Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PAKAR DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT

TANAMAN SENGON DENGAN METODE


CERTAINTYFACTOR DAN FORWARD CHAINING

Disusun Oleh :

Nama : 1. Arum Dersi Wijayanti (E1B010027)

2. Wike Dwiarta Nusa (E1B020001)

3. Bagus Dhany Sanjaya (E1B020082)

4. Hariansyah (E1B020075)

5. Zela Destari (E1B020086)

6. Dapit Sanjaya (E1B020017)

Kelompok : 4 (Empat)

Shift : Selasa, 16.00 WIB

Dosen : 1. Saprinurdin, S.Hut, M. For Ecosys Sc

2. Dr.Ir. Enggar Apriyanto M.Sc

Co-Ass : 1. Wardani Sulistiorini (E1B018026)

2. Barkah Yanuar Damar Dani (E1B019035)

3. Sela Andriyani (E1B019016)

4. Putri Indah Sari (E1B019012)

5. Abeng Harianto (E1B019006)

LABORTORIUM KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini Penulis membahas mengenai Hama dan penyakit tanaman
jagung manis.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun.Kritik konstruktif dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Bengkulu, November 2022


I

DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................................ii

Bab i pendahuluan......................................................................................................................1

1.1 Latar belakang.......................................................................................................................1


1.2 Tujuan pembuatan makalah..................................................................................................2
1.3 Manfaat pembuatan makalah................................................................................................2

Bab ii pembahasan......................................................................................................................3

2.1 Hama tanaman jagung manis................................................................................................3


2.1 Penyakit tanaman jagung manis...........................................................................................9

Bab iii Kesimpulan dan saran...................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
3.2 saran....................................................................................................................................14

Daftar pustaka............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Forward Chaining ........................................................... 12

Gambar 2.2 Metode Backward Chaining ......................................................... 13

Gambar 2.3 Metode Breadth First Search ........................................................ 14


Gambar 2.4 Metode Depth First Search ........................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paraserianthes Falcataria (L.) Nielsen, juga dikenal dengan nama sengon,
merupakan salah satu jenis pionir serbaguna yang sangat penting di indonesia. Jenis ini
dipilih sebagai jenis tanaman hutan tanaman industri di indonesia karena
pertumbuhannya yang sangat cepat, mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah,
karakteristik silvikulturnya yang bagus dan kualitas kayunya dapat diterima untuk
industri panel dan kayu pertukangan. Di beberapa lokasi di indonesia, sengon berperan
sangat penting baik dalam sistem pertanian tradisional maupun komersial (Krisnawati,
H 2011: 1)
Memelihara tanaman sengon bukan hal yang sulit, namun bukan berarti tidak
lepas dari ancaman-ancaman hama dan penyakit. yang menyebabkan pertumbuhan
terganggu dan tidak dapat tumbuh menjadi besar dan hasil produksi tanaman menjadi
tidak optimal padahal Pohon sengon merupakan salah satu unsur sumber daya penting
yang mampu memberi kontribusi terhadap kebutuhan kayu nasional. Produksi tanaman
sengon yang sering terserang hama dan penyakit membuat produksi kayu menjadi naik
turun. Kemiripan gejala dan sulitnya proses deteksi dan banyaknya jenis penyakit yang
menyerang tanaman sengon membuat para pembudidaya dan petani sengon tidak bisa
melakukan langkah pencegahan dan pengendalian yang berbeda. Pada saat langkah
pencegahan dan pengendalian harus ditangani secara tepat sehingga tanaman akan
terjangkit penyakit tersebut dan pertumbuhan pohon sengon akan terganggu
kemungkinan terburuknya adalah tanaman sengon akan mengalami kematian sehingga
mengurangi hasil produksi. Oleh sebab itu, dibutuhkan seorang pakar yang bisa
membantu dalam mendeteksi penyakit pada tanaman sengon secepat mungkin agar
dapat segera dilakukan prosespengendalian untuk menghidari dari serangan penyakit.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Menerapkan metode certaity factor dan forward chaining pada identifikasi
penyakit tanaman sengon?
2. Apa Sistem yang dapat dibangun untuk melakukan proses diagnosa hama dan penyakit
berdasarkan gejala-gejala yang ada?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui metode certaity factor dan forward chaining pada identifikasi
penyakit tanaman sengon
2. Dapat Mengetahui Sistem yang dapat dibangun untuk melakukan proses
diagnosa hama dan penyakit berdasarkan gejala-gejala yang ada
BAB II
ISI
2.1 Metode Forward Chaining
Forward Chaining adalah sebuah metode pelacakan kedepan, dimana diawali
dari fakta-fakta yang diberikan user kemudian dicari dibasispengetahuan lalu dicari rule
yang sesuai dengan fakta-fakta. Setelah itu diadakan hipotesa untuk memperoleh
kesimpulan. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri. Dengan
kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu, lalu dicari rule yang sesuai
dengan fakta-fakta yang diberikan untuk menguji kebenaran hipotesa. Metode

Gambar 2.1 Metode Forward Chaining

2.2 Metode Certainty Factor (CF)


Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan oleh ShortliffeBuchanan dalam
pembuatan MYCIN (Wesley, 1984). Certainty factor (CF) merupakan nilai parameter
klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan.Certainty
factor didefinisikan sebagai berikut (Kusrini, 2014:15).
CF (H, E) = MB (H, E) – MD (H, E)
CF (H, E) : Certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh fakta (evidence) E.
Besarnya CF berkisar antara -1 sampai 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan
mutlak sedangkan nilai 1 menunjukkan kepercayaan mutlak.
MD (H, E) : ukuran ketidak percayaan kenaikan (measure of increaseddisbelief) terhadap hipotesis
H yang dipengaruhi oleh gejala E.

2.3 Hama Dan Penyakit


Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan
hasil hutan seperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa dan lain-lain. Tetapi kenyataan
di lapangan hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian adalah dari
golongan serangga. Sehingga masyarakat umumnya mengidentikan hama sama
dengan serangga.
Penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu
tekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama (biotik/abiotik) yang
mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam
bentuk patologi yang khas yang disebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang
memberikan petunjuk apakah pohon di dalam hutan sehat atau sakit. Ada empat
faktor utama yang memungkinkan hama dan penyakit dapat berkembang dengan
baik, yaitu adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup,
adanya hama dan patogen yang ganas, kondisi lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan hama dan penyakit tersebut, dan manusia yang ikut mendukung
timbul atau tidaknya suatu hama- penyakit.
Hama-penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di persemaian,
tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang berada
dipenyimpanan. Serangan hama-penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian
tanaman diserangnyamulai dari akar, batang, sampai pada daun. Perlindungan
terhadap hama-penyakit akan mulai dirasakan pentingnya apabila sudah terjadi
serangan yang sangat hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yang sebenarnya keberadaan
hama-penyakit tersebut telah lama, tetapi karena akibatnya belum dirasakan atau
masih sedikit jadi tidak dipedulikannya atau dibiarkan saja. Akibatnya lagi hama-
penyakit makin merajalela sampai akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. (Illa Anggraini 2012: 2)

2.3.1 Kupu kuning/kupu-kupu belerang (Eurema spp.)


Sejarah mencatat pada tahun 1895 di Jawa Barat, diketahuipertamakali Eurema
sp. menyerang pohon sengon yang digunakan sebagai pohon naungan/peneduh di
perkebunan-perkebunan teh, kopi dan coklat. EuremaE adalah kelompok kupu-kupu
berukuran kecil yang disebut pula dengan Kupu-kupu kuning atau kupu-kupu belerang,
disebut demikiankarena warnanya yang kuning terang menyerupai warna belerang,
dalam bahasa Inggris kupu-kupu ini disebut Grass Yellow.
Jenis kupu-kupu kuning yang menyerang sengon di Indonesia adalah Eurema
hecabe dan Eurema blanda Fase dari Euremayang cukup berbahaya adalah fase larva
(ulat), daun sengon yang diserang umumnya dari tanaman muda atau bibit di
persemaian. Hama ini menyerang bagian daun sengon secara berkelompok (koloni),
serangan yang berat mengakibatkan daun habis dalam waktu yang relatif singkat,
tinggal tangkai-tangkainya bahkan menyebabkan tanaman gundul dan mati pucuk. bila
larva tersebut menyerang bibit di persemaian akan mengakibatkan kematian bibit,
karena secara morfologi maupun anatominya bibit masih dalam tingkat juvenil.

Pada tanaman muda dan tanaman di lapangan apabila terserang larva Eurema
masih bisa bertahan hidup apabila lingkungannya cukup air (musim hujan), karena
sengon mampu bertunas kembali. Akibat serangan Eurema tersebut pertumbuhan
tanaman terhambat, karena daun merupakan dapur bagi tanaman pada daun itulah
terjadinya proses fotosintesa pada siang hari (suatu proses perubahan unsur anorganik
CO2 dan air dengan bantuan energi matahari dan klorofil menjadi senyawa organik
berupa karbohidrat dan oksigen). Dalam siklus hidupnya Eurema mengalami
metamorfose sempurna (Holometabola) yaitu melalui tahapan telur–larva–pupa–imago.
Kehidupan dimulai dimana kupu-kupu kuning betina meletakkan telurnya secara
berkelompok (E. blanda) di permukaan daun bagian atas maupun permukaan daun
bagian bawah, ada pula yang meletakkan telur terpencar- pencar pada beberapa anak
daun sengon (E. hecabe). Telur berbentuk lonjong dan berwarna putih. Telur menetas,
keluarlah larva instar 1, berwarna masih bening kehijau-hijauan yang segera makan
daun-daun muda. Pada fase larva inilah fase yang sangat merusak daun sengon, karena
pada fase ini larva sangat intensif untuk makan dan akan mengalami fase pergantian
kulit untuk menjadi instar berikutnya, larva makin bertambah besar,dalam hidupnya
melaui fase instar sebanyak 5 kali. Sejalan dengan bertambah besarnya larva, larva
mampu memakan daun yang lebih tua. Pada setiap tahapan instar warna larva pun
berubah-rubah, hingga pada instarakhir menjadi kuning kehijau-hijauan dengan kepala
berwarna coklat kehitam- hitamanan untuk larva E. Blanda sedangkan larva E. hecabe
tubuh dan kepalanya berwarna hijau.

Pada saat larva sudah tumbuh secara sempurna (instar 5) maka larva akan
berhenti makan dan memasuki fase pupa atau kepompong, boleh dikata bahwa fase
pupa merupakan fase istirahat bagi larva, karena pada fase ini akan membentuk organ-
organ untuk menjadi imago. Pupa melekat dan menggantung pada ranting-ranting
sengon. Pupa Eurema berwarna kuning hijau coklat kehitam-hitaman. Setelah fase pupa
munculahfase imago berupa kupu-kupu dengan warna kuning cerah. Ciri khas kupu-
kupu khususnyaE. blanda yaitu pada bagian pangkal sayap depannya memiliki tiga spot
bercak, di bagian ujung atas sayap terdapat warna coklat kehitam-hitaman sebagai
ciriutama. Karena ciri khas yang dimiliki oleh E. blanda maka kupu-kupu ini disebut
three spot grass yellow. Kupu-kupu E. hecabepada kedua pasang sayapnya bersisik
warna warni. Kupu-kupu Eurema seperti umumnya jenis kupu-kupu yang lain,
tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (toraks) terdiri dari 3 ruas
(protoraks, mesotoraks metatoraks) dan perut (abdomen). Pada protoraks terdapat
sepasang kaki, mesotoraks terdapat sepasang kaki dan sepasang sayap, metatoraks
terdapat sepasang kaki dan sepasang sayap. Sayap depan lebih besar dibandingkan
dengan sayap belakang Mata majemuk, mata tunggal, mulut tipe penghisap, probosis
(belalai) dan antena terletak pada kepala kupu-kupu. Probosis berguna untuk mengisap
madu bunga (nektar), belalai ini bila tidak digunakan akan menggulung antena
berbentuk lurus yang ujungnya membesar dan mempunyai bintil.

Kupu-kupu aktif pada waktu siang hari (diurnal), dan bila istirahat atau hinggap
kupu-kupu menutup sayapnya dan menegakkan secara vertikalsayapnya.

Gambar 2.2 Singkat daun habis Larva Eurema menyerang secarabegerombol,


dalam waktu yang relatif (Sumber: Illa Anggraeni)
Gambar 2.3 Larva Eurema instar 1, Larva instar 2 – instar 5,
Larva Euremablanda (kepala hitam) dan E. hecabe (kepala
hijau)(Sumber : Illa Anggrae
2.3.2 Kutu dompol (Ferrisia virgata atau Pseudococcus virgatus (Kutu dompol)
Ferrisia virgatasering disebut dengan kutu dompol, tergolong serangga polifag.
jenis-jenispohon inang serangga ini adalah sengon, Anacardium occidentale (jambu
mente), Casuarina equisetifolia (cemara), Ficus elastica (karet hutan), Hevea
brasiliensis(karet), Leucaena. glauca (lamtoro), L. leucocephala (lamtorogung),
Samanea saman (kihujan) dan Terminalia catapa (ketapang). Kenyataan di lapangan
tanaman inang kutu dompol sangatlah beragam mulai dari tanaman pertanian
perkebunan dan tanaman hutan yang lain. Kutu dompol menyerang bibit sengon di
persemaian dan tanamanmuda di lapangan, bibit sengon yang terserang kutu dompol
ini tampakmemutih karena tertutup oleh lapisan lilin seperti salju atau butir-butir putih
hampir pada seluruh bagian pucuk dan menutupi seluruh daun . Bekas tusukan
tersebutmengakibatkanbintik nekrotik dan klorotik, akibat cairan daun yang
dihisapnya, menimbulkan sejumlahdampak yaitu daun melengkung ke atas, keriput,
atau memelintir, daunberbintik-bintik, menguning, layu, danakhirnya daun rontok.
Hal ini dapat menimbulkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanamanmenjadi kerdil tunas
dan percabangan tidak berkembang, bahkan pada bibit atau tanaman muda dapat menimbulkan
kematian. mengatakan bahwa jika populasi kutu sangat tinggidapat menyerang bagian tangkai
daun ataucabang dan pangkal buah sehingga buah mengerut, kering dan gugur. Kerusakan secara
langsung lainnya yaitu kutu menghasilkan sekresiberupa cairan lengket yang disebut embun madu
(honeydew) yang banyak sehingga menutupi permukaan daun, tetapiembun madu ini jarang bahkan
tidak didatangi semut, mungkin karena tertutup rapat oleh lapisan lilin yang dikeluarkan serangga
ini (Kalshoven, 1981), akan tetapi embun madu dapat merangsang pertumbuhan fungi jelaga yang
menutupi permukaan daun yang akhirnya akan mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap
cahaya dan mengurangi proses fotosintesis. Kerusakan secara tidak langsung adalah kutu kebul
betina seringkali berperan sebagai pengantar (vektor) virus pembawa penyakit.
Perkembangbiakan kutu dompol melalui siklus hidup metamorfosa sempurna
(holometabola)dengan tahapan telur, nimfa (sampai instar 3),pupa dan imago, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa kutu dompol mengalami metamorfosa paurometabola dengan tahapan telur,
nimfa (sampai instar 4) dan imago. Kehidupan dimulai imago betina bertelur, telurmenetas menjadi
nimfa instar satu yang mempunya tungkai (kaki) disebut crawler , tungkai digunakan untuk
bergerak mencari tempat penyerapan makanan yang sesuai dan menetap di sana karena instar
berikutnya tungkai tereduksi (Kalshoven 1981; Walker et al, 2003). Pada instar tiga akhir, kutu
dompol tidak lagi makan, kutu membentuk selubung untuk berlindungdalam proses pembentukan
pupa. Reproduksi dapat terjadisecara seksual tetapi yang umum adalah dengan cara partenogenesis

Gambar 2.5 Gejala serangan kutu dompol pada bibit


sengon, serta akibat dari serangannya (Sumber. Illa
Anggraeni)

Gambar 2.6 Bentuk kutu daun yang menyerang bibit


sengon(Sumber. Illa Anggraeni)
Gambar 2.7 Imago kutu dompol

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan
1. metode certaity factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN
untuk menunjukkan besarnya kepercayaan dan Forward Chaining adalah
sebuah metode pelacakan kedepan, dimana diawali dari fakta-fakta yang
diberikan user kemudian dicari dibasispengetahuan lalu dicari rule yang sesuai
dengan fakta-fakta.
2. Sistem yang dapat dibangun untuk melakukan proses diagnosa hama dan
penyakit berdasarkan gejala-gejala yang ada
15
16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Illa 2017. Hama dan penyakit tanaman. Bogor.

Anggraini, Illa 2008. Penyakit karat puru pada sengon (Paraserianthes


falcataria) dan teknik pengendaliannya. Bogor.

B. Herawan Hayadi, M.Kom., Prof. Dr. Kasaman


Rukun, 2016. What Is Expert System.
Yogyakarta.

Bunafit Nugroho, 2014. Pemrograman Web Membuat


Sistem Informasi Akademik
17
Sekolah dengan
PHP-MySQL & Dreamweaver,Yogyakarta.
DR. Eko Dudiarto, 2017. Pengertian Penyakit Secara
Umum. [Online] Tersedia :

https://mencegahpenyakit.com/p
engertian-penyakit-secara-
umum/ [03 Oktober 2017]
Marimin, 2017. Sistem pendukung pengambilan
keputusan dan sistem pakar.

Bogor.
Musawarman, 2012. Rapid Application
Development with Sharia
Compliance.

Depok.
Kumparan, 2017. Kenali 7 Penyakit Pada Kucing.
[Online] Tersedia :
https://kumparan.com/nurul-hidayati/kenali-7-
penyakit-kucing- yang-mematikan [25 Januari
2017]

Kusrini, 2017. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor


KetidakpastianPengguna dengan Metode Kuantifikasi
Pertanyaan. Yogyakarta.

Kiswanto, 2011. Observasi (Pengamatan Langsung


di Lapangan). [Online] Tersedia :
http://klikbelajar.com/umum/ob
servasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/
[07 September 2017]

Redo Putra, 2014. Pemanfaatan Backward Chaining


Pada PenelusuranGejalaPenyakit Mata
Manusia. Semarang.

18

Anda mungkin juga menyukai