Anda di halaman 1dari 5

Perdarahan Post Partum Disahkan oleh

Kepala Puskesmas
No Kode : PURWOKERTO SELATAN
Terbitan :

No. Revisi :
PUSKESMAS SOP
PURWOKERTO Tgl. Mulai Dr. HENDRO HARJITO
SELATAN Berlaku : NIP. 196903102002122003

Halaman :

1.Pengertian Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal
dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan
sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping
perdarahan karena hamil ektopik dan abortus. Definisi perdarahan post
partum adalah perdarahan pasca persalinan yang melebihi 500 ml setelah
bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu.
2.Tujuan Menegakkan diagnosis perdarahan post partum dan memberikan tata
laksana yang tepat

3. Kebijakan Penatalaksanaan perdarahan post partum di IGD puskesmas dengan


menggunakan SPO ini
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no514 tahun 2015 tentang
panduan klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
5.Prosedur Anamnesis

Keluhan dan gejala utama


Seorang wanita post partum yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak
10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala
baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa:
a. Perdarahan
b. Lemah
c. Limbung
d. Berkeringat dingin
e. Menggigil

Faktor Risiko
Perdarahan post partum merupakan komplikasi dari 5-8% kasus persalinan
pervaginam dan 6% dari kasus SC
a. Faktor Risiko prenatal:
• Perdarahan sebelum persalinan, Solusio plasenta,
• Plasenta previa,
• Kehamilan ganda,
• Preeklampsia,
• Khorioamnionitis,
• Hidramnion,
• IUFD,
• Anemia (Hb< 5,8),
• Multiparitas,
• Mioma dalam kehamilan,
• Gangguan faktor pembekuan dan
• Riwayat perdarahan sebelumnya serta obesitas.
b. Faktor Risiko saat persalinan pervaginam:
• Kala tiga yang memanjang,
• Episiotomi,
• Distosia,
• Laserasi jaringan lunak,
• Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin,
• Persalinan dengan bantuan alat (forseps atau vakum),
• Sisa plasenta, dan bayi besar (>4000 gram).
c. Faktor Risiko perdarahan setelah SC :
• Insisi uterus klasik,
• Amnionitis,
• Preeklampsia,
• Persalinan abnormal,
• Anestesia umum,
• Partus preterm dan postterm.
Kausalnya dibedakan atas:
a. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
1. Hipotoni sampai atonia uteri
• Akibat anestesi
• Distensi berlebihan (gemeli,anak besar,hidramnion)
• Partus lama,partus kasep
• Partus presipitatus/partus terlalu cepat
• Persalinan karena induksi oksitosin
• Multiparitas
• Riwayat atonia sebelumnya
2. Sisa plasenta
• Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
• Plasenta susenturiata
• Plasenta akreata, inkreata, perkreata.
b. Perdarahan karena robekan
• Episiotomi yang melebar
• Robekan pada perinium, vagina dan serviks
• Ruptura uteri
c. Gangguan koagulasi
• Trombofilia
• Sindrom HELLP
• Preeklampsi
• Solutio plasenta
• Kematian janin dalam kandungan
• Emboli air ketuban

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


Pemeriksaan Fisik
a. Nilai tanda-tanda syok: pucat, akral dingin, nadi cepat, tekanan
darah rendah.
b. Nilai tanda-tanda vital: nadi > 100x/menit, pernafasan hiperpnea,
tekanan darah sistolik < 90 mmHg, suhu
c. Pemeriksaan obstetrik:
1. Perhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilaia danya:
perdarahan, keutuhan plasenta, tali pusat, dan robekan
didaerah vagina.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin: terutama untuk menilai kadar Hb < 8 gr%.
b. Pemeriksaan golongan darah.
c. Pemeriksaan waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah (untuk
menyingkirkan penyebab gangguan pembekuan darah).

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Perdarahan post partum bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu
kejadian yang harus dicari kausalnya:
a. PPP karena atonia uteri
b. PPP karena robekan jalan lahir
c. PPP karena sisa plasenta
d. Gangguan pembekuan darah.

Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan tabel


berikut ini :
No Gejala dan tanda Penyebab yang harus
dipikirkan
1. - Perdarahan segera setelah anak lahir Atonia Uteri
- Uterus tidak berkontraksi dan lembek

2. - Perdarahan segera Robekan Jalan Lahir


- Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir

3. - Plasenta belum lahir setelah 30 menit Retensio Plasenta

4. - Plasenta atau sebagian selaput Sisa Plasenta


(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
- Perdarahan dapat muncul 6-10 hari
post partum disertai subinvolusi uterus

5. - Perdarahan segera (Perdarahan intra Ruptura Uteri


abdominal dan dari atau pervaginam)
- Nyeri perut yang hebat
- Kontraksi yang hilang

6. - Fundus Uteri tidak teraba pada Inversio uteri


palpasi abdomen
- Lumen vagina terisi massa
- Nyeri ringan atau berat

Komplikasi
a. Syok
b. Kematian

Penatalaksanaan Komprehensif
Penatalaksanaan
Tatalaksana Awal
a. Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
b. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok

c. Berikan oksigen.
d. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18)
dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu
e. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.
f. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
g. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
h. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk. (CATATAN: produksi urin
normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
i. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis
obsgin)
j. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan
pemeriksaan: kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
dan penggolongan ABO.
k. Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat tabel penyebab di
atas) dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab
6.Unit Terkait 1. Dokter.
2. Perawat.
3. Bidan

Anda mungkin juga menyukai