. 7, no, 2, hal. 117-130,
2012.
[37] N.H. Riyadi, dan W. Atmaka,
“Diversifikasi dan karakterisasi citarasa [44] A. Mardiah, dan E.A. Fitria, “Analisis
bakso ikan tenggiri (Scomberomus organoleptik ikan asap yang diolah secara
commerson) dengan penambahan asap tradisional,” UNES Journal of Scientech
cair tempurung kelapa,” Jurnal teknologi Research, vol. 3, no. 2, hal. 101-109,
hasil pertanian, vol. 3, no. 1, hal. 1-12, 2018.
2010.
[45] S. Nurlaila, D.M. Agustini, dan J.
[38] R. Hasanah, dan I. Suyatna, Purdianto, “Uji organoleptik terhadap
“Karakteristik mutu produk ikan baung berbagai bahan dasar
(Mystus nemurus) asap industri rumah nugget,” MADURANCH: Jurnal Ilmu
tangga dari tiga Kecamatan Kutai barat, Peternakan, vol. 2, no. 2, hal. 67-72,
Kutai Kartanegara,” Jurnal Akuatika, vol. 2017.
6, no. 2, hal. 170-176, 2015.
[46] K. Towadi, R.M. Harmain, dan F.A. Dali,
[39] N.R. Hidayati, “Pengaruh jumlah ekstrak “Pengaruh lama pengasapan yang berbeda
angkak dan sukrosa terhadap kualitas terhadap mutu organoleptik dan kadar air
yoghurt,” Jurnal Tata Boga, vol. 3, no. 1, pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)
hal. 271-282, 2014. asap,” The NIKe Journal, vol. 1, no. 3,
hal. 177-185, 2013.
[40] A. Talib, A. Husen, dan S. Gunawan,
“Karakteristik uji organoleptik ikan [47] L.K. Dheko, D. Darmakusuma, dan P.R.
cakalang asap dengan menggunakan asap Kale, “Aplikasi asap cair tempurung
cair dari tempurung kelapa, sabut kelapa kelapa rendah benzo [a] pyrene untuk
dan kayu mangrove,” Jurnal Agribisnis meningkatkan kualitas se’i sapi
Perikanan, vol. 13, no. 1, hal. 69-75, bali,” Sains Peternakan: Jurnal
2020. Penelitian Ilmu Peternakan, vol. 15, no.
1, hal. 8-15, 2017.
[41] T.R. Zainal, P.R. Kale, dan G.E.M.
Malelak, “Kualitas daging se’i sapi yang [48] S. Budijanto, A.B. Sitanggang, B.E.
diproses menggunakan buah belimbing Silalahi, dan W. Murdiati, Penentuan
70 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Hardoko et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.7 No.2 (2023) 60-71

umur simpan seasoning menggunakan mikrobiologi dan citarasa,” Jurnal


metode accelerated shelf-life testing Nukleus Peternakan, vol. 5, no. 1, hal. 49-
(ASLT) dengan pendekatan kadar air 55, 2018.
kritis,” Jurnal Teknologi Pertanian, vol.
11, no. 2, hal. 71-77, 2010. [55] A. Fuadi, A. Supriadi, dan R. Nopianti,
Evaluasi keamanan ikan asap di dusun i
[49] D.H. Kaban, S.M. Timbowo, E.V. epil kecamatan lais kabupaten musi
Pandey, H.W. Mewengkang, J.C. banyuasin. Jurnal Fishtech, vol. 4, no. 2,
Palenewen, F. Mentang, dan V. hal. 148-157, (2015).
Dotulong, Analisa kadar air, pH, dan
kapang pada ikan cakalang (Katsuwonus [56] J.B. Hutchings, “Food Colour and
pelamis, L) asap yang dikemas vakum Appearance,” Blackie Academic &
pada penyimpanan suhu dingin,” Media Professional. Chapman & Hill, London,
Teknologi Hasil Perikanan, vol. 7, no. 3, 1999.
hal. 72-79, 2019.

[50] Y. Seuk, P.K. Tahuk, dan K.W. Kia,


“Aktivitas antioksidan dan total fenolik
se’i sapi yang dicuring menggunakan
ekstrak etanol kulit buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus),” Journal of
Animal Science, vol. 5, no. 3, hal. 51-56,
2020.

[51] M. L. Y. Jakung, A.R.P. Pudja, dan


P.K.D. Kencana, “Pengaruh konsentrasi
asap cair bambu tabah (Gigantochloa
nigrociliata Buse-Kurz) dan suhu
pemasakan terhadap mutu se’i
bandeng,” Jurnal Biosistem Dan Teknik
Pertanian, vol. 8, no. 1, hal. 93-102,
2020.

[52] Z. Khoirunnisa, A.S. Wardana, dan R.


Rauf, “ Angka asam dan peroksida
minyak jelantah dari penggorengan lele
secara berulang,” Jurnal Kesehatan, vol.
12, no. 2, hal. 81-90, 2020.

[53] F. Febriandi, N.I. Sari, dan M.


Sukmiwati, “The effect of different ways
of chitosan coating on smoked catfish
(Pangasius hypophthalmus) quality
during room temperature storage,” Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Unversitas Riau, vol.
1, no. 1, hal. 1-11. 2015.

[54] G.M. Sipahelut, dan P.R. Kale,


“Penggunaan ekstrak rosella kering beku
(Hibiscus sabdarifa Linn) dalam
pembuatan daging se’i: pengaruh lama
simpan terhadap sifat fisik, kimia,
71 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai