Anda di halaman 1dari 2

PARADIGMA ISLAM DAN BUDAYA MADURA

Oleh: Siti Farida

Paradigma Islam

Paradigma adalah sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi, epistimologi
dan metodologi. Dengan kata lain, paradigma adalah sistem keyakinan dasar sebagai
landasan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa itu hakikat antara peneliti dan realitas.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa paradigma merupakan sistem suatu
keyakinan dasar atau sesuatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dalam dunia
nayata, fakta kehidupan sosial, dan perlakuan terhadap ilmu dan teori.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril untuk mengatur urusan hamba dengan khalik, hamba dengan
dirinya, dan hamba dengan sesamanya. Jadi, yang dimaksud dengan paradigma islam adalah
sistem keyakinan atau suatu cara pandang untuk memahami realita yang ada dan dihukumi
dengan sudut pandang islam.

Budaya Madura

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereo-tipikal, dan stigmatik.
Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jatidiri individual
maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Kehidupan mereka di
tempat asal maupun di perantauan kerapkali membawa dan senantiasa dipahami oleh komu-
nitas etnik lain atas dasar dentitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka
mendapat perlakuan sosial maupun kultural secara fisik dan/atau psikis yang dirasakan tidak
adil, bahkan tidak pro-porsional dan di luar kewajaran.

Berbagai deskripsi perilaku absurd orang-orang Madura terbiasa di-ungkap dan ditampilkan
misalnya, dalam forum-forum pertemuan ko-munitas intelektual (well-educated)sehingga
kian mengukuhkan gener-alisasi identitas mereka dalam nuansa tersubordinasi,
terhegemonik, dan teralienasi dari “pentas budaya” berbagai etnik lainnya sebagai elemen
pembentuk budaya nasional. Kendati pun setiap etnik mempunyai ciri khas sebagai identitas
komunalnya, namun identitas Madura dipandang lebih “marketable” daripada etnik lainnya
untuk diungkap dan diperbin-cangkan, terutama untuk tujuan mencairkan suasana beku atau
kondisi tegang pada suatu forum pertemuan karena dipandang relatif mampu dalam
menghadirkan lelucon-segar (absurditas perilaku).

Dalam konteks religiusitas, masyarakat Madura dikenal memegang kuat (memedomani)


ajaran Islam dalam pola kehidupannya kendati pun menyisakan “dilema,” untuk menyebut
adanya deviasi/kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substantif) dan pola perilaku
sosiokultural dalam praksis keberagamaan mereka itu. Pengakuan bahwa Islam sebagai
ajaran formal yang diyakini dan dipedomani dalam kehidupan individual etnik Madura itu
ternyata tidak selalu menampakkan linieritas pada sikap, pendirian, dan pola perilaku mereka.
Dilema praksis keberagamaan mereka itu, kiranya menjadi tema kajian menarik terutama
untuk mema-hami secara utuh, mendalam, dan komprehensif tentang etnografi Madura di
satu sisi, dan keberhasilan penetrasi ajaran Islam pada komunitas etnik Madura yang oleh
sebagian besar orang/etnik lain masih dipandang (diyakini?) telah mengalami internalisasi
sosiokultural, di sisi lain. Pemaha-man demikian diharapkan dapat memberi kontribusi yang
bermakna terutama bagi kejernihan dan kecerahan pola pandang elemen warga-bangsa.

Berikut beberapa kebudayaan suku Madura yang cukup familiar dan menjadi kebanggaan
Masyarakat Madura yaitu seperti kerapan sapi, carok, clurit, toktok,rokat dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai