TIM PENYUSUN
Kepala Laboratorium :
Dosen Praktikum :
1. Ginas Alvianingsih, S.T ., M.T.
2. Destina Surya Lestari, S.T ., M.T.
3. Kartiria, S.T. ., M.T.
4. Sofitri Rahayu, S.Pd ., M.Eng.
5. Christine Widyastuti, ST ,. MT
6. Andi Junaidi, S.T. , M.T.
Asisten Laboratorium :
➢ Abdurrahman Kinky
➢ Komang Arya Diva Pramarta
➢ Afrida Aulia Rahma H.
➢ M. Syaifullah Al Jufri
➢ Aldaffi Akbar
➢ Nadira Putri Aradea
➢ Alfikra Hamda A.R
➢ Nur Khofifa Sahira
➢ Angeline Chossy B.P
➢ Nur Rizki Putri Amalia
➢ Arsyad Faiq Al Isna
➢ Ridho Hamzah Sagala
➢ Davina Salmah An’nafri
➢ Ridho Iqbal Firdaus
➢ Diana Puspita Aprilianti
➢ Rieke Wahyuning Pitaloka
➢ Farhandi Prayuda
➢ Rinaldi
➢ Fitriani
➢ Tio Ardyansyah Putra
➢ Indah Alfince Dianto
➢ Ulfiyah Putri
➢ Irfan Kamil
➢ Vito Daffa Nayottama
➢ Irsyad Akbar
➢ Zhafira Hanifa
➢ Kaka Ericson
PROSEDUR PRAKTIKUM
Laporan 25
Presentasi 20
Total 100
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
DISUSUN OLEH :
202111209
S1 TEKNIK ELEKTRO
KELOMPOK 9
IRSYAD AKBAR
vi
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KARTU PRAKTIKUM
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
NAMA :
NIM : Pas Foto
KELOMPOK : 3x4
PRAKTIKUM :
JURUSAN :
PROG. STUDI :
SEMESTER :
Tanggal
Tanggal Tanggal
No. Modul Pengumpulan Asisten Paraf Asisten
Praktikum Presentasi
Laporan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MODUL I
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM SATU FASA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor
daya dan energi pada sistem 1 fasa
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuruan tegangan, arus, daya, faktor daya
dan energi pada beban linear dan nonlinear di sistem 1 fasa
II. TEORI
Pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen fisik suatu besaran dengan besaran
lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap sebagai satuan. Jika dilakukan
pengukuran, maka hasilnya dinyatakan dalam kelipatan besaran satuan itu. Angka kelipatan
dan besaran satuan ini memegang peranan penting dalam pengukuran. Keduanya memberikan
informasi, sebagai jawaban dari apa yang dikehendaki mengapa suatu pengukuran dilakukan.
Besaran listrik yang diukur dalam modul ini ada 3 jenis daya, faktor daya (PF), arus,
tegangan, dan energi. Alat ukur arus adalah amperemeter, alat ukur tegangan adalah voltmeter,
dan alat ukur daya adalah wattmeter.
Gambar 1. Rangkaian Alat Pengkuran Arus, Tegangan, dan Daya Sistem 1 Fasa
Daya dalam ilmu elektro dapat didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik yang
ditransfer pada suatu rangkaian listrik dalam satu satuan waktu (energi per waktu). Berbeda
dengan rangkaian arus searah, pada rangkaian arus bolak-balik terdapat 3 jenis daya antara
lain daya aktif (True Power), daya reaktif (Reactive Power), serta daya semu (Apparent
Power). Ketiga jenis daya ini memiliki relasi erat yang biasa digambarkan sebagai suatu
segitiga, yaitu segitiga daya. Daya aktif merupakan daya yang diserap oleh beban resistif (R).
Daya reaktif merupakan daya yang diserap oleh beban induktif (XL) yang dihasilkan oleh
beban kapasitif (XC). Daya semu merupakan daya yang belum diserap oleh beban.
Beasr kecil sudut yang terbentuk (dalam segitiga daya) antara daya semu dan daya aktif
dilambangkan dengan φ (phi), dimana cos dari phi tersebut merupakan faktor daya. Besarnya
faktor daya ini merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.
dimana:
V. LANGKAH PRAKTIKUM
DIAGRAM PENGKABELAN
1. Siapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti alat ukur, Slide Voltage Regulator
serta beban lampu yang dibutuhkan.
2. Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera pada modul
yang digunakan
3. Rangkai papan modul sesuai dengan diagram pengkabelan yang diberikan
4. Pastikan bahwa penunjukan alat ukur yang akan digunakan sama dengan nol. Lalu
siapkan Tabel yang telah diberikan untuk mengisi data-data hasil pengukuran.
5. Pasang beban sesuai yang diminta pada tabel pengukuran
6. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi on, kemudian ukur semua
parameter yang ditanyakan sesuai tabel
7. Untuk pengukuran energi, atur tegangan SVR ke 200 V. Catat energi yang terbaca pada
KWh Meter dan masukkan ke tabel.
8. Ulangi prosedur 1-7 untuk setiap jenis tabel/pengukuran
9. Setelah percobaan selesai, rapikan kembali seluruh peralatan
6
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
TABEL 1
Lampu Pijar : 200 W
KETERANGAN
5
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
TABEL 2
Lampu Ballast Elektronik: 36 W
KETERANGAN
6
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
MODUL II
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT
KAWAT
I. TUJUAN
1. Memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya dan faktor daya
pada sistem 3 fasa - 4 kawat
2. Mampu menganalisa hasil pengukuran besaran listrik pada beban linear dan nonlinear
di sistem 3 fasa 4 kawat
3. Memahami fenomena ketidakseimbangan beban dan besaran-besaran listrik pada tiap beban
terkait fenomena tersebut
II. TEORI
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan dan
diserap oleh beban semuanya seimbang, Ppembangkitan = Ppemakain, dan juga pada tegangan yang
seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai
magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda
fase sebesar 120° listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat
dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).
C
Gambar 1. Hubungan Y
Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
ILine = Ifase
Ia = I b = I c
Hubungan Segitiga
Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga
membentuk hubungan segitiga 3 fase.
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase,
karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase
Nilai efektif dari setiap arus bolak-balik sama dengan nilai dari arus searah yang
mengalir melalui tahanan R yang sama. Daya yang diberikan oleh arus searah terhadap
tahanan R adalah sama dengan daya yang diberikan oleh arus bolak-balik. Arus bolak-
balik yang diberikan terhadap tahanan R memiliki daya sesaat sebesar i 2R. Kemudian
suatu arus searah mengalir melalui tahanan R yang sama dan menjaga agar arus searah
dan memperoleh harga daya yang sama dengan rata-rata arus bolak-balik. Besar arus
searah tersebut adalah arus efektif dari arus bolak-balik. Faktor √2 merupakan faktor
perbandingan harga maksimum dari arus periodik dengan nilai efektifnya dan hanya
dipakai jika fungsi periodik tersebut berupa sinusoidal.
Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu atau daya sesaat
merupakan perkalian antara tegangan dan arus.
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif terhadap daya kompleks. Dapat
dinyatakan dengan :
𝑃
Cosφ =
𝑆
Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk induktif murni dan
kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban kapasitif memiliki faktor daya leading,
dan beban induktif memiliki faktor daya lagging.
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu dikenal dengan istilah segitiga
daya. Berikut gambar segitiga daya.
Dimana :
Impedansi Z dalam hal ini dapat terdiri dari berbagai jenis beban resistif, induktif,
kapasitif ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban sehingga sebuah impedansi Z yang
memiliki karakteristik gabungan dari karakteristik berbagai jenis beban yang menyusunnya.
Yang dimaksud dengan karakteristik beban adalah jenis daya yang diserapnya, sifat arus
dan tegangannya yang bila digabungkan dengan jenis beban yang berbeda dapat terbentuk
karakteristik yang lebih baik maupun lebih buruk (jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda-
beda).
Perbedaan jenis-jenis daya pada rangkaian ac ini disebabkan oleh karena perbedaan sifat
impedansi komponen induktif dan kapasitif. Pada rangkaian AC, Pada pengukuran daya, ada
juga yang dikenal dengan faktor daya, yaitu perbandingan antara daya aktif (Watt) dengan
daya semu (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu.
Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan
penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan
jaringan tegangan rendah.
Alat ukur adalah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan / mengetahui hasil
perbandingan antara suatu besaran / ukuran yang ingin diketahui dengan standar yang dipakai.
Fungsi penting dari alat ukur baik alat ukur listrik maupun mekanik adalah untuk mengetahui
nilai yang telah ditentukan sebagai batasan baik atau tidaknya peralatan / jaringan akan
dioperasikan. Alat ukur terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Alat Yang menggunakan Penjepit/clamp untuk mendapat kan hasil dalam pengukuran
1. Dapat mengukur daya aktif (W), daya semu (VA), daya reaktif (VAR), daya reaktif per
jam (KWHr), dan pengukuran faktor daya, serta menampilkan gelombang yang
terdistorsi.
2. Pengukuran arus AC dan DC hingga 2000 Ampere.
3. TRMS, puncak, faktor puncak, Total Harmonic Distortion (THD), DF, dan frekuensi pada
arus dan tegangan.
4. Layar backlit yang besar untuk mode osiloskop, bentuk grafik dan layar banyak
parameter.
5. Internal dan database PC dapat mencatat sampai 5 parameter selama 24 jam untuk
mengidentifikasi kesalahan sementara waktu.
6. 8 layar menyimpan memori dan merekam tanda waktu min, max, rata-rata.
7. Built pada 3 fasa daya mampu untuk beban yang seimbang.
8. IEC1010 Cat IV untuk meningkatkan keamanan pada wilayah tegangan yang berbahaya.
9. Ditingkatkan bentuk EMC untuk aplikasi elektronika daya.
10. Analisa timbulnya harmonik dan gambar grafik palang.
11. Penyimpanan secara bersama harmonik, RMS, dan nilai THD dengan menggunakan
perangkat lunak PC Winlog.
12. Pengukur dari riak DC.
13. Penyimpan yang baik untuk secara serempak mengidentifikasikan/menangkap seluruh
harmonik dan bentuk gelombang yang dikumpulkan.
14. Dapat memberikan memori untuk penyimpanan data sampai 10000 huruf/pembacaan
(AN2050-5000 huruf/pembacaan).
Diagram pengawatan untuk pengukuran arus dan tegangan pada sistem tiga fasa-empat
kawat dengan beban seimbang dapat dilihat pada gambar berikut.
V. LANGKAH PRAKTIKUM
L9
L10
L11
II
CAM STARTER
T L12
I II L13
L9
L10
L11
II
CAM STARTER
T L12
I II L13
Gambar 8. Rangkaian Pengukuran Besaran Listrik Fasa Tiga Beban Tidak Seimbang.
(Pengkabelan Paralel Beban L3 dan L4)
1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera
pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan
sesuai tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel pengamatan.
Misalkan untuk pengukuran dengan beban lampu pijar daya 100 watt, siapkan 3 buah
bohlam lalu pasang ke 3 fitting lampu bohlam pada meja tera.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan
masing- masing terminal beban yang sesuai. Untuk kabel netral, hubungkan terminal
beban yang terpakai saja dengan terminal netral sumber tegangan.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin diparalelkan,
lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel dengan fasa sumber
tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan pengukuran
parameter yang diminta.
8. Pasang clamp pada PQM ke masing- masing kabel fasa dengan arah panah pada
clamp dari sumber menuju beban. Pasang probe magnetic pada PQM ke masing-
masing baut bertegangan Pada MCB yang terhubung dengan Lampu.
9. Untuk pengambilan data dapat menyalakan PQM, lalu dapat memilih opsi-opsi yang
ada pada layar sentuh PQM, baik table pengukuan, bentuk gelombang, dan
keseimbangan beban.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban
L1 : 25 W L2 : 25 W L3 : 25 W L1 : 36 W L2 : 36 W L3 : 36 W
DAYA
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK
BESARAN LISTRIK
R S T R S T
VA
W
VAR
PF
ARUS
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK
BESARAN LISTRIK
R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK
BESARAN LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS
19
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
L1 : 25 W L2 : 25 W L3 : 125 W L1 : 36 W L2 : 36 W L3 : 72 W
DAYA
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T R S T R S T
VA
W
VAR
PF
ARUS
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
R S T N R S T N R S T N
A RMS
TEGANGAN
LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK MOTOR 3 FASA
BESARAN LISTRIK
VRN VSN VTN VRN VSN VTN VRN VSN VTN
V RMS
20
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban tak
seimbang 3 fasa menggunakan lampu bohlam, kemudian cari galat/error nya!
3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi adanya arus di penghantar netral pada beban
seimbang maupun beban tak seimbang?
4. Bandingkan arus netral dari masing-masing pengujian di sistem beban tidak seimbang
pada setiap jenis beban yang diujikan, jelaskan mengapa terjadi perbedaan!
MODUL III
PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN DAN ARUS
PADA BEBAN LINIER DAN NON LINIER
I. TUJUAN
1. Mengukur nilai Total Harmonic Distortions (THD) arus pada system yang mengandung
arus harmonic dengan menggunakan alat ukur digital (Clampmeter) pada beban yang
linier (lampu pijar) dan non linier (ballast elektronik/magnetic).
2. Mengetahui dan memahami pengaruh arus harmonic pada system distribusi tenaga listrik
fasa satu-dua kawat.
3. Melakukan perbandingan percobaan dengan beban yang linier (lampu pijar) dan non
linier (ballast electronic/magnetic).
4. Mengetahui bentuk kurva arus dan spectrum harmonic arus dan beban non linier dan
beban linier.
II. TEORI
Dalam matematika, Deret Fourier merupakan penguraian fungsi periodik menjadi
jumlahan fungsi-fungsi berosilasi, yaitu fungsi sinus dan kosinus, ataupun eksponensial
kompleks.
Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada peralatan elektronik yang menyebabkan
terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala
pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul
pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut
angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz,
maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik
ketiga adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-
gelombang ini kemudian menumpang pada gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk
gelombang cacad yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang
hormoniknya. Hubungan antara frekuensi harmonik dan fundamental dapat ditulis sebagai
berikut:
𝑓ℎ = 𝑛𝑓𝑖……….(1)
Dengan 𝑓ℎ adalah frekuensi harmonic, n adalah kelipatan gelombang (bilangan bulat), dan
𝑓𝑖 adalah frekuensi fundamental. Gelombang harmonik ini akan menumpang pada gelombang
fundamental sehingga akan terbentuk gelombang yang terdistorsi. Ini dikarenakan efek
penjumlahan dari gelombang harmonisa dengan gelombang fundamentalnya. Gelombang
harmonisa ini dapat dijabarkan pada deret Fourier berikut ini:
𝑎0
𝑓 (𝑡 ) = + ∑∞
ℎ+1{𝑎ℎ cos(ℎ𝜔0 𝑡 ) + 𝑏ℎ sin(ℎ𝜔0 𝑡 )}………(2)
2
Dengan :
1 𝑇
𝑎0 = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡………………….(3)
𝑇 0
2 𝑇
𝑎ℎ = ∫ 𝑓(𝑡) cos(ℎ𝜔𝑡) 𝑑𝑡………(4)
𝑇 0
2 𝑇
𝑏ℎ = ∫ 𝑓(𝑡) sin(ℎ𝜔𝑡) 𝑑𝑡............(5)
𝑇 0
Peran harmonisa pada sistem tenaga listrik cukup besar, terutama pada alat-alat yang
terdapat pada sistem tenaga. Harmonisa akan menimbulkan beberapa dampak seperti panas
berlebih pada beberapa alat seperti generator dan transformator karena kecenderungan
harmonisa mengalir ke tempat dengan impedansi yang lebih rendah. Beberapa dampak lain
akan dijelaskan pada artikel ini. Parameter besarnya harmonisa dinyatakan dalam Total
Harmonic Distortion (THD) yang dapat ditulis sebagai:
Untuk tegangan,
Untuk arus,
√𝐼22 + 𝐼32 + 𝐼42 +. . . . +𝐼𝑛2
𝑇𝐻𝐷𝐼 = … . (7)
𝐼1
Berdasarkan kesepakatan yang disepakati dunia internasional, THD yang diterima adalah
apabila bernilai dibawah 5% dari tegangan atau arus fundamentalnya.Apabila diatas batas
tersebut maka alat elektronik tersebut tidak boleh digunakan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem
distribusi antara lain:
Setiap sistem distribusi biasanya memakai sistem 3 phase empat kawat, yaitu 3 kawat
untuk ketiga phase dan 1 kawat lagi untuk netral. Apabila beban yang dipasok non linier
sehingga pengaruh harmonik lebih dominan maka untuk mengatasi panas lebih pada kawat
netral akibat pengaruh harmonik sebaiknya ukuran kawat netral diperbesar dari ukuran
standarnya. Begitu juga pada panel-panel listrik disarankan kawat netral untuk sistem
pentanahannya diperbesar dari ukuran standarnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem
distribusi adalah dengan mengurangi kapasitas suplai daya transformator (derating
fransformator). Dalam menentukan besarnya pengurangan kapasitas transformator ada
metode sederhana yang dapat dipergunakan yaitu dengan memakai persamaan sebagai
berikut:
THDF = [1,414 x (arus phase rms) / (arus puncak phase sesaat)] x 100%
= [(1,414 x 1/3 x (Ir + Is + It)rms / 1/3 x (Ir + Is + It)puncak] x 100%
1. Urutan fasa positif, urutan fasanya adalah R-S-T yang antar fasanya terpisah 1200. Orde
harmonisanya adalah n = 1, 7, 13, ….
2. Urutan fasa negatif, urutan fasanya adalah R-T-S yang antar fasanya terpisah 1200. Orde
harmonisanya adalah n = 5, 11, 17, …
3. Urutan nol yang mempunyai beda fasa sama dengan nol (sefasa). Orde harmonisanya
adalah n = 3, 9, 15, ….
Terdapat dua jenis beban pada sistem ketenagalistirikan.Beban tersebut terdiri dari beban
linier dan beban non linier.Beban disebut linier jika nilai arus berbanding secara linier dengan
tegangan beban. Berarti bentuk gelombang arus akan sama dengan bentuk gelombang
tegangan.
Beban disebut sebagai beban non linier jika bentuk gelombang arus tidak sama dengan
bentuk gelombang tegangan (mengalami distorsi). Arus yang ditarik beban non linier tidak
sinusoidal tetapi periodic.Bentuk gelombang tidak periodic tersebut dapat diuraikan
berdasarkan komponen fundamental dan komponen harmonic.Beban non linier tersebut
misalnya semi konduktor yang digunakan sebagai switching device.Beban non linier inilah
yang berperan sebagai sumber harmonisa pada sistem ketenagalistrikan.
Dalam sistem tenaga listrik sumber beban non linier antara lain berasal dari converter
statis, magnetisasi transformator yang tidak linier, putaran mesin arus AC, bangku kapasitor
dan lainnya.
Sistem Proteksi
Pada peralatan sistem proteksi, harmonisa dapat menyebabkan:
3. Timbulnya getaran mekanis pada panel listrik yang merupakan getaran resonansi mekanis
akibat harmonisa arus frekuensi tinggi.
4. Harmonisa dapat menimbulkan tambahan torsi pada kWh-meter jenis elektromekanis yang
menggunakan piringan induksi berputar, akibatnya putaran piringan akan lebih cepat atau
terjadi kesalahan ukur pada kWh-meter karena piringan induksi tersebut dirancang hanya
untuk beroperasi pada frekuensi dasar.
5. Triple harmonisa pada kawat netral dapat memberikan induksi harmonisa yang
mengganggu sistem telekomunikasi.
6. Pemutus beban dapat bekerja di bawah arus pengenalnya atau mungkin tidak bekerja pada
arus pengenal.
7. Untuk sistem tenaga, arus pada kawat netral membesar (terutama akibat munculnya
kelipatan harmonisa ke-3) serta tegangan sentuh peralatan membesar dan berbahaya bagi
operator.
Motor Listrik
Harmonisa arus atau tegangan menyebabkan peningkatan rugi-rugi pada belitan stator,
rangkaian rotor, serta laminasi stator dan rotor sehingga efisiensi mesin menurun. Akibat efek
kulit dan arus eddy, rugi-rugi ini lebih besar dibandingkan rugi-rugi yang disebabkan arus DC.
Medan bocor pada stator dan rotor juga menyebabkan rugi-rugi tambahan. Pada mesin induksi
dan mesin sinkron, rugi-rugi panas tambahan paling banyak dibangkitkan pada rotor karena
urutan polaritas harmonisa yang dihasilkan oleh motor khususnya motor induksi, polaritasnya
dapat bernilai positif atau negatif. Dari perubahan urutan polaritas harmonisa yakni harmonisa
ke-5 urutan polaritasnya negatif (-), sedangkan harmonisa ke-7 urutan polaritasnya positif (+),
akan memiliki dampak sendiri-sendiri.
Bila motor menghasilkan harmonisa dengan urutan polaritas negatif, maka pada sistem
distribusi akan menimbulkan medan magnet putar dengan arah maju (forward). Sedangkan
untuk polaritas harmonisa negatif akan menimbulkan medan magnet putar dengan arah
mundur (reverse). Urutan polaritas positif dan negatif harmonisa inilah yang menyebabkan
motor menjadi panas. Sehingga kemampuan mesin akan menurun akibat pemanasan berlebih
karena harmonisa, selain itu umur mesin juga akan menurun. Sedangkan pada arus harmonisa
urutan polaritas nol tidak akan menimbulkan masalah pada motor itu sendiri, melainkan akan
menimbulkan masalah pada sistem 3 fasa 4 kawat. Yaitu akan menimbulkan penambahan
arus pada kawat netral, biasanya terjadi pada transformator hubungan wye. Penambahan arus
pada kawat netral ini akan menyebabkan kawat netral menjadi panas, karena kawat netral
tidak memiliki pengaman seperti pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Selain
itu, polaritas harmonisa urutan nol ini menyebabkan terjadinya interferensi pada kabel saluran
telekomunikasi. Frekuensi harmonisa yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan
mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadinya kerugian daya.
Transformator
Pada transformator daya, arus urutan nol yang bersirkulasi pada belitan delta dapat
menyebabkan arus yang besar dan pemanasan berlebih.Untuk mengatasipemanasan berlebih
akibat harmonisa, seringkali kapasitas daya transformator diperbesar untuk memperbesar
kapasitas pendinginan.Tetapi konduktor yang lebih besar menyebabkan pemanasan yang lebih
besar juga, yang diakibatkan harmonisa frekuensi tinggi.Selain itu, memperbesar kapasitas
transformator berarti memperbesar arus harmonisa yang mungkin mengalir dalam
sistem.Penurunan efisiensi transformator akibat harmonisa dapat mencapai sekitar 6%.Pada
sisi transformator dampak yang bisa diketahui adalah transformator mengalami kenaikan
suhu. Naiknya suhu transformator akan menyebabkan:
Generator Sinkron
Dampak arus harmonisa pada generator sinkron yang disebabkan oleh penggangguan
beban-beban non-linear adalah sebagai berikut:
Suatu sistem tenaga listrik dipemgaruhi banyak factor, salah satunya adalah harmonisa.
Adanya harmonisa pada sistem tenaga listrik akanmenyebabkan timbulnya rugi-rugi pada
konduktor kabel dan kawat transmisi, generator sinkron, transformator, sistem proteksi, dan
motor listrik. Sehingga harmonisa harus diredam dalam sistem tenaga. Cara untuk meredam
harmonisa adalah dengan pemasangan filter kapasitif atau induktif, converter, dan trafo isolasi
hubungan Δ-Y pada sistem.
V. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Buat rangkaian pada gambar 6 untuk mengukur besaran-besaran listrik yang diperlukan
pada pengukuran THD, dengan beban lampu fluorescent (ballast elektronik/magnetic)
3. Siapkan alat ukur digital Clampmeter.
L9
L10
L11
II
CAM STARTER
T L12
I II L13
L9
L10
L11
II
CAM STARTER
T L12
I II L13
maupun beban linier pada tiap fasanya termasuk netral kedalam computer, (untuk
prosedurnya tanyakan kembali kepada assisten).
MODUL IV
PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN
I. TUJUAN
1. Memahami prosedur penggunaan alat “Digital Earth Resistance Tester” terhadap besaran-
besaran yang akan diukur.
2. Memahami prinsip pengukuran tegangan pembumian
3. Mengukur besarnya nilai tegangan pembumian dan tahanan elektroda pembumian.
II. TEORI
Tahanan pembumian merupakan tahanan dari suatu sistem pentanahan yang bertujuan
untuk mengalirkan arus petir ke tanah agar tidak terjadi kerugian akibat adanya sambaran
petir. Pembumian adalah suatu sistem pengaman terhadap makhluk hidup maupun peralatan
peralatan listrik dari arus gangguan.
Pada dasarnya tujuan desain pembumian yang baik mempunyai dua tujuan :
a. Memberikan sarana bagi tersalurkannya arus listrik kedalam bumi pada kondisi normal
dan kondisi gangguan tanpa melebihi operasi dan batas bekerjanya peralatan atau
mempengaruhi kontinulitas layanan.
b. Menjamin jika ada orang disekitar instalasi yang dihubungkan dengan sistem pembumian
tidak terkena kejut listrik kritis yang berbahaya (tegangan langkah dan tegangan sentuh).
Alat ukur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Digital Earth Resistance Tester.
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding, Besarnya tahanan
tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem
pengaman.Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur dengan
penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam pembacaan
hasil pengukurannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat
ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang
diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada segmen-segmen, sehingga
dengan mudah menyimpan data-data yang terukur.
Gambar 11. Bagian – Bagian Alat Ukur Digital Earth Resistance Tester
Gambar 12. Perancangan Alat Ukur Tahanan Tanah Digital Ini Menggunakan Tiga
Batang Elektroda
Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda yang
ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan elektroda C (Current).
Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana
tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok
diagram rangkaian, antara lain rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus
input, mikrokontroler dan rangkaian penampil. Sebelum hasil pengukuran di tampilkan ke
LCD, data diolah dirangkaian mikrokontroler. Keuntungan dengan manggunakan
mikrokontroler ini yaitu keluaran dari rangkaian input ini debelum masuk ke LCD bisa diatur.
Sehingga, perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini dapat mengukur tahanan tanah
dengan teliti dan akurat. Hasil pengukuran tahanan tanah juga bergantung pada kondisi tanah
itu sendiri. Pengukuran tahanan tanah dilakukan dengan membandingkan alat ukur rakitan
dengan alat ukur yang sudah ada dengan merek Kyoritsu Earth Tester Digital.
V. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Persiapan untuk pengukuran
1.1. Cek tegangan batery
Masukkan saklar ke posisi on, jika layar display tidak menampilkan simbol low
battery, maka tegangan battery cukup. Tetapi jika layar display kosong sama sekali atau
simbol terindikasi, ganti battery atas persetujuan dan pengawasan asisten praktikum.
1.2. Memasang Test Probe
Masukkan ujung tusuk ( plug ) probe hati-hati ke terminal-terminal alat. Hubungan
yang kendor dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.
2. Instruksi-instruksi pengoperasian
2.1. Pengukuran ( dengan Test Probe M-7095 )
2.1.1. Tancapkan pasak (spike) pembunian Bantu P dan C ke dalam tanah yang dalam.
Hubungan kabel hijau ke elektroda pembumian yang dites, kabel kuning ke pasak
pembumian bantu P dan kabel merah ke pasak pembumian bantu C.
Catatan :
• Beri air jika ditancapkan ke dalam bagian tanah yang kering, berbatu atau
berpasir.
• Jika tempat menancapkan pasak serupa, maka baringkan pasak itu dan basahi
dengan air atau ditutup dengan kain basah.
dan kesalahan yang sangat besar ( excessive errors ). Untuk menghindari ini,
lakukan pengukuran setelah mengurangi tegangannya dengan cara mematikan
power supply dari peralatan yang sedang di tes dsb.
2.1.3. Pengukuran
Atur saklar bulat ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes.LED tetap diterangi
selama pengujian.Putar saklar bulat ke 200 Ω dan 20 Ω saat tahanan pembumian
bernilai kecil. Nilai yang ditunjukkan adalah tahanan pembumian dari elektroda
pembumian yang sedang dites.
Catatan :
- Bila tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu C terlalu tinggi untuk
membuat pengukuran, display-nya membaca “. . .”. Cek kembali hubungan dari
kabel tes dan tahanan pembumian dari pasak pembumian bantu.
Perhatian :
Hindarkan kabel penghubung perbelitan satu sama lain karena dapat
mempengaruhi pengukuran karena induksi.
Re = Rx + re
Rx = Re – re
2.
2.
2.
MODUL V
PENGUKURAN TAHANAN PENGHANTAR
(KELVIN DOUBLE BRIDGE)
I. TUJUAN
1. Memahami pengukuran tahanan dengan menggunakan “Kelvin Double Bridge”
2. Memahami cara mengukur tahanan konduktor
3. Menentukan nilai tahanan suatu bahan konduktor
II. TEORI
Jembatan Kelvin merupakan perubahan dari Jembatan Wheatstone. Maksud dari
perubahan ini adalah untuk menghilangkan pengaruh kontak dan peranan hambatan pada saat
mengukur nilai hambatan rendah yang tidak diketahui. Dengan menggunakan jembatan ini,
tahanan dari kawat penghubung dan tahanan kontak pada jepitan dapat dibuat tidak
berpengaruh. Tahanan harus dalam bentuk empat jepitan (Four Terminal Resistor).
Besarnya hambatan dengan kisaran, antara 1 (satu) Ohm sampai dengan kira-kira sekitar
1 satu) mikro-Ohm, dapat diukur dengan menggunakan peralatan yang mempunyai derajat
akurasi yang tinggi, yaitu dengan memakai Jembatan Kelvin. Sehingga dapat dikatakan,
bahwa Jembatan Kelvin (Kelvin Double Bridge) digunakan untuk pengukuran tahanan-
tahanan dengan nilai rendah.
Rumus Hambatan :
ρ×ℓ
R=
A
Keterangan :
R = Hambatan kawat (Ω)
ρ = Hambatan jenis penghantar (Ωm)
ℓ = Panjang kawat (m)
A = Luas penampang (m2)
V. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Ukur diameter konduktor sampai 5 kali pengukuran pada tempat yang berbeda,
masukan hasil yang didapat kedalam table percobaan.
2. Ukur panjang bahan konduktor yang akan diukur tahanannya. Beri tanda batas-
batasnya. Pada tanda tersebut dipasang penghantar potensial.
3. Pengoperasian baterai, (internal atau external). Jika menggunakan baterai internal
maka Int BA di jumper. Begitu juga sebaliknya,
4. Untuk mengetahui keadaan baterai Meter Sensivity selector di switch ke B-CH.
Apabila jarum meter berada dalam zona biru, maka baterai dalam kondisi baik. Dengan
memencet GA.
5. Periksa GA sensitive S/W Go, apakah jaruh galvanometer berada dalam posisi (0).
Jika tidak, diatur terlebih dahulu sehingga berada dalam posisi nol.
6. Pasang “penghantar arus” pada ujung-ujung konduktor (lihat gambar 2)
7. Sebelum mulai mengukur, alat ukur di atur pada Multiply secara bertahap.
8. Untuk mengetahui nilai Rx, Batt di posisi On, meter sensivity berada dalam keadaan
G2 dimana tingkat sensifitasnya rendah. Dengan menekan GA maka akan diketahui
keadaan jarum meter. Untuk mendapatkan nilai 0 pada Galvanometer maka kita harus
memutar The Dial of Bridge.
9. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan ke G1 dimana tingkat sensifitasnya
lebih tinggi daripada G2.
10. Tekan GA dan lihat keadaan jarum meter, apabila belum nol maka atur dengan
menggunakan The Dial of Bridge sampai jarum menunjuk nol.
11. Setelah mendapatkan nilai 0, maka pindahkan lagi ke G0. Tingkat sensifitasnya paling
tinggi.
12. Untuk mendapatkan nilai nol pada jarum meter lakukan percobaan 10.
13. Setelah jarum galvanometer menunjuk angka nol, nilai tahanan Rx adalah nilai pada
The Dial of Bridge dikalikan dengan nilai Multiply yang kita masukkan sebelumnya.
14. Masukkan hasil yang didapat ke dalam table percobaan.
15. Ulangi percobaan 6 - 14 dengan bahan penghantar yang sama tetapi jarak yang berbeda
sampai 3 kali, dan bahan konduktor dengan diameter yang sama (jarak ditentukan
asisten).
16. Ulangi LANGKAH PRAKTIKUM diatas dengan bahann konduktor yang sama tapi
diameter berbeda.
17. Setelah mendapatkan nilai semua. Kembalikan posisi Batt dan Ga sensivity pada posisi
OFF serta The Dial Of Bridge dikembalikan ke posisi nol.
No ℓ (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3
Percobaan 2
Konduktor Tembaga (Sedang)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5
No ℓ (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3
Percobaan 3
Konduktor Tembaga (Kecil)
No Diameter (mm) d rata-rata (mm) A (mm2)
1
2
3
4
5
No ℓ (mm) Rx (Ω) ρ
1
2
3