Anda di halaman 1dari 3

Sailfin Catfish adalah salah satu spesies ikan invasif.

Terjadinya lele sirip layar


ledakan populasi di perairan Danau Sidenreng yang mengganggu jaring insang nelayan
adalah salah satunya
masalah utama yang belum ditemukan pemecahannya. Karena pengaruhnya terhadap
produksi tangkapan,
daya tangkap dan kelestarian keanekaragaman hayati perairan, penelitian ini dilakukan
dengan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ledakan populasi ikan lele sirip layar pada jaring
insang nelayan
penghasilan. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juni hingga Agustus
2020 di
Desa Wette'e dan di Desa Teteaji Kab. Sidenreng Rappang. Pendapatan rata-rata dari
nelayan jaring insang sebelum ledakan populasi lele sirip layar cenderung lebih tinggi dari itu
nelayan pasca ledakan populasi lele sirip layar terjadi. Pendapatan tertinggi dari
nelayan sebelum ledakan populasi lele Sailfin sebesar Rp. 550.000 dengan harga terendah
penghasilan Rp. 50.000, sedangkan pendapatan nelayan tertinggi setelah populasi ikan lele
layar
ledakan adalah Rp. 200.000 dengan penghasilan terendah Rp. 15.000. Sementara itu,
berdasarkan
hasil analisis uji Mann Whitney diperoleh nilai z hitung sebesar -1,878 dan
Nilai asympe sig (2 tailed) sebesar 0,060 Nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari ɑ =
0,05.
Artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa sailfin
Ledakan populasi lele berdampak pada pendapatan nelayan sebelum lele layar
ledakan populasi dan setelah terjadi ledakan populasi lele sirip layar.
Kata Kunci : Pendapatan; Ledakan Penduduk; Lele Sailfin; Jaring Insang; Nela
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia pun
mengkategorikan ikan ini sebagai jenis ikan berbahaya yang berasal dari luar
negeri yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian, sumber
daya ikan, lingkungan dan manusia.

Dikutip dari laman kkp.go.id, larangan tersebut berdasarkan Peraturan Menteri


Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Larangan Pemasukan,
Pembudidayaan, Peredaran, dan Pengeluaran Jenis Ikan yang Membahayakan
dan/atau Merugikan Ke Dalam dan Dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia. Bentuk Larangan disebutkan, yaitu:
1. Setiap Orang dilarang memasukkan jenis Ikan yang membahayakan dan/atau
merugikan masyarakat, pembudidayaan Ikan, Sumber Daya Ikan dan/atau
lingkungan Sumber Daya Ikan ke dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia.

2. . Setiap Orang dilarang membudidayakan, memelihara, dan/atau mengedarkan


jenis Ikan yang membahayakan dan/atau merugikan yang dapat membahayakan
Sumber Daya Ikan, lingkungan Sumber Daya Ikan dan/atau kesehatan manusia, di
wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

3. Setiap Orang dilarang mengeluarkan, mengadakan, dan mengedarkan jenis Ikan


yang membahayakan dan/atau merugikan yang dapat membahayakan Sumber
Daya Ikan, lingkungan Sumber Daya Ikan dan/atau kesehatan manusia, dari
dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Ada dua kategori ikan yang dilarang, yaitu ada 6 Jenis ikan yang membahayakan
dan 75 ikan yang merugikan. Berikut daftar 15 jenis ikan yang dilarang dipelihara di
Indonesia.

1. Trichomycteridae, dengan nama ilmiah Paracanthopoma parva/Giltay, 1935

2. Canero, (Plectrochilus spp.)

3. Candiru (Vandellia spp.)

4. African Tigerfish (Hydrocynus vittatus/Castelnau, 1861)

5. Goliath Tigerfish (Hydrocynus goliath/Boulenger, 1898)

6. Wolf Fish (Hoplias Malabaricus/Bloch,1974)


7. Gulper Fish (Asterophysus batrachus)
8. Asiatic Glassfishes (Parambassis alleni/Datta & Chaudhuri, 1993)

9. Himalayan Glassy Perchlet (Parambassis baculis/Hamilton, 1822)

10. Giant Arapaima, Pirarucu, Paiche (Arapaima gigas/Schinz, 1822)

11. Torpedo-Shaped Arapaima (Arapaima leptosome/Stewart, 2013)

12. Northern Snakehead, Ocellated, Snakehead, Amur Snakehead (Channa


argus/Cantor, 1842)

13. Bullseye Snakehead, Giant Snakehead, Great Snakehead, Indian Snakehead


(Channa marulius/Hamilton, 1822)

14. Long Jaw Tetra (Bramocharax bransfordii/Gill, 1877)

15. Midas Chiclid (Amphilophus citrinellus/Günther, 1864)

Anda mungkin juga menyukai